Setelah 14 tahun harus menanggung beban dosa buyutnya yang telah membinasakan wanita bernama Sari dengan cara keji pada puluhan tahun silam hingga menjelma menjadi 'Kuntilanak Hitam' yang sarat akan dendam,
Puji syukur, kini, Arini telah membaik dan dia akan membagikan kisahnya-
--------------
Sehubung gw masih diperjalanan,
Silahkan tandai, bookmark, atau Retweet dulu agar thread ini tidak hilang.
Jangan lupa follow gw untuk mendapatkan notifikasi lanjutannya.
Kita mulai up menjelang/sehabis magrib ya, sambil tunggu rame.
Yuk kumpul!
Kuntilanak merupakan makhluk dengan karakter 'penggoda',
Warning : Cerita ini mengandung unsur 21+, jadi sepertinya biar aman kita mulai ceritanya sehabis buka puasa aja ya :)
Desclaimer:
Cerita ini menggunakan sudut pandang pertama sebagai narasumber tunggal. Segala bentuk nama dan tempat disamarkan demi melindungi privasi narasumber. Bagi teman-teman yang menyadari segala bentuk 'clue' dalam cerita ini, harap menyimpannya untuk diri sendiri saja.
Cerita ini menggunakan P.O.V 1 (sudut pandang aku) karena ditulis langsung oleh narasumber dan saya hanya merapihkannya saja agar lebih nyaman dibaca.
Mari kita mulai,
------------------------------
Panggil saja aku, Arini.
Syukur Alhamdulillah, berkat kang Arya dan tim jeropoint akhirnya kehidupanku berangsur lebih tenang.
Meski, mereka memang belum benar-benar pergi.
Peristiwa itu katanya membuat rongga Igaku terbuka (Iga Jarang) sehingga aku menjadi sensitif dan rentan kerasukan, tapi seenggaknya baru kali pertama semasa hidup, akhirnya aku bisa merasa benar-benar memiliki ragaku sendiri.
Aku tidak pandai bercerita, rasanya beda ketika mengetik dengan menulis catatan diary sendiri. Tapi aku udah janji sama tim jeropoint untuk bercerita sekaligus sebagai bentuk damai pada diriku sendiri.
Aku mulai dari yang paling aku ingat aja ya,
Aku tinggal di daerah Garut, desa tempat aku tinggal berbatasan langsung dengan Leuweung (Hutan) yang dikenal mistisnya.
Buat warga Jawa Barat pasti tau, karena banyak tapak tilas sejarah kerajaan Pasundan juga di sana.
Di desa kami juga masih suka nyaji (bakar sesajen) pada malam-malam tertentu, karena memang kuncen Leuweung tersebut juga berasal dari desa kami.
Jadi gak aneh, waktu bang Jero dan tim ke sini bilang kalau nyium bau kemenyan di sepanjang jalan.
Oiya, aku kelahiran tahun 96, gak kerasa usiaku sekarang sudah menginjak 26 tahun, tetapi 14 tahunku habis sia-sia dipenuhi masa kelam sejak dia mengambil ragaku.
Ya, aku ketempelan kuntilanak selama kurang lebih 14 tahun.
Itu pun hitung-hitungan yg nggak pasti, karena aku gak tau kapan tepatnya dia mulai merasukiku,
tapi aku mulai menjadi aneh sejak usia 10 tahun, namun beberapa tahun sebelum itu, aku ingat betul pernah bertemu ‘dia’ beberapa tahun sebelumnya.
Aku gak yakin pasti kejadian itu mimpi atau nyata, tapi waktu itu aku kebangun tengah malam, aku melihat di pintu kamarku ada perempuan cantik mengenakan baju dress hitam, rambutnya disanggul, dia tersenyum padaku terus tangannya melambai-lambai meminta aku menghampirinya.
Aku mengikuti, dia menunduk mengusap-usap kepalaku. Kemudian tanganku ditarik untuk berjalan bersamanya. Malam itu rumah sepi, ibu dan amang (om) sudah tidur.
Ohiya, aku yatim sejak kecil, ayahku meninggal waktu usiaku belum satu tahun. Jadi aku cuma mengenal wajahnya hanya dari foto. Di rumah, aku tinggal bersama ibu, dan amang (adik ibu).
Lanjut aku jalan mengikuti perempuan cantik itu, aku diajaknya ke halaman depan, kami berhenti dibawah pohon besar yang ada tepat di depan rumahku.
Wanita itu merundukkan badannya, dia memperhatikan wajahku dari dekat, wajahku di usap-usap olehnya, dan aku ingat dia bilang,
“Budak geulis, maneh meni mirip Jeung Aki.” (anak cantik, kamu sangat mirip sama Aki.)
Aku terdiam kayak tersirap, tapi nggak lama, wajah cantiknya berubah jadi amat menyeramkan---mulutnya melebarkan sobekan, kulit-kulitnya jadi berlendir dan bau amis, lalu bola matanya melotot seperti akan keluar.
Bisa dibayangkan?
Wajahku yang disentuh olehnya juga jadi penuh lendir.
Aku kelagapan, teriak sekencang-kencangnya tapi perempuan itu mencekik leherku sampai aku gak bisa lagi teriak.
Habis itu aku gak ingat apa-apa lagi, dan pagi-paginya aku bangun sudah dengan kening yang di kompres handuk basah.
Kata ibu, aku demam dan semalam tidur melindur jalan keluar. Ibu menemukan aku tertidur di bawah pohon besar di depan ketika hendak shalat subuh dan mencari-cari aku yang gak ada dikamar.
Setelah itu, aku tidak lagi bertemu dengan dia sampai ketika hari ulang tahunku yang ke-10 tahun, itu adalah kali kedua dia menemui aku dan sejak saat itu 'dia' mulai menyiksaku.
---------------------
Guys , gw tarawih dulu, lanjut habis tarawih ya.
Tungguin!
Baca pas thread on going percayalah sensasinya beda :)
--------LANJUT-------
Pagi hari sebelum berangkat sekolah, kue bolu buatan ibu dengan lilin dipucuknya sudah mengejutkanku dimeja makan. Aku senang kegirangan layaknya anak-anak pada umumnya,
“Selamat ulang tahun, tiup dulu lilinnya.”
Aku mendekat ke meja makan untuk meniup lilin, namun ketika hendak berdoa, aku merasakan ada sosok besar di belakangku.
Aku tengok ke belakang, tidak ada apa pun.
Aku memejamkan mata lagi untuk berdoa, namun dari sisi telinga kiri, aku mendengar bisikan kuat,
“SELAMAT ULANG TAHUN!!”
Kaget, aku membuka mata dan menengok ke kiri, sontak aku berteriak keras begitu melihat wajah berlendir dari kuntilanak itu yang menyandarkan dagunya ke bahu kiriku.
Ibu panik, dia menghampiriku yang lagi menangis,
“Kamu kenapa?”
Aku tengok lagi, sosok itu sudah tidak ada.
Tapi aku masih bisa mendengar suara ketawanya melengking sambil memanggil-manggil namaku dengan suara yang mengayun dan menggaung,
“A-RINI!”
Disitu aku nangis dan gak mau sekolah. Seharian aku mau terus sama Ibu karena aku masih merasa sosoknya terus mengikutiku.
Sejak hari itu, masa sekolahku menjadi suram.
Aku sering mengantuk, kemudian tak sadarkan diri. Tapi orang-orang bilang aku kerasukan, teriak-teriak, mengamuk, bahkan mencelakai teman-teman sekelasku dengan benda-benda tumpul kayak penggaris, penghapus papan, tempat pensil, dll.
Namun semua itu kulakukan tanpa sadar, aku benar-benar gaktau. Yang aku tau cuma aku ngantuk, nggak kuat terus tidur.
Dan pas bangun sekujur tubuh termasuk kepala rasanya pada sakit semua.
Hal itu terus terjadi sampai aku dibully, dikatain aneh sampai julukan ‘anak setan’ tersemat padaku.
Kejadian yang paling aku ingat waktu SD ialah ketika aku dibully terus-terusan sama teman sebangku.
Aku marah, emosi sampai ke pucuk kepala, disitu aku gak bisa mengendalikan diri sampai aku menusuk tangan teman sebangku dengan pulpen sampai tertancap dalam dan berdarah.
Aku dalam keadaan sadar, tapi aku gak bisa mengendalikan emosiku. Habis melakukan itu juga aku nangis.
Ibu dipanggil ke sekolah, aku dimarahi.
Tapi sehabis kejadian itu anak-anak sekolah tidak lagi membullyku secara terang-terangan, namun mereka semua menjauhiku.
Mereka ketakutan dan panggilan ‘anak setan' sering kudengar dari mereka dan ibu-ibu mereka ketika menggunjing kala pengambilan rapot.
Aku mulai sering dihantui oleh sosok kuntilanak itu yang menerorku hampir setiap malam, dia kadang tidur disampingku, mengusap-usap kepalaku. Tapi tiap kali aku cerita ke ibu—ibu tidak percaya.
Sakin seringnya aku kesurupan waktu SD, aku sampai diruqyah. Tapi itu semua tidak ada perubahan, malah membuat aku jadi sakit, demam tinggi.
Tapi setelah sembuh dari sakit, makhluk itu tetap datang lagi.
Karena dianggap sebagai ancaman, semasa SD Ibu terus mengantar dan menungguku disekolah sampai aku lulus.
Masuk SMP, kupikir aku akan bebas dari bully, namun ternyata makhluk itu semakin membuatku berprilaku aneh sampai julukan ‘Anak Setan’ seperti ejekan yang sudah menjadi nama belakang,
“Arini Anak Setan”
Tiap kali mengingat itu, aku merasa sedih. Kasihan ibu.
SMP, aku semakin sering kerasukan, ketawa dan menangis sendiri dikelas, terkadang marah-marah memukul-mukul meja sendiri sambil meracau dalam bahasa sunda yang sulit dipahami oleh orang sunda sendiri.
Tapi lagi-lagi aku nggak ingat apa pun , yang aku ingat cuma ngantuk gak tahan dan aku tidur.
Di SMP ini aku mendapat mens pertamaku, aku menjadi suka berdandan.
Kupikir ini hal yang wajar karena faktor hormon dimasa pubertas, akan tetap kerap kali tiap aku dandan, aku suka nggak sadar sampai tiba-tiba orang disekitarku menertawakanku.
Sontak aku lihat kaca, dan ternyata aku berdandan sangat menor, tebal nyaris seperti badut. Aku semakin sering di-bully karena hal itu sering terjadi.
Setiap kali seperti itu, aku selalu lari ke toilet untuk membersihkan wajah, tapi dipantulan kaca toilet , aku melihat kuntilanak itu berdiri di belakangku sambil tertawa melengking.
Aku takut setengah mati, biarpun sudah sering melihatnya tapi tiap kemunculannya selalu menakutkan bagiku.
Dan di masa SMP ini ada satu kejadian yang paling kuingat dan sangat kusesali kenapa bisa kejadian begitu—
waktu itu, selain sering dandan, aku juga menyadari memiliki ketertarikan sexual ke lawan jenis yang kadang rasanya sangat bergairah entah kenapa tapi selalu aku berusaha mencari peralihan.
Namun pernah pada satu ketika, aku tersadar tiba-tiba di kamar mandi dengan kancing baju setengah terbuka dan tubuh separuh basah oleh air.
Aku tengah bersama salah satu teman pria dan kami sudah dikerumuni banyak orang termasuk guru-guru.
Kami diarak sampai masuk ke ruang guru untuk di sidang, di dalam ruang guru pun teman-teman terlihat mengintip dari sela-sela jendela.
Aku benar-benar menjadi pusat perhatian satu sekolah,
Kami disidang oleh satu ruang guru, mereka bilang kami melakukan tindakan asusila di toilet sekolah.
Kuakui, aku dalam keadaan setengah sadar, aku tidak ingat bagaimana kami bisa di toilet, namun ketika sedang berhubungan di kamar mandi, aku setengah sadar tetapi tidak bisa mengendalikan diri.
Teman pria yang tertangkap bersamaku melakukan pembelaan, dia bilang digoda dan dipaksa olehku sampai diseret ke kamar mandi perempuan.
Katanya aku lah yang memperkosanya.
Dia memaki-makiku dengan segala umpatan seolah tak terima, sedangkan aku hanya duduk terdiam tak bisa berkata-kata.
Aku tak menemui bagaimana cara membela diri, aku justru malah teringat memori-memori masa SD sampai sekarang yang bikin aku mengutuk diri sendiri.
Satu-satunya yang bisa dilakukan cuma nangis,
Besoknya ibu dipanggil ke sekolah, habis dimaki-maki satu sekolah aku lanjut dimarahi ibu abis-abisan dirumah, ibu marah sampai menangis melihat prilaku anak semata wayangnya ini yang jauh dari kata pantas.
Aku dibawa lagi berobat ke orang-orang pintar, di ruqyah sana sini, tapi hasilnya sama—aku cuma sakit, bahkan sempat mengamuk.
Tapi setalah sakitku sembuh, makhluk itu kembali merasukiku. Seolah sakit hanyalah masa tenang sementara.
Ketika tubuhku pulih, dia juga kembali.
Masa-masa SMPku ternyata lebih buruk dari masa SD. Aku jarang masuk sekolah dan lulus dengan nilai pas-pas an.
Aku melanjutkan sekolah masuk SMA Negeri yang tak jauh dari rumah, alasannya karena ibu khawatir.
Namun di masa SMA justru aku semakin menjadi-jadi .
------BERSAMBUNG BESOK-----
Buat kalian yang mau baca kisah Arini - Background Story dari makhluk Sari Kuntilanak Hitam ini sudah gue tuliskan di E-Book secara lebih rinci
versi E-Book gw tuliskan dengan sudut pandang orang ketiga dan menceritakan juga tentang makhluk yg merasuk ke Arini (kenapa bisa merasuk? Dsb) + dilengkapi gambar ilustrasi berdasarkan kejadian yg terekam.
Versi thread ini ialah 'diary Arini' berdasarkan sudut pandang dia sendiri atas peristiwa yang dialaminya.
Kita lanjut lagi besok ya, sekalian ngabuburit di puasa terakhir :)
Btw thanks buat yg udah apresiasi tulisan-tulisan gw!
-------LANJUT------
Memasuki SMA, aku merasa semakin kehilangin kendali atas tubuh sendiri. Aku seperti hidup diantara sadar dan tidak.
Aku menjadi lebih sering mengantuk hingga tertidur, akan tetapi ketika tersadar, aku selalu mendapati diriku berbuat kekacauan, kemudian melihat sosok makhluk itu berdiri tertawa puas dengan suara melengking.
Bukan hanya dia, pernah satu waktu, aku kerasukan banyak makhluk secara silih berganti, namun makhluk yang bernama sari itu seperti marah, dia mengusir makhluk-makhluk lain yang disebutnya lancang.
Aku Cuma bisa nangis, ketakutan, pasrah, tapi makhluk berwujud kuntilanak hitam itu mengusap-usap kepalaku sambil ngomong dalam Bahasa sunda yang artinya,
“Anak Cantik, jangan takut, tubuhnmu hanya milikku”
Lalu makhluk itu menyeringai lebar dengan mulut sobeknya.
Aku sering dimarahi ibu karena malas mandi, jorok, dan kotor.
Tapi kalian tau? Setiap subuh aku selalu dimandikan oleh makhluk itu dengan air kembang aneka rupa,
tapi setelah itu setiap kali aku mau mandi lagi, air di kamar mandi terasa dingin sekali seperti air es yang membuatku nggak kuat, jadi selalu aja nggak jadi mandi.
Di SMA ini, aku bukan hanya dijauhi, tapi juga dibully, mereka mengejek aku dengan panggilan ‘Nenek’ sejak kejadian pada waktu jam pelajaran matematika, aku diminta guru maju ke depan untuk menjawab soal di papan tulis.
Namun tiba-tiba kepalaku rasanya pusing, pandangan berbayang, habis itu aku nggak sadar lagi. Tapi menurut orang orang, aku tiba-tiba ketawa sendiri di depan kelas, spidol yang kupegang aku cucuk-cucuk ke papan sampai bagian tintanya rusak.
Aku tertawa melengking tapi kemudian menangis,
“Arini kamu kenapa?”
Bu Susi, guru matematika menghampiriku, tapi aku malah memukulinya dengan spidol sambil tertawa melengking.
Bu susi menyuruh temanku untuk memanggilkan guru-guru lain meminta bantuan. Tapi aku malah terus ketawa sampai warna kulitku berubah jadi abu-abu gelap yang mana kemudian wajahku menua.
Kejadian itu disaksikan oleh satu kelas.
Sejak saat itu aku dipanggil ‘si nenek abu-abu’
Hal yang aku lakukan di SMP terulang lagi di masa SMA, tapi kali ini bukan dengan teman melainkan dengan salah seorang guru yang mengaku digoda olehku sampai mau memperkosanya.
Aku berani bersumpah kalau semua itu aku lakukan tanpa sadar, sekali pun sempat beberapa saat setengah sadar, tapi aku sama sekali tidak bisa mengendalikan tubuhku sendiri. Aku malah mendapati gairah meluap-luap yang sulit sekali ditahan.
Setiap sehabis melakukan hal-hal aneh itu, aku selalu melihat sosok makhluk kuntilanak hitam itu berdiri namun berjarak dariku—dia tertawa memekik seperti puas telah menjadikanku sebagai manusia menjijikan.
Setiap hari aku merasa tersiksa, di bully, dihantui, bahkan disebut meresahkan. Selain karena sering sakit, aku juga jarang masuk sekolah jika tidak dipaksa ibu.
Aku tidak mau pergi ke sekolah, bagiku semua tempat tidak aman selain kamar sendiri, setidaknya dikamar aku Cuma dihantui oleh makhluk itu, tapi tidak bertemu orang-orang yang menatap sinis bahkan rendah terhadapku.
Keinginan tak tersampaikanku untuk tidak kesekolah terkabul, aku tidak naik kelas, sampai akhirnya ibu dipanggil ke sekolah untuk diminta mengundurkan diri dengan alasan
“Arini tidak dapat mengikuti pembelajaran, lebih baik fokus berobat dulu.”
Ya, aku pun dikeluarkan dari sekolah.
Kupikir itu keputusan yang bisa membawa hidupku lebih baik, tapi ternyata nggak. Aku malah merasa seperti mati diraga yang hidup.
---------------
(Penulis)
Bagian selanjutnya akan saya ceritakan berdasarkan kesaksian sang ibu , karena pada fase ini, Arini lebih sering kehilangan kendali sadar sepenuhnya.
----------
Sejak Arini putus sekolah, Tika sang ibu jadi lebih dekat dengan anak semata wayangnya. Namun kedua mata tika justru menyaksikan langsung bagaimana kondisi Arini kian hari, semakin memburuk.
Arini menjadi lebih banyak diam—dia tidak akan berbicara jika tidak di tanya lebih dulu. Arini cenderung mengurung diri di kamar. Wajahnya pucat, dia seringkali mengalami tantrum tak ubahnya orang yang terkena depresi.
Kondisi tersebut membuat tika acap kai memutar otak menemukan jalan keluar untuk kesembuhan anaknya. Bidangan tanah sebagai warisan terakhir yang dia miliki pun dijualnya dengan harga yang jauh dari kata sepadan demi membiayai pengobatan Arini ke alternatif—
ya, Tika telah berikhtiar membawa Arini berobat ke sana sini atas dasar keyakinan bahwa suatu hari nanti Arini pasti sembuh.
Dari rentetan kajadia berulang, biar kuceritakan pada kalian satu momen dimana Arini ‘menggila’.
Kala itu, tengah malam, Tika mendengar suara desas-desus menguntit dari arah dapur. Suara itu seperti suara binatang tengah menyantap makanan sisa.
Khawatir benar binatang atau mungkin maling, Tika mengambil satu stik kayu guna berjaga-jaga. Tika melangkah perlahan menjaga derap agar tak bersuara.
Dia menyingkap tirai gorden pembatas dapur, kemudian kedua matanya terbelalak begitu melihat Arini tengah terjongkok sembari berupaya (maaf) menjilati darah yang menetes dari selangkangannya (mens),
“ARINI!!!!” kaget sang ibu
Tak hanya itu, di hadapan Arini berserakan tulang-tulang Ayam yang mana sepertinya sehabis di makan mentah-mentah oleh Arini.
Nampak di mulut arini bekas sisa-sisa daging dan darah
Mendengar suara Tika, Arini menoleh ke belakang,
Raut wajah bringasnya seketika meredup memelas, matanya berkaca-kaca, terdengar suara terisak terbata,
‘Ibu, tolong Rini bu,”
Detik kemudian, Arini berteriak berat seperti satu makhluk merasuk melalui mulut dan kerongkongannya.
Dia kemudian tertawa melengking, memekik keras.
Arini menundukan kepalanya diantara sela-sela paha, tubuhnya amat lentur membuat Arini dengan mudah menjilati darah yang masih menetes di antara sela-sela pahanya.
“Arini!! Ya Allah Arini”
Sang ibu menangis tanpa tahu apa yang diperbuat.
Seribu langkah menyentak, Arini berlari cepat menabrak Tika sampai terjatuh kemudian menuju ke luar rumah.
Sontak tika bangkit dan menyusul langah cepat Arini. Setibanya di halaman depan, arini sudah menggelantung di atas pohon besar yang tertanam di depan Rumah—pohon itu tempat pertama kali Arini bertemu dengan makhluk kuntilanak penuh dendam bernama Sari.
“Arini turun nak, turun” tika terus meneriaki berharap Arini yang tengah dikendalikan kuasa sadarnya masih dapat mendengarnya,
Arini tertawa memekik khas kuntilanak, begitu melengking membuat telinga siapapun yang mendengarnya ikut merinding.
Akan tetap begitu cepat perubahan pada raut wajah Arini yang kembali memelas sedih, terdengar suara parau wanita tersebut mengucap sendu,
“Bu, Maafin Rini, Rini gak kuat”
Detik kemudian, tubuh Arini terkulai lemas dan terjatuh dari atas pohon.
Arini digotong ke kamarnya,
Semenjak kejadian itu, Arini terus sering kerasukan hingga tak terkontrol dan karena prilakunya cenderung membahayakannya, Tika terpaksa mengikuti saran dari orang sekitarnya untuk memasung Arini di kamarnya.
Arini terpasung hampir selama satu tahun, sampai Kang Arya membawaku bertemu dengannya, dari situ kami mengetahui satu makhluk mengerikan dibalik kekacauan pada diri Arini--
yakni disebabkan oleh makhluk serupa kuntilanak hitam yang menyimpan dendam amat dalam—makhluk tersebut bernama SARI, perempuan yang tewas mengenaskan karena diperkosa oleh belasan Pria di rumah bordil pada era kolonial belanda.
Kisah tentang Sari dan bagaimana Arini sembuh, termasuk pertanyaan-pertanyaan seperti—apa kaitannya antara sari dan Arini telah saya tuliskan dalam E-Book (mini novel) bergambar Sari – Kuntilanak Hitam yang mana bisa kalian Download di sini :
[‼️] Promo Paket E-Book buat nemenin lebaran!
✅100K dapat 7 Judul E-Book!
- (Kisah Arini) Sari - Kuntilanak Hitam
- 4 E-Book Rumah Sisik
- Di Ambang Kematian
- Nana Bobo - Nada Pengantar Mati!
Slot Promo terbatas, silahkan DM untuk order
-------THREAD END----
Terima kasih untuk teman-teman yang telah membaca dan mengapresiasi karya saya,
sampai bertemu di cerita selanjutnya!
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Di rawa besar yang menjadi hilir dari tempat ditemukannya mayat-mayat hanyut yg hilang.
Seorang pengemudi perahu (nelayan) mengatakan bahwa ia ketemu seorang bapak yg mau pesugihan menumbalkan anaknya sendiri.
"Bapak itu minta di antar ketemu kuncen desa."
Waktu itu gak sengaja singgah ke sebuah rawa besar yang tersohor di Jawa Tengah. Sejatinya tempat itu sangat indah, saya memutuskan naik perahu mengelilingi rawa yang lebih pantas disebut danau.
Saya gak sebut nama rawanya yah, karena kalian orang sekitar pasti tau betul sama rawa ini.
Sudah bisa tebak dimana? ..
Pas di dermaga sebelum naik perahu, ngobrol sama pemancing, dia bilang--
“Mereka me-ruqyahku, tapi aku tidak melihat mereka mengeluarkan sesuatu dari dalam diriku, tapi justru malah memasukan ‘jin’ lain ke dalam tubuhku.”
Utas singkat dari balik ‘Pondok’
- A Thread-
#CeritaSerem
Mungkin judul utas di atas menyisakan pertanyaan “Loh, kok bisa? Bukannya ruqyah membersihkan diri? kenapa jadi sebaliknya?” ...
Betul, sejatinya Ruqyah ialah salah satu bentuk ruwatan diri yang memiliki segudang manfaat--
Namun sayangnya, banyak ‘oknum’ yang memanfaatkan label ruqyah tersebut untuk kepentingan pribadi. Kisah singkat ini menjadi satu dari sekian banyak contoh kasusnya.
Silahkan tandai, RT, tinggalkan jejak atau markah judul thread teratas agar tidak terlewat update-nya.
“Aku yakin betul naik kereta malam itu, tapi orang-orang melihat aku jalan kaki di atas rel.”
KERETA MALAM
-PEMBERANGKATAN TERAKHIR-
A THREAD
#CeritaSerem
Kisah ini terjadi pada 2006 silam, kala itu santer rumor beredar mengenai 'pemberangkatan terakhir ialah kereta gaib'.
Sila tinggalkan jejak, RT, like atau tandai dulu judul utas di atas agar thread tidak hilang atau ketinggalan update.
Maleman kita mulai.
Ini sepenggal kisah yang sampai sekarang membuatku parno naik kereta di jam malam. Peristiwa itu amat melekat diingatan bagaimana aku menempuh perjalanan tanpa sadar JKT-YK dalam waktu hampir 5 hari tapi rasanya waktu berhenti di satu malam pertama--
Satu dari ke-lima pendaki ini seketika kejang-kejang. Saat mereka berupaya turun, mereka malah terjebak masuk ke pasar yg sebelumnya tak pernah mereka lihat.
"KAMI DITERIAKI SURUH PULANG.”
A Thread
#ceritaserem
Tinggalkan jejak atau tandai judul utas di atas agar tidak hilang.
Kalian yang suka mendaki ada pengalaman ganjil selama nanjak?
Sambil nunggu cerita ini up, boleh cerita di reply ya.
Maleman kita mulai …
-- Mari Kita Mulai--
2012,
Waktu itu, aku baru lulus SMA. Lagi masa tenang setelah UN. Salah satu juniorku minta diantar untuk 'nanjak' ke gunung salak.
Rombongan mereka tak banyak, hanya 4 orang : 2 perempuan, 2 laki-laki.
Dalang ditemukan tewas saat mencoba memp*rkosa sindennya.
“SINDEN BUKANLAH PELACUR YANG BISA KALIAN ‘PAKAI’ SEENAKNYA!”, ucap Rinjani sebelum pingsan di samping jasad si dalang yang kepalanya sudah melintir dengan tusuk konde yang menancap di telinga.
#SindenGaib #KisahNyata
Di pedalaman Trenggalek, ada sebuah urban legend tentang sosok arwah sinden yg gemar mendatangi dan merasuki sinden-sinden cantik dgn suara yg indah.
Namun, dalam satu pagelaran, akan ada korban yg hilang.
Mengapa?
Sila tandai, Like atau tinggalkan jejak, nnti malam kita mulai
Cerita tentang sinden ini bukanlah rahasia umum lagi, terutama di dunia kesenian tradisional
tanah Jawa, yaitu pewayangan. Sinden merupakan kunci utama untuk menampilkan eloknya
iringan lagu dengan nyanyian yang terdengar menyayat meski merdu.
Foto di atas dikirim oleh narasumber yg menemukan gumpalan rambut tertamam di halaman rumahnya.
Silahkan tandai, RT atau like judul utas di atas agar tidak hilang. Nanti malam kita lanjut.
--Mari kita mulai--
Panggil saja aku Yuli, Sudah tiga tahun ini, keluargaku satu per satu meninggal secara tidak wajar. Anggota keluarga kami terdiri dari 5 orang, dan sekarang hanya tersisa 2 (Aku dan Ibu).