#ArsipHariIni menampilkan foto Abdurrahman Baswedan (AR Baswedan), seorang tokoh jurnalis bangsa yang berpulang pada 16 Maret 1986.
Minggu 16 Maret 1986, seorang tokoh bangsa berpulang. Ia lah Abdurrahman Baswedan (AR Baswedan), seorang nasionalis, seorang pejuang yang sangat aktif dalam jurnalisme.
Ar Baswedan lahir di Bangil pada 9 September 1908, berdarah keturunan arab dari orang tuanya.
Pendidikan formal yang ia tempuh di Madrasah, Ampel, Surabaya dan IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. Saat muda ia pernah terdaftar sebagai Mubaligh Muhammadiyah, kemudian sempat pula menjadi anggota Jong Islamieten Bond.
Minat dan kesadarannya dalam jurnalisme mengantarkannya bergabung dalam harian Sin Tit Po, sebuah harian Tionghoa-Melayu di Surabaya. Setelahnya sempat pula masuk ke dalam Harian Soeara Oemeom milik PBI (Persatuan Bangsa Indonesia).
Kemudian pindah ke Semarang dan bergabung dalam harian Matahari milik seorang peranakan Tionghoa bernama Kwee Hien Tjiat.
Saat bergabung dalam harian Matahari, AR Baswedan banyak mengarang mengenai orang-orang peranakan Arab dan menghimbau agar bersatu membantu perjuangan Indonesia.
Karir politiknya dimulai saat menjadi pimpinan Persatuan Arab Indonesia (PAI) yang memperjuangkan penyatuan penuh keturunan Arab dengan masyarakat Indonesia dan mengajak terlibat aktif dalam perjuangan bangsa.
AR Baswedan pernah menjadi anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Wakil Menteri Muda Penerangan RI pada Kabinet Sjahrir
Sempat pula menjadi anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP), Anggota Parlemen dan Anggota Dewan Konstituante.
Pada 2013, Presiden menganugerahi Bintang Mahaputra Adipradana disusul kemudian gelar Pahlawan Nasional kepada AR Baswedan pada 8 November 2018.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
#ArsipHariIni menampilkan potret kegiatan para perawat dalam pengabdiannya bagi kemanusiaan sejak masa Hindia Belanda di berbagai rumah sakit di Batavia. #HariPerawatNasional
Eksistensi perawat di Indonesia telah ada sejak masa kolonial belanda melalui rumah sakit- rumah sakit yang dibangun pada masa itu. Rumah sakit tersebut membutuhkan tenaga perawat yang sejalan dengan pertumbuhan jumlah perawat bagi pemenuhan kebutuhan rumah sakit.
Para perawat ini kemudian tergabung dalam organisasi/perkumpulan antara lain Perkumpulan Verpleger Foster Indonesia (PKVI), Persatuan Djuru Kesehatan Indonesia (PDKI), Persatuan Perawat Indonesia (PPI) dan Ikatan Perawat Indonesia (IPI).