Jadi begini. Sejak dulu ketika Gus Dur masih sugeng hingga sekarang, kediaman Ciganjur itu terbuka untuk siapa saja. Dalam arti semua tamu akan diterima dg pintu terbuka tanpa membeda2kan.
Jadinya ya begitu, macam2 orang yg datang.
Macam2 itu ya dlm arti harafiah bener2 macam2. Mulai pejabat tinggi negara, tokoh masyarakat hingga masyarakat biasa. Mulai yg jelas tujuannya, sampai yang bener2 absurd tujuan dan narasinya.
Gus Dur dulu berpesan kpd kita semua utamanya yg jaga di pos depan, tidak boleh menolak tamu.
Sekilas mmg sederhana perintahnya. Tapi buat para petugas sebenarnya cukup berat dlm melaksanakannya. Disamping faktor keamanan, juga faktor itu tadi banyak juga tamu2 yg ajaib dlm arti gak jelas maksud dan tujuannya.
Tapi karena itu sudah perintah beliau, kita laksanakan dg sepenuh hati.
Biasanya Gus Dur setelah salat subuh sudah terima tamu hingga jam 8 atau 9 pagi. Setelah itu beliau ke PBNU atau ke acara lain.
Banyak tamu yg datang malam hari menginap di masjid Ciganjur menunggu bakda subuh untuk diterima Gus Dur.
Kalau bicara tema dan tujuan kehadiran tamu, sangat bervariasi. Macam2. Mulai yang sangat bermutu, bermiti, agak bermutu, sampai blas gak bermutu. Kalo kategori terakhir ini biasanya ujung2nya minta sangu pas pulang.π
Kebiasaan ini terus berlangsung hingga Gus Dur wafat dan betlanjut hingga saat ini. Semua tamu diterima dg terbuka. Hanya karena Covid ini saja kita terpaksa menjaga ketat kediaman Ciganjur demi keamanan Bu Nyai dan keluarga.
Saya akan cerita contoh bbrp tamu ajaib yg datang ke Ciganjur, spy pembaca punya gambaran betapa ajaibnya mereka itu ya.
Shg pada kenyataannya kenapa para penjaga pos di Ciganjur itu perlu 'kecerdasan prima' untuk meladeni mereka.
Contoh 1.
Dulu ketika Mbak Yenny masih lajang belum menikah, ada seorang pemuda datang ke Ciganjur. Dia datang dg wajah muram dan marah2.
Di pos dia bilang, 'Saya ini tadi sudah janjian ketemu mbak Yenny untuk sama2 ke KUA. Tapi sudah saya tunggu berjam2, Mbak Yenny gak datang!'.
'Ooh begitu ya mas?', jawab Satpam.
'Iya!'
'Emang janjian ketemunya dimana mas tadi?', jawab satpam dg sabar.
'Di stasiun Gambir!'.
'Ooh.. lha itu mungkin masnya aja yg belum nyari. Gambir kan luas'.
'Oh gitu ya?'
'Iya mas'
'Mmm... ya udah. Kalo gitu permisi ya. Asallamuallaikum!'
'Waallaikum salaaaam...'.
Contoh 2.
Suatu sore, ini ketika Gus Dur sudah wafat agak lama, seorang laki2 setengah baya datang ke Ciganjur.
Maksud kedatangan dia adalah untuk mengambil uang 100 juta yang dijanjijkan oleh Gus Dur. Begitu pengakuannya.
'Saya perlu mengambil uang 100 juta yg dijanjikan oleh Gus Dur', katanya dg semangat di pos.
'Oh begitu ya pak'.
'Iya. Gus Dur sendiri yg menjanjiian ke saya'.
'Baik bapak. Maaf kalau boleh tahu kapan dan dimana Gus Dur mengatakan itu?'
Pilpres berikut itu Pilpres yg akan sengit dan menegangkan karena gak ada inkumben. Sekaligus ajang cari selamat mati2an terakhir bagi orang2 yg punya masalah hukum. Maka jangan heran skrg saja sudah mulai 'panas'.
May God Bless Indonesia. Amiin.
Perkiraan saya, akan ada 3 paslon capres dan pilpres bisa berjalan 2 putaran.
Silahkan pilih sesuai dg pilihan hati masing2. Hanya saran saya, hindari pilih yg menggunakan politik identitas dan yang bermulut besar.π
Sdg melamun sendirian, tetiba saya teringat ketika saya membawa nisan makam Gus Dur yg lama dari Jombang ke Jakarta naik pesawat.
Ada kejadian menarik lucu di Bandara Juanda Surabaya.
Mau dengar?
Jadi begini ceritanya. Makam #GusDur di Tebuireng yang sangat bersahaja itu sebelumnya hanya ditandai dg 2 buah patok putih yg terbuat dari semen. Ini sebelum yg di bagian kepala diganti dg batu berwana hijau lumut.
Jadi pada tahun 2017 patok semen yang di bagian atas/kepala, oleh keluarga beliau diganti dg batu pualam warna hijau lumut yang bertuliskan dlm 4 bahasa: 'Di Sini Berbaring Seorang Pejuang Kemanusiaan'. Kalimat itu memang sesuai dg wasiat Almaghfurllah.π
Saya sdg menjelajah pikiran.
Saya cukup optimis bangsa ini akan selamat di masa depan. Syaratnya satu: Kalian kaum muda, milenial, jangan diam saja. Berpolitik itu bukan 'aib'. Bisa politik praktis atau kebangsaan. Kalian WAJIB menjaga anak cucu kalian dr para politisi kardus.
Kalau kalian biarkan para politisi kardus bermanuver terus, jangan pernah menyesal ketika anak cucu kalian suatu saat menyedihkan hidupnya. Sedih karena gak mampu jadi dirinya sendiri.
Masa depan itu milik kalian kaum muda. Jangan pernah biarkan dibajak oportunis. Jangan!
Saya bukan berupaya membela ya. Tapi dlm etika pergaulan internasional, kalau kepala negara/pemerintahan dlm forum internasional memilih berbahasa ibu; tidak mau berbahasa Inggris, ya itu biasa aja. It happens all the time. Dan itu gak mengurangi kualitas pembicaraan.
Makanya tuan rumah selalu menyediakan penterjemah. Diminta atau tidak. Selalu!
Sbg contoh, Pak Harto gak pernah mau berbahasa Inggris meskipun beliau bisa.
Tapi kalau Gus Dur, beliau dg senang hati mau berbahasa banyak bahasa. Terutama Inggris, Arab dan Belanda.
Saat itu karena beberapa alasan, antara lain alasan pengiritan; Presiden #GusDur melakukan kunjungan kenegaraan ke Australia menggunakan pesawat milik TNI AU. Boeing 707 tua tahun 70an.
Rute penerbangan harusnya Jakarta-Canberra non stop, tanpa transit.
Meski tentunya pesawat sudah dipersiapkan dg baik, tapi ketika sudah memasuki wilayah udara Australia, pesawat mengalami trouble pada salah satu mesinnya. Ada percikan api. π₯Ίπ΅π±
Ya maklum pesawat tua.
Sekadar info aja ya, tatanan/aturan protokoler untuk VVIP setingkat Kepala Negara/Kepala Pemerintahan itu baku dan relatif sama di seluruh dunia. Karena kesalahan dalam penerapan protokoler ini bisa mengganggu 'hubungan' kedua negara, jadi gak ada yg berani main2/serampangan.
Dan semua itu selalu atas dasar kesepakatan pihak protokol dari kedua negara.
Itu pasti.
Sbg contoh, ketika KTT Non Blok dulu di Jakarta, pihak protokol negara Libya minta dirikan tenda di Monas untuk menginap Presiden M Kadafi. Tentu saja kita sbg pihak tuan rumah tidak bisa meluluskan permintaannya krn demi asas kesetaraan peserta lain. Maka ia batal hadir. Ngambek