Menyikapi penyerangan Aremania terhadap Bonek Lumajang pasca pertandingan Persebaya vs Arema kemarin maka tadi malam 4 tribun sepakat mandatangi dan memberikan santunan kepada korban pembacokan atas nama Alwi Shihab Hantri Pratama (16 tahun) di RS. Bhayangkara Lumajang
dan diterima langsung oleh ayahanda korban
Dijelaskan juga oleh ayahanda korban bahwa Alwi mengalami 3 bacokan pas kejadian,
Tapi kemarin siang alhamdulilah proses operasi berjalan lancar di sisi perut samping kanan, lengan kanan dan bokong kanan.
Dan Adek kita Alwi sekarang dalam kondisi yg stabil.
Utk proses hukumnya akn trus kita kawal di Polres Lumajang, utk smentara ini ada 7 orang dimintai kterangan sbg saksi, tdk mnutup kmungkinan di antara saksi ini akan naik statusnya mjdi trsangka. #USUTTUNTAS
Satu Nyali Wani
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Setelah selama ini krisis identitas kini krisis moral yg ditunjukkan Aremania pasca kekalahan atas Persebaya.
Sekelompok Aremania mempertegas gelar yang disandangnya tersebut dengan menyerang kediaman coach Aji Santoso, mengganggu ketertiban umum,
serta merusak properti dan beberapa mobil milik ASIFA (akademi sepak bola milik coach Aji).
Tidak hanya itu, kejadian penganiayaan juga Aremania lakukan di Lumajang terhadap Bonek yang sedang nonton bareng dan kalah jumlah saat di lokasi.
Hingga detik ini, korban masih mendapat perawatan intensif di RS Bhayangkara, Lumajang.
Kejadian penganiayaan serupa dilakukan Aremania kepada Bonek yang menjadi korban dan dalam kondisi jumlah tak berimbang juga terjadi di Blitar.
Memang selalu menarik dan pertandingan berlangsung dalam tempo dan tensi tinggi setiap kali Persebaya bertemu dengan tetangga 83km ini,
Tapi perlu diingat bahwa Arema bukanlah rival sesungguhnya Persebaya apalagi ada yg menyebut laga malam nanti adalah partai derby.. BUKAN!!!
Kalau dirunut dari sejarah dan prestasi Persebaya unggul jauh dari mereka si tetangga berisik yg hanya berniat mendompleng nama besar Persebaya dengan cara menjadikan perselisihan antar klub memperebutkan gelar juara liga menjadi rivalitas suporter dengan skala nasional.
Apakah pantas salah satu tim pendiri PSSI disejajarkan dengan tim yg baru lahir ketika lemari kaca sudah penuh dengan piala-piala juara,
Bahkan mereka yg memaksa menjadi rival klub penuh sejarah tsb tidak bisa menyelesaikan dualisme di internal mereka..