Potret Lawas Profile picture
Apr 24, 2022 3 tweets 2 min read Read on X
Kalau Duta Sheila on 7 trending begini, kebanyakan orang pasti mélu seneng, ikut bahagia.

Yang was-was mungkin pengagum garis keras Dian Sastro – karena akan ada yang menceritakan ulang kabar angin soal cinta ditolak 2 dekade lalu~ #selingan

Potret Dian diambil Dikha Deansa Image
Dian Sastro itu tidak ada cela, kata seseorang, kecuali 2 hal: soal cintanya yang ditolak dan pernikahannya dg anak keluarga kaya raya Jakarta berinisial Sutowo.

Lanjutnya: yang pertama kabar angin, yang kedua nyata dan kerap ditarik-tarik jadi dalil penguat kabar angin tsb.
Sangkalan: kami termasuk garis keras, namun tidak was-was. Hehe.

Oh, Dian Sastro dalam potret tsb, sepertinya, mereka ulang perempuan tak bernama dalam potret-potret ujung abad 19 buatan Kassian Céphas:
,
,

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Potret Lawas

Potret Lawas Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @potretlawas

Jun 11, 2022
Kisah Buya Hamka menemukan sepotong kecil ham, daging babi bagian paha, dalam jambar makanannya yang gurih di sebuah restoran Tionghoa di Denver – dari catatan kenang-kenangan Empat Bulan di Amerika, paruh kedua 1952. Image
Hamka yang sadar lupa memberi tahu pemilik restoran memilih berhenti makan.

Namun, ia juga menulis "...kita harus membedakan bentji dan djidjik kepada babi karena didikan dari ketjil, dengan bertemu daging babi! Bertemu daging babi, tidaklah haram, Bung! Memakannja jang haram!"
"Otak dan pertimbangan saja menurut fikhi, djika bertemu daging babi dalam djambar, sisihkan sadja daging itu ketepi dan makanlah jang lain. Tetapi kalau saja turutkan didikan saja sedjak ketjil bentji dan djidjik, terlihat sadjapun, perut saja sudah menolak, sekeras-kerasnja."
Read 7 tweets
Dec 18, 2020
Datu raja Luwu, We Kambo Daeng Risompa, difoto oleh etnolog Albert Grubauer di Palopo 1911.

Sementara di banyak tempat kepemimpinan perempuan masih tabu, ceritanya berbeda di wilayah selatan Sulawesi – tahun itu saja setidaknya ada 9 perempuan yang memegang kendali pemerintahan. We Kambo Daeng Risompa, dat...
Adat yang memungkinkan perempuan bertahta ini bisa ditelusuri hingga berabad sebelumnya. Awal abad 16 misal ada We Banri Gau di Bone dan Karaeng Tumanurung di Gowa.

Tradisi inilah yang bertahan, bahkan setelah kontrak-kontrak politik dg Hindia Belanda kelal diteken.
Selain We Kambo di Luwu, pada 1911 di selatan Sulawesi juga berkuasa:
I Tjoma, Batulappa
I Boea Bara, Kassa
I Pantjaitana Aroe Pantjana, Tanette
Siti Saenab Aroe Lapadjoeng, Soppeng
I Latta, Pambawang
Andi Simatana, Malusetasi
We Tanri, Rappang
Pantjaitana Boenga Wali E, Enrekang
Read 4 tweets
Oct 14, 2020
Mengapa tak semua zaman melahirkan Hatta, Sjahrir, Maria Ullfah, Soekarno, Amir, atau Siti Soendari-nya masing-masing?

Antaranya karena mental "apapun keadaan, para tuan intelektual berprivilése mesti menarik batas dg grudak-gruduk kaum kéré kapiran, membina singgasana sendiri." Image
Di alam kolonial, kesadaran kaum intelektual [dalam arti Eropa] untuk hidup dan bekerja dg jelata kebanyakan adl pembeda signifikan. Terutama karena, asalnya, golongan mereka "diciptakan" semata untuk menyokong roda kolonialisme yang bias kelas dan ras.
Itulah sebab, batas dibuat agar seolah intelektual dan jelata dua kutub yang mustahil rapat.

Yang terpelajar didoktrin tempat mulia mereka bisa tercemar jika sembarangan bergaul dg kaum kromo. Sementara para jelata direndahkan tempatnya, dibuat takut dan sibuk mengurus perut.
Read 4 tweets
Aug 11, 2020
Empat orang budak raja Buleleng, 1865. Tiga perempuan Bali, seorang yang rambut pendek belian dari Papua.

Selain memelihara, pada masanya budak juga sumber penghasilan penting aristokrat Bali. Antara 1650-1830, pulau ini salah satu pemasok utama niaga budak di Hindia. ImageImage
Sebelum VOC bangkrut ujung abad 18, budak Bali tak hanya dikenal di Batavia yang memang pusat niaga budak. Namun juga dibawa ke koloni VOC lainnya, macam Banda, Ceylon, hingga tanah Cape di selatan Afrika.

Budak dibeli lazimnya untuk jadi gundik, pembantu, atau kuli perkebunan.
Budak dari Bali secara umum ada 3 golongan: tetunggon atawa yang jadi budak untuk melunasi hutang/taruhan judi, tawanan perang, dan para kriminal – pesalah didenda, jika tak terbayar mereka dijual.

Selain kaum bangsawan, para perantara Cina juga penting perannya dalam niaga ini.
Read 6 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(