Mengenal Kakek, Ayah Dan Paman Cak Nun, Tokoh NU & Muhammadiyah
Siapa tak kenal Cak Nun, pendiri Maiyah ini ternyata memiliki ayah dan kakek yang sangat luar biasa
Silakan simak utas ini ⤵️
Cak Nun merupakan anak keempat dari 15 bersaudara.[11] Lahir dari pasangan Muhammad Abdul Latief dan Chalimah. Ayahnya adalah petani dan tokoh agama (kyai) yang sangat dihormati masyarakat Desa Menturo, Sumobito, Jombang.
Juga seorang pemimpin masyarakat yang menjadi tempat bertanya dan mengadu tentang masalah yang masyarakat hadapi. Begitu juga ibunya menjadi panutan warga yang memberikan rasa aman dan banyak membantu masyarakat. Ayah dan ibu Caknun merupakan pengurus Muhammadiyyah di Jombang,
Paman Cak Nun, adik ayahnya, yaitu almarhum KH. Hasyim Latief, seorang pendiri Pertanu (Persatuan Tani dan Nelayan NU), ketua PWNU Jawa Timur, wakil Ketua PBNU, wakil Rais Syuriah PBNU, dan Mustasyar PBNU yang mendirikan Yayasan Pendidikan Maarif (YPM) di Sepanjang, Sidoarjo.
Dari garis ayah, Cak Nun bersaudara dengan aktivis masyarakat miskin kota Wardah Hafidz dan Ali Fikri yang masih sepupu ayah Cak Nun. Dari garis ayahnya ini, kakek buyut Cak Nun, yaitu Imam Zahid, adalah murid Syaikhona Kholil Bangkalan bersama dengan KH. Hasyim Asyari,
KH. Ahmad Dahlan, dan KH. Romly Tamim. Sedangkan kakek dari jalur ibu HM Ikhsan, merupakan ayah dari Halimah, yang tak lain adalah ibu dari Cak Nun dikuburkan di Tuban pada tahun 1972 lalu, tepatnya di sebelah barat lokasi makam Sunan Bonang, yang terletak di
Kelurahan Kutorejo, Kecamatan Kota, Tuban.
Ada sebuah kisah saat Muhammad Hasyim pulang ke Jombang. Di sana, KH. Muhammad Ikhsan (Kakek Cak Nun “Emha Ainun Najib”), telah menantinya penuh rindu. Bersama lima kiyai lain dari Cirebon, kakek Cak Nun nan 'sakti' inilah yang
menaklukkan kawasan rampok dan durjana bernama Tebuireng, untuk didirikan pesantren. Ia memohon pada Hasyim muda agar berkenan mengajar di situ. Maka dibukalah pengajian 'Shahih al-Bukhari' di Jombang.
Ada cerita menarik terkait kakek Cak Nun ini. Saat hendak dimakzulkan (diturunkan) dan diminta mundur dari jabatan presiden, Gus Dur biasanya menjawab, "Saya kok disuruh mundur, maju saja susah, harus dituntun!" Tapi berbeda halnya dengan Cak Nun yang mendatanginya ke
Istana Negara. "Gus, kon wis wayahe munggah pangkat: Gus, kamu sudah saatnya naik jabatan!"
Sebenarnya bukan perkataan Cak Nun semata yang membuat Gus Dur berkenan mundur. Ia ingat belaka jasa baik kakek Cak Nun dulu pada kakeknya sendiri, Hadratusy Syaikh Hasyim Asy’ari.
Kisah ini bersumber dari Youtube Manah Salim; Mengenal Kakek, Ayah Dan Paman Cak Nun, Tokoh NU & Muhammadiyah
Silakan ikuti @sejarahulama untuk membaca kisah-kisah lainnya. ~
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Warga Nahdliyin harus paham Nahdlatul Ulama (NU). Mengaku NU namun tidak paham hakikat NU yang sesungguhnya maka ke-NU-annya tidak sempurna. Bisa-bisa akan salah paham terhadap NU. ⤵️
Artine ojok taqlid buta, kyk tonggo sebelah itu lho.....yg belajarnya blajarnya melalui you tube, kitab yg di kaji hanya itu itu saja, sudah berani menyalah2 kan. Begitu di ruqyah ternyata tubuhnya ada jin yg menguasainya, yg misinya memecah belah islam,
HANYA.....
NU LAH ORGANISASI GANG HARUS KITA GENDOLI SAMPAI AJAL KITA TIBA.
Ayo podo ngugemi pesen lan dawuhe poro Mu'assis NU. Ben iso dadi wong seng kebegjan dunyo akhirate.
[utas]
Kisah-Kisah Istimewa KH. A. Idris Marzuqi Lirboyo
Suatu ketika, Bu Nyai Idris memberi tugas tambahan kepada sopir Kiai Idris, yakni ikut membantunya mengajari Kiai Idris cara mengoperasikan mesin ATM. Tetapi, setelah beberapa kali percobaan, Kiai Idris tetap tidak bisa.⤵️
Kenang sang sopir, Kiai Idris memang betul-betul kesulitan di hadapan mesin ATM, sampai-sampai Kiai Idris pernah berkata, “Aku gak iso. Mending aku ngafal Juman timbang ngene iki.” Juman yang dimaksud oleh Kiai Idris adalah Kitab Uqudul Juman,
yang merupakan sebuah kitab sastra Arab tingkat tinggi yang terdiri dari seribu bait syair lebih.
Bayangkan, bagi Kiai Idris, lebih mudah menghafal kitab yang rumit dan panjang daripada mengoperasikan mesin ATM yang sangat mudah bagi kita.
Kesalehan Anak Bisa Menolong Siksa Kubur Orang Tua
Silakan simak selengkapnya ⤵️
(حكى) ان قاضيا مات وترك أمرأته حاملا فوالدت ابنا فلما ترعرع بعثته أمه الى الكتاب فلقنه المعلم التسمية فرفع الله العذاب عن أبيه وقال يا جبريل انه لا يليق بنا أن يكون أبنه في ذكرنا وهو في العذاب فاذهب اليه وهنئه به فذهب اليه وهنئه به رحمه الله تعالى
Diceritakan, ada seorang qodli (juru hukum) mati meninggalkan istri dalam keadaan hamil, kemudian melahirkan. Ketika anak itu sudah tumbuh berkembang, sang ibunda mengirimkan-nya ke ulama ahli tulis menulis.
Gus Dur yang kala itu menjabat Presiden, orang nomor satu di negeri ini bisa bersikap rendah hati dan sabar saat dimarahi dan dibentak oleh seorang istri protokoler Istana. “Bapak gak pernah merasa tinggi hati, misalnya gini, kan ada tuh Kepala Protokol Istana dia cerita.⤵️
Bapak pernah telepon dia jam 04.00 WIB pagi. Kan Bapak memang sudah bangun jam segitu, jam 05.00 WIB bapak itu mulai terima tamu sambil jalan kaki dan bapak itu suka mendadak ingin ketemu siapa hari itu dan biasanya telepon protokol,” ucap Inayah mengawali cerita.
Saat itu memang Kepala Protokol baru pulang malam. Gus Dur lalu menelepon menggunakan nomor ajudannya pukul 04.00 WIB pagi. Kebetulan yang menganggat telepon istri Kepala Protokol. “Jadi pas di layar HP muncul nama ajudan kan.
[Do’a agar terhindar dari Su’ul Khatimah]
KH. Ahmad Idris Marzuqi
Sebaiknya, kita menjadi orang yang Husnudzan. Dengan berhusnudzan, baik itu benar atau salah, kita akan mendapatkan pahala. Berbeda dengan su’udzan, benar mendapat dosa, apalagi tidak benar. ⤵️⤵️
Maka sebaiknya jadilah orang yang berhusnudzan saja.
Jangan mudah berprasangka jelek kepada orang lain. Sebab bersangka jelek pada orang lain dapat menimbulkan rasa benci, takabur, dengki, ujub, ria, dan lain sebagainya.
Padahal sifat-sifat itu tadi itu menurut Imam Ghazali adalah min asbabi su’il khotimah.
Mengetahui orang yang wafat Su’ul Khatimah
Untuk mengetahui orang yang wafat Su’ul Khotimah dan Khusnul Khatimah, bisa dilihat dari perilakunya.
[utas]
Gus Dur & Kiai Abbas Buntet Memiliki Karomah karena Rajin Belajar
Prof. Ahmad Chatib (Allah yarham) pernah bercerita beliau baru saja membeli sebuah buku dalam perjalanan di luar negeri. Kemudian beliau berpapasan di pintu dengan Gus Dur yg segera melihat buku bagus di ⤵️
tangan Prof. Ahmad Chatib. Gus Dur bergegas ke dalam toko buku hendak membeli buku yang sama, tapi ternyata itu stok buku terakhir yang ada. Gus Dur kemudian cepat-cepat mengejar Prof. Ahmad Chatib dan meminta beliau untuk meminjamkan buku tersebut.
Prof. Ahmad Chatib, yang menceritakan kisah ini di kelas mata kuliah Filsafat Hukum Islam tahun 1994 di IAIN Jakarta, berkata, "Terpaksa saya sodorkan buku itu kepada Gus Dur yang ingin sekali membaca buku tersebut." Selang beberapa lama setiap bertemu di Jakarta,