Thread by @ninikwafiroh

Beberapa hari ini saya di kejar beberapa wartawan media cetak, maupun televisi diminta untuk memberikan statemen soal pemecatan Pak Terawan. Saya selalu menolak, entahlah saya kepikiran untuk menulis saja soal pendapat saya tentang sosok Pak Terawan...

karena saya merasa hubungan saya dengan beliau lebih sekedar hubungan pimpinan Komisi IX dengan mitra atau mantan mitranya, tapi lebih pada hubungan personal dua orang teman.

Ketika rapat pertama dengan Pak terawan sebagai Menteri Kesehatan di Komisi IX, beberapa pimpinan dan anggota komisi IX mengaku sebagai pasien beliau, dan saat itu saya bukan termasuk yang melakukan testimoni, karena saya belum pernah menjadi pasien beliau.

Walaupun banyak yang menjadi pasien dari Pak Terawan, bukan berarti daya kritis kami pada program-program Kemenkes berkurang. Tentu teman-teman ingat video saya yang sempat viral tentang penolakan rapat dengan Kemenkes lagi bila BPJS Kesehatan kelas tiga tetap naik iurannya.

Pak Terawan pribadi yang secara personal sangat baik, enak diajak ngobrol dan sangat cepat bila kita mintai pertolongan. Saat covid menyerang, banyak anggota komisi IX yang positif, dan mereka tidak semua ada di Jakarta, ada yang di Kalimantan, Semarang, Sulawesi dan lainnya.

Menurut pengakuan teman anggota komisi IX dari Sulawesi yang terkena covid cukup parah dan di rawat di salah satu RS di Sulawesi Tengah, Pak Terawan langsung mengirimkan beberapa dokter dari RSPAD dan membawa alat-alat penting lainnya untuk mendukung kesembuhan.

Alhamdulillah teman saya ini sembuh, dan alat-alat Kesehatan tersebut langsung dihibahkan ke RSUD tempat teman saya dirawat. Bahkan sehari sebelum Pak Terawan dipecat, beliau sempat terbang ke Semarang, jenguk teman saya komisi IX yang sedang dirawat di RS Karyadi Semarang.

Ternyata kebaikan pak Terawan bukan hanya saat beliau jadi Menteri, setelah tidak jadi Menteri pun, saya masih merasakan kebaikan beliau. Saat mengetahui dari running text TV kalau saya positif covid, beliau langsung menelfon saya

Beliau bilang “Mbak, sampean biasane ngeramut uwong, sak iki gentian sampean tak ramut, tak siapkan kamar di RSPAD ya (mbak, anda biasanya merawat orang, sekarang gentian anda saya rawat, saya siapkan kamar ya di RSPAD).”ini tawaran pertama dan satu-satunya tawaran yg saya terima

Saya menunggu tawaran dari mitra saya di komisi IX tidak ada, jadi saya langsung menjawab oke ketika ditelfon pak Terawan. Saat saya dirawat 9 hari di RSPAD, setiap hari beliau menjenguk saya dari cctv dan ngobrol dengan saya paki intercom yg biasa saya gunakan panggil perawat.

“Santai wae mbak, dalam pantaunku terus kok sampean, seng akeh ngombene, ben panase ndang mudun (Santai saja mbak, anda terus dalam pantauan saya , yang banyak minum, biar panas tubuhnya segera turun),” begitulah beliau kalau menyapa saya dengan bahasa jawa.

Saat pesantren di rumah Banyuwangi terkena covid, Pak terawan ini yang sehari bisa dua kali telfon saya untuk memantau, bahkan setiap weekend beliau mengirimkan sekretaris dirjen P2P untuk datang ke Blokagung untuk melihat kondisi santri yang sedang karantina.

Setiap saat saya telfon pasti diangkat, saya nangis2 juga didengarkan oleh beliau. Pernah suatu hari, waktu beliau telfon, saya sedang mengecek dapur umum, banyak ibu2 tetangga yang sedang membuat kue untuk santri yang sedang isolasi, dan Pak Terawan berkenan.....

untuk di loud speaker telfonnya dan ngobrol heboh dengan ibu2.

“pokoknya engko nek aku ke Blokagung, aku pengen dimasakne karo ibu2 iki, sak iki aku karo mbak Ninik gak oleh ke Blokagung, ben ora rame wartawan teko

(Pokoknya nanti kalau saya ke Blokagung, saya ingin dimasakkan ibu2 ini, sekarang sama Mbak Ninik tidak boleh ke Blokagung, biar tidak ramai wartawan ikut datang).” Histeris lah ibu2 bisa mengobrol dengan Menkes.

Ketika covid di Pesantren, Pak Terawan jadi tahu kalau di pesantren kami belum memiliki ambulan yang representative untuk bisa melayani 6000 santri. Dan atas kebijakan dari Pak Terawan, Pondok diberi pinjaman ambulan milik KKP Surabaya dengan tanpa batas waktu peminjaman.

Alhamdulillah. Namun Ketika Menteri berganti, kebijakan berganti, ambulan itu dicabut kembali. Saat saya cerita hal ini ke Pak terawan beberapa waktu lalu saat ketemu, kami tertawa bareng. Ya begitulah.

Ketika rame Vaksin Nusantara, saya dan Mas Angga termasuk yang menjadi relawan unt disuntik vaknus ini. Tidak ada yg maksa, tidak ada unsur politik. Saya hanya punya dua pertimbangan, yakni pertama, mendukung jalan kemandirian Kesehatan di Indonesia dg support produk anak negeri.

Kedua, ya saya percaya ke Pak Terawan. Saat proses penyuntikan vaknus, saya sempat tanya ke beliau kenapa tidak segera berangkat ke Spanyol, kan beliau terpilih jadi Dubes Indonesia di Spanyol.

“Duh mbak, Kalau aku ke Spanyol yg aku urusi hanya mungkin sekitar 1000 orang WNI di sana, kalau aku tetep di sini, mengembangkan Vaknus jutaan rakyat Indonesia bisa aku bantu. Biar sudah mbak, aku jadi mantri tukang suntik saja, tidak perlu jadi Dubes.” Kata beliau

Beberapa minggu lalu, Pakde saya, Pakde Hisyam terindikasi ada penyumbatan di saluran otak beliau, sehingga diputuskan untuk dilakukan DSA (Digital Substraction Angiography) atau terapi cuci otak, dan di Indonesia sepanjang saya tahu hanya dokter Terawan yang melakukan.

Dan praktek ini yg sejak lama jadi polemic dg IDI, namun petinggi negeri ini banyak sekali yang sembuh dengan melakukan tindakan ini. Saya tidak akan berkomentar mengenai polemic dengan IDI, namun saya akan menceritakan bagaimana Pak Terawan memberikan pelayanan kepada pakde saya

Selama pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan oleh Pak Terawan, saya kebetulan tidak bisa mendampingi Pakde, namun saya yang membuatkan janji, melakukan negoisasi waktu dan juga mengupdate informasi-informasi lainnya dari pak Terawan.

Beliau selalu mengupdate saya setiap kali habis memeriksa dan menjelaskan next planningnya, begitu juga mengabari saya ketika akan melakukan tindakan. Menurut Pakde dan sepupu saya, Pak Terawan sangat memberikan pelayanan yang bagus dan prima

Saat polemik vaknus ramai di media, saya sempat tanya beliau bagaimana pendapat beliau “Halah mbak, jarno, aku tak meneng wae, tak mlaku seng tak yakini bener, dan tak yakini bermanfaat untuk orang banyak

(Biarkan saja mbak, saya diam saja, saya berjalan sesuai apa yang saya yakini benar, dan saya yakini bisa bermanfaat untuk orang banyak).”

Dan jawaban yg sama juga beliau berikan saat saya tanya soal kasus pemecatan IDI.

Saya yakin pak Terawan orang baik, dan melakukan yang terbaik yang dia mampu untuk rakyat Indonesia.