AYAH PENYAYANG Profile picture
May 25 101 tweets 16 min read
𝐆𝐔𝐑𝐔 𝐌𝐀𝐓𝐄𝐌𝐀𝐓𝐈𝐊𝐀 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐌𝐄𝐍𝐉𝐄𝐁𝐎𝐋 𝐁𝐎𝐎𝐋𝐊𝐔

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Menurutku aku gak bencong. Meskipun aku gak sejantan teman² lain.

Tapi entah mengapa Pak Asman, guru Matematikaku berani melecehkanku.

#gambarhanyapemanis
(2) Dia berani melakukan pelecehan seksual padaku. Sampai dengan menyodomiku ber-kali².

Gak tau mengapa dia se berani itu tanpa takut akan ku lapor ke kepsek, ortu, atau ke Polisi.

Peristiwa itu ku alami setelah duduk di bangku XII.
(3) Sejak kelas XI, Pak Asman lah guru yang mengajar matematika di kelasku.

Karna aku tergolong pintar, Pak Asman suka denganku.
Dia baik dan perhatian padaku.

Waktu ngajar, Pak Asman sering bergurau ke hal² yang tabu. Dia termasuk salah satu guru yang nakal.
(4) Pak Asman sering godain cewek² dan rata² cewek² suka ke dia.
Bahkan gak sedikit yang jatuh cinta ke Pak Asman.

Pak Asman sendiri suka megang² cewek sambil ber-canda².
Si ceweknya malah suka dan menikmati.

Pokoknya asiklah kalau udah Pak Asman yang ngajar.
(5) Pak Asman sangat dekat dengan cewek².
Tapi ke siswa laki² biasa aja.

Aku termasuk satu²nya siswa laki² yang paling di sukai Pak Asman.

Dia sering memperhatikanku entah ketika jalan ke kantin, atau ketika olahraga, dll.

Tapi aku anggap semua biasa aja dan wajar saja.
(6) Suatu ketika, aku iseng² coret² buku bacaan biologi.

Aku kasih gambar manusia purba punya burung. Ada yang burungnya lagi mati dan ada yang hidup.

Alhasil semua teman²ku ketawa gak karuan melihat itu.
Buku pun di gilir dari meja yang satu ke meja yang lain.
(7) Tak terkecuali cewek² ikut ketawa ter-bahak² melihat gambar itu.
Suasana di ruangan kelaspun gaduh.

Sementara, Bu Rara, guru biologi, udah teriak² minta jangan berisik.
Tapi gak ada yang mengacuhkan.

Bu Rara jadi kesal dan marah.
Lalu dia cari tau apa yang di ketawai.
(8) Ketahuanlah bahwa penyebab gaduhnya se-ruangan kelas adalah karna gambar tadi.

Bu Rara pun nanya itu ulah siapa.
Dan teman² pun menunjuk aku sambil menyebut namaku.
Sial!

Lalu Bu Rara pun memanggilku ke depan.
Aku pun di jewer dan di maki².
Lalu di bawa ke ruang guru.
(9) Di ruang guru, Bu Rara ngasih tau ke semua guru yang ada disana, bahwa aku menggambar alat kelamin laki² pada gambar² di buku tersebut.

Reaksi para guru pun beragam.
Ada yang cuek, ada yang senyum², ada yang ikut melihat buku dan ngakak, ada yang ikutan marah.
(10) Pak Asman termasuk salah satu guru yang senyam senyum sambil melihati aku.

"Ngapain kau gambar² alat kelamin laki²? Apa kau gak punya burung?", ucap Bu Rara padaku.

"Ayo kau jawab dulu, apa gak ada burungmu?", tanyanya lagi.

Aku pun diam menunduk.
Dia meng-guncang²ku.
(11) Bu Rara masih jengkel.
Dia memaksaku menjawab pertanyaannya.

Dia terus meng-ulang² pertanyaan itu sampai aku menjawabnya.

"Curiga aku, apa jangan² gak ada burungmu?", ucapnya.

"Coba kau buka dulu celanamu tuh, jangan² gak ada burungmu.", ucapnya lagi.
(12) Dalam hati aku udah geram dan gondok dengan pertanyaan konyolnya.

Emangnya gak boleh laki² menggambar burung, pikirku.
Emang harus perempuan baru sah menggambar alat kelamin laki²?

Aku pun gak ngerti apa maksud pertanyaan semacam itu.

"Kau laki² gak?", tanyanya pula lagi.
(13) Tiga kali di tanya, barulah ku jawab.

"Laki², Bu!"

"Kalau kau laki², ngapain kau gambar² burung.
Jangan² kau gak punya burung!", ucapnya lagi.

Pak Asman dari tadi senyam senyum melirik aku.
Aku jadi gak enak karna di lihatin terus.
Aku rasa Pak Asman marah padaku.
(14) Mungkin senyuman itu adalah senyuman kemarahan, pikirku.

Lalu lonceng tanda istirahat pun berbunyi.
Semua siswa udah pada keluar dari kelas masing².

Sementara aku masih di hukum di kantor guru.
Akhirnya aku di lepaskan juga.
Aku pun pamit dari ruangan itu.
(15) Ternyata Pak Asman juga keluar mengikutiku.

"Bim!"

Terdengar suara Pak Asman memanggil namaku.
Akupun menoleh ke belakang.

Lalu dia melambaikan tangan menyuruhku berhenti.
Aku pun berhenti.

"Kamu ikut saya sekarang!", ucapnya.

"Kemana, Pak?"

"Udah, ikut aja!"
(16) Aku sempat ketakutan jangan² ini buntut yang tadi.

Lalu kamipun menuju perpustakaan.
Disana kami duduk berdua di ruangan itu.

Dan benar saja, Pak Asman ternyata membahas yang tadi.
Dia juga menanyakan apa benar kata Bu Rara aku gak punya burung.
(17) Aku jadi bingung melihat Pak Asman, yang ikut²an bodoh menurutku.

Karna pertanyaan itu sangat gak berdasar menurutku. Dan sama sekali gak ada hubungannya.

Dia mendesakku dengan pertanyaan itu ber-ulang² seraya melihati ke arah anuku dengan senyum².
(18) Kami duduk hadap²an tanpa di sekat oleh meja.

Jadi aku bisa melihat jendolan Pak Asman karna posisi kakinya yang ngangkang, dan sepatunya di cantolin ke pijakan kaki di samping bangku.

Dia pun menggoyang² kakinya melebar menutup.
Sehingga anunya nampak jelas olehku.
(19) Sesekali tangannya meraba jendolannya dan meng-garuk²nya.

"Bapack penasaran, jangan² gak ada burungmu.", ucapnya.

"Ada, Pak!", ucapku.

"Coba buka dulu!", ucapnya.

"Malulah, Pak!", ucapku.

"Gak usah malu. Saya juga punya kok!", ucapnya.

Aku menunduk.
(20) "Lihat sini!", ucapnya.

"Bukalah! Bapack mau lihat!", ucapnya lagi.

Aku diam mematung.

"Bukalah... Biar bapack lihat dulu. Gak usah malu. Ini punya saya ada. Besar lagi!", ucapnya sambil memegang anunya.

"Lihat dulu kesini!", paksanya.

Lalu aku melihat ke anunya.
(21) "Saya rasa masih lebih besar punya saya dari pada punyamu.", ujarnya.

"Bukalah sebentar!", katanya lagi.

"Itu harus ya, Pak?", tanyaku.

"Harus! Kan saya mau lihat!", ucapnya.

"Ayo!! Apa saya buka juga pumya saya biar kamu lihat?", ucapnya lagi.
(22) Aku pun perlahan menurunkan resleting celanaku. Lalu ku keluarkan kepalanya dari bagian atas karet CD-ku.

"Lagi. Keluarin semua!", ucapnya.

"Nampakkan telormu!", ucapnya lagi.

Akupun menarik telorku keluar dari CD-ku.

"Lumayan juga punyamu, ya!", pujinya.
(23) Lalu dia pun meraba resletingnya dan mulai menurunkannya.

"Nih, bapack runjukin punya bapack sama kamu, ya.", ucapnya sambil senyum².

Dia agak kesulitan menarik batangnya dari balik CD-nya, karna batangnya udah ngaceng.

Dengan pedenya dia mengeluarkan semuanya.
(24) "Besar, kan?"
"Iya, Pak!"

"Coba hidupin punya kamu saya lihat!"

"Gak bisa hidup, Pak!"

"Hah!! Gak bisa hidup? Percuma punya burung besar tapi gak bisa hidup!", ucapnya kaget.

"Disini maksudku gak bisa hidup, Pak!"

"Gak ada tuh. Sini kamu, dekat sini!"
(25) Aku pun melangkah mendekatinya.
Lantas di pegangnya berungku dan di kocok².

"Bapack mau hidupkan. Kamu diam aja!", ucapnya melihat ke mataku.

Lalu dia menundukkan kepalanya dan mengulum burungku.

Sontak aku kaget bukan kepalang.
Aku mundur beberapa langkah.
(26) Lalu burungku pun tercabut dari mulutnya dan dia nyaris tersungkur ke lantai.

"Kurang ajar kamu, ah!", ucapnya.

Lalu dia datang dekatin aku.
Di suruhnya aku berdiri mepet ke dinding.

Dia jongkok. Di isapnya lah lagi burungku.

"Kamu diam. Yang tenang!", ujarnya.
(27) Lalu akupun terpaksa harus merelakan mulut Pak Asman mengemuti burungku.

Rasanya campur aduk.
Jujur ini sangat geli bagiku.
Apalagi baru pertama kali merasakannya.

Aku pun me-ronta² menahan gelinya jilatan Pak Guruku ini.
Lalu burungku pun langsung ngaceng.
(28) "Besar juga burungmu kalau udah hidup, ya!", ucapnya.

Lalu di isapnya terus menerus.
Tangan kanannya sambil ngocokin burungnya.
Dia makin mempercepat isapannya.

Teng..teng...teng...

Lonceng pun berbunyi pertanda jam istirahat udah selesai.

"Pak udah lonceng!", ucapku.
(29) "Tembakkanlah biar pergi kita.", ucapnya.

Lalu tiba² aku merasa udah mau nembak.

"Udah mau nembak, Pak!", ucapku.

Lalu dia pun makin mempercepat kocokannya di burungnya.

"Ahhh.... ahhhhh....!"

Aku mengerang. Spermaku menyemprot rongga mulutnya.
(30) Seketika itu langsung di telannya semua.
Di jilatinnya seluruh batang kemaluanku hingga kering.

Lalu dia menahan batangku di dalam mulutnya. Dan dia fokus ngocokin burungnya.

"Ahhh.... ahhhh.......ahhhh...!"

Dia mengerang.
(31) Spermanya pun keluar dan menyemprot ke lantai.

Di ambilnya sapu tangan dari kantong belakangnya, lalu di lapnya burung dan tangannya.

Tak lupa dia menyapukan leleh spermanya yang di lantai pakai sepatu.

Dia ngasih aku 50 rb.

"Ayo, ayo... masuk kelas.", ucapnya.
(32) Istirahat kedua, dia menjumpaiku.
Dia ngajak ngobrol ke perpustakaan lagi.
Tapi kami gak ngapa²in lagi.

Dia hanya mau menutup mulutku agar aku gak cerita ke siapa² terkait hal itu.

Dia gak mengancam sih, tapi minta tolong agar aku menjaga nama baiknya.
(33) "Bapack percaya samamu ya, Bim!", ucapnya.

Aku pun hanya mengangguk.

"Kamu siswaku yang terbaik dan yang paling saya sukai.", ujarnya.

"Bapack percaya kamu gak akan mempermalukan bapack.
Bapack harap kamu bisa maklum dengan hobby bapack ini!", tambahnya.
(34) Tiap hari kami pasti ketemuan untuk berbincang.
Entah itu di perpustakaan, di taman, di bawah pohon, atau dimana aja.

Empat hari kemudian, Pak Asman mengajakku ke laboratorium.
Disana kami melakukannya lagi.

Pak Asman langsung memelukku, dan menciumi pipiku.
(35) "Bapack suka samamu, nak!", bisiknya.
Lalu dia membuka celanaku dan mengisap burungku.

Lalu dia kembali memelukku. Kali ini dia meng-gesek²kan kemaluannya ke kemaluanku.

Kadang di selipkannya batangnya di sela² pahaku lalu di genjot² maju mundur.

"Geli, Pak!", ucapku.
(36) Lalu Pak Asman membujukku ngisap kemaluannya.
Aku gak mau. Aku nolak!

Tapi dia terus membujukku. Dia bilang pengen di isap juga.

Dia menjanjikan itu sangat enak.
Dia terus membujukku supaya mau mengisap burungnya.

"Aku jijik, Pak!"

"Jangan jijik, itu gak kotor!"
(37) Aku pun menunduk dan menggenggam batang kemaluan guruku.
Lalu ku guncang² maju mundur.

"Enak, nak...!", desahnya.

"Pake mulutlah nak, pake mulut!", bujuknya.

Dia menyodorkan langsung burungnya ke mulutku.

Akupun mengatupkan bibirku.
(38) Dia mengolesi kepala burungnya ke bibirku.

"Bukalah, nak.!"

Akupun perlahan membuka bibirku, lalu di sorongnya lah kepala burungnya ke dalam mulutku hingga kena ke gusiku.

"Buka yang lebar.!", ucapnya.

Akupun menurut aja.
Ku buka mulutku makin lebar.
(39) Akhirnya berhasillah burungnya ber-gesek² keluar masuk mulutku. Dia meng-goyang² pantatnya dengan cepat.

Tak berapa lama, dia berhenti.

"Kamu isaplah. Capek bapack menggoyang.", ucapnya.

Aku gak pandai ngisap. Namanya aja belum pernah.

"Gerakkan bibirmu!", suruhnya.
(40) "Bukan gitu. Gini buat!", ucapnya.

"Iya.. emut... di emut...
Jilat² kepalanya!"

"Nah... trus isap. Masukin trus. Sampai pangkal."

Dia terus mengajariku cara ngisap burungnya.

"Bukan gitu, sakit kegitu.
Lembut isapnya. Jangan kena gigi!", ucapnya mengajarkan caranya.
(41) "Iya, gitu...! Iya... udah mulai enak.", ujarnya.

"Udah mulai pandai kamu. Iya. Teruskan, teruskan..."

"Aduh... ah....!" Sekarang saya lagi!"

Lalu Pak Asman jongkok ngisapin burungku.
Sesekali dia berceloteh samaku.

"Perhatikan cara bapack ini.", ucapnya.
(42) Kami ganti²an isap.

"Nanti kalau punya bapack keluar, kamu telan ya!"

"Gak berani aku, Pak!"

"Cobalah, gak papa itu. Bagus itu ke tubuh!"

"Gak sanggup aku, Pak!"

"Cobalah. Biar terbiasa!
Punya kamu nanti pasti bapack minum!"

Akhirnya diapun crot di mulutku.
(43) "Telan.... telan...!"

Diapun nahanin kepalaku dengan tangannya. Sehingga spermanya memancar hingga kerongkonganku.

Alhasil aku pun muntah² dibuatnya.
Mau mati rasanya. Ini benar² sangat menyiksaku

Kurasa udah ada juga tuh yang tertelan.

"Aduh, Pak!"

Mukaku terasa panas.
(44) "Kamu belum terbiasa aja. Nanti mudah²an jadi suka.", ucapnya.

"Bapack dulu per-tama² gitu juga. Lama² jadi terbiasa. Malah jadi pengen nelan terus.", ungkapnya.

Dia nyuruh aku kumur² dengan air minum yang dia bawa di dalam tupperware.
Habis semua ku pake kumur².
(45) Lalu giliran aku yang mau di keluarkan.

Dia langsung ngisap burungku lagi.
Aku pun kembali di buat melayang dengan enaknya isapan dia.

Aku pun menahan ringisan dari mulutku.
Lalu tanpa ku kasih aba², aku pun crot di mulutnya.

Dia langsung merasakan spermaku di mulutnya.
(46) Lalu diapun menelan semuanya dengan buasnya.

"Enak sekali spermamu anak muda!", ujarnya.

Lalu sejak itu, kami sering² isap2an di sekolah.
Kalau gak di perpustakaan, ya di laboratorium.

Ku hitung udah 7 kali kami isap²an. 8 kali dengan yang pertama kali itu.
(47) Ke 9 kali, dia menjebol lobang boolku.

Awalnya dia mengitari telorku dengan jilatan. Lalu menjalar hingga ke lobang belakang.

Disini aku sampai tersentak saking gelinya rangsangan yang ku rasakan di lobang itu.

Aku merasakan, areal itu sangat basah oleh air liurnya.
(48) Aku heran sungguh heran kok bisa²nya Pak Asman mau menjilati lobang pembuanganku.

Apa dia gak jijik?
Mana beringas lagi jilatnya.

Akupun dibuat menggelepar dahsyat kayak orang yang kambuh ayannya.

Dia menahani kedua pahaku dengan kuat agar mengurangi pergerakan.
(49) Rasanya pun sungguh teramat geli. Akupun sampai ngos²an bahkan nyaris bagai kehabisan nafas, menahan gelinya jilatan demi jilatan lidah guruku di lobang pantatku.

Lalu sejenak kurasakan jikatan itu berhenti.
Sesuatu di oles² disana dan di gesek²kan. Lumayan juga gelinya.
(50) Tiba² aku merasa begitu sakit ketika sesuatu menekan lobang anusku ke dalam.

Ternyata Pak Asman hendak memasukkan alat kelaminnya ke anuku.

Lagi² aku dibuat heran, kenapa Pak Asman mau melakukan itu. Buat apa, dan manfaatnya apa.
Apa itu enak sama dia? Itu kan anus!
(51) Pak Asman terus memacu gerakan pinggulnya berusaha memasukkan batangnya.

Gak jarang kepalanya meleset ke samping sehingga dia pun harus mengulang dan mengulangnya lagi.

Kadang² dia men-jilat² lagi sebelum mencoba memasukkan.

Lalu...

"Ahhh. Aduh Pak, sakit Pak!", erangku.
(52) Kepala kemaluan Pak Asman udah masuk tepat ke lobangku.

Lalu dia pun menekan terus hingga makin menancap ke dalam.

Akupun menggelepar gak henti²nya, ku cengkeram tepi meja di lab itu.

Ku gigit gigiku kuat² dan ku tutupi mukaku dengan kedua tangan, menahan sakitnya.
(53) Aku merasakannya bagai di masukkan belati ke dalam anusku. Sakit betul² sakit.

Tapi Pak Asman gak mau tau. Dia makin memacu lebih cepat. Peluhnya pun berjatuhan se-besar² jagung ke perut dan dadaku.

Nafasnya sangat memburu.

"Tenanglah... jangan berisik.", ucapnya.
(54) "Jangan berisik. Nanti kedengaran keluar.", ucapnya lagi.

"Enak, kan...?!", ucapnya.

Aku kesal dengarnya. Enak apanya. Yang ada sakit tau.

Tapi nampaknya dia sangat menikmati.
Karna sering dia bilang enak enak enak sambil mendesah.

Dia pun makin mempercepat genjotannya.
(55) Lalu perlahan gerakannya di lambatin. Makin lama makin melambat.

Lalu akhirnya berhenti.
Namun batangnya masih tertancap.

"Aduh... bapack puas sekali!", ucapnya.

Ku pandangi wajah jahatnya. Aku jadi benci lihatnya. Setega itu guru baik ini padaku.

"Nak, makasih ya!"
(56) Dia mencabut pelan² batangnya dan kulihatlah ada tetesan putih yang menetes dari ujung kemaluannya.

Oh, sampai ejakulasi rupanya Pak Asman di lobangku.
Dia pun buru² ngelap burungnya dengan tissue.
Lalu dia suruh aku lap lobangku juga.

"Astaga... berdarah, Pak!"
(57) "Gak papa itu. Itu baru permulaan. Kedua nanti gak lagi!"

"Aku gak mau lagi Pak!"

"Jangan gitu... layani bapack dulu.
Bapack udah terlanjut suka sama kamu!"

"Bapack jahat!"

"Bapack gak jahat, nak!"

"Bapack brengsek!"

"Itu sekarang kamu bilang, nak....!"
(58) "Besok² pasti gak kamu bilang lagi. Peganglah kata² bapack."

"Sakit kali Pak, sampai susah aku jalan.
Kayak ada sesuatu yang mengganjal lobangku."

"Biasa tuh. Lama² hilang tuh nanti. Kedua kali gak sakit lagi nanti!"

Kamipun jalan keluar lab, orang² udah pada masuk kelas.
(59) "Biasa aja mukamu. Jangan kayak murung² gitu
Curiga nanti guru² lain."

"Dari lab ya, Pak Asman?", tanya Pak Wilmar, Kepala Sekolah kami.

"Iya, Pak.", jawabnya.

"Ya udah, suruh Bima masuk kelasnya.", ucap Kepsek.

Aku pun melipir aja ke ruangan kelasku.
(60) Selanjutnya, gak usah ku terangkan lagi, hampir tiap hari di jam istrahat kami ML di lab.

Gak pernah memang ada siswa/i yang lihat kami masuk ke dalam. Begitu juga guru.

Tapi aku selalu telat masuk kelas karna udah lonceng aja, masih asik ngangkang.
Itu membuatku takut.
(61) Takut di curigai teman²ku dan juga guru yang ngajar di jam itu.

"Dari mana kau kok sering² telat masuk?"

Pertanyaan itu kerap di lontarkan teman²ku.
Tapi aku kasih alasan lain aja.

Udah 10 kali Pak Asman menyodomiku.
Dan memang benar, makin kesini makin gak sakit.
(62) Lalu untuk yang ke 11 kali, ketika Pak Asman tengah asik menyodomiku, Pak Kepsek datang menuju gedung lab.

Karna pada saat itu udah jam belajar. Lonceng berbunyi udah 5 menit yang lalu.

Sementara kami masih belum keluar dari dalam.
Mungkin Pak Kepsek curiga.
(63) Berhubung pintunya di tutup, Pak Kepsek gak bisa meng-endap² masuk.

Dia mengelilingi luar gedung dan berusaha mengintip dari kaca jendela.
Lalu dia pun mengintip.

Mata kami pun beradu. Persis kayak mata Ayu dan Badarawuhi di film KKN Di Desa Penari, ketika Ayu mengintip.
(64) Pak Kepsek juga kaget karna kebetulan aku melihat ke kaca itu.
Dia mundur menjauh dari kaca itu.

Sontak aku kaget setengah mampus, mengetahui aksi kami udah di intai Pak Kepsek.

Aku hendak berbisik,
Pak... Pak... ada Pak Kepsek.
Tapi aku segan dan takut melakukannya.
(65) Aku merasa sedang di awasi oleh mata Pak Kepsek. Jadi untuk kasih isyarat gitu rasanya gak sempat.

Pak Kepsek pun curi² terus ngintip kami. Tapi aku juga selalu mengawasinya ke kaca. Sehingga dia harus menunduk atau menjauh.

"Kau liat apa kesana?", tanya Pak Asman.
(66) Ketika Pak Kepsek gak kelihatan di kaca, aku berbisik.

"Pak Kespek ngintip!"

"Ah, masa' iya?", ucap Pak Asman terkejut.

Dia menghentikan gerakannya.
Lalu matanya pun mengarah ke kaca, akhirnya mata mereka pun beradu.

Dia diam mematung gak berani bergerak sedikitpun.
(67) Tapi burungnya dalam posisi tertancap di lobangku.
Nyabut itupun dia gak berani lagi.

Dia melihat ke kaca tanpa henti.
Menunggu wajah Pak Kepsek ngongol lagi.
Karna ketika mata mereka beradu, Pak Kepsek juga menjauh dari sana.

"Mampus kita!", ucapnya ketakutan.
(68) Pak Kepsek pun nongol sekali lagi. Kali ini dia gak mundur atau menghindar dari kaca.

Di tahannya terus wajahnya menempel dikaca.
Sedangkan kami, masih posisi seperti tadi.

Bedanya burung Pak Asman udah tercabut karna udah mati.
Pak Kepsek pun ngetok² kaca.
(69) Lalu Pak Kepsek menghilang. Sekarang suara ketokan pindah ke pintu depan.
Dia memanggil.

"Buka Pak Asman!"
Kamipun buruan masang celana, lalu dia buka pintu.

"Oh, gitu kerjaan kalian di lab ini makanya sering² telat masuk ya!", ucapnya.

Pak Asman sangat ketakutan.
(70) Begitu juga aku. Aku gak tau lagi apa yang bakal terjadi selanjutnya.

Dia me-mohon² agar jangan di sidang di ruang guru. Dia mohon agar Pak Kepsek merahasiakan aib ini.

"Saya juga udah lama curiga, ngapain kalian sering² ber-lama² di lab ini. Bukan guru biologi.", ucapnya.
(71) "Ya udah masuk kalian ke kelas masing²!", ucapnya.

"Kamu Bima, cepat masuk kelas. Kamu udah telat ngikuti pelajaran.", ucap Kepsek padaku.

"Iya, Pak.", ucapku menunduk dengan wajah pucat pasi.

"Tolong ya,.Pak. jangan permalukan aku.", pinta Pak Asman ku dengar.
(72) "Nantilah kita bahas itu, ntah di pecat, atau berurusan dengan Polisi atau komnas HAM nanti.", ucap Kepsek kudengar.

Selanjutnya gak dengar lagi pembicaraan mereka.
Karna aku berjalan makin menjauh menuju kelasku.

Setelah kejadian itu, udah seminggu ini kami gak ML.
(73) Pak Asman gak berani lagi ngajak aku ML ke lab.
Tapi yang kulihat biasa² aja semuanya berjalan.

Gak ada perubahan yang berarti ke dia maupun aku. Dan juga gak ada sanksi yang di timpakan ke kami berdua.

Sampai pada suatu saat ketika pulang sekolah, Pak Asman menungguku.
(74) Dia menyuruhku naik ke motor Honda Megapro miliknya.

Aku udah takut jangan sampai Pak Kepsek melihat kami jalan berdua. Tenanglah kamu, gitu jawaban Pak Asman.

Pak Asman membawaku ke rumahnya.
Disitu memang dia ngontrak sendiri.
Karna keluarganya di ibukota provinsi.
(75) Sedangkan TKP di ibukota Kabupaten.

"Pak, ngapain bapack ngajak aku kesini?", tanyaku.

"Santailah. Jangan terlalu takut.", ucapnya.

"Mau gitu lagi kita?", tanyaku dengan wajah gondok.

"Bukan!", jawabnya.

Kami pu masuk ke dalam dan duduk.
Dia menyuguhkan minuman.
(76) Lalu sebuah mobil terdengar masuk ke halamannya. Aku gak tau itu siapa.

"Kau disini aja.", ucapnya sambil menuju depan.

Akupun melihat siapa kira² yang datang.

Astaghfirullah... Pak Wilmar.
Ngapain Pak Kepsek kesini juga?
Aku mengguman.

Lalu dengan berdua ketawa² santai.
(77) Gak ada beban di wajah Pak Asman. Dia begitu santai ngobrol dengan Kepsek.
Sementara aku udah sangat tegang.

"Udah berapa lama kalian gitu, Bim?", tanya Pak Kepsek.

Aku diam menunduk.

"Pak Asman yang pertama mengajak apa gimana?", tanyanya.

"Iya, Pak!", ucapku.
(78) "Santai aja Bima. Jangan takut.", ucap Kepsek

"Pak Kepsek mau menghukum kita disini, bima.", ujar Pak Asman sambil ketawa.

Apa sih maksudnya. Otakku berpikir.

"Coba kaian melakukannya kulihat!", ucap Pak Kepsek.

Akupun memandang wajah Pak Asman dengan kebingungan.
(79) "Sini, Bima.", ucap Pak Aman mengajakku mendekatinya.

Aku sangat gugup dan kaku.

"Kaku dia Pak!", ucap Pak Kepsek.

Lalu Pak Asman datang dan meremas burungku.

Dia lalu berusaha bukain celanaku.
Akupun diam gak melawan sama sekali.
Mataku tertuju ke Pak Kepsek terus.
(80) "Inilah buka!", ujar Pak Kepsek.

Lalu Pak Asman meninggalkanku dengan resleting dan ikat pinggal terbuka.

Pak Asman lalu membuka celana Pak Wilmar, Kepsek kami.

Lalu di suruhnya Pak Asman mengisap burungnya di hadapanku.
Akupun hanya bisa bengong menyaksikan itu.
(81) Burung Pak Kepsek lebih kecil dari burung Pak Asman. Tapi berbulu semua sampai ke pusatnya.

Lalu mereka berciuman di depanku.
Pak Wilmar men-desah² menikmati ciuman itu.

"Isap burung saya, Bima.", ujar Pak Kepsek.

Lalu akupun menuruti apa kata Kepsek kami.
(82) Burung Pak Asman jangan di isap dulu. Biar saya yang isap duluan!", ujarnya.

Lalu mereka mengakhiri ciumannya.
Dan Pak Wilmar menunduk ngisap burung Pak Asman.

"Besarnya...!", pujinya.

Sambil merem melek Pak Eilmar isapin burung Pak Asman.
Akupun isapin Pak Wilmar.
(83) "Maaf ya, Bim. Bapack gak isap punya kamu. Bapack gak suka anak muda. Bapack sukanya ke Pak Asman.", ucap Pak Kepsek.

Lalu 69 lah mereka berdua.
Bahkan saling merimming kulihat.

Aduh, gila nih bapack². Baru tau! Gumanku.

"Kamu suka rimming, Bim?", tanya Pak Kepsek.
(84) "Gak suka, Pak!", jawabku.

"Gak suka tapi belum di coba. Nih coba dulu rimming bapack. Cepat!", ujarnya.

"Dia belum pernah tuh, Pak.", ucap Pak Asman.

"Oh, Pak Asman belum nyuruh dia rimming bapack?", tanya Kepsek.

"Belum, Pak. Baru cuma saya yang rimming dia.", ucapnya.
(85) "Enak, kok. Ya Pak, ya.", ucap Kepsek ke Pak Asman.

"Enak kali!", ucap Pak Asman.

Lalu aku pun di minta nyobain rimming siapa aja terserah.

Karna gak bisa nolak lagi, aku rimming aja kepsek.

Eh, mual rasanya menjilati lobang pembuangan orang.
Mana bulu²nya juga lebat.
(86) Tapi herannya kok gak bau eek ya?
Sama sekali gak ada.

Lalu aku pun pindah ke lobang Pak Asman.

Ih, sama aja bulunya lebat.
Untung aja sama² putih jadi eksannya gak jorok.
Setiap di jilat, lobangnya menutup.

Lalu Pak Kepsek nyuruh gantian, Pak Asman yang rimming.
(87) "Kamu rebahan di samping bapack!", ucap Pak Wilmar.

Pak Asman pun merimming kami berdua ganti²an.
Pak Wilmar naruh tanganku di putingnya.

"Saya lagi yang rimming. Tapi cuma Pak Asman gak papa ya.", ucap Pak Kepsek bangkit dari tempat tidur.

Kami di suruh rebahan.
(88) Pak Wilmar merimming Pak Asman, lalu kamipun berciuman diatas ranjang.

"Kita lagi yang ciuman!", ujar Pak Wilmar.

Lalu mereka ber-guling² di ranjang sambil ciuman.

"Sambil kamu isap punya kamilah!", ujar Pak Wilmar padaku.

"Di rimming sekalian!", tambahnya.
(89) "Kalian masukinlah kesini...!", ucap Pak Wilmar membukakan pantatnya.

"Biar saya aja!", ucap Pak Asman bergegas mendekati.

"Bima ajalah dulu. Biar bapack saya isap!", ucap Kepsek.

Lalu akupun mengarahkan kepala burungku ke lobang Pak Kepsek.

"Basahi dulu nak!", ucapnya.
(90) Ku rimminglah lagi dia lalu ku ludahi batangku. Lalu ku sorong.

Waduh, rasanya kayak melayang di angkasa.
Nikmat sekali rasanya memasukkan.

Pertama kali dalam hidupku merasakan yang begini.
Ke lobang cewekpun aku belum pernah masuk soalnya.

"Enak, nak?", tanya Kepsek.
(91) "Enak, Pak.", ucapku sambil menggoyang terus.

"Sekarang masukkan ke Bima, Pak!", ujarnya.

Aduh... jadi berkurang nikmatnya karna Pak Asman juga masukin ke aku dari belakang.

"Sekarang gantian kalian Pak Asman di depan!", ucap Pak Kepsek.

Aku pun senang.
(92) Pak Asman masukin ke lobang Pak Wilmar. Lalu aku masukin ke lobang Pak Asman.

Kali pertama juga aku masukin ke lobang Pak Asman.
Biasanya aku yang udah ber-kali² di masukinnya.

"Capek saya!", ucap Pak Wilmar.
"Udah dulu, udah!", lanjutnya.

Pak Asman nyabut burungnya.
(93) Lalu Pak Wilmar nonton aja. Dia duduk di kursi.
Dia nyuruh kami ciuman, lalu isap²an dan tusuk²an.

"Bim, kamu tusuk guru matematikamu tuh saya lihat!", ujarnya.

Lalu Pak Asman pun ngangkang.
Ku pompalah lobangnya sekian lama.

"Nyamping Pak!", suruh Pak Kepsek.
(94) Setelah nyamping, Pak Wilmar nyuruh Pak Asman nungging. Dia melihati gerakanku dari belakang.

"Kalau bapack gak suka nusuk, bim.
Sukanya di tusuk aja!", jelas Pak Kepsek padaku.

"Kalau kalian beruda suka dua²nya kan.", tambahnya.

Lalu aku pun memberanikan diri bicara.
(95) "Kalau di suruh milih, aku lebih suka nusuk aja Pak.", ucapku.

"Oh gitu ya!", ucap mereka hampir barengan.

"Sama dengan saya berarti.", ucap Pak Asman.

Lalu Pak Kepsek menyuruh agar aku memasukkan ke dia sampai keluar di dalam.
Aku pun melaksanakannya.
(96) "Tapi Pak Asman jangan nusuk aku juga daru belakang!", pintaku.

"Beres!", jawab Pak Kepsek.

Pak Asman di isapnya aja.

Aku nembak di lobang Kepsek, dan Pak Asman nembak di mulut Pak Kepsek.

Sperma Pak Asman pun di telan oleh Pak Kepsek.
Luar biasa, pikirku.
(97) Habis ML, Pak Kepsek blak²an ngaku, kalau dia udah lama menyukai Pak Asman.

Tapi dia gak berani menyampaikan. Takut di tolak. Dia mengira Pak Asman adalah bapack² straight.

"Untunglah kalian kepergok samaku. Jadi bisa ku nikmati tubuh Pak Asman!", ungkapnya.
(98) Sejak saat itu, kami jadi sering² main three some di kontrakan Pak Asman habis pulang sekolah.

Tapi aku pasti di antarnya pulang naik motor. Namun ku sengaja jangan sampai ke depan rumahku.

Bahkan gak sampai ke gerbang desa kami.
Aku jalan kaki aja dari gerbang desa.
(99) Sampai aku menamatkan SMA ku, gak terhitung berapa puluh kali kami main three some.

Akupun udah menikmati hubungan sesama jenis ini.
Tapi entah mengapa, hanya ke bapack² aja aku selera.

Sampai detik ini, aku cuma pengen ML sama bapack² aja. Sesama anak muda gak masuk.
(100) Sampai sekarang aku masih melajang. Gak tau kapan aku bisa menikah.

Padahal aku udah cukup lama berpetualang nyari bapack² ganteng di perantauan ini.

Sementara Pak Asman dan Pak Wilmar udah lama meninggal dunia.
.
.
.

(Tamat)
Ralat : dengan berdua = mereka berdua

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with AYAH PENYAYANG

AYAH PENYAYANG Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @ayahpenyayang

May 23
𝐒𝐏𝐄𝐑𝐌𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐆𝐀𝐈 𝐒𝐘𝐀𝐑𝐀𝐓 𝐏𝐀𝐒𝐀𝐍𝐆 𝐊𝐇𝐎𝐃𝐀𝐌 (?)

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Namaku Panca, pemuda 31 tahun yang masih melajang.
Ini pengalamanku modusin bapack² idamanku yang terinspirasi dari salah seorang pengguna Twitter.

#gambarhanyapemanis
(2) Jujur, aku udah sering dapatin bapack² idamanku yang ku modusin dengan berbagai cara.

Tapi untuk modus ngaku² minta pelindung diri ke dukun ini masih pertama kali ku lakoni.

Jangankan melakoni, bahkan untuk tau modus jenis inipun masih sangat baru.
(3) Berawal dari terbacanya sebuah replyan seseorang di tweet seseorang, akhirnya akupun berencana akan melancarkan modus ini.

Dan malam minggu kemarinlah untuk pertama kalinya aku mendapat hasil buruan yang sesuai dengan ekspektasi.
Read 125 tweets
May 22
𝐒𝐄𝐏𝐀𝐒𝐀𝐍𝐆 𝐒𝐔𝐀𝐌𝐈 𝐈𝐒𝐓𝐑𝐈 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐊𝐄𝐇𝐀𝐔𝐒𝐀𝐍

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Saat itu jam 8 malam, ketika pasangan suami istri itu berhenti tepat di sampingku.

Mereka turun dari mobil Toyota Agya yang di kendarainya.
.
.
.

#gambarhanyapemanis
(2) Mereka menyapaku dengan ramah dan mengajak ngobrol.

Mereka berusaha membuatku nyaman dan gak langsung izin cabut dari tempat itu.

Gak tau apa mereka punya semacam ilmu pemikat sehingga aku langsung menurut aja kata mereka.

Aku gak pernah nolak apapun yang mereka minta.
(3) Mereka mengaku lagi nyari partner untuk ngeseks.

Mereka menunjukkan buku nikah agar aku percaya mereka adakah pasutri.

Mereka mengaku udah kurang bergairah melakukan berdua. Sehubung si bapack yang kurang ganas di atas ranjang.
Read 40 tweets
Apr 20
𝐋𝐀𝐆𝐈 𝐍𝐆𝐎𝐉𝐎𝐋 𝐃𝐀𝐏𝐄𝐓 𝐎𝐌-𝐎𝐌 𝐈𝐃𝐀𝐌𝐀𝐍

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Ini kisah seorang sahabat. Sebut saja namanya Ferdi. Seorang ojol berusia 25 th. Dalam alur cerita ini, penulis bercerita sbg sudut pandang orang pertama.

#gambarhanyapemanis Image
(2) Ketika itu aku dapet orderan go ride. Aku jemput customer ke titik, ternyata bapack² ganteng berusia 50 lbh.

Di jalan aku senang banget bs cerita² dgnnya.

"Majuin Pak, duduknya. Biar stangnya gak goyang!", ucapku.

Dia pun nurut. Lalu dia rapetin duduknya ke aku. Image
(3) Aku lgsg horni begitu anunya bergesekan dgn badanku. Lumayan berasa lah ada sesuatu yg lembut nempel di bagian pinggangku.

Aku sengaja lambatin motorku biar agak lamaan nyampainya.

Pengen banget rasanya mau naruh tangan ke blkg buat grepe anunya. Tapi aku takut! Image
Read 500 tweets
Mar 31
𝐀𝐊𝐔 𝐃𝐈 𝐂𝐄𝐑𝐀𝐈 𝐈𝐒𝐓𝐑𝐈 𝐊𝐀𝐑𝐍𝐀 𝐆𝐀𝐊 𝐏𝐔𝐍𝐘𝐀 𝐓𝐘𝐓𝐘𝐃

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Sebelumnya aku gak ada niat nikah lagi. Karna aku gak punya tytyd lagi. Percuma nikah, karna aku gak akan bs jg memuaskan istriku dan memberinya anak.

#gambarhanyapemanis Image
(2) Tapi kedua orangtuaku udah tua. Mereka sngt berharap dan menyuruhku agar menikah aja.

Sebelum meninggal, mereka ingin sekali melihat cucu dariku.

Akhirnya singkat cerita dan dgn sngt terpaksa ku nikahilah Paula, gadis yg umurnya 12 thn dibawahku. Image
(3) Aku terus berusaha memberikan perhatian lebih sbg bukti cintaku ke Paula.

Dan dlm kurun waktu sekian bulan, berhasil kami lalui dgn canda tawa penuh bahagia.

Namun kalau urusan ranjang, aku gak bs memberinya. Aku tau Paula pasti merindukan itu. Image
Read 130 tweets
Dec 7, 2021
𝐀𝐑𝐌𝐀𝐍, 𝐒𝐈 𝐏𝐄𝐍𝐉𝐀𝐇𝐀𝐓 𝐁𝐀𝐏𝐀𝐂𝐊²

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Namanya Arman, 26 th. Dia merupakan seorang pemuda yg menyukai sesama lelaki, khususnya Bapack² atau Om².

Dia gak suka sesama umur atau yg di bawahnya. Dia gak ngondek dan gak nampak dia seorang gay. ImageImageImageImage
(2) Arman menyukai Bapack² berumur 50 ke atas. Dia lebih greget liat yg berkumis.

Tapi gak asal berkumis juga.
Banyak jg yg berkumis gak menarik bagi dia.

Intinya harus gantenglah dan bisa bikin dia tertarik.
Jadi gak berkumis pun di sikatnya juga asal bisa bikin dia horni.
(3) Udah 10 th lebih Arman berpetualang nyari Bapack². Udah banyak pengalaman dan cerita suka duka dlm pencariannya.

Gak semua Bapack² yg dia rayu mau sama dia. Banyak jg yg menolak. Sebagian karna normal, sebagian lagi karna gak tertarik melihat dia.
Read 365 tweets
Nov 23, 2021
𝐊𝐔 𝐑𝐄𝐋𝐀𝐊𝐀𝐍 𝐈𝐒𝐓𝐑𝐈𝐊𝐔 𝐃𝐈 𝐆𝐀𝐑𝐀𝐏 𝐎𝐑𝐀𝐍𝐆 𝐃𝐄𝐌𝐈 𝐍𝐀𝐅𝐒𝐔 𝐌𝐄𝐍𝐘𝐈𝐌𝐏𝐀𝐍𝐆𝐊𝐔

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Aku sudah menikah dgn istriku selama 4 tahun. Rumah tangga kami akur dan nyaris gak prnh ribut. Aku mencintai istriku. Image
(2) Istriku bekerja di sebuah kantor dibidang batubara. Kantornya di ruko 4 pintu dan ruko 4 lantai. Sedangkan aku seorang guru SMP mengajar Bahasa Indonesia.

Istriku sngt dekat dgn bosnya Pak Suhai. Seorang Bapack² umur 50-an yg sngt ganteng menurut penglihatanku.
(3) Aku sngt senang berkunjung ke kantor istriku, karna bakal melihat yg bening yaitu Pak Suhai.
Pak Suhai juga baik dan ramah ke aku. Dia selalu menyapaku penuh senyum.

Aku pengen lama² bisa menatap wajah Pak Suhai. Jiwa homoku bergelora melihat ketampanannya.
Read 289 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(