UTAS.
'Gendong nisan makam Gus Dur di pesawat'.

Sdg melamun sendirian, tetiba saya teringat ketika saya membawa nisan makam Gus Dur yg lama dari Jombang ke Jakarta naik pesawat.
Ada kejadian menarik lucu di Bandara Juanda Surabaya.
Mau dengar?
Jadi begini ceritanya. Makam #GusDur di Tebuireng yang sangat bersahaja itu sebelumnya hanya ditandai dg 2 buah patok putih yg terbuat dari semen. Ini sebelum yg di bagian kepala diganti dg batu berwana hijau lumut.
Jadi pada tahun 2017 patok semen yang di bagian atas/kepala, oleh keluarga beliau diganti dg batu pualam warna hijau lumut yang bertuliskan dlm 4 bahasa: 'Di Sini Berbaring Seorang Pejuang Kemanusiaan'. Kalimat itu memang sesuai dg wasiat Almaghfurllah.🙏
Kalimat itu ditulis dalam 4 bahasa dg pertimbangan karena Almaghfurllah Gus Dur memang sudah 'jadi milik dunia'. Bukan hanya milik Indonesia. Dan ternyata mmg terbukti ribuan peziarah setiap harinya datang dr berbagai etnis, agama, golongan dan bangsa.
Kembali soal nisan yg lama, yg diganti; nisan itu terbuat dr semen cor dg tulang besi beton. Ukurannya sekitar tinggi 40 cm, lebar 15 cm dan tebal 10 cm. Gak terlalu besar. Bentuknya juga sangat simpel. Ujungnya mengerucut gitu. Warna putih.
Ketika acara penggantian nisan itu, semua keluarga inti Gus Dur hadir di Tebuireng Jombang.
Dan tak lama setelah nisan lama dicabut, Ibu Nyai Shinta Nuriyah ngendiko, 'Mas, pathok yg lama kita bawa pulang ya'.
'Inggih Bu Nyai', jawab saya dg takzim.
Nah besoknya ketika saatnya kita pulang balik ke Jakarta, saya bingung. Gimana caranya membawa batu nisan ini ke Jakarta. Pusing saya.
Karena kalau saya masukkan ke bagasi pesawat, saya gak tega. Juga gak berani, lebih tepatnya.
Karena bagi saya orang Jawa ndeso ini, nisan bagian kepala ini kan bukan barang main2 ya. Nisan ini harus diperlakukan dg sangat hormat.
Tapi di lain pihak, kalau saya bawa ke kabin pesawat, pasti akan ada masalah. Apalagi di dalamnya ada besi betonnya. Lewat xray pasti masalah.
Setelah saya pikir dan timbang2 cukup lama, saya putuskan nisan itu akan saya bawa ke kabin pesawat dg segala resikonya. Kalau akhirnya gak bisa masuk ya saya akan pindah naik KA saja. Ini dr pada saya harus masukkan nisan ke bagasi pesawat dg kemungkinan pecah krn dibanting2.
Belum lagi resiko saya kuwalat. Ngerih! 🥺
Nisan kemudian dg hati2 saya bungkus dg bbrp lapis koran bekas lalu diluarnya saya bungkus kain putih.
Saya ikat kencang, lalu saya bopong/gendong sepanjang jalan ke Bandara Juanda. Bismillah.
Sampai Bandara Juanda, nisan tetap saya bopong.
Di pemeriksaan pintu pertama, nisan masuk pemeriksaan xray.
Saya menunggu dg tegang. Saya pandangi lekat wajah petugasnya.
Lolos!
Alhamdulillah.
'Ternyata Gus Dur mmg sakti', kata saya dalam hati.😊
Lalu saya jalan melenggang dg senyum ditahan hingga sampai di pos pemeriksaan ke dua dimana petugas Bandara jauh lebih banyak jumlahnya.
Lalu dg pede batu nisan saya masukkan lorong xray.
Kalau tadi bisa lolos, masa sekarang gak lolos sih? Begitu pikir saya.
Ketika saya siap2 menjemput batu nisan di ujung keluar lorong xray, petugas berkata agak keras, 'Pak, ini apa pak?', sambil memundurkan nisan masuk ke dalam lorong xray lagi.
'Aduuh...!', kata hati saya.
'Ya, kenapa Mas?', jawab saya acting woles.
''Ya ini apa yang Bapak bawa?'
Untuk bbrp saat saya terdiam. Bukan apa. Terus terang kepala saya blank untuk cari akal gimana supaya barang ini bisa lolos.
' Apa ini pak?!', ulang petugas itu mengagetkan saya.
'Apa pak?!', ulang petugas mulai curiga.
'Mmmm..., itu batu nisan Mas', jawab saya lirih.
'Batu nisan? Batu nisan apa?!'
'Batu nisan makam', jawab saya.
'Batu nisan makam?!!'
'Benar', jawab saya memelas.
'Hhmm... boleh saya periksa ya Pak?'.
'Silahkan..'.
Beberapa petugas lain mulai ikut merubung karena situasi mulai 'memanas'.
Mereka dg sigap, kalau gak bisa dibilang 'agak kasar'; membuka bungkusan yang dari tadi saya peluk sepanjang jalan itu.
Dibuka kain putihnya, lalu beberapa lapis koran bekas ditarik robek shg mulai terlihat semenan cor berwarna putih itu. Lalu benda itu mereka periksa dengan sangat teliti dan seksama. Bbrp bagian juga mereka serut2 dg pisau lipat.
Setelah sekian waktu pemeriksaan dg diiringi diskusi bisik2 di antara mereka, mereka akhirnya yakin bahwa itu memang batu nisan beneran. Bukan lainnya.
Lalu petugas yg sepertinya pangkatnya paling senior di antara mereka, bertanya ke saya sambil kedua telapak tangannya mengusap2 batu nisan di hadapannya.
'OK pak. Pertanyaan saya, kenapa Bapak tidak masukkan saja batu nisan ini ke bagasi?'.
'Saya tidak berani'.
'Kenapa tidak berani?.
'Takut pecah'
'Kan bisa dipacking yang rapi pak?'
'Saya juga takut kuwalat'.
'Hehehe... Emang ini nisan makamnya siapa sih pak?', tanyanya sambil tersenyum geli. Petugas lainnya otomatis juga ikut senyum2.
Sementara saya masih diam saja.
'Makam siapa Pak?', petugas mengulangi pertanyaan yang sama.
Mungkin dia juga sudah siap2 mau kasih nasehat bijak ke saya panjang2 bahwa gak perlu takut atau kuwalat, dsb.
Beberaoa saat saya masih bimbang untuk menjawab, sampai akhirnya saya katakan,
'Itu nisan makamnya Gus Dur', jawab saya 'terpaksa'.
'Hah?!! Makam GusDur?!!', wajahnya langsung berubah dan kedua telapak tangan yang tadinya iseng tetus mengusap2 nisan sambil bicara langsung diangkat tinggi. Mirip orang gak sengaja pegang setrika panas.
Dan adegan setelah ini gak perlu saya ceritakan ya, bagaimana saya lalu dg bahagianya melenggang kangkung senyum2 masuk pesawat sambil memeluk nisan makam Gus Dur.
God Bless you all.
SEKIAN.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Priyo Sambadha W.

Priyo Sambadha W. Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @PSambadha

May 15
Saya sdg menjelajah pikiran.
Saya cukup optimis bangsa ini akan selamat di masa depan. Syaratnya satu: Kalian kaum muda, milenial, jangan diam saja. Berpolitik itu bukan 'aib'. Bisa politik praktis atau kebangsaan. Kalian WAJIB menjaga anak cucu kalian dr para politisi kardus.
Kalau kalian biarkan para politisi kardus bermanuver terus, jangan pernah menyesal ketika anak cucu kalian suatu saat menyedihkan hidupnya. Sedih karena gak mampu jadi dirinya sendiri.
Masa depan itu milik kalian kaum muda. Jangan pernah biarkan dibajak oportunis. Jangan!
Read 4 tweets
May 14
Saya bukan berupaya membela ya. Tapi dlm etika pergaulan internasional, kalau kepala negara/pemerintahan dlm forum internasional memilih berbahasa ibu; tidak mau berbahasa Inggris, ya itu biasa aja. It happens all the time. Dan itu gak mengurangi kualitas pembicaraan.
Makanya tuan rumah selalu menyediakan penterjemah. Diminta atau tidak. Selalu!
Sbg contoh, Pak Harto gak pernah mau berbahasa Inggris meskipun beliau bisa.
Tapi kalau Gus Dur, beliau dg senang hati mau berbahasa banyak bahasa. Terutama Inggris, Arab dan Belanda.
Read 4 tweets
May 14
Saat itu karena beberapa alasan, antara lain alasan pengiritan; Presiden #GusDur melakukan kunjungan kenegaraan ke Australia menggunakan pesawat milik TNI AU. Boeing 707 tua tahun 70an.
Rute penerbangan harusnya Jakarta-Canberra non stop, tanpa transit.
Meski tentunya pesawat sudah dipersiapkan dg baik, tapi ketika sudah memasuki wilayah udara Australia, pesawat mengalami trouble pada salah satu mesinnya. Ada percikan api. 🥺😵😱
Ya maklum pesawat tua.
Read 11 tweets
May 12
Sekadar info aja ya, tatanan/aturan protokoler untuk VVIP setingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan itu baku dan relatif sama di seluruh dunia. Karena kesalahan dalam penerapan protokoler ini bisa mengganggu 'hubungan' kedua negara, jadi gak ada yg berani main2/serampangan.
Dan semua itu selalu atas dasar kesepakatan pihak protokol dari kedua negara.
Itu pasti.
Sbg contoh, ketika KTT Non Blok dulu di Jakarta, pihak protokol negara Libya minta dirikan tenda di Monas untuk menginap Presiden M Kadafi. Tentu saja kita sbg pihak tuan rumah tidak bisa meluluskan permintaannya krn demi asas kesetaraan peserta lain. Maka ia batal hadir. Ngambek
Read 6 tweets
May 10
UTAS.
Di sini tiba2 hujan deres banget. Serem. Jadi inget cerita drakula di Jakarta.
Gini ceritanya.
Yang penakut skip aja ya.
Suatu malam hujan rintik tipis, langit pekat suram. Sesosok drakula masih saja duduk termenung di genting satu rumah di komplek. Dari sore dia belum dapet korban sama sekali. Padahal saat itu sudah dini hari. Memang sejak PPKM sepi korban sih. Orang jarang keluar rumah.😥
Eh.. gak lama kemudian temennya sesama drakula datang. Tanpa dinyanya tetiba ia langsung terbang menclok disampingnya.
*Siuuuuut, bruk!*
Read 6 tweets
May 9
Tetiba saya ingat. Dulu Presiden #GusDur tiap kali pas sendirian di istana, yg paling sering dicari itu Jubirpres Gus @YahyaCStaquf. Kadang sdh tengah malam. Lalu beliau berdua ngobrol lama.
Jadi saya gak terlalu heran jika Gus Yahya sekarang jadi Ketum PBNU.
Sekali2 saya dan Paspampres kepo nguping dari daun pintu yg kita buka sedikit; pembicaraan mereka sambil ngecek situasi kondisi.
Sering beliau2 tertawa guyon2 ala NU. 😊
Jadi sekarang saya pikir bisa jadi kurun waktu itu adalah episode penting bagi Gus Yahya sbg santri setia beliau dalam menyerap banyak sekali piwulang dari Gus Dur. Istilah santrinya, ngaji. 😊🙏
Read 4 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(