AYAH PENYAYANG Profile picture
Apr 20, 2022 500 tweets >60 min read Read on X
𝐋𝐀𝐆𝐈 𝐍𝐆𝐎𝐉𝐎𝐋 𝐃𝐀𝐏𝐄𝐓 𝐎𝐌-𝐎𝐌 𝐈𝐃𝐀𝐌𝐀𝐍

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Ini kisah seorang sahabat. Sebut saja namanya Ferdi. Seorang ojol berusia 25 th. Dalam alur cerita ini, penulis bercerita sbg sudut pandang orang pertama.

#gambarhanyapemanis Image
(2) Ketika itu aku dapet orderan go ride. Aku jemput customer ke titik, ternyata bapack² ganteng berusia 50 lbh.

Di jalan aku senang banget bs cerita² dgnnya.

"Majuin Pak, duduknya. Biar stangnya gak goyang!", ucapku.

Dia pun nurut. Lalu dia rapetin duduknya ke aku. Image
(3) Aku lgsg horni begitu anunya bergesekan dgn badanku. Lumayan berasa lah ada sesuatu yg lembut nempel di bagian pinggangku.

Aku sengaja lambatin motorku biar agak lamaan nyampainya.

Pengen banget rasanya mau naruh tangan ke blkg buat grepe anunya. Tapi aku takut! Image
(4) Akhirnya aku cuma berani nepuk² lututnya sambil bicara. Aku pikir itu hal yg wajar dan gak ketara.

Soalnya aku takut kena komen jelek dan bintang 1 dari dia kalau dia gak suka aku macam².

Lebih takut lagi kalau dia email ke kantor, bisa² aku di PM (putus mitra) Image
(5) Aku berusaha ramah dlm bercerita biar dia nyaman. Aku pun terus nepuk² lututnya dgn tangan kiri sbg tanda kekompakan.

"Kalau besok² saya tlp lgsg tanpa dr aplikasi, boleh gak mas?", tanyanya.

Aku lgsg deg²an dan seneng.

"Boleh Pak! Save aja nomorku!", jwbku. Image
(6) Lalu stlh jalan bbrp ratus meter, dia ngomong.

"Mas, boleh singgahkan bentar ke jln anu, ada yg mau saya jemput!"

Aku tau jln itu gak kami lalui. Tapi hrs mutar² dan lbh jauh dr rute.
Tapi aku mau² aja nemain Bapack itu.

"Boleh aja sih, Pak!", jwbku. Image
(7) Kami pun menuju tempat tsb. Sebuah rumah bulatan yg yg gak di huni, namun lengkap dgn barang² di dlmnya.

Dia segera membuka rumah tsb dgn kunci yg di ambil dari tasnya.

"Bentar ya, mas!", ucapnya sambil masuk ke dlm.

Beberapa saat kemudian, dia keluar dr dlm. Image
(8) "Masuk aja dulu mas. Blm ketemu yg saya cari!", katanya.

"Gak usah Pak, disini aja.", ucapku sambil duduk di tmpt duduk yg ada diteras.

"Gak papa! Masuk aja dulu!", ucapnya lagi.

Dia keluar teras untuk menyuruh aku masuk sambil mengajak pake telapak tangannya. Image
(9) Aku sih gak segan tp pura² segan aja. Aku malah seneng.

Lalu aku pun bergegas ke dlm dan duduk di sofa empuknya.

"Nih minum mas!", ucapnya sambil geserin bbrp minuman kaleng yg di dlm tatakan yg tersusun rapi diatas meja.

Lalu dia pun kembali ke dlm kamar. Image
(10) Aku pun minum sarang burung.

Dia keluar dari kamar dan bilang,

"Maaf mas, agak lama nih. Tapi tenanglah, ku ksh lebih nanti.
Tapi aplikasinya gak papa kan mas?"

"Gak papa Pak!", ucapku.

Lalu dia kembali duduk di dpnku sambil ngobrol pura² ngeluh². Image
(11) Kami pun minum bareng dan ngerokok bareng.

Dia duduk ngangkang pamerin jendolannya.
Di sandarkannya kepalanya ke blkg dan dia menengadah ke arah plafon.

Kayaknya sengaja biar aku gak sungkan² liatin jendolannya.
Aku pun gak me-nyia²kan kesempatan itu.

Aku lgsg horni!! Image
(12) Aku udah grogi. Udah gak nahan pengen berlutut di dpnnya dan isepin burungnya.

Lalu dia meng-garuk² selangkangannya tanpa meliat ke aku.

Lalu dia pun menatapku dgn tatapan yg sngt dalam.

"Jadi ngantuk saya mas!", katanya.

Lalu dia nanya² ttg aku, udah nikah, dsb. Image
(13) Lalu kami ngobrol dgn saling menatap mata. Keyaknya dia udah tau gelagatku yg udah horni dan grogi meliatnya.

Dia pun makin sengaja me-megang² burungnya di dpn aku. Tentu itu makin membuatku salah tingkah.

Aku udah gemetaran dan nafasku gak beraturan. Image
(14) Lalu semua ngalir gitu aja.

Tanpa sadar, aku udah berlutut di lantai dan meng-oles²kan wajahku di selangkangan serta perutnya.

Semua ku ciumin sampai kedua paha dan dadanya.
Tangannya pun meng-elus² rambut dan pundakku.

Lalu aku pun menurunkan resletingnya. Image
(15) Ku keluarkan batangnya dari balik CD-nya.
Lalu aku menciumi kepala dan batangnya.

"Buka aja semua Pak!", ucapku.

Lalu dia berdiri utk menurunkan celananya.
Aku pun menarik sampai lepas dri pergelangan kakinya.

Dia kembali duduk tanpa celana di hadapanku. Image
(16) Burungnya masih mati. Dan aku terus men-cium²nya sampai bijinya.

"Isaplah, mas!", ucapnya.

Aku pun menjilati kepalanya, batangnya, dan jg bijinya. Dia tersentak!

Lalu aku pun mengulum batangnya dan meng-isap²nya terus menerus hingga batangnya mengeras dan membesar. Image
(17) Lalu dia menanggalkan bajunya dan meletakkannya di sampingnya. Sementara aku lg asik emutin burungnya.

"Bukalah bajunya!", ucapnya.

Akupun msh enggan menurutinya dan lanjut terus emutin burungnya.

"Bukalah, biar saya jg isap punya mas!", lanjutnya. Image
(18) Lalu dia berdiri seperti menghindar dari isapanku. Akupun menanggalkan semua bajuku.

Lalu dia mendorongku ke sofa empuknya sehingga aku terlempar dlm posisi terduduk.

Lalu dia lgsg berlutut dan ngisapin burungku. Isapannya enak. Tapi dia cuma isap batangku aja. Image
(19) Kami pun ganti²an isap2an tanpa beranjak dari sofa itu.

Jujur aku pengen di ajak main di kamar, biar lbh santai di atas kasur bisa guling².

Tapi dia gak ngajak, aku segan ngajaknya.

"Mas suka ya?", tanyanya.

"Suka Pak!", jwbku.

"Saya jg suka, mas!!", ucapnya. Image
(20) Makin lama makin terasa geli burungku. Dia pun mengisap makin ganas.

Akhirnya akupun gak kuasa lagi menahan biar spermaku gak keluar.

Aku pun mengimbangi isapannya dengan harapan kami bisa sama² keluar.

"Owhhh... ahhh!"

Aku mengerang.

Dia terus mengisapku.
(21) Spermaku pun tumpah ruah di mulutnya.
Sementara aku berusaha semampuku mengisap dia agar nembak juga.

Tapi aku udah keburu hilang nafsu karna burungku udah perih.
Akupun menghentikan isapanku di burungnya.

Dan bersamaan dengan itu aku juga menarik burungku dari mulutnya.
(22) Aku gak sanggup lagi dia isap.
Dan aku gak sanggup lagi mengisapnya.

"Isap! Isap!!", suruhnya.

Tapi aku cuma ngocokin aja.

Habis aku udah gak nafsu sih.

Siapa sih yang masih nafsu kalau udah nembak?

Akupun mengocok batangnya sedemikian cepat dengan genggaman yang kuat.
(23) "Sakit... Sakiiit!", ucapnya sambil menghempaskan tanganku.

"Jangan kegitu! Sakit!", ucapnya.

"Aku udah capek Pak.", ucapku.

Tapi aku segan mencueki dia, pasti di bilang aku ego. Makanya aku tetap berusaha ngocokin batangnya.

"Jangan di kocok!", ucapnya lagi.
(24) Lalu aku berusaha mengulum batangnya lagi.
Ku blow job dia dengan tahan nafas.

Tapi gak bisa lama. Aku buru² nyabut dari mulutku. Aku mau muntah!

"Pak, gesekin di pahaku aja.", pintaku.

Lalu Bapack itu pun menaiki badanku dan melumuri batang kemaluannya dengan ludah.
(25) Di sapukannya juga ludahnya di sela² pahaku. Lalu dia menjepitkan batangnya disana.

Diapun menindih badanku dan mengunci badanku dengan kedua tangannya.

Lalu dia meng-hentak²kan pinggulnya.
Terasa burungnya keluar masuk di sela² pahaku.

"Geli Pak.... aduh!", ucapku.
(26) Aku memang kurang tahan di gitukan.

Entah mengapa, aku gak sanggup jepitin burung di paha.
Enak sih tapi kebangetan gelinya.

Lalu aku bagaikan kehabisan nafas menahan gelinya burungnya menerjang jepitan pahaku.

Tapi aku gak bisa gerak. Dia mengunciku.
(27) "Cepatan Pak, tembakkan!", ucapku dengan susah payah bagaikan orang lagi di sekap.

Dia pun makin menerjang dengan hentakan² yang kuat.

Nafasnya sangat ngos²an.
Ku rasakan keringatnya mengucur deras membasahi badanku.

Aduh, cepatlah nembak.
Gumanku dalam hati.
(28) "Sini mulutmu!", ucapnya bagai kesetanan.

Dia melumat mulutku membabi buta.

Ku rasakan deru nafasnya masuk dengan bebas ke dalam mulutku.
Terasa panas! Tapi gak bau!

Lalu dia meng-erang² terus sambil melumati bibirku.

"Oh... ahhhh.... aduh...!"
(29) Disitulah dia nembak!
Aku sih gak bisa merasakan dia udah nembak.

Seluruh badannya udah terasa lengket² akibat keringat.

Satu menit dia masih menindihku sampai nafasnya mereda.
Lalu dia bangkit dan aku pun bisa bernafas lega.

Kami sama² masuk kamar mandi.
(30) "Ngopi kita mas?", tanyanya.

Aku enggan jawabnya.

Langsung dibuatin kek, gak mungkin aku nolak.
Karna ngopi itu enak banget habis ML.

Tapi akhirnya aku jawab juga.

"Bikininlah Pak."

Aku emang gak punya rasa segan² lagi ke customerku ini. Ngapain segan. ML aja udah!
(31) Kami pun ngopi² ditemani biskuit.

"Gak papa aplikasinya itu kan mas?", tanyanya.

"Gak papa. Masih gantung² tuh. Belum ku selesaikan.", kataku.

"Kalau di selesaikan disini gak papa?", tanyanya.

"Gak papa Pak. Emang bapack disini aja atau masih diantar ke titik?", tanyaku.
(32) "Di antarlah mas. Saya cuma mau ngambil ini tadi.", ucapnya sambil nunjukin barang² yang udah diletak di meja.

Lalu habis ngopi dia nutup rumah. Kami pun berangkat ke titiknya.

"Ini mas.", ucapnya sambil ngasih lembaran merah.

Langsung ku terima aja tanpa basa basi.
(33) "Yang tadi udah pakai gopay kan mas!", ucapnya.

"Udah Pak!", jawabku.

"Udah bisa itu kan mas?!", ucapnya.

"Udah Pak! Makasih ya Pak!", ucapku.

"Sama² mas.", ucapnya.

Gila aja rasanya dapat customer yang "sakit."

Wah, gak di sangka²!!!
(34) Tiga hari lagi aku dapat orderan gofood.
Nama di aplikasinya nama laki².

Dia nyuruh di antar ke sebuah hotel sesuai titik.
Dia minta tolong antar ke kamar langsung.

Akupun gak mempermasalahkan itu. Selagi hotelnya pakai lift.

Aku pun buka jaket ojolku di jalan.
(35) Takutnya ojol gak boleh masuk sama petugas hotelnya.
Jadi itu inisiatifku aja.

Akupun nyelonong aja masuk ke dalam tanpa di tanya² sama petugasnya.

Sampai di depan pintu kamarnya aku ngetuk.
Lalu pintu pun dibukakan.

Aku pun dibuat kaget melihat si costumerku ini.
(36) Ternyata dia seorang bapack² ganteng berkumis tebal berusia kurang lebih 50 th.

Saat membukakan pintu, dia cuma handukan tanpa baju.
Orangnya putih bersih dan dadanya berbulu lebat. Begitu juga tangan dan kakinya.

"Masuk, mas!", ucapnya dengan senyum ramah.
(37) Biasanya nih, kalau antar orderan sampai pintu aja. Disitu serah terima barang.
Tapi dia kok pake suruh masuk segala.

Yang pasti aku seganlah.
Jadinya aku berdiri mematung aja di depan pintu sambil megangin kantong makanan.
Aku seperti nungguin duit dari dia.
(38) "Masuk dulu mas. Saya mau nyari dompet.", ucapnya.

Dia berlagak kayak kebingungan letak dompetnya dimana.

Aku yang udah tau gelagat²nya, tentu gak mau me-nyia²kan kesempatan itu.
Aku pun melipir ke dalam.

Dan ketika di persilakan duduk, aku langsung aja duduk.
(39) Aku memandangi tubuhnya dari ujung rambut ke ujung kaki.

Aku udah gemetaran dan agak grogi.
Tapi aku usahakan lebih tenang.
Makanan langsung aku letak di meja.

"Mana dompet saya tadi!", ucapnya.

Lalu dia masuk kamar mandi, dan ternyata disitu, di dalam celana panjangnya.
(40) Dia pun duduk di kasur dan berusaha mengeluarkan dompetnya dari kantong belakang celana panjang yang di pegangnya.

Aku pun bisa melihat separoh pahanya.

Aduh mulusnya, penuh bulu lagi!, gumanku.

"Sabar ya mas.", ucapnya.

"Gak papa Pak. Santai aja.", ucapku.
(41) "Mas udah makan?", tanyanya.

Udah Pak!", jawabku.

"Benaran?", itu saya pesan tadi 2, sebenarnya mau ku kasih mas lho 1!", ucapnya.

"Ah, gak usah Pak!", ucapku.

FYI, dia pesan 1 item makanan yg sama, dan 2 item minuman yang sama.

Padahal cuma dia sendiri di kamar.
(42) "Gak papa mas.
Saya gak basa basi lho. Benaran mau ngasih untuk mas.", ucapnya.

"Makasih Pak, tapi aku udah makan!", ucapku.

"Rezeki jangan di tolak mas.", ucapnya dengan senyum.

"Makasih banyaklah kalau gitu Pak. Semoga rezeki bapack lancar.", ucapku.
(43) "Amin!
Mas juga kancar rezekinya.", ucapnya.

"Amin Pak!", ucapku.

"Mas buru² gak? Gimana kalau kita makan disini aja?", ucapnya menawari.

Segan aku Pak!", ucapku pura².

"Ngapain segan. Santai ajalah! Yok makan disini aja.", ucapnya.

Aku diam aja.
(44) Dia udah letakin dompetnya di atas meja, dan 1 lembar duit 100 rb diluarnya.

Tapi belum di kasih samaku utk bayar makanannya tadi.

"Mas pengen pulang cepat mau narik lagi?", tanyanya.

Aku gak jawab.

"Tenang aja mas. Saya kasih lebih nanti.", ucapnya.
(45) "Gak usah Pak!", tolakku.

"Gak papa. Saya ganti waktu mas yang tersita disini!", ucapnya.

"Gak usah Pak. Udah kasih makanan, di gaji pula aku makannya. Hehe.", ucapku.

"Gak papa mas. Kan waktunya terbuang disini. Jadi saya mau ganti itu.", ucapnya.
(46) Lalu dia membukai makanan itu di atas meja.
Aku pun di persilakan makan.
Lalu aku nyuci tangan di kamar mandi.

"Buka aja sepatunya mas.", ucapnya.

Aku pengen nolak dan bilang gak usah.
Namun aku milih nurut aja apa katanya.
Aku langsung bukain sepatuku.
(47) Kalau nolak terus²an kan, ntar dikiranya kita gak peka.
Padahal biar gak kotor aja lantainya misalnya.

Kamipun menyantap makanan yang aku bawa tadi.
Kami duduk berhadapan di depan meja kaca itu.

Dia banyakan fokus melihat ke bawah, ke arah makanannya.
(48) Itulah kesempatanku curi² pandang ke arah anunya.

Aku bisa melihat celana dalamnya warna putih serasi dengan warna handuk yang melilit di pinggangnya.

Pasti bapack ini sengaja!, pikirku.

Tapi aku udah siap menerima apapun yang bakal terjadi di kamar itu.
(49) Melihat kedua bagian dalam pahanya yang putih berbulu aja aku udah ngiler.

Apalagi bisa melihat gundukan celana dalamnya.
Aduh!

Kamipun selesai makan. Semua bungkus makanan udah masuk keranjang sampah. Aku pun ngelap meja itu dengan tisu.

Dia masuk ke kamar mandi lagi.
(50) Ku dengar cucuran air ke toilet. Pasti dia kencing.
Tapi pintu gak di tutupnya.

Astaga!

Walau gak di tutup, gak bisa nampak sih dari posisi aku duduk.

Dia keluar.

"Cuci tangannya mas.", ucapnya.

Akupun masuk ke kamar mandi.

Aku juga kencing! Tapi ku tutup pintunya.
(51) Lalu kami kembali duduk sambil ngobrol.

Dia menyodorkan sebungkus rokok Dunhill putih isi 20 btg yang belum dibuka ke aku.

"Aku ada rokok Pak!", ucapku sambil ngeluarin rokok Sampoerna A Mild isi 16 btg dari kantong tasku.

"Gak papa, ini sama mas aja!", ucapnya.
(52) Aku gak berani natap² langsung ke arah paha atau anunya.

Walaupun aku pengen, tapi aku gak berani.
Takut dia tau aku suka.

Sementara dia sering menantang tatapanku sampai aku harus sering² buang muka saking gak sanggupnya menatap wajahnya sambil bicara.
(53) Aku agak nerfous memang kalau berhadapan dengan bapack² ganteng.

Aku sering gak tahan saling bertatapan muka waktu bicara gini.

Apalagi ini kondisinya berduaan di dlm kamar.
Posisinya juga lagi handukan doang di hadapanku.

Benar² menantang dan menguji iman.
(54) Dia nanya² aku orang mana, tinggal dimana, ortu dimana, udah berapa lama merantau, udah berapa lama ngojek.

Lalu dia nanya berapa penghasilan aku sehari dari ngojek. Sebelumnya kerja dimana, dsb dsb.

Lalu aku pun nanya beliau dari mana, tujuannya apa, dan profesinya apa.
(55) Ternyata beliau dari ibukota negara kita.
Tujuan bisnis. Dia bagian swasta.

Banyaklah duitnya tuh, pikirku.

Lalu dia nanya aku udah nikah, aku jawab belum.
Lalu dia nanya mengapa belum nikah, padahal aku ganteng katanya.

"Nikah aja mas. Sayang kegantengan itu.", ucapnya.
(56) "Mana pula aku ganteng Pak. Biasa² aja.", ucapku gak terima aku di puji ganteng.
Karna menurutku juga aku biasa² aja, belum masuk kategori ganteng.

"Mas ganteng kok. Pasti banyak cewek² yang suka!", ucapnya.

Merayu nih ye.. gumanku.

"Bapack yang ganteng!", ucapku.
(57) Aku gak mau ber-lama² menuju kesana. Aku udah gak tahan pengen menikmati tubuhnya.

"Saya udah tua dek. Masa' masih ganteng!", ucapnya merendah.

"Ya emang ganteng, Pak!", jawabku memberanikan diri membalas rayannya.

"Kalau dulu waktu masih muda mungkin iya, mas.", ucapnya.
(58) "Kalau sekarang udah tua. Udah hilang gantengnya. Hehe.", tanbahnya.

"Masih kok Pak..masih ganteng!", ucapku.

"Mana ada sejarahnya yang tua ganteng.", sanggahnya.

"Banyak Pak. Justru yang tua² tuh banyak yang gagah ganteng. Apalagi berkumis tebal kayak Bapak!", ucapku.
(59) Lalu dia menatapku dengan sangat dalam.

"Bapack² tuh lebih cocoknya emang berkumis. Jadi nampak wibawanya.", ucapku.

Aku sengaja bilang gitu, biar dia tau aku suka dia, dan suka yang berkumis.

"Ah, kamu bisa aja mas.", ucapnya sambil ketawa.

"Iya Pak.", ucapku.
(60) "Pasti istri bapack cantik. Fan pasti istri bapack betah gak bosan dengam bapack. Secara bapack itu gantengnya sempurna!", rayuku.

Lalu dia meng-garuk² paha kirinya dengan sedikit menarik bagian bawah handuknya ke arah dalam. Jadilah makin terbuka pahanya.
(61) "Gatal ya Pak?", tanyaku dengan beraninya.

"Iya!", jawabnya.

"Belum mandi kali?!", candaku.

"Udah sih tadi mas.", ucapnya.

"Mau di garuk Pak?", tanyaku.

Lalu dia menatapku penuh nafsu.

Lalu bagai di suruh, aku langsung mendekatinya dan meraba pahanya tadi.
(62) Kedua tangannya langsung menggenggam punggungku.

Kamipun berpelukan.
Pipi kami saling menempel.

Aku udah gemetaran ketika badanku menempel ke badannya.
Terasa sangat teduh dan nyaman.

"Pak!", ucapku pelan.

"Iya mas.", jawabnya setengah berbisik.

Mata kami bertatapan.
(63) Di kecupnya bibirku pelan. Lalu kami kembali bertatapan.

Lalu aku langsung mengecup keningnya, dan menciumi pipi kiri dan kanannya.

"Temani bapack ya mas.", pintanya.

"Iya Pak!", jawabku.

"Panggil adeklah Pak! Aku lebih suka di panggil adek dari pada mas.", ucapku manja.
(64) "Iya adekku!", jawabnya.

"Adek suka sama bapack?", tanyanya.

"Suka banget Pak.", jawabku.

"Suka di apain?", tanyanya.

"Di apain aja Pak!", ucapku.

"Mau di isap?", bisiknya.

"Mau Pak!", jawabku.

"Mau di jilat?", bisiknya.

"Mau Pak!", jawabku.

Dia meraih pantatku.
(65) Sambil berciuman, dia memegangi belahan pantatku dgn jemarinya.

"Ini mau di jilat gak dek?", tanyanya.

"Boleh Pak!", ucapku.

"Adek mau gak isap punya bapack?", tanyanya.

Ketika itu tangan kananku udah me-raba² batangnya yang udah ngaceng dari tadi.

"Mau Pak!", kataku.
(66) "Jilat yang di belakang?", tanyanya.

"Mau Pak!", jawabku.

"Aduh....!", ucapnya sambil menciumku terus menerus.

"Puaskan bapack ya dek!", ucapnya.

"Iya Pak!", jawabku.

Kami pun terlibat cipokan yang sangat brutal.
Lidah dan bibir kami gak mau lepas lagi.
(67) Beliau memang tipikal aku banget. Kayak dialah yang ku cari² selama ini.
Makanya aku langsung jatuh ke pelukannya.

"Aku suka kayak adek. Yang mau jilat lobang belakang!", ucapnya.

"Kenapa suka itu dek?", tanyanya lagi.

"Karna udah suka banget orangnya Pak!", jawabku.
(68) "Adek mau gak masukin?", tanyanya.

"Mau Pak?", ucapku.

Lalu kamipun ber-guling² di atas springbed itu.
Bercumbu tiada hentinya.

Posisiku udah dibawah.

Lalu bapak itu menjilati seluruh dadaku. Dia menggigit kedua putingku sampai aku menggelepar.

"Suka ya dek?", tanyanya.
(69) "Iya Pak!", kataku.

Lalu dia melahap sampai ke perut dan berfokus di pusatku.
Aku pun gak berhenti menggelinjang dibuatnya.

Dia membukakan celanaku langsung barengan dengan kolorku. Lalu mencampakkannya seenaknya ke atas meja.

Lalu dia menjilati seluruh pahaku.
(70) Dia menyapu rata secara beraturan dari pangkal paha kiri sampai lutut. Lalu pindah ke yang kanan.

Setelah itu dia menciumi kedua betisku.
Lalu naik lagi ke lutut sampai pangkal paha.

Barulah setelah itu dia menyentuh gundukan di dalam celana dalamku.

"Dek!", ucapnya.
(71) Dia meng-oles² wajahnya di gundukanku. Bak kucing yang ber-manja² dengan pimiliknya.

Dia meng-oles² hidungnya di biji sampai bagian jembutku.
Lalu dia menciumi kedua sela pahaku.

"Harum dek!", ucapnya sambil menatap ke wajahku.

Kembali dia menciumi sela paha itu.
(72) Lalu dia menjilati sela² paha itu dengan lidahnya. Makin lama makin geli.
Aku terpaksa harus meronta.

"Paaakkk!!", erangku.

"Suka kan dek!", ucapnya.

"Iya bapack sayang!", ucapku.

Lalu dia menarik celana dalamku dan menanggalkannya dari pergekangan kakiku.
(73) Lalu bapack itu mengolesi wajahnya disana.
Ke batangnya, jembutnya, dan bijinya.

Lalu dia menegakkan batang itu ke atas. Lalu langsung melahapnya.
Dia me-nyedot² dengan naik turun.

Batangku pun belepotan air liurnya.
Dia terus mengulumnya lenuh gairah membara.
(74) Lalu setelah sekian lama memainkan batangku, dia langsung menjilati bijiku.

Spontan akupun menggelinjang hebat.

"Aduh Pak.. enak bangettt!", erangku.

Melihat aku yang kewalahan itu, dia makin beringas dan membabi buta menakkukkanku.
Dia gak henti²nya menjilatinya.
(75) Sampai ku dorong pundaknya ke bawah dengan kedua tanganku.

Aku mau dia menyudahi jilatannya.
Aku udah nyaris kehabisan nafas menahannya.

Tapi dia menahan dan terus menjilati bijiku dengan brutalnya.
Dia suka aku sampai mau pingsan. Dia makin nafsu liat aku kewalahan.
(76) Sekian detik aku merasa lega karna dia berhenti menjilati bijiku.

Namun, tiba² aku sangat terkejut merasakan jilatannya berpindah ke lobang anusku.

Dia sangat² brutal menjilat, menyapu, menyeka, menyedot, mencelup, dan meng-gigit² areal lobang anusku tersebut.
(77) Kali ini aku pun harus meng-erang² kuat² dan me-ronta² bagai kambing yang mau di sembelih.

"Udah Pak... udah Pak!", teriakku minta ampun.

Namun, dia lebih suka melihat aku begitu.
Bukannya berhenti, tapi makin di terusin.

Dia menyuruhku telungkup.
(78) Dia kembali melahap lobang ekorku dengan posisi telungkup.

Kadang² dia meng-angkat² pahaku ke atas untuk menjilatinya.

Dan, ternyata dia capek juga.

Dia menghentikan permainannya dan merebahkan diri di kasur dengan nafas yang ngos²an.

Aku pun beraksi!!
(79) Aku langsung menciumi bibirnya dari atas. Kami bercumbu.

Ku beranikan ngeluarkan ludahku ke dlm mulutnya.
Dan ternyata dia gak tau. Syukurlah gak tau.

Lalu aku mengisap teteknya dengan cukup lama.
Aku jilati terus sampai dia mendesah.
Lalu turun ke bagian perutnya.
(80) Ternyata disitu satu titik kelemahan beliau.
Beliau menggelepar ketika ku jilati pusat dan perutnya.

Suara erangan pun keluar dari mulutnya.

"Tahan ya Pak. Biar ku puasin bapack!", ucapku.

Lalu aku menciumi gundukan di celana dalamnya. Udah sangat keras!
(81) Ku sengaja gak langsung buka CD-nya atau ngeluarin kepalanya dari atas atau samping.

Ku oles² terus mukaku disana kayak yang dia buat tadi.
Lalu ku remas batang dan bijinya pakai tangan.

Lalu ku sapukan pahanya dengan telapak tanganku secara bolak balik.
(81) Bapack itu bergidik ketika tanganku mengelus swkuruh pahanya.

Kini ku ganti pake wajahku.
Dia pun makin kegelian.

Lalu segera ku julurkan lidahku memandi kucingkan bagian pahanya dua²nya.

Terus turun dan berhenti di lipatan kakinya (belakang lutut).
Aku pun menjilatinya.
(82) Lalu ku jilati juga betisnya yang kekar tegas.
Bahkan turun sampai ujung jarinya tak luput dari ciumanku.

Lalu kembali naik ke atas hingga pangkal paha.

Ku jilatilah sela² pahanya yg harum mewangi mirip aroma salak yang matang itu.
Aku sangat bernafsu menjilatinya.
(83) Lalu aku meraba bagian paling sensitif di tubuh beliau.
Ku keluatkan kepala kemaluannya dari samping kiri CD-nya.

Lalu ku cium² dan ku kecup².

Setelah itu ku jilat lobang dan kepalanya perlahan dengan lidahku.

Dan.. akhirnya ku kulum batang itu dan ku sedot.
(84) Ku anggukkan kepalaku beberapa kali dengan cepat.

Beliau pun mendesah tak hentinya.

"Enak mas...!", ucapnya dengan mata merem.

Lalu ku masukkan batang kemaluan bapack itu ke dalam CD-nya kembali.
Lalu ku keluarkan dari karet atas.

Kembali ku isap² dengan serius.
(85) Ku tarik terus karet CD-nya ke bawah untuk melihat bijinya.
Akupun berhasil mengeluarkan kedua bijinya, lalu ku jilat².

Tak berapa lama, aku pun menurunkan CD itu dari pinggangnya dan menanggalkannya dari pergelangan kakinya.

Lalu aku fokus mengisap kemaluannya.
(86) Ku kerahkan segala kemampuan yang ku punya untuk menyervis beliau.

Ber-kali² beliau memuji kepiawaianku mem-blow job.

Beliau meng-elus² rambutku ketika aku asik mengisap burungnya.

"Bapack suka?"

"Iya dek!"

"Bapack puas?"

"Iya sayang!"

"Owhh...!"

"Auhhh!!!"
(87) Mendengar kata sayang yg beliau ucapkan, aku makin bersemangat memberikan pelayanan terbaik.

Ku jilati bijinya terus menerus dan ku tariki jembutnya pakai mulut, seakan menghisap sari patinya.

Lalu ku bukakan kedua pahanya dan ku jilatilah lobang anus beliau.
(88) Beliau pun memuji keberanian ku dan ke sukarekaanku melakukannya.

Aku rimming terus anusnya dengan beringas.
Sampai beliau gak henti²nya mengerang dan menggelepar.

"Terus dek.. bapack suka!", ucapnya.

Ku lebarkan pahanya se-lebar²nya.
Ku jilat terus lobang itu!
(89) Ku coba ku bukakan lobangnya semampunya dan ku celupkan lidahku yang udah ku gulung membulat.

Lalu ku gigit belahan pantatnya yang mengatup lobang itu.

Ku sedot terus lobangnya tanpa pernah membuang ludah.
Aku gak jijik sama sekali.
Nafsuku udah sangat tinggi.
(90) Lobang anusnya udah sangat² basah kubuat.

Lalu ku cucukkanlah jari tekunjukku ke dalam dan ku gerak²kan keluar masuk.

Bapack itupun meringis keenakan.
Akupun sangat nafsu melakukannya.
Hingga ku tambah jari tengahku.

Dia makin suka dan keenakan.
Aku senang melihatnya.
(91) Kalau misalnya dia kesakitan kumasukin 2 jari, aku gak akan meneruskan.

Lalu aku berniat memasukkan jari manisku juga.
Tapi tiba² ku urungkan niat itu.

Aku langsung menghunus pedangku. Lalu menancapkannya kesana.

"Ouhhh....!"

Terdengar erangan beliau.
(92) Ku sorong terus batang kemaluanku makin dalam. Hingga masuk seluruhnya.

Akupun menggenjot terus dan mebuat beliau gak berhenti menjerit.

Sepuluh menit aku hantam lobangnya dengan posisi aku diatas dia ngangkang di bawah.

Lalu aku suruh beliau nyamping.
(93) Ku hantam lobang ekor beliau dari samping. Terasa sangat lezat karna lobangnya agak terhimpit oleh belahan pantatnya.

Tapi lobang itu di dobrak oleh batangku yang sangat keras.

Hingga ku celup keluar masuk dengan tempo yang kadang cepat kadang melambat.
(94) Lalu 10 menit kemudian ku suruh beliau nungging.
Ku gasaklah lagi lobangnya dari belakang.

Kadang aku posisi jongkok, kadang berlutut.
Dinginnya AC di ruangan itu seperti gak sanggup menghalau peluhku.
Aku merasa berkeringat.

Lalu karna capek, aku pun menghentikannya.
(95) Kami sama² rebahan.
Burungku masih tegang.
Lalu beliau me-raba² dan me-ngocok²nya.

"Cuci yok mas. Saya mau isap!", ucapnya.

Lalu kami ke kamar mandi.
Beliau mencuci dan menyabuni burungku yang masih dalam posisi hidup itu.

Setelah di bilas dengan air, beliau mengisap.
(96) Namun burung beliau udah mati.
Lalu ku isap juga burungnya sampai hidup.
Kami isap²an bergantian di kamar mandi.

"Gak enak disini!", ucapnya.

Lalu kami handukan dan berjalan menuju kasur kembali.

Lalu kami isap²an dengan cara 69.
Awalnya aku yang di atas, lalu beliau.
(97) Lalu kami ber-guling² hingga kadang nyamping.

"Saya udah mau keluar dek!", ucapnya.

"Aku juga Pak!", kataku.

"Kita keluarkan aja ya dek. Tapi sama².", ucapnya.

"Iya Pak!", ucapku.

Lalu kami saling isap dengan nafsu yang tak terbendung lagi.

Erangan pun keluar.
(98) Aku memaksa agar spermaku bisak keluar. Jangan terlambat dari beliau.

"Uhh... ughhh!"

Beliau mengerang.

"Ahhh.... ahhh!"

Aku pun mengerang.

Kami sama² kasih kode bahwa kami udah sama² mau keluar.

Erangan pun makin ber-sahut²an.

Dan akhirnya kami bisa crot bareng.
(99) Spermaku keluar di mulut beliau, bersamaan dengan sperma beliau yang memenuhi mulutku.

Tanpa ragu aku langsung cepat² menelan air mani beliau. Sebelum hilang nafsuku.

Beberapa saat, aku mengeluarkan batang beliau dari mulutku yang perlahan udah mulai terkulai lemas.
(100) Begitu juga beliau, udah melepaskan kompeng dari mulutnya.

Kami sama² rebahan telentang secara terbalik.

"Mandi yok dek!", ucapnya dengan suara yang tegas dan lugas.

Kayak gak ada sesuatu yang mengganjal di mulutnya.

Aku pun langsung terduduk melihatnya.
(101) Oh, ternyata beliau menelan spermaku juga.

Aduh, makasih Pak. Tersanjung rasanya!, gumanku.

Lalu kami ke kamar mandi. Gak ada ku liat beliau buang ludah. Berarti di telan. Horeee.....

Selesai berpakaian, kami merokok dan minum bir kaleng yang ada di dalam tasnya.
(102) Ada juga cemilan berupa bread dari toko kue ternama yang dibelinya.

Lalu dia menyalamkan 2 lembar duit merah ke tanganku sebagai pembayaran makanan tadi dan juga untuk uang tip karna udah menemaninya sekian jam.

Aku pun pamit dengan wajah ceria.
(103) Seminggu kemudian, aku antar gofood ke hotel juga.

Dari chat di aplikasi, si costumer minta antar ke atas. Nanti akan dikasih tip.

Aku pun masuk tapi gak buka jaket ojol. Karna aku tau hotel tsb membolehkan ojol naik ke atas.

Sampai pintu, ku ketok pintunya.
(104) Tapi gak ada yang nyahut.
Lalu ku telepon.

Tiga kali ku telepon gak di angkat juga. Yang ke 4 baru di angkat.
Katanya lagi di kamar mandi.

Aku di persilakan meletakkan makanan tersebut ke atas meja.
Aku langsung masuk dengan senang hati. Karna costumernya ganteng.
(105) Dia seorang bapack² umur 60-an yang putih bersih berkumis rapi.
Kumisnya gak terlalu tebal.

Aku pun auto teringat kisah seminggu yang lalu, dan berharap terjadi lagi sekarang ke orang yang ada di hadapanku.

"Maaf ya mas, lama saya buka.", ucapnya.
(106) "Ya, gak papa Pak.", ucapku.

"Udah lama mas nunggu diluar?", tanyanya.

"Belum Pak!", jawabku sambil senyum.

"Itu udah gopay kan mas?", tanyanya.

"Belum Pak!", ucapku

"Lho, perasaan tadi setting gopay!", ucapnya.

Lalu akupun sibuk liatin aplikasi.
(107) Takutnya aku yang lupa.
Eh, ternyata emang benar gak pakai gopay.

"Tunai lho Pak!", ucapku.

"Waduh, saya lagi gak pegang uang cash mas.
Padahal gopay saya banyak tuh.", ucapnya.

Aku berusaha tenang aja menunggu solusi dari dia.

"Bentar ya mas!", ucapnya.
(108) Aku sih senang aja ber-lama² disana.

Lalu dia nanya bisa gak dia bayar dari gopay.
Lalu saya bilang gak bisa lagi.

Tapi dari tip bisa setelah kasih bintang 5 ke aku.
Tapi nominal tip gak ada pula yang pas kayak nominal pembayaran itu.

Kalau di kasih lebih sih gak papa.
(109) Lalu dia nanya apa aku mau nunggu kalau dia narik duit dulu dari ATM dari Indomaret yang kebetulan ada di sebelah hotel itu.

Aku bilang gak papa.

Tapi dia berpikir sejenak.

Lalu nanya lagi dengan yang dari tip tadi.

Lalu aku pun menjelaskannya.
(110) Dan akupun menjelaskan, banyak caranya.

Transfer gopay ke akun costumerku juga gak papa.
Atau transfer dari m-banking ke saldo driverku juga boleh.
Transfer saldo langsung ke rekeningku juga boleh.

"Mas ada m-banking?", tanyanya.

"Ada Pak!", jawabku.
(111) "Ada livin?"

"Ada Pak!"

"BCA Mobile?"

"Ada Pak. Kalau bisa dari BCA aja Pak!"

Lalu dia mempersilakan aku duduk dulu.
Dia sibuk utak atik gadgetnya.

Dia pakai boxer biru merk celcius dan singlet putih. Pahanya berbulu sampai kaki.
Tapi tangan dan dada gak.
(112) Lalu dia pun TF saldoke rekening BCA ku.

"Coba cek mas."

"Lho, ini lebih Pak.

"Gak papa!"

"Makasih ya Pak.

"Iya.. Mas ada tau tukang urut gak. Badan saya pegal nih dari Jkt."

Aku berpikir sejenak.

Dia pengen tukang urut cewek apa cowok.
(113) "Ada sih Pak, tapi entah masih ada ku simpan nomornya."

"Coba liat mas!"

"Gak ada lagi Pak!"

"Aduhh!"

"Ada sih tapi yang bapack². Yang ceweknya udah ilang pula."

"Oh, gak papa. Laki² juga gak papa. Yang penting urutnya enak."

"O gitu!"

Aku terdiam sejenak.
(114) "Ini nomornya Pak."

"Jauh gak?"

"Lumayan dari sini?"

"Dia sibuk pula nggak?"

"Kurang tau Pak.

"Rame biasanya yang urut ke dia?"

"Rame Pak. Dia sering di panggil² ke rumah atau hotel.
Di rumahnya juga selalu antri!"

"Iya pula ya!"
(115) "Bapack bukan nyari tukang urut cewek cantik?"

"Ah, cewek² tuh banyakan modus aja. Ngurut gak bisa.
Kalau pas pegal gini, kita emang nyari yang benar² bisa urut!"

"Iya sih Pak. Lebih bagus sih urutnya laki². Tenaganya kuat. Dan benar² urut!"

"Tapi takut sibuk pula ya!"
(116) Lalu akupun memberanikan menawarkan diri.

"Gimana kalau aku aja yang ngurut Pak?"

"Emang mas pandai?"

"Pandai Pak!"

"Serius??"

"Iya Pak. Bisa si buktikan."

"Boleh kalau gitu. Tapi gak papa kamu terganggu ngojek?"

"Gak papa Pak!" Kan dapat duit juga. Hehe."
(117) "Iya tapi gimana ya, saya pengen makan dulu. Udah lapar!"

"Gak papa, bapack makan dulu gak papa!"

"Tapi kamu nanti kelamaan nunggunya."

"Gak papa Pak!"

"Asal cocok harga ya?"

"Hehe.. gak juga Pak.
Aku ngurut gak matok harga kok.
Bapack ngasih seiklasnya aja aku terima.
(118) "Berapa itu mas?"

"Terserah bapacklah."

"Berapa?"

"50rb aja gak papa."

Kok murah mas?"

"Ya udah kalau bapack mau kash lebih ya silakan. Hehe!"

"Ok, amanlah itu mas. Tapi gak enaklah aku makan sendiri."

"Gak papa, santai aja Pak!"
(119) Akhirnya bapack itu pun membagi makanannya juga ke aku.
Dia tetap maksa aku harus ikut makan. Udah ku tolakpun tetap di paksanya.

Sebenarnya gak bagus makan dulu sebelum ngurut. Tapi aku gak bilang itu. Takutnya gak jadi dia urut.
Lagian kalau udah lapar ngapain di tunda².
(120) Selesai makan, aku masih di sodorkan dodol garut dan cemilan lain. Kebetulan ada pula minuman kaleng disana.

Lalu saatnya ngurut.

Dia menaruh body lotion merk vaseline ke dalam piring kecil.
Lalu dia beranjak ke tempat tidur.

"Nelungkup dulu atau nelentang mas?"
(121) "Biasanya telungkup Pak!"

Lalu dia membuka singketnya.

Ya olloh, mulusnya badan bapack²!

Aku tau bapack ini gak pake CD. Dari tari udah nampak ngejendol di balik boxernya.

"Ada sarung Pak?"

"Ada! Pake sarung lagi?"

"Kalau mau di buka semua sih."
(122)"Mau dibuka semua?"

"Itu tergantung bapack. Bapack yang mau di urut!"

"Tergantung masnya aja. Selaku yg ngurut."

"Gak papa Pak. Gini aja."

Lalu akupun mulai mengurut punggungnya dari pundak ke pinggang.

"Enak mas!", pujinya.

Lalu ku urut kedua tangannya.
(123) Setelah itu jari² kakinya naik terus hingga pangkal paha.

Aku menarik bagian bawah boxernya ke atas untuk mengurut pantatnya.

Begitu juga dengan karet atasnya ku turunin untuk ngurut bagian tulang ekornya.

Dia sedikit kesakitan ku lihat.

"Sakit ya Pak?"
(124) "Gak papa. Lanjut aja mas!"

"Kalau sakit bilang Pak, biar di pelanin!"

"Enak kok mas. Gini aja!"

Cukup lama aku megang² bagian pantat dan tulang ekornya. Akupun jadi horni.

Pengen rasanya ku jilat parit² di pantatnya yang putih mulus tanpa kurapan.
Tapi takut ketauan.
(125) Ku masukkan juga tanganku ke dalam boxernya. Aku bisa merasakan tapi gak bisa melihat.

Lalu aku memijat pundaknya.

"Telentang Pak!"

Bapack itu pun menurut.

Dia telentang di hadapanku. Aku gak henti²nya mandangin ke arah selangkangannya.

Ya, ngejendol!
(126) Hidup gak tuh ya?, gumanku.

Aku pun gak bisa bedain itu lagi hidup apa gak.

Lalu ku urutlah kepalanya.
Lalu langsung ke bagian kakinya, mulai dari jari²nya, ke atas hingga pangkal laha.

Disini juga ku lama²in. Tapi tetap terkesan profesional.
(127) Ku singkapkan juga bagian bawah boxernya kiri kanan, sampai aku bisa menggapai tepi² bijinya dengan kedua tangan.

Sesekali dia tersentak karna geli.
Ku banyakin lotion agar licin ketika menekan pahanya hingga pangkal.

Lalu ku urut bagian bawah pusatnya.
(128) Agak² ku turunin lagi karet boxernya sehingga jembutnya terlihat.
Akupun makin horni.

Ku sapukan lotion disana dan ku pijat lembut beraturan.
Dia meng-gelepar².

Kulihat ekspresi wajahnya yang menahan tasa geli sampai² giginya di katupkan.

Ku urut terus dengan telaten.
(129) Kembali tanganku mengurut pangkal pahanya hingga menyentuh bijinya tipis².

Mataku fokus memperhatikan anunya, apa akan ngaceng atau gak.
Ternyata iya!
Burungnya ngaceng!

Aku melihat kain boxernya makin terangkat keatas dan makin menggelembung.
(130) Tapi aku belum berani megang. Dan sengaja gak langsung mau megang².
Pinggir²nya aja yang ku sentuh².

Lalu aku ngurut perut, meski aku gak mau main² soal perut. Karna aku gak ahli disana.
Sekedar ku urut pelan² aja.

Disitulah sengaja ku kenakan tanganku ke anunya.
(131) Ketika tanganku tertekan ke anunya, dia tersentak.

"Hidup ya Pak?", tanyaku memberanikan diri.

"Iya mas.!, ucapnya sedikit malu².

Lalu aku sentuhlah batangnya itu dengan sengaja.
Tapi bapack itu gak marah atau menyingkirkan tanganku.

"Keras ya Pak.", pujiku.
(132) "Keraslah mas udah ngaceng!", ucapnya.

Lalu aku makin santuy megang² daei balik boxernya. Aku udah bisa menebak ukurannya.
Tak luput bijinya juga aku remas².

"Coba buka celananya Pak!", ucapku.

Sebenarnya udah mau ku bukakan langsung sih.

"Untuk apa dibuka?", ucapnya.
(133) "Biar aku urut. Biar bisa tahan lama."

"Oh kamu bisa?"

"Iya Pak.

"Buka ajalah!"

Akhirnya aku juga yang buka.

Kini aku bisa melihat dengan jelas burung si bapack.

Batangnya me-ronta² setiap ku sentuh.
Lalu ku peganglah batangnya itu dan ku pijat² dari bawah ke atas.
(134) Aku lapkan tanganku ke sprey agar hilang lotion²nya.
Aku gak mau kontol si bapack belepotan lotion.
Karna aku ada rencana ngisap.

Ku pijat terus batangnya hingga bijinya dengan hati².
Lalu daerah tumbuh rambutnya juga ku urut semua.
(135) Tanpa ragu dan takut, akupun menunduk segera mengulum kontol si bapack.

Dia langsung melihat begitu dia merasakan isapanku.

Aku lumayan kaget dan agak takut menunggu apa yang akan dia katakan.

Aku senyum ragu sambil menatap wajahnya. Isapan pun ku hentikan.
(136) "Maaf ya Pak.", ucapku.

Gak terdengar jawaban dari dia.
Itu membuat aku bingung dan ragu meneruskan.

"Boleh aku isap Pak?", tanyaku.

"Lha, kok masih ditanya mas. Udah di isap juga kan.", ucapnya.

Jadi boleh ya, pikirku.

Aku pun langsung menunduk lagi dan ngisapin.
(137) Ku emutin terus burungnya tanpa mau melihat ke wajahnya.

Lalu dia mengangkat kepalanya dan menahan dengan kedua tangannya dikasur. Dia mau duduk.

Aku melihat ke arahnya sebentar lalu fokus mengisap lagi.

"Pintar mijat ternyata kamu ya mas.", ucapnya.
(138) Lalu dia pu akhirnya benar² duduk.
Lalu dia bersandar ke dinding.

Dia melihatin aku ngisap kontolnya.
Dia kagum melihat adenganku menjilati kemaluannya.

Lalu akupun menjilati bijinya. Namun agak kesulitan.

"Rebahan dikit Pak."

Diapun mengangkangkan pahanya.
(139) Akupun men-jilat² terus bijinya dan juga sela² pahanya.

Sejenak aku berpikir, bapack ini juga doyan ngisap gak ya. Tapi aku segan nanya.

Aku berharap dia langsung megangin punyaku.
Lalu yang ku pikirkan pun terjadi.

Dia meraih burungku.

"Sini mas!"
(140) Ku biarkan beliau memegangi burungku yang masih di dalam celana jeans itu.

Lalu dia berusaha bukain ikat pinggangku dan celanaku.
Ku bantu segera melepaskan celana itu dari kakiku.

Lalu bapack itu mendekatkan mukanya ke selangkanganku.
Seketika itu diapun beringas.
(141) Dia mengolesi mukanya disana. Lalu tanpa lama² dia membuka celana dalamku.

Langsung aja dia mengulum batangku yang udah keras itu.
Di sedotnya terus dan di jilati bijiku.

Kepiawaiannya 11:12 denganku.
Aku bersyukur ketemu orang² seperti beliau.
Udah ganteng, agresif lagi.
(142) Setelah sekian lama dia ber-main² di selangkanganku, akhirnya dia menyuruhku untuk naik keatas tubuhnya.
Kamipun bercumbu ria.

Setelah itu dia menyuruhku memutar tubuhku agar kakiku kearah kepalanya.

Kami saling ngisaplah dengan posisi 69.
Bergulat rialah kami dikasur.
(143) Lalu setelah sekian lama gonta ganti posisi 69, akhirnya beliau nembak duluan.

Beliau gak sempat kasih aba² ke aku.
Tiba² aja ku rasakan spermanya memenuhi rongga mulutku.

Karna aku suka beliau, akupun menelan habis mani itu.
Aku juga berusaha ngeluarin punyaku.
(144) Tapi gak keluar².
Akhirnya dia pun K.O!
Dia gak mau lagi isap punyaku dan udah melarang aku isap punyanya.

"Masukin aja mas!"

Aju pun langsung menunju lobang beliau.

"Kasih ludah dulu, biar gampang masuknya!", ucapnya.

Lalu aku langsung inisiatif merimming beliau.
(145) Beliau sangat kaget karna aku merimming lobang pantatnya.
Beliau men-desah² merasakan lidahku me-nyapu² lobangnya.

Setelah cukup basah, aku langsung membasahi batangku juga dengan ludahku, lalu langsung ku hujamkan ke dalam lobang si bapack.
(146) Si bapack langsung merem melek menikmati senjata laras panjangku merongrong goa miliknya.

"Enak Pak?", tanyaku.

"Enak masss....!", jawabnya.

Ku angkat sebelah kaki si bapack dan ku letakkan di dadaku.

Lalu ku hantam kembali lobangnya.
Masuk semua! Puas banget rasanya!
(147) Gak berapa lama lagi aku mau pun nembak.

"Aku mau keluar Pak!"

"Semprotkan ke muka bapack ya. Jangan di dalam!"

Aku pun buruan nyabut batangku ketika detik² udah mau crot.

Ku kejar ke arah mukanya dan dia langsung sigap ngocokin kontolku.

Kami sama² mendesah!
(148) Suka banget ternyata si bapack merasakan siraman sperma di mukanya.

Dia meng-oles² batangku menyapu ratakan spermaku di seluruh wajahnya.

Lalu ada yang ngetuk pintu. Aku langsung kaget.
Ternyata go food lagi.
Bapack itupun langsung menerima makanan itu.
(149) "Kapan bapack pesan itu?", tanyaku ketika kami mandi bareng.

"Tadi pas ngurut!", katanya.

Lalu kami makan lagi setelahnya.

Pulang dari sana, si bapack kasih tip 100 rb.
Padahal tadi udah di TF dari m-banking.
Tengkyu lah pak!
(150) Aku agak malu pulangnya, soalnya tadi aku masuk pake jaket ojol.

Curiga gak ya petugas hotel. Soalnya aku gak keluar² dari sana.

Tapi pas keluar aku gak make jaket ojolku. Ku masukin ke tas.

Tapi malu juga aku ketika melewati FO.
Kurasa mereka tau aku yg ojol tadi.
(151) Lima hari lagi aku antar gofood ke sebuah kost²an mewah.
Kostnya luas dan punya banyak kamar.

Aku antarnya ke lantai 3, naik tangga!
Awalnya aku udah gondok.
Capek² naik tangga sampai ngos2an, belum tentu juga nanti di kasih tip.

Tapi gak ada pilihan. Dia nyuruh ke atas.
(152) Pas dibukain pintu, aku jadi lega karna costumernya seorang bapack² ganteng idamanku.

Apalagi dia terlihat seksi waktu itu.
Dia telanjang dada, tapi pakai celana kain bahan wolf warna abu².

Aku langsung senyum ramah menyapa.
Aku gitu kalau ke bapack². 🤭
(153) Wajahku memang langsung sumringah ke dia. Dan ku nampakkan aku suka ke dia.

Caranya aku tetap sopan, santun, hormat, dan menghargainya yg jauh lebih tua dari aku.

Firasatku dia juga "sakit".
Makanya aku pengen nunjukin aku juga "sakit!".
(154) Lalu mata kami saling beradu. Aku bisa menangkap sesuatu dari sana.

Aku bisa mendeteksi dia homo.
Dan dia pun sepertinya udah tau aku juga homo.

Aduh, gayung bersambut nih.. pikirku.

"Udah banyak dapat mas?", tanyanya.

"Lumayanlah Om!", ucapku.
(155) Aku memberanikan diri memanggil Om ke dia.

Aku jarang² lho manggil Om ke Bapack².
Karna kayak gatal aja kesannya.
Agak² nakal rasaku panggilan itu.

Om ngekost disini ya?", tanyaku.

"Iya mas.", jawabnya.

Berarti bukan orang sini, pikirku.
(156) Karna biasanya Om² tajir yang ngekost itu biasanya karna ada urusan bisnis.

Dia udah menetap di kota lain. Tapi kesini karna ada bisnis.

Soalnya yang ngekost disana orang bermobil semua.
Gak ada yang pake motor.

Lalu kami pun lanjut ngobrolnya karna udah saling connect.
(157) Aku di persilakan masuk dan aku pun gak pake segan².

Mata kami sibuk saling memandang.
Lalu tangannya langsung ramah menggrepe burungku.

Akupun gak mau ketinggalan.
Ku raba burungnya langsung.
Kami pun saling mendekat dan akhirnya pelukan.
Pintu kamar masih terbuka lebar.
(158) Kami pun tanpa ragu ciuman. Sedang tangan saling menggrepe burung. Burung kamipun hdah sama2 hidup.

Lalu si om menutupkan pintu, dan kembali kami cipokan.

Dia membukai celanaku yang akhirnya ku bantu bukakan sampai aku gak pake celana.

"Makanlah dulu Om!", kataku.
(159) "Ntar aja. Makan kamu dululah!", ucapnya.

Lalu dia jongkok ngisapin burungku dan juga isapin tetekku.

Lalu segera ku balas dengan cara yang sama.

Dia menanggalkan seluruh pakaiannya hingga benar² bugil. Begitu juga aku.
Kami naik ke kasur dan bergulat disana.
(160) "Kami cipokan dan isap²an kontol.

Punya om itu besar sekali. Kagum aku melihatnya.

"Nanti bengkak lho makanannya om!", ucapku.

"Biar aja!", ucapnya yang ternyata udah lebih mentingin ML dari pada ngisi perut.

"Sayanglah, terbuang pula nanti!", ucapku.
(161) "Kita makan bareng aja gimana?", tanyanya.

"Boleh!", ucapku.

Kebetulan aku juga udah lapar karna belum makan siang juga.
Jadi kalau di tawari makanan pasti gak nolak.

Bayangin, aku udah agak gemetaran dati tadi karna lapar.
Tapi ku tahan² karna ngejar orderan.
(162) "Beneran ya! Kalau cuma om yang makan gak enaklah. Tapi kalau kamu bantuin gak papa!", ucapnya.

Akhirnya kami beranjak dari tempat tidur menuju meja. Makanan pun di bukain dan kami makan sebungkus berdua.

Asik banget rasanya bisa makan "sepiring" berdua dengan dia.
(163) Wajah kami berdekatan karna sebungkus berdua itu.

Yang asiknya dia gak jijik makan sebungkus berdua denganku.

Bekas pegangan tanganku di makannya juga. Ya namanya sepiring berdua, walau kami gak pake piring kan.

Dan lucunya, kami makan telanjang bulat. 🤭
(164) Makanan pun segera tereksekusi.
Setelah kumur² dan cuci tangan, kami kembali bergulat di kasur.

Burung kami udah sama² mati.
Kami langsung ber-69.
Alhasil burung kami pun sama² hidup kembali.

Luar biasanya, kami amat sangat menyukai satu sama lain.
Aku merimmingnya.
(165) Om itu juga merimmingku.
Lalu setelah bosan ber-69, dia memintaku nge-fucknya.
Akupun langsung menuruti.

Dia langsung menunggingiku.
Aku pun menyorong lobangnya.
Dia pun meng-erang² menikmati hentakanku.

"Ganti gayalah!", ucapnya.

Lalu dia turun ke lantai.
(166) Di rebahkannya tubuhnya ke kasur dgn kaki melebar.
Aku pun kembali menghantamnya dari belakang.

Gak terasa aku mau nembak.
Padahal aku belum pengen nembak.

Langsung ku cabut batangku.

"Napa?"
"Udah mau keluar!"
"Cepet banget?!"
"Itulah!!"

Lalu si om nyuruh aku nyuci².
(167) Aku pun nyuci burungku lalu si om ngelap.
Lalu kami merokok.

Setelah habis sebatang rokok, si om ngompengin kontolku yang udah sempat mati.
Lalu kontolku pun kembali hidup.

Lalu setelah hidup, si om ngangkang di tepian kasur.
Aku pun memasukkannya.
(168) "Om, gimana kalau aku mau nembak nanti?"

"Gak papa, tembakin aja."

"Gak usah di tahan² lagi?"

"Gak usah! Kamu udah mau nembak?"

"Belum sih!"

"Kalau mau nembak, yembakkan aja."

"Om udah puas?"

"Iya!"

Lalu akupun merasakan waktunya udah dekat.
Dan aku makin meringis.
(169) "Ommm...!"

"Ya, keluarin aja!"

"Aduh....!"

Aku pun keluar di lobang pantat si om.

Ku hentak dalam² ketika crot itu.

Ku tahan terus di dalam sampai burungku lembek.

Kami berpelukan yang erat sampai burungku tercabut sendiri karna udah mati.
(170) Si om ngasih aku uang tip yang lumayan banyak dan gak lupa ucapin makasih udah nemani dia.

Aku juga berterima kasih ke si om karna aku juga udah dapat kepuasan dengan dia.

"Masih mau gak main sama om?", tanyanya.

"Masih om!", jawabku.
(171) "Kalau gitu sini nomor telponmu!"

Lalu aku pun langsung ngasih.

Karna di aplikasi nomor driver dengan nomor costumer udah di samarkan.

Ketika aku nelpon dia tadi, udah pake nomor 021 yang udah di sambungkan dari gojek.

Si om langsung misscall.

"Save ya!", ucapnya.
(172) Berikutnya aku dapat orderan goride.

Aku gemetaran ketika yang tegak di tepi jalan adah bapack² super ganteng sambil liatin screen hape.

Dari stylenya dia orang tajir.
Suaranya ngebass
Lalu akupun menepi di sampingnya.

Kami pun saling menyapa.
(173) Setelah memastikan itu costumerku, aku ngasih dia helm.
Lalu siapun naik di belakangku.

Deg²an rasanya bawa om² ganteng seleraku. Apalagi dia langsung duduk merapat ke aku.

Sehingga selangkangannya bergesekan dengan pantatku.
Sayangnya aku pake jeans sih.
(174) Aku juga bisa merasakan gesekan perutnya yang gak terlalu besar di punggungku.

Tambah senang lagi karna si bapack orangnya baik dan ramah. Mau bincang² denganku sepanjang jalan.

Ah, pengen aja rasanya jalan lambat² biar lama nyampainya. Biar bisa ngobrol lama dengannya.
(175) Jujur burungku udah ngaceng!
Dan aku sedikit gemetaran bawa motorku.

"Depanin lagi Pak. Agak goyang stangnya.", ucapku.

"Udah mas. Kurang depan apa lagi!", ucapnya sambil menggeser makin ke depan sesuai arahanku.

Jadilah dia nyosor ke aku. Aku makin senang dan horni.
(176) Kali ini berasa banget burung si bapack bergesek dengan lembutnya di bagian pantatku. Nampaknya gede juga.

Dia pun memegangi kedua sisi luar pahaku.
Mukanya udah sangat dekat denganku.

Apalagi sesekali aku menoleh ke belakang ketika bicara. Nampak kumis dia begitu dekat.
(177) Ah, pengen aja nyium kumisnya.

Yang aku takutkan, jangan kecium bau gak sedap nafasku ke dia.
Nafasku sih gak bau ya. Tapi siapa tau dia nyiumnya bau.

Di Alfamart dia minta berhenti sebentar beli sesuatu.
Aku pun lihatin dia waktu mau masuk dan pas keluar dari sana.
(178) Bapack itu belikan aku minuman dingin dan juga rokok. Baik banget ya.

Di jalan dia nanya² tentang apa aku udah nikah. Lalu dia ngaku dia telat nikah.

Katanya dia nikah umur 35 th. Makanya anaknya sekarang masih kecil.
Sekarang umurnya 56 th.
(179) Lalu aku nanya kenapa dia telat nikah.
Dia bilang dulu sempat terlena dengan gemerlapnya dunia.

Lalu dia bilang ada temannya yang gak nikah² karna gak hidup burungnya.
Terus dia nanya apa burungku hidup.

"Kalau yang gak bisa hidup itu yang kasian!", katanya.
(180) Lalu dia bilang, gak cukup hidup gitu aja. Harus jelas hidupnya kemana.

Akupun gak paham dan nanya apa mksdnya

Lalu dia bilang harus hidup ke cewek, jangan ke cowok.

Aku pun langsung menganggapnya sedang me-mancing²ku.

Aku pun gak mau pura² lugu.
(181) Aku bilang aku juga tau ada yang gak nikah karna homo.

Lalu dia bilang ada juga temannya yang homo, tapi bisa juga nikah.
Kalau pun dia suka laki, tapi tetap bisa ke perempuan, katanya.

Lalu, aku sempat buntu mau bilang apa lagi.
Akhirnya langsung ku buka aja aku siapa.
(182) Aku langsung jujur bilang aku juga homo, suka om², tapi masih tetap suka cewek.

Dia santai aja gak kaget dengarnya.
Dia nanya apa aku punya cewek sekarang. Aku bilang iya, walaupun gak. 🤭

Lalu dia ingatkan aku supaya jangan sampai lupa nikah nanti.
Jangan kayak dia.
(183) Katanya dia udah nyesal sekarang.

Trus wajar dong mau ku tanya dia apakah telat nikah karna homo juga.
Tapi aku takut dia tersinggung atau munafik.

Aku pun mutar otak gimana me-ngorek² dia, yang nota bene sebenarnya udah kayak mancing² dari tadi.
(184) Aku bilanglah ke dia aku suka bapack² yang 50-an.
Aku bilang aku sangat suka ke dia. Dia itu tipe aku bangat.

Aku mau melakukan apa aja ke dia.
Aku mau di suruh isap atau rimming, saking sukanya aku ke dia.

Lalu dia nanya apa aku juga suka sama yang muda. Aku bilang gak!
(185) Lalu aku tanya apakah dia mau aku isap?
Dia masih diam.

Padahal aku gak nanya lho, apa dia homo kan.

Lalu ku ajak dia kalau mau biat aku isap dan ku minum spermanya.
Gak usah kasih duit.
Aku bilang bisa mimpi² nanti bayangin dia.

"Boleh ya Pak?", tanyaku.
(186) "Kenya bapack gitu jugalah, itu kata feeling aku.", ucapku.

Dia diam.

"Napa bapack jadi diam. Dari awal tadi bapack udah ngarah²kan pembicaraan kesana. Pas aku udah terbuka, bapack jadi gak terbuka.", ucapku lagi.

"Kamu biasa kegitu?", tanyanya.

Ini pertanyaan jebakan!
(187) Salah² jawab, bisa² dia malah gak mau.
Susah ngadapin org begitu.
Macam orang ngiterview pas melamar kerja aja.

Tapi langsung aku bilang aja jarang. Karna jarang dapatin bapack² kayak dia.
Aku bilang banyak yang gak mau samaku.
(188) "Kamu mau mampir di rumahku?"

"Mau Pak?"

"Tapi kita harus mutar balik, sia di jalan anu...!"

"Gak papa, aku mau² aja Pak!"

"Gak ganggu ke kerjaan kamu?"

"Gak Pak!"

"Gak ketauan itu sama orang kantor?"

"Gak lah!"

Tapi kan titik kita ke depan, kok malah mutar..!"
(189) "Gak masalah Pak!"

"Asallah!"

"Kalau mau putar aja di depan. Masuk kiri nanti ke jalan anu..."

"Ok Pak!

"Nanti antar lagi saya ke tujuan ya."

"Iyalah Pak!"

"Nanti buka aja jeketmu kalau ku bilang ya. Masukin jok aja!"

"Beres Pak!"
(190) "Emang gak ada orang disana Pak!"

"Itu rumah kedua saya. Itu kosong!"

"Oh, tetangganya?"

"Ada! Tapi biasa² aja nanti."

Kamipun sampai di sebuah rumah bulatan. Tetangganya agak jauhan dan super cuek disana.
Bahkan gak ada yang lihat kami masuk.

"Masukin motor kamu!"
(191) Di ruang tamu, aku meng-elus² wajah bapack itu. Dia banyak diam gak ngapa²in.

Lalu ku peluk dia dan ku ciumi bagian dadanya yang masih berpakaian lengkap itu.

Lalu aku jongkok ciumi burungnya di dalam celana wolfnya.
Bahkan sampai paha²nya ku ciumi.
(192) Lalu ku angkat lengannya ke samping dan ku ciumi ketiaknya.

Begitulah sampai aku mengeluarkan batang kemaluannya dan ku isapi.
Dia cendrung dingin!

Dia membiarkan aku mengerjainnya tanpa ada balasan dari dia.

Lalu kami pindah ke sofa dan disana dia duduk.
(193) Akupun menciumi wajah dan lehernya. Dan kembali menciumi dadanya dan juga isap kontolnya.

Aku bukain kancing bajunya dan berhasillah aku mengisap putingnya.

Kini bapack itu udah telanjang dada tapi masih bercelana.
Aku pun bukain celana panjangnya hingga cuma pakai CD.
(194) Lalu ku tanggalin CD-nya dan ku isapin dia di sofa itu.

Dari posisi duduk sampai rebahan.
Kipas anginnya kurang dingin.
Aku mengeluh keringatan.

Akhirnya kami ke kamar.
Disana ada springbed tapi gak beralas sprey.
Ada kipas besar di dindingnya.
Kembali ku gerayangi dia.
(195) Aku pengen buka baju, tapi takutnya dia gak butuh itu.
Lalu ku buka aja bajuku dengan alasan gerah.
Namun celana belum.

"Buka aja semua!", ucapnya.

Syukurlah, gumanku.
Dari tadi kek, ya kan.

Lalu aku pun udah bugilan.
Tapi dia masih belum ngapa²in aku.
(196) Lalu aku pun menindih badannya dan menggesekkan burungku ke dia.

Lalu akhirnya dia meraba burungku juga.
Dia memperhatikan burungku dan mengocoknya.

"Besar ya!", ucapnya.

Padahal burung kami sama aja ukurannya.

Lalu aku isap dia dengan posisi terbalik.
(197) Tapi badanku ku jauhkan dari dia. Otomatis burungku juga jauh dari mulutnya.

Aku jaga jarak! Segan aku.
Siapa tau dia gak mau 69 denganku.

Tapi dia meraih pahaku berusaha menggesernya ke arahnya.
Aku perhatikan aja sambil isapin burungnya.

"Sini punyamu!", ucapnya.
(198) Aku pun lanhsung mendekatkan burungku ke kepalanya. Dan dia pun akhirnya melahapnya.

Awal²nya isapannya lambat² kayak gak selera. Lama² jadi beringas dan membabi buta.

Aku menikmati proses itu dengan bahagia.
Gak terasa kami pun udah bolak balik jungkir balik di kasur.
(199) Tiba² aku sangat kaget karna lidahnya udah menjilati anusku.

Buseetttt dah...!

Aku aja gak ada jilatin anus dia.
Aku pun gak bisa gak mengerang kalau udah di rimming.

Itu membuat dia makin brutal merimmingku.

"Enak Pak... enak sayang!", erangku.

Dia makin semangat.
(200) Namun karna dia tipikal bapack seleraku, tanpa di suruh akhirnya aku mau juga merimming dia dengan sendirinya.

Tadi tuh aku sengaja nahan² selera, melihat dia masih dingin² aja ke aku.

Tapi setelah dia yang mulai, ya udah ku rimming jugalah.
Akhirnya dipun me-ronta².
(201) Dia sangat suka ku rimming. Lalu akupun memasukkan jari²ku ke dalam. Dia juga sangat suka.

"Masukinlah burungmu..!", teriaknya.

Tapi aku masih mau ber-main² pakai jari.
Aku celupi terus jariku ke lobang anusnya.

Lalu dia ngisap minta burungku pula.
Akhirnya ku kasih.
(202) Aku berlutut ngasih burungju, sedang dia tebahan di bawah.
Dia menyedot terus dengan lahap.

Lalu dia nyuruh aku mengentot mulutnya.
Kadang² dia yang meng-goyang² pinggulku dengan kedua tangannya agar burungku maju mundur di dalam rongga mulutnya.

Dia men-desah².
(203) Aku tau dia sangat menyukai ini. Dia me-ringis² ketika ku kentoti mulutnya.
Akhirnya aku pun nembak disana.

Menyadari aku udah nembak, dia langsung menelan air maniku semuanya.
Dia sampai ngos²an waktu itu.

Aku pun mengocoki kontolnya dengan harapan dia juga nembak.
(204) Aku merasa gak enak hati kalau cuma aku yang nembak.
Tapi dia justru melarang.

"Gak usahlah!", katanya.

Aku langsung senang karna menyangka permainan udah selesai.

Eh, taunya dia masih pengen ronde kedua.

"Cuci aja punyamu!", ucapnya.

Akupun udah cuci² dan pakai CD.
(205) "Tusuk aku lagi ya!", ucapnya.

"Gak hidup lagi pak!", jawabku.

"Nanti! Bukan sekarang!", ucapnya.

Lalu kami jeda sebentar, merokok dan ngemil.

Di ambilnya air mineral pelega dahaga. Tapi gak dingin!
(206) Setelah itu, dia kembali mengganggu burungku. Dia kenyot² sampai hidup lagi.
Akupun akhirnya begitu, mengisap punya dia.

Lalu setelah itu dia melumuri lobang pantatnya dengan lotion. Lalu melumuri batangku juga.

Dia ambil posisi ngangkang.

"Masukin cepat!", ucapnya.
(207) Akupun menurut aja. Ku masukin batang kontolku ke lobang pantat si bapack.

Dia meringis dan me-ngecil²kan otot² anusnya.
Alhasil batangku pun makin terjepit dalam lobang yang menyempit.

Dia mencengkram pinggulku dengan kedua kakinya.

"Terus... masukin terus!", ucapnya.
(208) Padahal udah masuk juga semuanya dari tadi.
Apanya lagi yang mau di masukkan. Bijinya?

Sempatlah 4 posisi yang kami lakukan sebelum aku nembak.

Ku lihat dia udah sangat puas menjepit batangku.
Kenya kalau aku nembak udah gak kecewa dia, pikirku.

"Pak!", panggilku.
(209) "Aku udah mau nembak nih!"

"Gak papa. Tembakkan aja!"

"Udah puas bapack?"

"Ho oh!"

Aku pun tancap gas. Ku gas terus lobang pantatnya hingga....

"Auh... ahhhh.... ohhh!"

Aku menghentikan hentakanku di kedalaman.
Aku menunggu semua spermaku nyembur keluar.
(210) Hingga setelah waktu yang ku mau, ku cabut batangku yang masih sangat keras itu.

Lalu dia langsung nyuruh aku nyuci cepat². Dia mau isap sambil ngocok katanya.

Akupun nyuci segera.

Ku temui dia di kasur udah ngocok.
Lalu dia menyuruhku kayak posisi di ronde 1 tadi.
(211) Tapi aku melarang dia ngisap karna kontolku udah perih.

Dia bilang cuma ngompengin aja tanpa me-nyedot².

"Sinilah... cuma masuk mulut aja!", ucapnya.

Lalu dia ngocok sambil telentang, sementara mulutnya berisi kontolku.

Dia pun fokus ngeluarin airnya.
(212) Dan akhirnya dia nembak juga.
Pas mau nembak, makin di jepitnya kontolku dengan mulutnya.

Dia mengeluarkan suara² rintihan, persis kayak orang yang mulutnya di sekap.

Dan spermanya pun sangat banyak tumpah ruah di sekitaran jembut, pusat, perut, dan bijinya.
(213) Kalau bukan karna udah nembak, aku mau aja minum itu.

Andai besok² masih ada kesempatan dengannya, aku mau minum itu.

Kami pun mandi dan pakaian.
Lalu ku antar dia ke titik lokasi tadi.

Turun dari sana dia ngasih aku uang lebih pengganti waktuku yang terbuang.
(214) Berikut aku dapat gofood. Si costumer sibuk chat dari aplikasi minta nomor tlp ku.
Katanya ada yang mau dia bilang.

Akupun langsung nelpon dia dari aplikasi, tapi gak di angkatnya.

Aku kesal! Lalu ku chat dia ngasih tau udah ku tlp tapi gak di angkat.
(215) Lalu dia bilang nomornya bukan itu lagi, tapi udah ganti.
Dan itupun masuk di akal.

Lalu aku minta nomor tlp dia aja, biar aku yang nlp.
Aku bilang aku punya paket nelpon dari kantor yang gak akan habis juga.

Lalu di kasihlah nomornya.
Akupun langsung menelpon.
(216) Dia minta titip rokok Marlboro putih dan aqua besar 2 buah. Tak lupa dia iming²i kasih tip.

Suaranya ngebas dan agak berat, khas suara bapack².

Aku berharap aja semoga dia bapack² seleraku.

Selesai nelpon, muncullah WA dari dia yang bilang makanannya tambah 1 lagi.
(217) Begitu juga minumnya jadi 2.
Akupun segera nelpon restonya dari jauh ngasihtau makanannya tambah dari yg di aplikasi.

Tak lupa dia mengingatkan dari WA agar aku beli titipan dia tadi.

Aku terkesima melihat foto profilnya.
Seorang bapack² ganteng idamanku.
(218) Dan dari gaya² berfotonya seperti ketauan, kalau dia bapack² gay.

Karna gayanya khas bapack² homo di Facebook yang suka pamerin wajah gantengnya atau kumis tebalnya.

Batinku pun mengguman dia gay. Dan jangan² ada maunya dengan aku.
Semoga aja! Pikirku sambil semangat.
(219) Aku di kamar hotel anu ya mas... di kamar sekian...

Ucapnya lewat chat di WA sambil foto selfie telanjang dada di atas kasur.

Dadaku pun makin bergejolak.

Saya benaran kok nginap disini.
Ini bukan order fiktif. Tambahnya lagi di chat itu sambil ngirim foto lain lagi.
(220) Kali ini dia berfoto di depan background yang menampakkan tulisan nama hotel yang di pampang di kamar.

Minta tolong antarin ke kamar mas. Nanti saya kasih uang lebihnya. Katanya lagi dari WA.

Aku makin deg²an seperti bisa menduga apa maksud dia.
(221) Tapi aku hotel itu gak bolehin ojol naik ke atas.

Bahkan masuk dan duduk di sofa lobby aja gak boleh. Guestnya yang harus turun jemput ke luar lobby.

Gimana caranya ya biar aku bisa ketemu bapack ini di kamar, pikirku.

Lalu aku langsung nelpon perihal itu semua.
(222) Aku bilang aku dengan senang hati mau ngantarin ke atas, tapi sayangnya gak boleh.
Aku bilang aku bukan gak mau.

Tapi dia masih berharap aku bisa antar sampai atas. Adalah alasan yang dia bilang sehingga gak bisa turun.

Lalu dia ajarin aku agar gak pake jaket kesana.
(223) Dia bilang agar aku buka jaket jauh sebelum sampai hotel. Jangan sampai tau orang hotel aku ojol.

Lagi² dia meng-iming²i akan kasih duit banyak samaku.

Lalu akupun di ajari kalau ditanya petugas hotel, aku bilangnya ke tempat pamanku di kamar sekian.
(224) Akupun nanya siapa nama dia di guest bill agar petugas hotel gak curiga kalau ditanya siapa nama guestnya.

Diapun mengatur semuanya.
Kebetulan masuk liftnya harus pake kartu, jadi gak boleh main nyelonong juga.

Akupun masuk ke lobby dan di sambut petugas hotel.
(225) Sedang ditanganku penuh dengan bungkusan.
Untung aja penampilanku meyakinkan.
Pakaianku rapi dan pakai sepatu.

Akupun langsung bilang ke kamar sekian jumpai Pamanku atas nama si anu.
Lalu security langsung sigap bukain lift.

Aku pun selamat sampai tujuan.
(226) Sampai di dpn pintu kamarnya aku udah deg²an. Apalagi pintunya agak terbuka seperempat.
Aku panggil dia dan langsung nongol dari dalam.

"Masuk dek, masuk.", ucapnya dengan ramah.

Dia telanjang dada dan hanya pakai celana boxer.
Aku pun masuk dengan agak ragu².
(227) Aku menaruh semua belanjaan itu di atas meja lalu dia langsung menutup pintu.

Ketika aku melihat wajahnya, dia bilang takut masuk nyamuk.
Di atas meja ada 5 lembar duit seratus ribu terletak agak kusut.

"Itu ambil dek!", ucapnya.

Gak mungkin dong aku langsung main ambil.
(228) "Makasih ya dek udah mau antar. Bapak tadi begini begono katanya kasih alasan kenapa gak bisa jemput.

"Ada gak di tanya² sama orang tuh?", tanyanya.

"Gak ada Pak. Angsung mulus aja!", jawabku.

"Dek, makan kita yok!", ucapnya.

"Gak usah Pak, makasihlah!", elakku.
(229) "Mohon jangan di tolak dek. Bapack suruh nambah tadi biar ada sama adek.", ucapnya.

"Bapack butuh teman cerita sebentar dek. Boleh gak?", ucapnya.

Aku diam aja. Meskipun aku sebenarnya mau banget.

"Maaf ya dek, menyita waktunya sebentar.", katanya.
(230) "Pokoknya tenang aja, bapack ganti semua nanti waktu adek yang terbuang disini.
Bapack tau adek ngejar orderan!", ucapnya.

Akupun duduk di sofa. Dan feelingku pasti dia pengen di puasin.
Tapi berapa lama teka tekinya sebelum langsung ke tujuan?

Apa perlu ku bantu?
(231) Kami pun makan. Sambil makan dia ngajak ngobrol terus. Dia berusaha ramah supaya aku nyaman dan gak sungkan.

Dia memperkenalkan diri nanya² tentang pribadiku juga.

Lalu kami pun siap makan.
Dia menunjukkan foto² keluarganya. Anak dan istrinya.
(232) Dia bilang sering ke kota ini. Karna memang dia pebisnis dan pengusaha.
Tapi dia nginap ber-pindah².

Lalu dia membuka cerita tentang pribadinya.

Katanya dia senang bergaul dan bersahabat dengan anak² muda seperti aku.

Katanya, dia gak milih² orang dalam berteman.
(233) Dia juga meng-angkat² aku, katanya aku pasti orang baik.
Dia bilang tau dari wajah aku, aku itu anak baik.

Sambil ngobrol dia membuka soju dan kami nikmati bersama.

"Pegang duitnya dek, ntar terbang!", ucapnya.

"Yang mana Pak?", tanyaku.

"Itu!

"Berapa?"

"Semua!"
(234) "500 rb ini Pak!"
"Iya, ambil aja semua!"

Tapi aku gak mau ngambil.

Lalu dia menyuruhku mandi.
Aku agak berat hati.
Tapi aku bingung apa langsung mau aja.

Siapa tau kan karna bau di ciumnya.
Tapi gak lah, aku gak bau kok.
Tapi siapa tau biar enak ML-ya. 🤭
(235) Kalau aku tolak, aku kayak gak peka.

"Mandi aja dek. Kan udah janji nemani bapack dulu disini.

Napa emangnya, adek keberatan kalau disini kita sampai sampai magrib?", tanyanya.

Waktu itu jam 13.15 WIB kejadiannya.

"Tapi aku gak punya baju Pak!", ucapku.
(236) "Pake yang itu aja, gak papa."

"Gak enaklah mandi tapi pake baju itu juga. Mending gak usah mandi."

"Atau pake baju bapack aja. Banyak tuh di tas. Tapi kegedean kayaknya."

"Nih, pake boxer aja. Gak usah pake baju. Atau pake singlet² aja!", ucapnya sambil ngasih boxer.
(237) Lalu aku pun mandi.
Ku gosokin semua lobang²ku sampai benar² bersih.
Aku mau dia nyaman di sampingku.

Aku keluar kamar mandi udah pake boxernya dan tanpa pae singlet.
Ku gantung bajuku di lemari.

"Bapack udah mandi?", tanyaku.

"Udah dek!", ucapnya.

Kami pun ngobrol.
(238) Dia memandangi sekujur tubuhku, menyapu bersih dari kepala hingga kaki.

Sedang aku masih malu² mandangi tubuhnya. Aku melihatnya curi² ketika dia gak melihat aku.

"Kita panggil cewek gak dek? Adek suka main cewek?", ucapnya.

Aku diam dan memandangnya.
(239) "Iya? Kita panggil?", tanyanya.

"Kalau iya biar bapack panggil.
Mau 1 atau 2 orang gak papa.
Sama bapack 1 sama adek 1.", lanjutnya.

"Trus makenya gimana?", tanyaku.

"Gantian boleh. Misalnya kami dulu, kalian nunggu di sofa koridor atau di balkon!", jawabnya.
(240) "Atau kalau rame² disini gimana? Adek malu gak? Main sama pasangan masing² disini.", ucapnya.

"Malulah aku Pak!", jawabku.

"Santuy aja. Kalau bapack udah biasa gitu.

Main sama pasangan masing² tapi dalam satu ruangan udah biasa.
Main threesome udah biasa.", ucapnya.
(241) "Main orgy juga udah biasa.
Jadi misalnya kita nanti 4 org, ya main berempat. Main rame².", tambahnya.

"Gak mau Pak. Gak biasa!", ucapku.

"Atau 1 orang aja kita panggil? Biar aja adek yang duluan make nanti. Bapack nunggu di balkon. Kunci aja pintunya nanti!", ucapnya.
(242) Lalu bapack itu duduk mendekat ke sebelahku. Dia merangkul pundakku dan meremasnya.

"Gimana dek? Bapack butuh hiburan nih. Biar gak stress!", ucapnya.

Aku masih diam.

"Adek suka cewek kan?", tanyanya.

"Suka!", jawabku ragu dan pelan.

Lalu dia mencubit pahaku.
(243) "Jangan² punya adek gak bisa hidup!", ucapnya.

"Hidup kok Pak!"

"Ah, bapack gak percaya."

"Iya Pak!"

"Sebelum bapack liat bapack gak bisa percaya!"

Dalam hati aku, oh gini modusnya. Kelamaan banget untuk menuju kesitu.
Bosan nunggunya.
(244) "Punya bapack juga aku yakin bisa hidup walaupun aku gak pernah liat.", ucapku.

"Ya hiduplah. Buktinya kan bapack punya istri dan anak²!"

"Jadi apa harus bapack liat punyaku biar bapack bisa percaya?"

"Iya dong!"

"Bapack liatpun sekarang gak hidup juga.", kataku.
(245) "Makanya hidupkan di depan bapack." ,ucapnya.

"Gimana caranya.mana bisa hidup kalau di lihatin orang lain!", ucapku.

"Mau bapack hidupin?", katanya.

Aku diam menatapnya.

"Gak percaya bapack bisa hidupin itu!", ucapnya.

"Nggak!", ucapku.

Lalu dia pun menggrepe anuku.
(246) "Bukalah biat bapack hidupin!", ucapnya.

Dia terus memegangi anuku, dan akupun pasrah aja.

Dia pun berhasil mengeluarkan batangku dari samping.
Lalu di remas²nya.

Lalu dia menempelkan wajahnya ke wajahku.
Aku pasrah aja mau di apain.
(247) Aku pun di tidurkan di kasur. Lalu dia menurunkan boxerku.

Lalu bapack itu langsung mengulum kontolku yang masih mati itu.
Sebentar aja udah langsung ngaceng aku.

Lalu dia meneruskan mem-blow job penisku dengan kusyuk.
Gak ada komentar dari mulutnya setah burungku hidup.
(248) Ku pasrahkan semuanya ke bapack itu. Dia membolak balik tubuhku di atas kasur itu.

Kadang² di angkat²nya kedua kakiku untuk menjilati sampai ke lobang anusku.

Lalu dia menggulingkan aku hingga telungkup dan menjilat belahan pantatku dari atas.
(249) Sebenarnya aku juga udah gak tahan pengen ngisap kontolnya.
Tapi ku tahan² aja cuma dikerjainnya.

Lalu bapack itu menurunkan boxernya dan melemparnya ke lantai.

Kulihatlah CD Hings putih dipakainya. Aku tambah horni.
Lalu di geseknya kontolnya ke kontolku.
(250) Terasa banget kontol gedenya walau masih pake CD.

Lalu dia menanggalkan CD itu. Aku pun langsung melihat isinya.

Ya olloh, ternyata gede panjang dan sangat kokoh.

Dia kembali gesekin ke kontolku.
Aku pun sangat kegelian menikmatinya.
Aku raih kontol itu dan ku genggam.
(251) Ku pandangi kontol bapack itu dengan kagum.
Lalu dia senyum melihatiku yang melihati kontolnya.

"Gede gak dek?"
"Gede banget Pak!"

Lalu ku kocok² kontol itu seraya ku dekatin wajahku.

Akupun langsung melahapnya.
Ummm... yummy!

Puas banget rasanya isep kontol gede.
(252) Lalu dia menarik lenganku ke atas dan kami bercumbu.

Sekian lama bercumbu, aku langsung isap teteknya hingga perut.

Dibalas olehnya dengan perlakuan yang sama.

Lalu dia kembali isap kontolku membabi buta.
Itupun kubalas dengan biadabnya.
(253) Lalu ketika kami 69 dan posisiku diatas, kurasakan dia menjilati lobangku.

Aku yang terlanjur menyukainya juga gak ragu membalas merimmingnya.

Hingga kami berguling, aku di bawah, tetap kami saling rimming selain saling nyepong.

Pokoknya gila abis permainan kami.
(254) Bapack itu men-congkel² lobang pantatku dengan jarinya.

Jujur aku gak suka itu, tapi terpaksa ku relakan demi kesenangannya.

Walau gak terlaku sakit masuk satu jari (buka 1 istilah orang mau melahirkan), tapi gak enak bagiku.

Malah mau mati burungku gara² itu.
(255) Sementara dia, malah nyuruh aku nyongkel² lobang pantatnya pake jari.

"Dek, masukin jari kamu!"

Akupun langsung nyongkelin lobang itu.

"Masukin 2 dek!"

Ternyata bapack itu gak puas cuma masuk 1 jari.

Lobangnya ternyata udah buka 2, istilah dokter kandungannya.
(256) Lalu aku congkel²lah pake jari tekunjuk dan tengah.
Kadang ku ganti pake jari tengah dan jari manis.

"Dek masukin 3 jarimu!", teriaknya dengan meng-erang².

Ya olloh, udah buka 3 ternyata!, gumanku.
Udah loboklah tuh...

Aku pun langsung menuruti apa kata bapack itu.
(257) Bayangin, lobang burit udah buka 3 istilah dokter kandungannya.
Masuk jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis.

Astaghfirullahaladzim!

Tapi aku senang² aja sih nyongkel²nya.

Lalu bapack itu nyuruh aku pake kontol aja.

Aduh... bisa gak terasa nih samaku.
(258) Ku masukinlah kontolku. Untung aja ukurannya lumayan gede. Sehingga masih berasa samaku.
Tapi gak tau kalau sama dia.

"Enak Pak?!"

"Enak sayang, enak!"

Ku gas terus lobang burit bapack ganteng itu, sampai dia meng-erang².

"Udah dulu dek, berhenti dulu!", ucapnya.
(259) Akupun nyabut kontolku.
Lalu dia menjilati lobang anusku dan masukin jarinya.

1 jari masih ku biarin.
Lalu dia nyoba masukin 2.
Langsung aja ku elak.

"Sakit itu Pak. Aku gak botty!", ucapku.

"Gak vers adek ya? Padahal bapack mau ngentot kamu!", ucapnya.
(260) "Naudzubillah Pak.
Kontol segede ini mau masuk ke lobangku.", ucapku.

"Pelan² aja sayang. Ayolah!", ucapnya.

"Gak Pak... Nggak! Aku gak bisa!", ucapku.

"Kalau yang kecil mau ya dek?"

"Gak juga Pak. Aku gak pernah di masukin!"

"Bener?"

"Iya Pak. Sumpah!"

"Tapi boong!"
(261) "Astaghfirullahaladzim, Pak.
Aku gak boong Pak!"

"Hehe... iya ya.. bapack percaya. Bapack bercanda.

"Liat sempitnya lobang kamu aja bapack yakin kok.

Aduh, enak banget nih di perawanin!"

"Gak boleh Pak!"

"Iya dek, iya!"

Lalu dia kembali merimming lobangku.
(262) "Dek, tusuk bapack lagi. Tapi jangan sampai nembak di dalem. Bapack mau minum sperma adek."

Aku pun nusuk dia tapi gak ku tembakkan di dalam.

Ketika mau nembak aku cabut dan langsung ku guyur air. Sehingga bisa mati.

Setelah itu kami 69 an.
(263) Ketika itulah aku crot di mulutnya dan langsung ditelannya.

Dia telat crot, keburu perih burungku. Sehingga aku gak sanggup lagi nelan spermanya.

Sayang banget sih bagiku. Padahal aku pengen juga tadi nelan air bapack tuh.
Eh, tapi di ronde kedualah ku minum.
(264) Suatu saat, aku dapat go ride.
Jempitnya ke sebuah rumah sakit.
Yang order cewek ternyata yang naik bapacknya.
Mau pulang kerumah gantian jaga keluarga yang sakit.

Aku suka dengan bapack itu. Wajah kurus² pake kopiah putih dan baju koko khas muslim.

Kebetulan musim hujan.
(265) Di jalan kami ngobrol aja.

Aku suruh bapack itu majuin duduknya biar gak goyang stang. Diapun nurut.

Akupun horni ketika pisak celananya kena² ke aku.

"Dingin ya dek!", ucapnya.

"Iya Pak! Dingin kali.", ucapku sambil agak menggigil.

Hujan memang baru aja reda.
(266) Dan saat itu masih gerimis tipis².

Pikiranku sempat traveling apa jangan² si bapack sengaja bilang dingin biar ku suruh di peluk.

Soalnya itu udah lagu lama baget di kalangan ojek. Sejak sari jaman opang dulu.

Dia pun ngeluh dingin sekali lagi.
(267) "Napa gak bawa jeket tadi Pak?"

"Lupa dek!"

"Ya udah.. rapatin aja duduknya ke depan."

"Udah dek. Udah rapat kali nih!"

"Peluk ajalah aku Pak!"

"Gak papa dek?"

"Gak papa Pak! Peluk aja!"

"Bapack peluk ya!"

Dia pun memeluk juga. Dan aku lambatin aja laju motorku.
(268) Aku gak mau langsung sampai. Aku masih pengen godain bapack itu.

Aku takut gak sempat bilangin udah langsung sampai.

Aku pun pura² salah jalan, dengam ngambil jalan yang lebih jauh.
Tapi dia langsung protes.

"Lho, kok dari sini kita dek.

"Eh, dari mana bagusnya tadi?"
(269) Akhirnya kami melanjutkan perjalanan san tetap ku lambatin motor.

"Aku sesak pipis lho Pak. Karna musim hujan tuh.", ucapku.

"Di depanlah nanti, pas agak sepi!"

Lalu adalah tanah kosong.

"Disini aja pipis, mumpung sepi.", ucapnya.
(270) Lalu aku turun dari motor. Dia juga ngikut ke dalam semak.

"Pipis juga Pak?"
"Iya!"

Aku agak² takut² jangan ada pula yang menyangka kami ini homo yang mau nyari tempat mojok.

Tapi dia belum ngeluarin burungnya karna aku masih liat ke belakang.

"Pipislah Pak!"
(271) Lalu dia berpindah ke agak sudut.

"Malu ya Pak. Ah punyaku juga ada."

Akhirnya dia pipis. Aku udah siap.
Aku beranikan mendekatinya dan jalan agak ke depannya.

Dia melihat ke aku dan agak memutar badannya.

"Santai aja Pak. Apa salahnya ku liat."

Akhirnya dia pun diam.
(272) "Besar ya Pak.", pujiku karna emang burungnya besar panjang menjuntai.
Sedang posturnya palingan 165 cm dan kurus.

Akupun udah horni banget.
Tapi aku takut orang yang melintas mengira kami homo.

Dan takut juga anaknya mantau dari aplikasi kok kami disitu.
(273) "Aku pengen isap Pak!", ucapku.

"Hobi kamu gitu?", tanyanya.

"Iya Pak. Boleh ya ku isap!"

"Gak usahlah."

"Ayolah Pak. Bentar aja. Aku pengen !"

"Dimana? Jangan disini. Bapack takut!"

"Kita cari tempat yang lebih aman yok!"

Lalu kami pergi nyari tempat sepi.
(274) Langsung ku geser aplikasiku udah sampai tujuan.

Takut anaknya curiga dan nelpon dia kok kami belum sampai rumah dan malah GPS ku di tempat lain.

Kamipun sampai di tempat sepi. Sebuah tanah kosong yang bisa motor masuk ke dalam sehingga orang gak melihat kami disana.
(275) Akupun langsung grepe burungnya dari balik celana putihnya yang longgar.

Langsung aja ku isapin kontolnya.
Udah agak² hidup pula. Berarti dia udah horni samaku.

Aku gemetaran. Aku gitu kalau main outdoor. Kurang aman dan nyaman.

Aku minta izin fotoin burungnya juga.
(276) "Jangan nampak wajah bapack dek!"

"Gak Pak, nggak!"

Tapi aku selalu berusaha nyuri² moto wajahnya tapi gak bisa.

Selalu di hindarinya dengan telapak tangan dan buang muka.

Dia agak² marah kalau kamera menghadap ke mukanya.

"Jangan kena muka!", ucapnya lagi.
(277) Tapi kalau camera hanya ke arah kontolnya dia santuy aja.

Ujung kontolku pun udah ber-air² di dalam celanaku.

Aku keluarin kontolku dan ku mainkan.

"Isap Pak!", ucapku.

Lalu dia melihat sekeliling, lalu menunduk ngisapin kontolku.

Sampai lepas kopiah dia.
(278) Lalu dipasang lagi, di isap lagi, lepas lagi.

Akhirnya ku pegang kopiah itu dan dia pun lanjutin isap.

Aku belai² rambut putih dia yang di penuhi uban itu.

"Lama kamu nembak?"

"Bisa di stel Pak?"

"Bapack pengen aku nembak?"

"Iya!"

"Mau di minum?"

"Gak lah!"
(279) Lalu aku pun malah nunduk gantian mau isap punyanya.

Aku bingung siapa yang akan duluan nembak.
Aku pengen dia, tapi nanti gimana caranya aku nembak.

Kalau aku yang duluan nembak, aku gak suka lagi isap dia.
Padahal aku pengen liat spermanya.

"Gantian!", ucapnya.
(280) Dia langsung nunduk isap kontolku.

"Tembakkanlah dimulutku!", ucapnya.

Akupun berusaha ngeluarkan dengan mengecilkan lobang anusku.

Aku paksa terus.

"Isap yang enak, yang serius!", kataku.

Dia pun menurut.

"Udah mau nembak. Isap terus!", kataku.

"Ah... ahhhh!"
(281) Akhirnya aku pun crot di mulut Pak Haji.

Tapi dia gak sanggup menampung spermaku sampai tuntas.
Dia nyabut selagi masih berlangsung crotnya.

Akhirnya sebagian nyembur ke muka dia.

Haha.. aku senang banget liatnya.
Dia menghindar, ku tahan kepalanya dengan tangan kiri.
(282) "Udah.. gak papa. Nanti kita lap. Aku ada tissue.", ucapku.

Akhirnya dia gak bisa ngelak.

Mukanya di hujani oleh spermaku yang tumpah ruah.

Terakhir²nya malah ku oleskan batangku ke hidung dan pipinya.

"Udahlah..", ucapnya.

Akupun meraih sapu tanganku ngelap batangku.
(283) "Mana tissuenya?", tanyanya.

"Tunggu dulu, bapack belum nembak.", ucapku.

"Udahlah gak papa."

"Gak! Aku mau lihat spermamu!", paksaku.

Lalu ku kocok terus burungnya walau nafsuku udah hilang.

Sesekali ku paksa dia yang ngocok. Tapi sebentar malah minta udahan.
(284) Ku paksalah ku isap lagi burungnya. Ku telan kuat pakai bibir dan katupan mulut yang ketat.

"Paksalah keluar. Aku mau liat spermamu.", ucapku lagi.

"Kocok aja!", ucapnya.

Lalu ku kocok.

"Terus! Yang kuat!"

Aku pun mengocok kuat² barang itu.

"Ah.... ahhhh....!"
(285) Lalu aku langsung nampung spermanya pake telapak tangan kiri.

Spermanya ternyata banyak banget, kental lagi. Tapi warnanya kuning!

Ku amati sperma itu sejenak, lalu ku cium aromanya.
Di sangkanya mau ku seruput.
Dia terbelalak melihatnya.

Lalu ku tumpahkan ke tanah.
(286) "Kirain mau di minum!", ucapnya.

"Taek!", ucapku spontan.

Aku terbiasa ngomong gitu sama teman² sebayaku. Sehingga ter-bawa² ketika ngomong sama orang tua. 😁✌

Kami pun segera meninggalkan tempat itu dan ku antar dia kerumahnya.
(287) Waktu itu aku lagi berhenti di tepi jalan, sedang fokus melihat orderan yang masuk.

Lagi sibuk chat dengan costumer dan hendak nelpon resto, tiba² seorang bapack² menghampiriku.

Dia nanya berapa ke jalan anu.
Aku bilang aku lagi dapat orderan.
Tapi aku mau aja anter dia.
(288) Bukan karna berharap ongkosnya. Tapi karna dia bapack² idamanku.

Sebenarnya aku jarang dan males ngangkut sewa offline.
Karna akunku aja gacor.

Tapi kalau bapack² ganteng maulah.
Sayangnya aku dapat orderan pula.
(289) Lalu aku yang sepertinya gak mau kehilangan bapack itu, langsung nawarin ini itu supaya tetap aku yang anternya.

Aku menatapnya dari rambut ke kaki, dan berakhir di selangkangan.

Aku gak peduli dia melihatnya. Aku malah senang kalau dia tau aku homo.
(290) Aku pun bela²in anterin dia. Walaupun gak homo, tapi dapet ngobrol² dan nyentuh² jadilah.

Akupun nyuruh dia naik dan ku suruh duduknya rapat ke aku.

Terasalah jendolannya guys.

Pas ngobrol aku nepuk² lutut kirinya sebagai isyarat keramahan.

Lalu ku beranikan merayunya.
(291) Aku tau ini sewa offline. Jadi aku gak takut² bilangin sesuatu.

Kalau marah atau gak mau gak papa. Yang jelas aku gak ada resiko kena bintang 1 atau kena lapor ke kantor.

Feelingku bapack itu juga sakit. Makanya aku beranikan aja blak²an.
(292) Awalnya ku bilang dada dan perutnya lembut banget ke punggungku.

Aku bilang juga aku senang bergesekan dengan badannya.

Aku bilang aku jadi nafsu.
Apalagi kena² ke burungnya, makin bikin burungku hidup.

Aku langsung bilang aku homo, suka bapack².
(293) Dia gak komentar. Lalu aku nanya mau gak dia ku isap.
Ku bilang aku jago isap.
Pasti enak kubuat, kataku.

Lalu aku bilang udah pengen banget megang kontolnya ke belakang.

Lalu ku beranikan pegang, dan dia membiarkan aja.
Sayangnya aku yang takut diliat yang lain.
(294) Ku pegang bentar² dan ku lepasin bentar². Kalau ada kesempatan dan agak sepi ku pegang.

"Ku isap ya Pak!", pintaku.

Akhirnya kami masuk ke tanah kosong yang luas yang udah di tembok batako.
Namun ada jalan muat motor ke dalam.

Dia yang nunjukin tempat itu.
(295) "Aman disini Pak?", tanyaku sambil liat sekeliling.

"Aman. Aku pernah kesini!", jawabnya.

"Lalu akupun menegakkan standar 2 dan menyuruh dia duduk nyamping."

"Akupun menyuruhnya mengeluarkan batangnya, lalu ku isap² dengan cara menunduk atau jongkok.
(296) "Kesini sama siapa Pak?"

"Ada orang nias kemarin itu."

"Oh, laki² juga?"

"Iya!"

Lalu akupun menurunkan celanaku dan meraih tangannya serta menaruhnya ke kontolku.
Lalu dia kocok².

"Isaplah Pak!"

Lalu gantian aku yang nyandar ke motorku, dan dia isapin sambil nunduk.
(297) Kami pun ganti²an isap, tapi burungnya malah mati.
Udah ku isap dengan serius tapi mati hidup mati hidup aja kerjanya.

"Napa mati Pak?"
"Maklum udah tua!"
"Udah betapa umur Pak?"
"65!"

Aku pun bosan ngisap burung yang mati² gitu.

"Udahlah, gak mau lagi tuh!", ucapnya.
(298) "Masukkan aja kalau mau!", ucapnya.

Lalu dia menurunkan celananya sampai betis dan menungging di motorku.

Aku pun langsung horni melihat belahan pantatnya yang putih bersih itu.

Segera ku ludahi kontolku dan ku sapukan juga ke belahan pantatnya.
Lalu ku sorong kontolku.
(299) Aku gesekin aja tanpa megang batangku.
Sampai akhirnya ketemu sendiri lobangnya.

Palkonku pun nyangkut sendiri di lobang anusnya dan langsung amsuk.

Ku dorong terus hingga masuk semuanya.
Bapack itu mengerang.
(300) Lobang pantat si bapack masih gurih dan lezat.

Lalu akupun nembak.
Ku tumpahkan semua di dalam lobang pantatnya.

Aku pun mencabut batangku dan segera mencucinya dengan Aqua botol 600 ml yang ada di motorku.

Kami pun melanjutkan perjalanan.
(301) Besok²nya aku dapat orderan go food. Kali ini anternya ke hotel juga.
Dia memberi nomor tlp di chat dan nyuruh aku nelp dia dulu.

Aku anter sampai ke depan pintu kamar. Dan yang terima bapack² seleraku.
Tapi dia ada kawan di dalam.
Aku gak tau cewek atau cowok.
(302) Itu kejadiannya jam 3 sore. Lalu setelah jam 9 malem, dia nelpon aku minta tolong beli beberapa makanan.
Nanti di kasih lebih.

Sebenarnya aku gak mau, walau dia ganteng, karna ku tau ada kawannya di dalem itu.

Tapi dia minta tolong terus dan janji kasih duit banyak.
(303) Dan karna kebetulan hotelnya dekat dari tongkronganku, akhirnya aku luluh juga.

Ku beliin semua yang dia suruh dan ku antar.

Ketika ku ketok pintu, dia bilang masuk aja, gak dikunci.

Akupun bukain pintu dan masuk. Aku hampir gak bisa melihat apa².
Lampunya mati.
(304) Cuma lampu tidur yang nyala.

"Hidupin tolong lampunya bang, itu di dekat abang tuh saklarnya.", ucap suara yang berasal dari atas kasur.

Akupun hidupin lampu.

Dan taraaa....

Aku melihat si bapack tadi lagi rebahan sendirian di balik sprey putih. Dia gak pake baju.
(305) Tapi gak tau apa gak pake celana.
Aku pun naruh makanan di meja.
Lalu berdiri karna harus nunggu pembayarannya.

"Berapa semua bang?"

"105 rb Pak!"

"Bentar ya bang. Aduh....
Badanku sakit semua. Pengen ngurut tapi gak tau dimana. Aku bukan orang sini. Aku dari Bandung."
(306) "Aduh, gimana caranya ya aku ngambil dompet. Dompet ku di kantong celana situ!", sambil nunjuk celananya.

"Aku gak pake baju bang. Kolor pun gak. Itu kolorku."

Lalu mataku terpana melihat CD merk Durban warna navi terletak di sandaran sofa.

Astaghfirullah!
(307) Aku pun gak nawarkan bantuan ngambilin celananya. Dia pun gak nyuruh.
Dia pura² bingung aja.

Lalu dia meraih handuk dari tepi kasur dan menaruhnya ke bagian burungnya di bawah sprey.

Lalu dia keluar dari sprey dengan cara mundur. Handuknya belum di lilitkannya.
(308) Dia menarik ke belakang aja kedua ujung handuknya.

Ku lihatlah jendolan burungnya menyembul dibalik handuk putih itu.

Lalu dia geser handuknya kebelakang dan mangikatnya ujungnya di depan. Dia pun jalan dari depanku menuju celananya.

Lalu tiba² handuknya lepas....
(309) Kayaknya dia terinspirasi dari adegan Luiggi yang pernah di tontonnya.

Aku yakin dia sengaja asal ngikat handuknya biar gampang lepas.

Tapi ini lebih real dari adegan Luiggi.
Kalau Luiggi nampak sengaja di menyentuh biar lepas. Coba liat slow motionnya.
(310) Dengan cepat dia meraih handuk itu dari lantai dan melilitkan kembali.

"Besar kali Pak!", ucapku sekenanya.

Aku gak mau terlalu panjang gimmicknya.

Lalu dia pun menatapku.
Dan langsung aja ku remas burungnya di dalam handuknya.

Mati kau, pikirku.

Lalu dia pun diam.
(311) Ku tarikkan handuknya dan ku pegangi kontolnya.

Lalu diapun memegangi kontolku juga yang nasih terbungkus di celana itu.

Ku pandangi burung gantengnya sebelum akhirnya ku sepong.

"Tunggu bang, tutup dulu pintunya.", ucapnya.

Segera ku tutupkan pintu.
(312) Lalu dia membukai kancing bajuku dan aku bantu melepas dari lenganku.

Diapun bukain resletingku yang juga kubantu menanggalkan ke bawah.

Kini kami udah sama² bugilan. Lalu dia mendorongku pelan ke kasur sampai terjatuh.

Lalu dia menindihku dan menggerayangiku.
(313) Di kecupnya bibirku, di cumbuinya terus. Di isapnya putingku, di jilatinya perutku.

Lalu di sepongnya burungnya hingga bijinya juga.
Lalu dia menjatuhkan tubuhnya ke samping.

Kini gilaranku yang menindihnya.
Ku kecup bibirnya, jilat putingnya, sampai isap kontolnya.
(314) "Sama siapa tadi disini Pak?"
"Sama cowok juga."
"Mana dia?"
"Udah pulang."
"Gak datang lagi?"
"Gak!"

Lalu kami kembali di mabuk asmara sampai bunyi² springbed hotel itu.

"Abang top atau bot?"
"Top Pak."
"Pas lah bang. Aku bot. Tapi bisa juga vers."
(315) "Suka gak di rimming?"
"Suka Pak."
"Aku rimming ya!!"
"Iya Pak.

Lalu dia pun merimmingku dengan sangat lama.

Aku gak merimming dia. Aku bayangin dia baru ML. Baru kena fuck dia tuh. Males aku tuh.

Lalu dia nanya aku apa mau merimming. Aku bilang gak pernah dan gak mau.
(316) "Lama gak abang keluar?"
"Gak terlalu."
"Sebentar?"
"Gitulah."
"Mau abang minum obat. Aman kok."
"Apa tuh? Viagra?"
"Gak kok."

Lalu dia kasih aku jus macca, sejenis redoxon, yang di larutkan ke air, rasanya kayak sari jeruk.
Gambarnya mirip buah bit tapi dia buah maca.
(317) Lalu batangku pun ngaceng parah sekeras kayu meranti.

Dan satu jam aku menghantam lobangnya gak keluar².

Dengan begitu baru puas katanya lobangnya.

Sejam lebihlah baru aku bisa crot. Itupun karna udah ku paksa².

Tapi aku puaslah dengan bapack itu.
(318) Dua minggu kemudian, aku dapat go food. Anternya ke sebuah ruko.

Yang pesan koko² chinese umur 60 lebih.
Orangnya ganteng gak berkumis.

Ketika terima pesanan dia gak pake baju, cuma celana pendek, tapi yang ber resleting.

Aku terpesona melihatnya.
(319) Ternyata dia tau aku homo. Begitulah kalau sesama homo itu bisa langsung saling tau.

Dari tatapan aja, kami bisa langsung kontak.
Akhirnya dia nanya² beberapa hal ke aku biar memperpanjang durasi dengannya.

"Gak masak ibu ya Pak?"

"Istri saya di Jakarta!"
(320) "Jadi sisini sama anak²?"
"Gak. Saya sendiri."
"Oh!"
"Mau masuk? Masuklah!"
Aku cuma cengengesan.

"Masuklah gak papa. Gak ada orang, cuma aku."
"Gak papa ni Pak?"
"Gak papa. Masukin motor kamu cepat!"

Kami pun naik ke lantai atas.
(321) "Saya makan dulu ya, udah lapar.
Ini kita bagi dua aja yok. Kamu pasti belum makan.

"Gak usah Pak. Bapack aja."

"Ayo jangan segan²!", ucapnya sambil main mata lalu mencium pipiku.

Aku pun langsung luluh dan merasa teduh hingga hilang sungkanku.
Akhirnya aku mau.
(322)" Sebenarnya banyak makanan di rumah. Cuma aku pengen aja makan ini!"

Akhirnya akupun gak segan² makan karna emang di keluarinnya aneka makanan.

Habis makan tentu kami merokok dulu dan cerita². Tapi sesekali dia udah nyium² aku dan grepe² kontolku.
(323) Aku pun udah ngeluarin batangnya dan memainkan.
Aku enggan ngisap karna dia gak sunat.

Ku bukakan kulupnya, bersih sih.

Lalu ku cium kepalanya ternyata gak ada aroma gak sedapnya.

"Isaplah!", ucapnya.

Aku pun mengisapnya.

"Enak ya isapan kamu!"
(324) "Emang isapan bapack gak enak?"

Dia gak jawab.

Di isapnya punyaku dan dari situ aku tau isapannya enak.

"Ternyata bapack juga pandai kali ngisap."

Lalu dia gigitin putingku.

Beberapa saat kemudian...

"Kamu mandi dululah, agak asin badan kamu."
(325) Aku pun langsung otw kamar mandi.
Dia memberi handuk.

Setelah aku mau handukan dia dateng ke depan pintu dan langsung ngelapin seluruh badanku dwngan handuk.

Aku kayak anak kecil yang siap mandi di handukin.

Setelah kering malah di basahi pake air liurnya.
(326) Dia netek lagi.
Sampai ke pusatku di mandi kucingkan.
Lalu lobang pantatku juga dia doyan jilatin.

"Kamu lagi!", ucapnya.

Ku jilatinlah semua badannya, kontolnya, dan lobang ekornya.

"Eh, kamu doyan juga itu ya."
"Iya Pak."
"Baguslah. Saya juga doyan....."
(327) "Saya pengen teman main saya juga menggitukan saya. Eh, kamu gitu!"

"Di tusuk kamu mau?"
"Gak Pak!"
"Nusuk?"
"Mau!"
"Ya udah, nanti kamu tusuk saya aja!
Saya juga suka nusuk. Tapi kalau kamu gak mau, gak papa."

Aku melihat badannya putih bagai kapas tanpa bulu.
(328) "Kamu nelan sperma mau?"
"Mau Pak!"
"Eh, saya juga doyan tuh."
"Minum air liur mau?"
"Gak Pak!"
"Saya mau. Kasih saya liur kamu ya!"

Kami pun ciuman. Dia di bawah.

"Kasih airmu!"

Aku pun menjauhkan kepalaku agak keatas hendak meneteskan air liurku.
(329) Dia udah membuka mulutnya lebar² bak anak burung yang mau di kasih makan induknya.

Aku pun meneteskan sangat banyak liurku. Segera dia telan dengan lahap.

"Lagi sayang!"

Aku pun mengisap kontolnya dulu biar banyak air liurku.
Lalu aku mendekatkan mulutku ke mulutnya.
(330) Begitulah sampai 3x dia minta minum air liurku.

Lalu setelah aku crot juga langsung di telannya sampai habis.

Dia menahani ku disana agar bisa ronde kedua.

Dia pengen ku fuck lobang ekornya.
Dan itu pun terjadi sesuai rencana.

Dia kasih duit yang lumayan juga ke aku.
(331) Ketika itu aku anter go-food ke sebuah kost²an mevvah.
Eh yang keluar om² ganteng idamanku.

Yang mengejutkan, dia cuma koloran bukain pintu dan terima bungkusan dari tanganku.

Dia nampak santuy bolak balik letakin meja. Karna pesanannya ada 6 packaging.
(332) Begitu pertama lihat dia aja aku udah kaget campur grogian.

Suaraku nampak bergetar disusul tanganku ketika serah terima pesanan.

Gimana gak, orang yang di depanku benar² ganteng dan sexi.
Badannya putih, tangan, dada, paha, sampai betisnya penuh bulu.
(333) Akhirnya aku pun bisa memandanginya lebih lama. Belum lagi dia harus ngambil dompetnya dan ngambilin duit dari dalam.

Aku harus bertatapan mata dengannya. Karna dia juga nanyain ini itu. Sehingga aku harus menjawab bebebapa pertanyaannya.
(334) Gak mungkin aku menjauhkan pandangan ketika menjawab pertanyaannya.

Sementara dia mandangin aku dengan gak berkedip. Matanya lengket terus ke wajah dan bagian lain tubuhku.

Aku gak bisa menyembunyikan kegrogianku. Apalagi aku juga sedang ngos²an naik ke lantai 2 kost itu.
(335) "Capek mas?"
"Iya Pak. Hehe."
"Tenang. Saya kasih lebih kok."

"Udah makan?"
"Udah Pak."
"Nih kita bagi kalau kamu mau."
"Gak usah Pak."
"Gak papa. ini banyak. Gak habsi juga sama saya nanti."

Aku diam aja.
Gak mungkin mengiyakan. Kecuali di kasih langsung, aku terima.
(336) "Coba hitung dulu!"
"Lebih nih Pak!"
"Ambil aja!"
"Makasih ya Pak."

Aku senyum melihat wajahnya dengan perasaan senang dan hendak membalikkan tubuh hendak pamitan.

"Mas..!"
"Ada kontak tukang kusuk gak?"
"Kenya ada Pak!"

Lalu aku merogoh HP dari kantong tas sandangku.
(337) "Minta mas."

"Tapi bapack mau yang perempuan atau laki²?"

"Sembarang aja mas!"

Aku bingung, soalnya cuma kontak tukang urut bapack² aja yang ada di HP ku.

"Yang baguslah mas. Kalau cewek ada yang bagus gak?"

"Kenya gak ada Pak. Banyakan kedok semua. 😁"
(338) "Kalau gitu yang laki² aja. Saya mau ngurut benaran, bukan untuk yang lain²."

"Ada nih Pak. Nih nomornya!"

"Tapi jauh² gak. Jangan² mereka pada sibuk pula lagi."

"O kalau itu aku gak taulah Pak!"

"Kamu gak bisa ngusuk?"

Akupun terdiam dan menatapnya.
(339) "Aku yang kusuk?"

"Kalau bisa! Kalau gak bisa juga gak papa!"

"Bisa sih Pak. Tapi.....!"

"Tenang aja. Nanti ku kasih lebih.
Ngurut sama orang tuh biasanya berapa?"

"50 rb Pak. Tapi kalau ke tempatnya ya. Kalau kita panggil jadi 75 rb. Atau 100 rb."
(340) "Sama kamu ku kasih 150 rb. Tapi kalau pandai kusuk ya."

"Pandai Pak!"
"Benaran pandai."
"Iya Pak!"

Aku seolah gak rela kehilangan calon pasien ini. Bukan karna duitnya, tapi biar bisa pegang² badannya.

Kalau pun gak "sakit" gak papa. Apalagi "sakit".
Bisa ML kan.
(341) "Masuk dululah! Coba contohin pijat pundak saya ini.
Saya mau tau kamu benaran bisa urut apa gak!"

Aku pun memijat pundaknya dengan telaten.
Dia me-ringis² kayak kesakitan.

Dia juga menggelepar.

"Aduh..."
"Terlalu kuat ya Pak?"
"Gak!"
"Bapack kayak kesakitan!"
(342) "Kalau iya biar ku pelanin!"
"Gak papa. Gini udah pas."

"Ternyata pandai kamu ya..!
Ya, udah jadilah. Urut saya dulu!", ucapnya.

Akupun langsung menyelesaikan orderan tadi dan segera mematikan aplikasiku.

Dia pun nutup pintu dan masuk ke kamar mandi.
(343) Dia keluar dengan handukan dan nyari² sesuatu di dalam lemarinya.

Lalu di tuangnya lotion campur minyak urut ke dalam piring kecil.

Lalu dia mengeluarkan sarung juga dan memasangkan sarung itu ke tubuhnya lalu melepaskan handuk tadi.

Dia pun telungkup.
(344) Aku pun mengkusuk pundaknya dengan lotion tadi.
Ber-kali² dia memuji pijatanku enak dan bagus.

Ku pijat lehernya, dahinya, pelipis matanya, dan bagian² lain di kepalanya.

"Legaa...!", ucapnya.

Lalu ku kusuk punggungnya, tulang belakangnya hingga ke bawah.
(345) Bagian atas sarung itu agak longgar, sehingga aku bisa masukin tangan ke dalam.

Ku kusuk pinggulnya dan pinggangnya.

"Aduh... enaknya...!", ucapnya.

Lalu makin ke bawah, ke tulang ekornya.
Ku turunkan sedikit sarung itu.

Aku kaget ketika menyadari dia gak pake kolor! 😲
(346) Astaga... berarti di gantung di kamar mandi.

Kini giliran ngurut kakinya. Ku mulai dari jari² hingga naik ke paha.

Aku makin horni ketika menaikkan sedikit sarung itu ke atas. Sehingga aku bisa lihat pantatnya.

Ku urut semuanya dengan telaten dan kuat². Capek sih!
(347) Aku izin pipis ke kamar mandi.

Lalu mataku tertuju ke CD yang tadi dia pakai kini udah tergantung di dinding.

Ku raih CD itu lalu ku pandangi bolak balik.

Tanpa ragu ku ciumi semua bagian² CD itu.
Lalu ku lapkan ke burungku yang udah ngaceng. Lalu ku gantung kembali.
(348) Aku kembali mengkusuk badannya.
Masih di bagian pantat tadi.

Burungku pun gak mau mati lagi melihat belahan pantat indahnya.

"Telentang Pak!"

Lalu ku kusuklah kakinya dari bawah hingga sampai di pangkal paha lagi. Tapi burungnya ketutup sarung. Aku gak berani menyingkap.
(349) Akupun mengkusuk tangannya, dadanya, dan sekilas perutnya.

Ku pijat lembut bagian bawah pusatnya yag penuh bulu itu. Aku gak tau mana batas bulu perut mana yang udah jembut.

Semuanya nyatu dari dada ke bawah.
Akhirnya semuanya selesai.
Aku pun bingung.
(350) Dari tadi aku berharap dia gangguin aku, entah grepe² burungku.

Tapi sampai ngurut selesai itu gak di lakukannya.
Aku berharap ngusuknya cuma modus, taunya sampai selesai juga.

Capek juga aku ngusuk badan gendut kayak gitu.
Sementara gangguin duluan aku takut.
(351) Biasanya kalau modus minta urut tuh, baru ¼ jalan aja udah langsung grepe².

Akhirnya ngurutnya gak di terusin, di lanjut dengan ML aja.
Aduh "sakit" gak sih nih bapack, pikirku.

"Udah selesai Pak!", ucapku.

"Udah selesai ya.", ucapnya sambil menatapaku.
(352) "Gak urut sekujur tubuh mas? Kirain urut semuanya."

"Kan udah semua tuh Pak.

"Belum. Ini belum kamu urut.", ucapnya sambil megang burungnya.

Aku bingung tapi senang.
Aku gak mau kesannya seperti pelecehan.
Aku ingin menunjukkan kalau aku punya harga diri.
(353) Tapi nanti kesannya jadi kayak jual mahal atau keberatan.
Sementara aku udah pengen banget.

"Itu diurut juga Pak?"

"Kalau kamu gak keberatan."

"Itu jadi kayak plus+ Pak!"

"Saya tambahlah dari jadi 250 rb. Bisa kan?"

Lalu tanpa menjawab, aku mendekati burungnya.
(354) Ku pegang burungnya yang masih dalam sarung itu, ternyata udah ngaceng banget.

Aku tersentak begitu merasakan ukurannya yang pasti gede.

Lalu ku singkirkan sarung itu ke atas dan ku genggam batangnya.

Ku perhatikan terus dengan perasaan takjub serta ku pijitin terus.
(355) Aku gak berani liat wajahnya. Tapi aku tau dia lagi liatin wajahku.

Lalu dia meraba pergelangan tanganku dan mengelusnya.
Lalu tangannya meraba pinggulku dan juga pantatku.

Aku menikmati tangannya yang bergerilya di tubuhku sambil terus memegangi burungnya.
(356) Lalu ku lihat ke wajahnya lalu mata kami beradu.

Dia senyum seperti mempersilakanku mengulum batangnya.

Tanpa di suruh, aku pun langsung menundukkan kepala dan langsung memasukkan batangnya ke dalam rongga mulutku.

Aku mengisapnya sampai dia mengerang kenikmatan.
(357) Lalu dia mengelus rambut di kepalaku.
Memijat leherku dan juga pundakku.
Aku pun makin nyaman mengisap batangnya dan bijinya.

"Kesini kakimu!", ucapnya.

Lalu aku memutar badanku hingga kakiku ke arah kepalanya.
Sementara burungnya gak pernah lepas dari mulutku.
(358) Lalu dia membukakan celanaku dan juga CD-ku.

Tanpa berhenti mengisap burungnya, ku usahakan dapat melihat apa yang akan dia lakukan terhadap burungku.

Dia pun membuka mulutnya, lalu mengisap burungku tanpa henti.
Aku mendesah kenikmatan.
Kami pun ber-guling² sambil 69-an.
(359) Setelah itu dia duduk dan menyuruhku mendekat ke dia.

Aku di peluk erat. Lalu di ciuminya aku serta di cumbui dengan penuh birahi.

Lalu dia menghisap kedua puting susuku.
Begitu beringasnya dia.

"Isap tetekku dek!", ucapnya.

Aku dekatin mulut ke dadanya.

Tapi....
(360) Aku gak sanggup menjilatnya karna aroma lotion + minyak urut tadi udah menutupi kulitnya.

"Bau minyak Pak.!", ucapku.

"Saya mandi ya.", ucapnya.
"Iya.", jawabku.

Dia pun beranjak ke kamar mandi dan mandi.
Dia memanggilku dan aku pun menyusul.
Lalu kami sama² mandi.
(361) Di gosokinnya semua badanku dan gitu juga aku ganti²an saling menggosok.

Lalu dia mengisap burungku basah² di bawah shower yang memancar.
Dia menggosoki belahan pantatku dengan sungguh².

Aku disuruh ngangkang dan lebarin pantat biar bisa di cuci bersih.
(362) Setelah di bilas bersih dengan air, lalu dia langsung menjilati lobang ekorku.

Sementara aku kurang suka main basah².

Kamipun handukan dan kembali ke tempat tidur.
Disanalah ku bantai dia dengan isapan² maha dahsyat.

Isapan kami berimbang dan bisa di bilang 11.12.
(363) Kalau tadi di kamar mandi aku gak ada rimming pantatnya. Sekarang di tempat tidur, semua ku lakukan.

Tapi dia benar² gak tahan di rimming. Langsung minta di fuck.

Aku pun ngefuck si bapack sampai merem melek dan gak berhenti menjerit.

"Enak sayaaang!", jeritnya.
(364) Lalu kami kembali 69.
Luar biasanya, bapack itu mau ngisap burungku yang udah habis dari dalam lobangnya.

Memang sih bersih kuliat.
Dan mungkin karna dia pikir bukan dari lobang siapa, tapi lobang dia sendiri kok.

Tanpa jijik dia terus mengisap burungku.
(365) Akupun begitu, ku hisap burungnya dengan penuh nafsu.

Sesekali ku rimming dia. Tapi agak beda dari sebelum ku fuck.

Sekarang agak berasa ada asin²nya dan kadang agak ada pahit²nya.

Akupun buruan ngelapkan lidahku pakai handuk.
Aku fokus isap burungnya aja.
(366) Lalu akhirnya dia crot di mulut aku. Dia mengerang hebat mengeluarkannya.
Ku telan semua tanpa ragu.

Setelah itu dia langsung ngangkang.
Ku tancap batangku ke lobang ekornya.
Itu membuat dia men-desah² terus.
Akupun gak sanggup lama², aku merasa aku udah mau crot.
(367) "Ahhhh..... Paaakkkk....!"

"Tembakin sayang!"

Aku pun nge-crot di dalam lobangnya.

Puas banget rasanya ML dengan si bapack ganteng idamanku, yang membuat aku jatuh cinta pada pandangan pertama ke dia sejak melihatnya tadi.

Kami pun mandi dan berpakaian.
(368) Akhirnya kami makan bareng. Kebetulan yang dia pesan tadi adalah dari McD.

Jadinya akupun bisa menikmati makanan yang belum pernah ku cicipi sebelumnya.

Makanannya banyak banget. Sampai kenyang berdua menggantikan energi yang tadi udah terpakai.

Duh, senengnya....!!!
(369) Aku habis antar go-food waktu itu. Aplikasiku lagi on.
Aku melintas di depan sebuah pertokoan.

Lalu seorang bapack² ganteng idamanku menyetopku.

Aku yang gak suka bawa penumpang offline agak malas berhenti dan ingin melanjutkan laju kendaraanku.

Tapi bapack itu ganteng.
(370) Bukankah ngojol ini aku juga nyambi nyari hiburan?
Nyari hiburan ya, bukan nyari uang. Tolong di bedakan!

Aku tuh bukan lonte lanang yg berusaha dapatin bapack² biar dapat duitnya.

Aku tuh memang butuh healing!
Agar jauh dari stress dan selalu semangat jalani hari.
(372) Akhirnya ku lambatin laju motor setelah 15 meter melewati si bapack.

Aku menoleh ke belakang, dan dia masih memandang ke arahku.

Aku segera memutar motorku meski itu perboden.
Aku langsung menghampirinya.

Lalu dia nanya bisa gak antar dia ke suatu tempat.
(373) Aku pn buruan matiin aplikasiku biar gak masuk orderan.
Lalu ku lanjut ngobrol dengan si bapack.

Aku terpana lihat kegantengannya.
Posturnya sekitar 174 cm dgn badan sedang dan berisi, gak termasuk gemuk tapi gak kurus.

Wajahnya ganteng dengan mata teduh.
(374) Alisnya sangat tebal.
Kulitnya putih. Kumisnya juga tebal.

Terlihat bekas² brewok yg di cukur habis sampai rata hingga sisa pangkal²nya aja.

Dia pake kemeja lengan pendek dengan celana kain berbahan wolf warna abu muda.

Lalu sepatu pantofel coklat muda yang runcing.
(375) Aku gak tahan mandangi si bapack yang berdiri tepat di depanku.

Aku bisa melihat anunya yang agak ngejendol ke kiri.
Soalnya jendolan itu melewati batas pisak celananya ke bawah.

Apalagi dia berdiri ber-gerak² atau kadang kayak melangkah, membuat jendolan itu makin jelas.
(376) Aku udah makin salah tingkah dan gemetar. Aku mencoba bisa lebih agak tenangan.

Sering kali aku melihat ke arah anunya, lalu ku lihat ke matanya. Bapack itu lagi melihat aku.

Aduh, ketauan.. pikirku.

Aku nyoba memperpanjang durasi biar bisa lebih puas ngobrol dengannya.
(377) Aku merasa dia suka denganku (wih kepedean nih)
Lebih jelasnya lagi aku merasa dia "sakit!"

Mudah²an lah memang dia suka samaku, pikirku.

Lalu dia bilang sejumlah nominal yang mau di bayarkan kalau aku ngantar dia ke sebuah lokasi tsb.

Dan aku pikir itu udah wajar.
(378) Akupun bersedia ngantar dia.

Lalu dia naik dan langsung duduk merapat hingga aku bisa merasakan jendolannya meng-gesek² di belakang badanku.

"Lambat² aja bang!", ucapnya.

Yes, pikirku.

Kamipun lambat² dan ngobrol tanpa henti.
(379) Beberapa kali bapack itu juga membahas atau nanya² soal bangunan² atau gedung yang kami lalui.

Dia juga nanya gedung anu dimana, kantor anu di jalan mana.

Disitulau aku tau bapack itu bukan orang sini. Melainkan dia dari kota Jakarta.
Katanya itu hari kedua dia disini.
(380) Meski gak ada bahas yg aneh² atau yang menjurus ke hal yang mendekati ke seks, tapi aku makin yakin kalau dia sobat bisex.

Itu bisa ku rasakan dari setiap bicaranya yang memang sangat bersahabat dan langsung seperti teman dekat.

Aku merasa feelingku gak akan salah!
(381) Lalu aku memberanikan memegang atau menyentuh paha kirinya ketika sedang bicara.

Meskipun itu semacam kode, tapi menurutku itu masih di ambang wajar dan sopan.

Burungku udah ngaceng dari tadi. Dan pasti udah ber-air² di dalam CD-ku.
Aku yakin bisa mencicipi bapack itu.
(382) Tibalah kami di lokasi yang dia suruh antar. Lalu aku melambatkan laju motor dan menepi.

"Udah sampai Pak!"
"Udah sampai ya?"
"Iya, ini dia....!"
"Oh ini...!"

Lalu dengan agak ragu dia turun dari motor dan membuka helmnya.
Akupun gak mau moment ini langsung berakhir.
(383) Kebetulan tempat itu merupakan gedung daerah dengan pekarangan luas dan agak sepi.
Ada sih beberapa orang disana tapi jauh².

Lalu kami menepi di bawah pohon trembesi yang rindang.
Ku persilakan dia duduk di jok motorku, biar bisa nikmati jendolannya, namun gak mau.
(384) "Capek Pak berdiri aja, duduklah Pak!", ucapku.

Lalu dia melihat sekeliling dan melihat ada tembok².

"Disitu aja kita yok!", ucapnya.

Dengan senang hati aku menggeser motorku kesana. Duduklah bapack itu di tembok itu dan aku masih di jok motor.
Mataku ke jendolannya aja.
(385) Jendolannya jelas banget tau gak?!
Aduh, pokoknya itu pemandangan indah.

Aku makin gemetaran karna sering² mandangi itunya.
Dan aku udah gak terlalu malu atau takut dia tau aku mandangi itunya.

"Disini aja duduk bang!", ucapnya menyuruhku ke sampingnya.
(386) Sempat ada perasaan takut.
Jangan² biar aku gak bisa lihat jendolannya lagi.

Jangan² karna dari tadi aku di perhatikannya lihat kesitu mulu.
Soalnya kalau udah di sampingnya mana bisa liat lagi.

Tapi aku pun menurut aja dan duduklah aku di kirinya. Jarak 5 cm aja.
(387) Lalu dia sedikit memutar badannya ke kiri agar bisa hadap²an bicaranya.

Sekarang makin dekat aku ke dia, makin jelas kumisnya dimataku.
Aku horni melihat garis² tua di wajahnya.

Dan aku seperti bisa menghitung jumlah kumis tebalnya saking dekatnya.
(388) Setiap bicara, ku perhatikan gerakan bibirnya dan juga lidahnya di dalam. Udah mau ku cipok aja rasanya.

Tapi aku suka gak tahan beradu tatapan dengannya.

Cepatlah godain aku Pak, aku udah gak tahan..
Aku udah pengen jatuh ke pelukanmu Pak... pikirku.
(389) Lalu tiba² pandanganku seperti berubah ketika menantang tatapannya.

Mata kami beradu cukup lama. Dan disitulah dapat jawabannya.
Kami langsung sama² tau kami ini sama² menyukai.

Aku seperti udah luluh dan pasrah di pelukannya.
Di mata itulah semuanya berproses.
(390) Dan kalau aku bercermin, kurasa wajahku udah berubah jadi wajah² grogian campur wajah² sange.

Kami itu mirip adengan pasangan di sinetron² yang bertatapan cukup lama pake slow motion dan hendak bercumbu.

Bedanya kami gak ada adegan bercumbunya di tempat itu.
(391) Lalu dia menepuk pahaku ketika bicara. Dan megangnya dekat ke pangkal.
Aku mau membalas tapi masih sungkan.

"Enak ngobrol sama abang!", ucapnya.

Aku cuma senyum sange.

"Minta nomornya boleh bang?", tanyanya.

Lalu aku sebutin nomorku dan di savenya.
(392) Ketika di misscal, dia suruh ku save.

Ku ambil HP ku dari kantong tas, aku bukain kunci layar dengan gemetaran.
Pasti sangat jelas itu di lihatnya.

"Bapack nginap di hotel anu...!", ucapnya.

Hotel itu jauh dari tempat itu. Dekat ke tempat dia nyetop aku tadi.
(393) "Boleh aku nemani bapack disana?", tanyaku.

Lalu mata kami kembali bertatapan.

"Boleh bang!", ucapnya.
Aku pengen rasain gimana enaknya nginap di hotel bintang 4. Hehe.", ucapku.

"Boleh.. puas²in nanti disana.", ucapnya.

Mata kami kembali beradu. Aku makin grogian.
(394) "Mau nemanin baoack sampai besok?", tanyanya.

Aku masih enggan menjawab iya.
Ku tatap dia dalam².

"Bapack pengen sama kamu! Bapack mau puasin kamu!", ucapnya dengan tatapan penuh birahi.

Sontak jantungku langsung ber-debar² gak bisa bayangin itu semua.
(395) "Mau ya dek!", ucapnya.

Tiba² dia mengganti panggilan dari bang ke dek.
Tapi aku justru lebih suka itu.

"Mau Pak!", ucapku dengan suara pelan, dan dengan suara yang mengecil dari suara asliku.

"Adek sukanya di apain?", tanyanya.

"Di apain aja Pak terserah!", ucapku.
(396) "Adek pasrah aja ya?", ucapnya.

"Ho oh..!", jawabku sambil mengangguk.

"Adek mau gak muasin bapack?", tanyanya dengan senyum mandangi aku.

"Iya Pak. Mau!", jawabku sambil mengangguk.

Suasana yang ku alami sangat mengharu biru. Pengen segera jatuh di dada bidangnya.
(397) Kalau udah di kamar nanti, adek mau apain bapack?", tanyanya.

"Ku peluk², ku ciumi pipi bapack, ku cium bibir sama kumis bapack, ku jilat dada bapack...!", ucapku.

"Itu aja?", tanyanya.

"Ku jilati perut bapack, ku isapin burung bapack, sama telornya..!", lanjutku.
(398) "Terusss?", ucapnya.

"Ku jilati paha bapack, ketiak bapack..
Ku jilati.....

Aku berhenti melanjutkan kata²ku karna terasa sangat tabu dan agak nakal nyebutinnya.

"Apa yang di jilati?", tanyanya.

"Ku jilati anu bapack..", ucapku.

"Apanya?", tanyanya.
(399) "Anus bapack!", ucapku dengan memberanikan bilang.

Sebenarnya terasa sangat berat dan agak vulgar bilang langsung².

Biasanya aku eksekusi langsung aja tanpa di TKP tanpa harus di suruh ngomong blak²an gitu.

Jadi kurasa manusiawi ya guys..
(400) "Aduh, udah pengen bapack cipok kamu.", ucapnya.

Bapack nyari orang yang mau jilat itunya bapack!", ucapnya.

Dalam hatiku berpikir, masa' gak ada sblmnya. Pasti banyaklah. Om² seganteng dia pasti banyak yang sanggup merimmingnya.

Ah, tapi kan dia gak bilang gak ada.
(401) "Bapack bisa jatuh cinta lho sama orang yang mau jilatin itunya bapack!", ucapnya lagi.

"Kenapa kamu suka jilat itu?", tanyanya.

"Karna hobby Pak.", ucapku.

"Setiap main kamu gitukan?", tanyanya.

"Gak Pak. Cuma orang² tertentu aja yg sanggup aku melakukannya.", ucapku.
(402) "Harus yang gimana?", tanyanya.

"Harus yang ganteng banget!", ucapku.

Dia ketawa senang sambil menatapku.

Kirain dia bakal bilang, emang bapack ganteng banget?

Atau ah, bapack biasa aja kok, gak ganteng² amat.
Ternyata gak ada kata² itu.

Baguslah. Gak terlalu drama.
(403) "Kalau yang gantengnya parah, aku sanggup Pak. Kalau yang biasa2 mungkin gak sanggup.", tambahku.

"Bapack juga hobi dek jilat itu.", ucapnya.

Pengen ku tanya apa dia mau nabti jilat punyaku.

"Nanti aku jilat² punyamu ya..", ucapnya.

Eh, udah langsung terjawab, pikirku.
(404) Jujur aku sangat terharu sekaligus tersanjung mendengarnya.

Padahal aku ini hanyalah pemuda biasa yang gak terlalu ganteng.
Aku juga hanya seorang driver ojol dikota ini.

Siapalah aku, kok mau²nya ada bapack super ganteng bakal merimming anusku.
(405) Memang bukannya pertama kalinya sih. Aku udah sering kena rimming bapack² ganteng.
Cuma aku tetap aja tersanjung.

Kalau aku syaratnya harus bapack ganteng yang mau ku rimming.
Kok aku yang gak pemuda super ganteng, ada yang mau ya merimmingku?
(406) Disinilah aku tau artinya bersyukur.

"Gak papa ku ganggu waktunya kan?"
"Gak papa."
"Sampai besok mau?"
"Mau aja!"
"Saya ganti nanti pokoknya.
Gak usah ngojek hari ini sama besok!"

Disini aku senang banget, karna salah satu kebutuhanku yang harus di penuhi adalah seks.
(407) Walau gak di bayarpun aku pasti mau.

Walau aku harus libur ngojek 2 hari pun gak masalah.
Wong aku aja sering meliburkan diri kok.

Sedangkan nyari² bapack² ke tongkrongan homo aja aku sering. Dan dapat om² yang maunya gratisan.

Bapack yang ini rezeki nomplok buatku.
(408) Lalu kami beranjak dari tempat itu.

"Kita makan siang dulu dek!", ucapnya.

Memang saat itu udah waktunya makan siang.

"Dimana makan yang enak ya?", tanyanya.

Aku bingung jawabnya.
Yang enak seperti apa.
Bisa aja enak samaku gak enak samamu. Gitu juga sebaliknya.
(409) Akhirnya kami berhenti di sebuah rumah makan padang dan makan.

Dia bilangin aku supaya makan sepuasnya gak usah nalu².
Akupun gak ada malu².

Kalau udah ke teman homo gitu aku gak pake malu².
Langsung gak ada sekat rasaku ke orang² seperti itu.

Habis itu kami jalan.
(410) Lalu aku berpikir, gimana ya, apa pake helm gojek aja dia sampai ke hotel.

Apa dia gak malu ya? Jujur aja aku sendiri malu.
Jangan nanti petugas hotel curiga. Kenapa masuk dengan driver ojol.

Kalau soal jaket mah bisa ku masukin jok. Tapi helm? Dia kan harus pake helm.
(411) Akupun mengutarakan hal itu.
Dia bilang gak papa.
Lalu aku bilang yang aku jaga biar orang hotel gak curiga aja.

Lalu aku tawarin mampir dulu di tempat tongkronganku minjam helm biasa disana dan letakin helm gojek.

Jadilah kami otw hotel tanpa atribut ojol.
(412) Kamipun melipir ke parkiran motor dan naik lift dari lantai basement sampai ke lantai kamarnya.

Gak ada 1 orangpun petugas hotel yang lihat kami masuk dan keluar lift, jalan di koridor hotel sampai nutup pintu kamar.

Di dalam kamar, dia langsung memelukku sambil berdiri.
(413) Lalu kami ciuman tipis² sambil grepe²an alat kelamin.

Di dorongnya aku ke kasur dan di tindihnya.
Kamipun ciuman lagi sambil ber-guling².

"Mandi dulu yok!", ucapnya menjauhkan kepalanya.

Aku rasapun demikian. Biar aku fresh tanpa ada bau keringat ke dia.
(414) Kami melepas pakaian masing² dan menuju kamar mandi.

Kami pun kembali ciuman dan saling menggosok badan di bawah pancaran shower.

Lalu dia ajak aku berendam di bath up. Disana kami ciuman lagi dan isap²an.

Sekian lama kami habiskan ML di kamar mandi itu.
(415) Aku ajak dia main di kasur aja. Tapi dia menolak. Katanya lebih enak main di kamar mandi.
Padahal bagiku gak.

Dia minta harus nembak kami di kamar mandi.
Nanti aja ronde kedua di kasur. Masih banyak waktu, kata dia.

Kami terus cipokan di bawah guyuran shower.
(416) Gantian isap² burung dengan cara 1 berdiri 1 jongkok.

Lalu berlanjut dengan ber-69 di lantai licin itu.

Kepalaku sampai terantuk ke dinding kamar mandi ketika ber-gerak² saat 69 dengannya.

Lanjut lagi dengan saling rimming lobang anus dengan suasana nan basah.
(417) Lalu dia menyuruhku rebahan di bawah shower, dan diapun menaikiku.

Di dudukinya burungku yang tegang itu hingga tertancap semua ke lobang anusnya.

Dia pun me-rintih² sambil menggoyang dari atas.
Awalnya mukanya hadap ke aku, lalu di gantinya jadi belakangi aku.
(418) Lalu dia mencabut dari pantatnya lalu mengisap burungku dengan lahap.
Akhirnya kami 69 lagi.

Lalu dia tiba² berdiri dan nungging di lantai. Lutut dan telapak tangannya bertumpu ke lantai.

Akupun menghantam ekornya dari belakang untuk beberapa saat.
Lalu dia mencabut.
(419) Dia berbalik arah ke aku dan langsung isap burungku. Kini aku bersandar ke dinding dan dia telungkup.

Lalu dia hentikan isapannya dan menyuruhku mengentotnya dari belakang.
Akupun segera menuruti.

Ku tusuk dia dari atas belakang dengan jepitan belahan paha yang rapat.
(420) "Kamu jangan nembak dulu!", ucapnya.

"Kamu bisa tahan lama kan?", tanyanya.

"Gak bisa lama² banget Pak!", ucapku.

"Kamu makan obat ya!", ucapnya.

Lalu dia keluar dari kamar mandi dan ngambil pil viagra.

Aku bilang aku takut makan itu. Takut ke jantung.
(421) Tapi dia bilang itu aman, apalagi aku masih muda.
Akupun menelan pil itu.

Lalu kami duduk merokok dulu sambil telanjang.
Habis juga 3 batang rokok karna sambil cerita² dan minum².

Dia bilang biar sekalian jeda dulu.
Biar obatnya bereaksi dulu di dalam tubuhku.
(422) Lalu kami masuk kamar mandi lagi. Burung kami udah sama² mati.

Kami masuk bath up dan saling menindih disana. Kami cipokan lagi, tukaran isap²an lagi.

Kami main penuh dengan busa melimpah yang bikin badan kami licin.
Lalu dia ngasih lobang pantatnya lagi.
(423) Dia nungging dengan memegangi tepian bath up dan tembok dinding, lalu ku hantam dengan posisi berdiri.

Lalu kami berendam lagi, di isapinya lagi batangku.

Lalu dia nungging lagi dan suruh ku rimming. Aku pun merimmingnya dengan cukup lama.
Lalu dia minta merimming aku.
(424) Lalu dia ngangkang dengan badan menggulung di dalam air itu.

"Masukin dek!", ucapnya.

Akupun me-raba² lobangnya karna gak nampak oleh busa yg tebal di dalam air.

Akhirnya kepala burungku ketemu lobangnya. Segera ku tancap hingga masuk sampai pangkal.

"Oh.... ohhh!"
(425) Pahanya melipat ke atas ke arah perutnya dan kakinya kearah kepalanya.

Ku kentot terus di dalam air yang berbusa.

Sering banget kontolku tercabut sendiri. Karna medannya licin sehingga kakiku sering kepeleset.

Ku arahkan lagi batangku dan ku tusukkan. Begitulah terus.
(426) Akupun merasa aku sangat perkasa. Pasti karna obat tadi.

Udah kuat² ku genjot dengan hentakan yang kasar tapi aku masih merasa gak mau nembak.

Makin brutal aja aku mengentotnya.
Aku gak tanggung² lagi karna aku gak takut tiba² mau crot lagi.

"Enak sayang!", ucapnya.
(427) Ku surih dia keluar dari bath up itu, lalu ku surih dia nungging di dinding.

"Bentar!", ucapnya.

Dia duduk lesehan di lantai dan isapin kontolku.
Lalu di peganginya pinggulku dan di gerakkan manu mundur.

Ok, akupun langsung menggerakkannya sendiri.
Ku kentot mulutnya.
(428) Diapun akhirnya menghentikan gerakan tangannya.
Dia menikmati genjotanku.

Dia men-desah² menikmati hujaman batangku keluar masuk rongga mulutnya.

Kuliat wajah dan matanya merah seperti mengeluarkan cairan. Tapi samar karna kami di bawah shower.
Ku hentikan genjotanku.
(429) Lalu dia mengisap batangku yang udah diam itu. Di jilatinya telorku juga.

Lalu dia suruh aku angkat 1 kakiku dan ku tumpukan ke atas tangki toilet.

Lalu dia menyusup ke bawah kakiku dan menjilati ekorku.
Akupun makin melebarkan pantatku.
Ku kasih lebar² ke dia.
(430) Pegal dengan gaya itu, aku nungging berdiri dengan menumpukan kedua tangan ke ujung bath up.

Lalu si bapack menjilati lobang ekorku dengan jongkok dan bahkan sampai duduk lesehan.
Dia me-nepuk² pantatku dengan kuat².

"Kamu bisa si tusuk?", tanyanya.

"Bisa Pak!", ucapku.
(431) Sebenarnya aku kurang suka di tusuk dan jarang banget di tusuk.

Bisa di bilang, hampir gak pernah lah.

Karna sejak terjun ke dunia homo di 2009 yang lalu, sampai detik ini 2022, belum ada 10x aku di tusuk orang.

Padahal ML dengan bapack² udah lebih 700x kurasa.
(432) Tapi aku merasa gak masalah aja kalau si bapack itu mengentotku.
Biar ajalah!

Lalu dia menyabuni lobangku dan batangnya lalu di arahkan ke lobangku.

Akupun siap² menerima terjangannya.
Aduh... masuk kepalanya.

"Pelan Pak! Sakit!", ucapku.

Dia lalu menyorong pelan.
(433) Sempit banget lobang kamu!", ucapnya.

"Namanya aja jarang Pak!", ucapku.

"Pelan2 Pak. Sakit! Aduh... pelanin!", teriakku.

Dia pun mengentotku dengan tempo lambat namun dengan penetrasi dalam.

"Ah... ah...!"

Dia mengerang.

Dia crot di dalam lobangku.
(434) Sekitar 4 menitlah dia mengentotku dan langsung keluar.

Dia pun langsung mencabutnya selagi batangnya belum meloyo.

Gantian dia yang nungging di bibir bat up dan nyuruh aku yang ngentot.

Akupun langsung menghujamkan kontolku ke lobang taiknya.
Ku goyang terus.
(435) Aku belum mau nembak, sampai ku suruh dia berdiri merapat ke dinding lalu ku hantam dari belakang. Tanpa nungging!

Sesudah itu ku suruh dia nungging dengan muka mencium lantai. Sampai hampir copot lutut aku dibuatnya.

Aku pun telentang lagi di lantai, dia menduduki.
(436) Kembali kami masuk bath up dan ku kentot dia dengan nungging di dalam air.

Habis itu ngangkang posisi hadap ke aku dengan kaki menggulung ke atas.

Bosan sempit²an disana, aku suruh keluar dan berdiri lagi merapat ke dinding.
Ku kentot dari belakang dengan pantat rapat.
(437) Lalu ku angkat 1 kakinya dan di letakkan di tangki toilet.

Dengan cara itu aku hantam ekornya dengan hentakan² gila.
ia meng-erang² kenikmatan.

"Enak sayang...!", ucapnya.

Di putarnya kepalanya ke samping kiri arah ke belakang.
Lalu ku tahani dan ku cumbui.
(438) "Belum mau keluar sayang?"

"Belum Pak."

Akhirnya dia nyuruh kami pindah ke kasur aja.
Kami membilas badan sebentar dan handukan.

Di atas kasur, dia menyepongi kontolku dengan aneka gaya.

Awalnya dia mendudukkan aku di sofa lalu dia jongkok.
(439) Kedua, dia suruh aku duduk di tepi springbed lalu dia sepong dengan jongkok.

Ketiga, aku rebah ke belakang dan dia isapin sambil merimmingku.

Aku salut juga dengan nafsu dia.
Walau udah crot tapi masih nafsu menyepongiku.
Padahal umurnya udah 51 th.
(440) Ke empat, dia suruh aku duduk di meja lalu di sepong dengan posisi dia berdiri di lantai sambil menunduk.

Ke lima, dia suruh aku pindah ke kasur dan berdiri tegak agak ke tepi.
Dia isapin dari bawah posisi berdiri di lantai.
(441) Ke enam, aku duduk nyandar di kepala bed dengan ngangkang.
Dia telungkup nyeponginku.

Ketujuh, dia nyuruh aku berdiri dengan kaki kanan di ujung bed dan kaki kiri ke meja.

Kakiku jauhan dan aku terkangkang.
Dia pun memblow jobku dari bawah.
Dia juga ke belakang merimming.
(442) Tapi kontol si bapack mati.

Lalu dia bilang dia capek banget.
Dia mendaulatku menembaknya aja dengan gaya apa aja yang aku mau.

"Aku gak sanggup lagi dek. Kerjain aja bapack sesukamu!"

Lalu dia rebah dikasur dengan posisi telentang.

"Pak, geser ke tepi!", ucapku.
(443) Pertama, ku geser dia ke tepi bed dan ku suruh ngangkat kaki ke atas. Lalu ku taruh di pundakku.

Ku tusuklah bolnya dengan posisiku berdiri di lantai.

"Ahh... ahhh.... aduh.... ahh....!"

Si bapack gak berhenti mengerang sambil tutup mata.

"Enak Pak?"
"Iya sayang!"
(444) Kedua, ku suruh dia turun ke lantai dan membelakangiku.

Dia nungging tapi badan rebah merapat ke kasur.
Tangannya melebar memegangi linen.

Kakinya di lebarin berdirinya.
Ku sodokah bolnya kuat² samlai keluar erangan² dahsyat dari mulutnya.

"Ampun dek...!", ucapnya.
(445) Ketiga, ku suruh dia berdiri di lantai dan nungging memegangi sudut meja.

Ku bantailah lobang bolnya dari belakang.
Ku hujamkan batangku dalam² dan kuat².

"Jago banget kamu sayang!", erangnya sambil menoleh ke belakang.
(446) Ke empat, ku suruh dia merapat ke pintu dan gak usah lebarin kaki.

Ku hantam bolnya dari belakang.
Enak banget walau agak terhalang belahan pantatnya yang besar tapi enak dan lezat banget rasanya.

Akupun nyabut kontolku.

"Capek ya dek?"
"Lumayan!"
(447) Kelima, ku suruh dia nyamping ke lemari lalu ku angkat 1 kakinya. Lalu ku sorong bolnya dari samping tubuhnya.

"Ah.. ahh...!"
Aku mendesah.

"Enak ya sayang?", tanyanya.
"Iya Pak!", jawabku.

Tapi aku capek dengan posisi itu. Akhirnya segera ku akhiri.
(448) Ke enam, ku suruh dia nungging memegangi tepi kasur.
Tapi badannya gak nempel ke kasur.

Ku jelajahilah bolnya dengan pedangku dengan memegangi pinggulnya dan sesekali mengelus punggung atau meraba dadanya.

"Uh....!"
"Ougghhttt!"
"Sayaaang!"
"Owh... iya sayang!"
(449) Ketujuh, ku suruh dia naik ke tengah kasur dan ngangkang.

Kulipat kakinya keatas sampai menganga bolnya.
Lalu ku hantam dari depan.

"Aahh.... oooh...!"

Kami sama² mendesah.
Di posisi ini aku lebih lamaan.
Ku terjang terus bolnya membabi buta.
(450) Makin ku lipat kakinya kedepan hingga makin merapat ke badannya.

Meski badan berisi tapi bisa kugitukan. Badannya udah melingkat membentuk huruf U.

Lalu ku dekatkan mulutku ke mulutnya lalu ku lumat. Kami makin mendesah sambil bercumbu.
(451) Sesekali ku cabut burungku.
Lalu makin ku angkat pinggulnya ke atas dan ku ganjal pake 2 bantal sehingga lobang bolnya makin tersibak di hadapanku.

Ku fuck terus dengan lutut kadang bertumpu ke kasur.
Kadang aku setengah berdiri dengan lutut melipat kedepan.

Tapi capek!
(452) Ke delapan, ku tuejnkan kakinya dan kusuruh dia nyamping.

Lalu aku merangkulnya dari belakang dan ku tusuk bolnya daei belakang.

Meski batangku gak bisa masuk total tapi enak.

Sensasi lembutnya pantatnya yang menutup bolnya menambah gairahku mengentotnya.
(453) Ke sembilan, aku pindah dari belakangnya dan jongkok mengentotnya.
Posisi dia masih begitu.

Dengan begini, aku lebih berstamina mencucuk bolnya. Karna aku bisa jongkok bebas sambil menggoyang pinggulku.

Kadang kedua lututku ku tumpukan ke kasur, kadang ku angkat sebelah.
(454) Lutut kiri kanan gantian mana yang ku tumpukan ke kasir mana yang ku angkat.

Kadang aku angkat keduanya dan ku sorong terus keluar masuk.
Ku pegangi pantat atau badan dia agar gak ber-geser² kena dorongan tubuhku.

"Dek...!
"Apa Pak?"
"Enaaak!"
"Iya Pak, enak!"
(455) Ke sepuluh, aku rebahan dan nyuruh dia yang dudukin.

"Mau ambil tenaga dulu Pak!"
"Iya dek, iya."

Mukanya menghadap aku, lalu ku tarik punggungnya agar mendekat ke aku.

Dia menurunkan kepalanya.
Lalu kami berusaha ciuman.
Tapi kontolku tercabut dari bolnya.
(456) Kami fokus ciuman sampai dia benar² menindih badanku.

Lalu tangannya sibuk me-raba² batangku dan ngepaskannya ke lobangnya.

Sesekali masuk. Tapi setiap di goyang, tercabut.

Lalu aku sedikit menurunkan badanku ke bawah. Sehingga mulut kami makin berjauhan.
(457) Lalu ku ambil kuda² dan ku goyang dari bawah.

Dia pun ku suruh berhenti menggoyang dari atas.
Tapi sering juga burungku tercabut.

Ku pegang batangku dan ku paskan lagi ke lobangnya.

Begitulah beberapa saat. Sering² tercabut memang, tapi kami masukkan lagi.
(458) Ke sebelas,
"Coba putar haluan, hadap ke belakang!", ucapku.

Lalu dia memutar badannya hingga membelakangiku.

Di tancapnya batangku ke bolnya, lalu di goyang naik turun.
Tangannya di tumpukan ke paha atau lututku.

Kadang aku juga yang goyang dari belakang.
(459) Ke dua belas, ku suruh dia menurunkan kedua tangan ke lantai, sedang pantatnya di atas kasur.

Lalu aku melangkahi badannya dengan menumpukan sebelah kakiku ke lantai dan sebelahnya lagi ke kasur.

Ku tusuk bolnya yang terbuka lebat itu dari atas.
Kedua kakinya melebar.
(460) Ku suruh dia menahan berat badannya dengan kedua telapak tangan di lantai. Sedang muka dia menghadap ke bawah.

Ku bantai terus lobangnya dari atas.
Ku pegangi pahanya yang berada di depanku agar terus melebar.
Sedang paha 1 lagi ku belakangi.

"Aduh dek...!"
"Iya Pak!"
(461) Ketiga belas, ku suruh dia rebahan di tengah kasur dengan kedua kaki di naikkan ke atas di kepala bed.

Kusuruh di naikkan terus kakinya makin tinggi dengan cara ngesot atau menggeser badannya mendekat ke arah kepala bed.

Aku pun bantuin ngangkat kakinya makin atas.
(462) Ku tarik kakinya biar makin merapat ke kepala bed lalu ku tahan.

Lalu akupun memasukkan batangku ke lobangnya yang menghadap atas itu.

"Aduh... enak banget Pak!", ucapku.

Sesekali kakinya mau tumbang tapi kutahani.
Ku bantai terus lobangnya smabil nahanin pahanya.
(463) Terasa juga capeknya karna harus menahan beratnya badan si bapack yang besar mau ambruk ke aku.

Apalagi kasur yang ku pijak goyang² jadi mengganggu.
Jadi susah masuknya ke bolnya.

Dia juga capek menahan kakinya ke dinding.

"Capek aku dek...!
"Bentar lagi ya Pak!"
(464) Kadang udah masuk tapi tercabut lagi karna pijakan kakiku ber-geser² akibat kasur yang goyang².
Udah sayang... bapack capek!"

"Akhirnya aku melepasnya dan membantu menurunkan kakinya.

"Aku suka banget Pak posisi itu, tapi sulit! Kasurnya goyang²!", ucapku.
(465) "Di lantai enaknya!"
"Gimana caranya Pak?

"Disini, di tepi bed ini. Kayak posisi tadi, tapi bedanya mukaku ke atas."

"Kita coba yok Pak!"

Dia pun menurut.

"Tapi sini kedua bantal itu tumpuan kepalaku.", ucapnya.

"Sama gulingnya juga!", tambahnya.
(466) Ke empat belas, lalu bantal kami taruh di lantai di tepi bed.

Lalu dia turun mundur dengan cara telentang dari kasur.

Aku di minta menahan bantal agar gak bergeser.

Jadilah kepala dan tengkuknya udah bertumpu ke bantal di lantai.
Dan tangannya melebar menahannya.
(467) Lalu dengan hati² aku melangkahi badannya.

Kaki kiriku kutaruh di lantai dekat kepalanya, dan yang kanan di kasur.

Ku celupkanlah batangku ke lobangnya.

Namun dia hampir terguling dari tepian kasur ke lantai. Akupun menahannya.
(468) "Ketinggian Pak!", ucapku.

Lalu dia menggeser badannya menjauhi kaki bed.
Sehingga lobang pantatnya makin rendah.

"Nah gini baru pas. Tahan ya Pak."

Aku pun berdiri dengan kedua kaki di lantai.
Ku celupin batangku ke lobangnya yang menganga.

Enak banget rasanya.
(469) Tapi berat juga nahan kedua pahanya yang selalu mengatup.

"Udahlah sayang!"

"Iya Pak!"

"Tapi tahan dulu gini ya Pak."

"Mau yang kek mana lagi?"

"Tunggulah. Bentar aja!"

Aku segera naik ke kasur.

"Bentar aja Pak!", ucapku lagi dengan senyum.
(470) Ke lima belas, aku turun ke lantai sampai kedua tanganku bertumpu ke lantai.
Sedang kakiku tinggal di kasur.

Ku paskan batangku ke lobangnya lalu ku sorong.

Badan kami udah menempel. Begitu juga muka kami sampai bisa berciuman.
Ku kentot dia terus dengan posisi itu.
(471) "Tahan ya Pak. Jangan meluncur!", kataku.

Ku genjot terus lobang bol bapack itu, tapi akhirnya bantalnya bergeser menjauh. Akhirnya pinggul dan kaki kami makin jatuh ke lantai.

Lalu kami beranjak ke kasur dan duduk.
Si bapack menumpahkan hand sanitizer ke batangku.
(472) Di usapkannya merata.

"Buruan cuci! Jangan sampai mati. Cepat sini biar ku lap!", katanya.

Aku pun menurutinya.

Lalu dia ngelap pake handuk lalu mengisapinya.
Dia juga merimming anusku sehingga burungnya naik lagi.

Aku pun di suruhnya rebahan agar di kerjainnya.
(473) Dia berlari ke kamar mandi dan nyuci burung serta bolnya cepat.
Lalu dia mendekatiku.

"Isap lagi dek semuanya. Udah ku cuci nih.", ucapnya.

Akupun mengisap kontol si bapack dan merimming bolnya.

Dia men-gerang² kembali dan menyerukan enak, enak, dan enak!
(474) Burungnya hampir mati ketika itu setelah di cuci.
Tapi karna langsung ku sepong keras lagi dia.

Kamipun 69 lagi dengan 3 posisi.

Pertama, aku di atas dia di bawah.

Kedua, kami nyamping dengan kadang berbantalkan paha.

Ketiga, aku dibawah dia diatas.
(475) "Udah mau nembak aku dek!", ucapnya.

Lalu aku langsung ngeluarkan batangnya dari mulutku.

"Napa di keluarkan?", tanyanya.

"Tapi udah mau nembak.", kataku.

"Gak papalah, kita tembakkan aja ya. Kamu masih mau ber-lama²?", tanyanya.

"Gak juga.", jawabku.
(476) "Ya udah kita nembak aja ya!", ucapnya.

Kami pun lanjut 69.

Lalu dia langsung mencabut burungnya dari mulut aku. Begitu juga burungku dari mulutnya.

"Napa Pak?"
"Masukkan aja!"

Diapun rebahan dengan gaya klasik.

"Gaya biasa aja ya!", ucapnya.
"Iya Pak!", jawabku.
(477) Ke enam belas, lalu dia melebarkan pahanya dan ku sorong kontolku ke bolnya.

Tapi gak ku angkat pahanya keatas.

"Ini gaya yang paling umum ya Pak!"
"Kamu gak suka?"
"Suka Pak!"
"Kirain gak!"

Ku usahakan ngocokin kontolnya biar gak mati.

Kadang² dia sendiri yang ngocok.
(478) "Kita nembak gini aja ya sayang, biar ku kocokin punyaku."

"Iya Pak."

"Kamu udah mau nembak belum?"

"Kenya belum Pak."

"Paksa aja ya."

"Iya Pak!"

"Ouhhh... ouhhh...!"

"Auh....ah.... owh...!"

Kami sama² fokus mau ngeluarkan.
Tapi masih belum mau punyaku.
(479) "Pak ganti gaya yang lain sekali lagi. Mudah²an cepat keluar punyaku."

"Gaua yang kek mana?"

"Bapak pegang kakinya dua²nya gini!"

Aku mengangkat kedua kakinya melipat keatas & kusuruh dia menahannya.

Lalu aku putar haluan membelakanginya.
Ku mundurkan kakiku kearahnya.
(480) Ketujuh belas, ku geser terus kakiku menindih badannya yang melipat.

Lalu aku cucukin batangku ke bolnya dengan posisi badan kami yang terbalik.
Tanganku bertumpu mencengkeram sprey.

Ku bengkokkan batangku ke belakang.
Setelah pas ke lobangnya ku dorong.
(481) Tapi burungku kurang panjang untuk gaya ini. Karna badan kami posisi terbalik.
Jadi butuh konyol panjang sebenarnya.

Batangku harus ku tekan atau ku lipat ke belakang. Luar biasa sih nikmatnya, beda dengan gaya yang biasa².

Aku pun makin horni dan pengen cepat nembak.
(482) Ke delapan belas,

"Bapack telungkup sekarang!", ujarku buru².

Dia pun menurut. Agak ku lebarkan kakinya dengan tanganku.

"Bapack diam aja, biar aku yang mengatur gimana.", ucapku.

Lalu aku memutar badanku jadi berlawanan arah dengan badannya.
Sama kayak tadi sebenarnya.
(483) Ku tindih badannya dari atas dengan terbalik.

Kakiku mengenai pundak dan tengkuknya.
Lalu mulutku mencium tumitnya.

Ku tekan batangku ke bawah sampai mengenai lobangnya.
Agak sulit tapi ku paksa terus sampai nyangkut di lobangnya.
(484) Begitu nyangkut kepalanya langsung ku sorong kuat².
Lalu ku goyang naik turun. Gak terlalu panjang kutarik biar gak tercabut.

Aku men-desah² sambil terus menggenjot pantat si bapack.

Lalu tercabut.

Ku tekan batangku kuat² ke bawah dan ku masukkan lagi.

Ya, masuk!
(485) Lalu ku geser badanku kedepan agar aku bisa dapat kuda² menekan terus kontolku di lobangnya.

Ku tahani kontolku dengan tangan kiri agar gak tercabut.
Ku pegangi terus pangkal kontolku dibagian atasnya seraya ku goyang².

"Ohh... owh.... awh.... ahhh....!"
(486) Cukup lama aku di posisi itu. Aku sangat menyukainya.

Bayangin ngentot tapi posisi lobang di belakang. Jadi kontol harus di tekan ke bawah.

Dan memang separoh aja masuknya. Tapi nikmatnya luar biasa.
Kebayang kan kalau kontol kita ada 20 cm. Wah keren tuh.
(487) Ke sembilan belas, aku turun dari atas tubuhnya dan memutar badanku jadi horizontal.
Sedang tubuh si bapack vertikal mengikuti panjang bed.

Ku rapatin batangku ke pantatnya dan ku barin pahanya. Lalu ku sorong dari samping.
Sebelah kakinya kupeluk bahkan ku ciumi.
(488) "Burungku udah mati pula!", ucapnya.

Lalu aku menyudahi gaya itu.
Lalu ku isap burungnya dengan buasnya.
Sebentar burung itu langsung ketas total.

Akupun meninggalkan burung itu dan kembali melebarkan kedua pahanya.
Kembali ke posisi klasik.
Ku hantamlah bolnya lagi.
(489) "Pak... kita nembak dengan posisi ini aja ya!", ucapku.

"Iya sayang. Tembakinlah ya!", ucapnya.

Aku pun mempercepat goyanganku.
Dia pun serius ngocokin burungnya.

"Pak, sini ku kocok!", ucapku sambil merampas burungnya dari tangannya.
Niatku biar aku makin horni.
(490) Tapi aku malah gak berstamina menggoyang.

Karna ketukan pinggulku berlawananan dengan ketukan kontolnya.

Sulit rasanya menyamakan ketukan atau iramanya.
Akhirnya ku lepasin kontolnya. Lalu dia pun mengambil alih.

Aku fokus dengan ketukan pinggulku aja.
(491) Pak.... masih lama bapack nembak?"

"Gak lagi dek...!"

"Gimana dengan kamu?"

"Aku juga gak lagi Pak!"

"Sama² kita ya sayang!"

"Auh..."

"Ahhhh!!"

"Ohhh..!"

"Achhh...!!"

"Aduh, tadi udah mau keluar!"

"Paksa aja sayang!"

"Gak bisa Pak! Makin jauh!"

"Paksa terus!"
(492) "Aduh.... ah..... oh!!!"

"Keluarin sayang. Ayo sayang...!"

"Tunggu Pak. Jangan nembak dulu. Biar kita sama²!"

"Cepatinlah sayang! Ayo sayang!"

Akupun memaksa agar spermaku bisa keluar.

Udah ku kentot dengan cara kuat² dan kasar² bolnya. Agar cepat keluar airku.
(493) Mana sayang? Masih lama sayang!"

"Iniagi di usahakan Pak!"

"Cepat sayang. Bapack gak tahan lagi nih.

Si bapack udah nahan² dari tadi, biar spermanya gak langsung keluar. Dia pengen kami barengan crotnya.

Kadang² di hentikannya kocokan tangannya.
(494) Dia cuma menggenggam batangnya tanpa mau mengocok.

"Mana sayang. Gak mau lagi keluar ya?

"Iya. Gila banget obat yang bapack kasih tadi."

"Emang kegitu viagra sayang!"

"Bapack gak makan itu ya?

"Gak sayang! Kan bapack jadi bot kamu!"

"Kocokinlah Pak!"
(495) "Kocokin terus Pak."

"Ah... udah mau keluar saya dek!"

"Aku juga Pak!"

"Aduh... ahhh... ah.... aaahhhh....!"

"Ya olloh...! Awh... owhh... owhhhh!!

Akhirnya ku lihat muncrat sperma si bapack dan menyembur ke dadanya. Kuat juga tembakannya masih sampai dada.
(496) Dan akupun akhirnya crot juga di dalam bol si bapack.

Waktunya beda sekian detik aja.
Dan itu gak membuat kenikmatan kami berkurang.

Aku lihatin terus proses keluarnya sperma si bapack sambil terus menggoyang pinggulku.

Itu makin membuatku horni.
(497) Sebagian menyemprot ke perutnya dan menggenang di lobang pusatnya.
Banyak dan kental banget spermanya.

Aku pun merasa spermaku banyak banget yang keluar di bol si bapack.

Lalu dia menghentikan kocokannya dan seketika itu batangnya langsung terkulai lemas.
(498) Akupun memperlambat goyanganku dan menjatuhkan badanku ke badan si bapack.

"Pak...!", ucapku pelan.
"Ya sayang!", jawabnya.

Kami rangkulan dengan posisi mulut menempel.

Kami sangat ngos²an.
Nafas panas kami bercampur baur.
Tapi kami menikmatinya.
(499) Setelah nafas kami mereda barulah kami melepaskan pelukan kami.

Lalu kami mandi dan memasang baju.

Kami pun menyalakan rokok masing² sambil bicara².

Lalu si bapack meraih telepon di atas meja dan menelpon ke restaurant hotel untuk memesan food n' beverage.
(500) Aku nemani dia sampai dia check out.
Bahkan aku yang antar dia ke airport.

Duit yang di berikannya juga bisa di bilang fantastis.

Namun bukan itu yang lebih penting bagiku.
Aku gak pernah cari duit dari hal ini.
Tapi lebih ke kepuasan batinku yang terutama.
.
.

Selesai.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with AYAH PENYAYANG

AYAH PENYAYANG Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @ayahpenyayang

Mar 3, 2023
𝐊𝐀𝐓𝐀 𝐃𝐔𝐊𝐔𝐍 𝐓𝐇𝐄 𝐏𝐎𝐖𝐄𝐑 𝐎𝐅 𝐋𝐎𝐕𝐄

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Waktu itu aku umur 33 th. Aku pacaran dgn Pak Yamin (51 th). Pak Yamin tiba2 diserang penyakit aneh yg begitu parah, yg membuatnya hanya terbaring lemah dirumah dan bolak balik RS.

#fotohanyapemanis Image
(2) Saat itu usia pacaran kami baru jalan 2 th. Aku udah dikenal baik oleh anak istrinya dan sering datang main2 kerumah itu. Aku bahkan sering nginap dirumah mereka karna kami udah kayak keluarga.

Aku sangat sedih dan terpukul dgn penyakit yg menimpa Pak Yamin.
(3) Udah ber-bulan2 Pak Yamin gak pernah bisa bekerja, sehingga uang jajanku jadi stop. Padahal sebelumnya selalu lancar karna Pak Yamin emang sangat baik dan gak pelit samaku.

Selain itu kami tentunya udah gak pernah ML lagi. Ya gimana caranya, Pak Yamin aja lagi sakit kan.
Read 61 tweets
Jun 2, 2022
𝐃𝐀𝐅𝐓𝐀𝐑 𝐓𝐇𝐑𝐄𝐀𝐃 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐀𝐊𝐀𝐍 𝐒𝐄𝐆𝐄𝐑𝐀 𝐑𝐈𝐋𝐈𝐒 :

1. Modusin Supir Truck Part 1
2. Modusin Supir Truck Part 2
3. Modusin Supir Truck Part 3
4. Ustadz Yang Tega
5. Main Dengan Polisi Di Ruangannya
6. Main Dengan Polisi Di Toilet Kantornya Image
7. Main Dengan Polisi Di Kost-an
8. Main Dengan Polisi Di Kost Temannya
9. Jumpain Polisi Ke Luar Daerah
10. Dokter Yang Profesional
11. Di Tangkap Warga Ciuman Di Toilet Plaza
12. Bertemu Polisi Saat Pergi Healing
13. Main Tiga Dengan Polisi
14. Main Dengan Kepsek SMA Di Kost
15. Main Dengan Dosen Di Semak
16. Main Dengan Guru SD Di Kebun
17. Main Dengan Guru SD Di Rumahnya
18. Main Dengan Pendeta Di Hotel Part 1
19. Main Dengan Pendeta Di Hotel Part 2
20. Main Dengan Pendeta Di Kost
21. Main Dengan Pendeta Di Rumah Kosong
Read 12 tweets
Jun 2, 2022
𝐍𝐆𝐄𝐑𝐉𝐀𝐈𝐍 𝐎𝐑𝐀𝐍𝐆 𝐌𝐀𝐁𝐔𝐊

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Waktu itu jam 02.⁰⁰ WIB aku melintas di sebuah jalanan.

Ku lihat bapack² berjalan sempoyongan.

Ketika mau papasan, tercium aroma alkohol yang menyengat dari mulutnya.
.
.

#gambarhanyapemanis
(2) Aku pun niat nolongin. Ku mundurkan motorku dan ku sapa dia.

Gak ada respon darinya. Dia terus berusaha berjalan ke depan.
Bahkan di lihatpun aku gak.

Aku turun dari motorku dan ku raih tangannya.

"Hati² Pak!", ucapku memapahnya.

Lalu dia akhirnya ambruk.
(3) Aku berusaha sekuat tenaga menahannya agar gak imutan ambruk dengan dia.

Aku meng-usap² dadanya, punggungnya, pantatnya, dan pahanya hampir kena ke burungnya.

Sesekali ku pencet kepalanya dan ku usap² wajah serta pipinya.

Aku pun gak sanggup memapahnya.
Read 58 tweets
Jun 2, 2022
𝐃𝐈 𝐋𝐄𝐂𝐄𝐇𝐊𝐀𝐍 𝐎𝐌 𝐒𝐄𝐍𝐃𝐈𝐑𝐈

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Aku lahir di kampung.
Waktu aku kuliah, aku nompang di rumah Bibi, adek perempuannya bapackku, di ibukota provinsi.

Omku, suami bibiku itu seorang polisi biasa berpangkat bripka.

#gambarhanyapemanis
(2) Postur Omku tinggi besar, berisi, kulit kuning langsat, kumis tebal, suara ngebass, tangannya penuh bulu lebat, kaki sampai paha juga, perut berbulu, tapi dada gak.

Aku bisa rasakan punya Omku pasti gede. Karna sering nampak ngejendol ketika duduk di sofa atau di lantai.
(3) Di rumah Omku selalu pakai celana pendek. Dan rata² yang ukurannya separoh paha. Jadi kelihatan terus bulu² pahanya.

Ada satu celananya yang sangat menggetarkan dadaku.
Celana motif bunga² yang sangat minim plus agak tipis.
Kalau itu dipakai aku jadi deg²an terus.
Read 100 tweets
Jun 1, 2022
𝐀𝐊𝐔 𝐒𝐄𝐑𝐈𝐍𝐆 𝐌𝐄𝐍𝐆𝐈𝐍𝐓𝐈𝐏 𝐀𝐘𝐀𝐇𝐊𝐔

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Adakah kalian sebodoh dan sejahat aku?

Aku sering mengintip Ayahku mandi, tidur, dan kencing.

Anak macam apa sih aku ini, suka ke Ayah sendiri?
Masih wajarkah atau udah keterlaluan? Image
(2) Aku memang mengidap rasa suka ke bapack² sejak dini.

Tapi kondisi di kampung gak mendukung penyimpangan ini langsung berkembang di diriku.

Maklumlah kampung aku masih kolot, jauh dari kemajuan.
Dan kisah ini merupakan kisah di tahun 1995 yang lalu.
(3) Jujur waktu itu aku belum tau sedikit pun tentang dunia homo.
Tapi aku suka aja lihat bapack² ganteng dan mengkhayalkannya.

Di kampung aku sering melihat burung bapack² waktu mandi.
Karna kami mandi ramai² di sungai berbatu atau di pancuran yang airnya berasal dari bebatuan.
Read 70 tweets
Jun 1, 2022
𝐀𝐊𝐔 𝐌𝐄𝐍𝐘𝐄𝐒𝐀𝐋 𝐌𝐄𝐍𝐔𝐑𝐔𝐓𝐈 𝐍𝐀𝐅𝐒𝐔 𝐀𝐍𝐀𝐊𝐊𝐔

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Umurku saat ini udah 78 th.
Anakku ada 3 orang, 2 perempuan 1 laki².
Yang laki² belum nikah² sampai saat ini. Padahal umurnya udah 43 th.

#gambarhanyapemanis
(2) Aku memang biseks. Tapi aku gak lupa nikah.
Tapi yg membuatku sedih, anak laki²ku satu²nya, mewarisi gen homoku.

Memang gayanya gak ngondek, namun dia menyukai bapack² sama persis dengan aku, bapacknya.

Aku juga sejak muda sangat menyukai bapack².
(3) Aku selalu memperhatikan perkembangan anak laki²ku sejak dulu.

Aku selalu berharap agar anakku jangan mewarisi sifat² dan karakter burukku.
Aku pengen anakku normal, jangan kayak aku, bapacknya ini.

Dia ganteng dan selalu juara di sekolah.
Read 56 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(