Aku sering mengintip Ayahku mandi, tidur, dan kencing.
Anak macam apa sih aku ini, suka ke Ayah sendiri?
Masih wajarkah atau udah keterlaluan?
(2) Aku memang mengidap rasa suka ke bapack² sejak dini.
Tapi kondisi di kampung gak mendukung penyimpangan ini langsung berkembang di diriku.
Maklumlah kampung aku masih kolot, jauh dari kemajuan.
Dan kisah ini merupakan kisah di tahun 1995 yang lalu.
(3) Jujur waktu itu aku belum tau sedikit pun tentang dunia homo.
Tapi aku suka aja lihat bapack² ganteng dan mengkhayalkannya.
Di kampung aku sering melihat burung bapack² waktu mandi.
Karna kami mandi ramai² di sungai berbatu atau di pancuran yang airnya berasal dari bebatuan.
(4) Berbagai bentuk dan ukuran burung udah aku lihatin tiap sore.
Tapi waktu itu aku belum parah.
Belum banyak bapack² di kampung yang aku sukai, karna kurang menarik aja menurutku.
Sementara bapack² idamanku mandinya beda, bukan ke tempat kami mandi.
(5) Ayahku pun awalnya bukanlah tipikal bapack² seleraku. Karna menurutku wajahnya biasa aja, dan penampilannya yang kurang menarik.
Maklum se-hari²nya hanya ke ladang ke sawah aja. Sementara aku kayak lebih menyukai bapack² metroseksual. Di samping wajahnya juga harus ok.
(6) Jadi bapack² yang berprofesi sebagai guru, dan dokter yang di tempatkan di puskesmas, menjadi fantasi aku se-hari².
Aku sering membayangkan bisa melihat mereka telanjang, melihat burungnya. Tapi itu gak pernah jadi kenyataan.
(7) Lambat laun penyimpangan inipun makin berkembang di diri aku.
Rasa suka ke bapack² itupun makin besar.
Bahkan, Ayahku sendiri juga udah masuk list bapack² idamanku.
Entah mengapa, macam makin ganteng aja Ayahku ku lihat.
Beda dari pandanganku yang dulu.
(8) Akhirnya aku pun sering² mengintip Ayahku.
Misalnya ketika tidur, aku suka liat² ke arah anunya. Kebetulan Ayahku selalu tidur pake sarung.
Terkadang sarungnya tersingkap ke atas yang mengakibatkan CD-nya kelihatan. Itu pun membuat aku horni.
(9) Kadang Ayahku tidur dengan celana pendek. Walaupun gak nampak jendolannya, tetap aja aku ngiler dan mandangi lama².
Aku kecil sadar itu salah dan dosa. Karna itu Ayahku sendiri. Tapi tetap ku lihat².
Dan bukan iblis namanya kalau gak bisa ajak manusia untuk melakukan dosa.
(10) Ayahku kalau tidur memang gabung ke kamar Ibu.
Tapi yang biasa kulihat itu adalah ketika Ayah belum rencana tidur benaran.
Tapi masih rebahan di ruang tamu akhirnya tertidur.
Disitu aku sering meng-intip² selangkangannya mau lihat isinya.
Apalagi ketika pake celana pendek.
(11) Gak jarang aku bisa melihat ujung² CD-nya dari balik celana pendeknya yang longgar.
Bisa lihat tepi² CD-nya aja aku udah senang.
Apalagi agak² keluar dikit bijinya. Akupun langsung gemetaran menikmati itu. Di tambah ada jembut²nya juga yang nongol.
Astaga...!
(12) Siang² Ayahku juga suka tiduran ketika baru siap makan siang.
Biasanya dia suruh ngambil ubannya juga.
Tapi ketika dia udah ngorok dan tertidur, aku akan mendekat ke arah anunya dan menundukkan kepalaku disana. Ku intiplah apa yang ada di balik celananya.
(13) Bahkan aku pernah kaget ketika mengetahui Ayahku gak pake CD.
Dia cuma pake celana pendek yang longgar.
Alhasil aku pun berhasil melihat lebih jelas burungnya.
Awalnya yang nampak adalah bijinya secara menyeluruh.
Lalu setelah ber-gerak² nampak juga batangnya dengan jelas.
(14) Aku mencermati bentuk kepala burung Ayahku yang menurutku sangat bagus.
Kepalanya besar, dan batangnya sama besar dari lehernya ke pangkalnya.
Jembutnya tergolong sedikit.
Pengen rasanya aku pegang bahkan isap. Tapi aku gak berani melakukannya.
(15) Berikut aku sering mengintipnya ketika mandi di rumah.
Kebetulan rumah kami rumah panggung. Dindingnya dari papan semua.
Di bagian belakang rumah, ada beberapa tong untuk menampung air hujan.
Jadi kalau musim hujan, kami mandi disana aja.
(16) Aku mengintip dari celah papan. Semuanya terlihat sangat jelas. Aku berharap Ayahku coli tapi itu yang pernah dia lakukan.
Begitu juga ketika baru bangun tidur, Ayah pasti akan langsung kencing ke samping rumah.
Lalu akupun akan mengintip dari celah dinding kamarku.
(17) Kebetulan ada celahnya yang besar.
Dan dari posisi itu, aku bisa melihat Ayah berdiri dari samping, sehingga aku bisa lihat jelas burungnya dan derasnya kencingnya.
Dan entah mengapa burung Ayah nampak lebih besar ketika kencing pagi² begitu.
Kayak seperempat hidup!
(18) Oya, aku hampir lupa...
Ketika aku berumur sekitar 6 tahun, aku pernah melihat Ayah kencing di belakang rumah siang².
Begitu dia pergi, aku langsung mendatangi tempat dia kencing tadi.
Ternyata Ayah mengencingi pohon bayam yang rimbun. Aku pun mengamatinya.
(19) Air kencing Ayah banyak menempel dan lengket di daun² bayam.
Lalu entah mengapa aku menjilati daun bayam tersebut.
Ada yang langsung kujilat ke daunnya.
Ada juga yang ku patahkan daunnya pelan² agar airnya gak jatuh menetes, lalu ku teteskan ke mulutku dan ku telan.
(20) Tapi sesaat setelah aku melakukannya, aku langsung dilanda rasa bersalah.
Karna aku merasa kerongkonganku seperti sakit dan seperti ada sesuatu yang nyangkut disana.
Rasa kencing Ayah juga gak enak menurutku, jujur sulit juga aku menelannya.
(21) Namun tetap ku telan tadinya beberapa tetes.
Itulah yang membuat perasaanku jadi gak enak.
Aku mulai gelisah.
Aku takut jangan² aku akan mati karna itu.
Jangan² kencing Ayah itu racun.
Buktinya aku merasa sesuatu yang gak enak pasca mencicipinya.
(22) Aku kecil sadar kencing itu bukan minuman.
Tapi ku lakukan karna kebodohanku yang menyukai Ayahku dengan cara yang salah.
Akupun cepat² minum air putih.
Tapi masih tetap seperti ada yang mengganjal di tenggorokanku.
Walau udah minum beberapa teguk, tetap aja begitu.
(23) Nah, sejak itu aku gak berani lagi main² dengan kencing Ayah.
Tapi seperti ku bilang tadi, itu di umur 6 tahun, lho.
Lalu rasa sukaku ke Ayah pun gak terlalu kuat, tapi tetap ada.
Begitulah sampai cerita di awal tadi.
Aku SMP dan SMA.
(24) Waktu SMP, aku juga sering membuntuti Ayah berak.
Kebetulan kami belum punya WC.
Jadi beraknya ke ladang dengan bawa cangkul.
Niat buntuti Ayah adalah siapa tau Ayah coli sambil berak. Seperti yang sering ku lakukan.
Ternyata itu gak pernah dia lakukan.
(25) Kadang, aku gak membuntutinya. Tapi setiap setelah Ayah sampai di rumah, aku akan pergi menyusul ke tempat galiannya tadi.
Aku akan memeriksa sekeliling, ada gak tumpahan sperma disana. Ternyata gak ada!
Aku mungkin yang baper. Karna aku yang sering coli pas berak.
(26) Di ladang, aku pernah berbuat konyol seperti orang gila.
Kebetulan di seberang kampung kami ada kampung lain yang di batasi oleh jurang pemisah dan sungai berbatu.
Aku pun melihat bapack² sedang beristirahat menghadap ke aku. Jaraknya cukup jauh.
(27) Aku pun telanjang dan memegangi burungku. Aku pun nungging² menunjukkan lobang ekorku ke dia.
Lalu aku coli sampai crot.
Kulihat si bapack santai aja lihatin ke arahku.
Memang sih jaraknya cukup jauh. Tapi jelaslah kelihatan aku sedang ngapain.
(28) Segitunya kegilaanku terkait seks dimasa lalu.
Tapi gitu² aku pernah juga pengen memperkosa anak gadis orang.
Ketika dia berjalan ke ladang melewati ladang kami, sempat terpikir mau menyeretnya ke tengah ladang dan memperkosanya.
Kebetulan hanya itu inspirasi bagiku.
(29) Karna yang kerap terjadi di kampung hanyalah kasus² pemerkosaan.
Jadi gak ada inspirasi lain yang bisa menambah wawasan.
Misalnya Pak Ardi memperkosa istri orang sepulang dari warung tuak.
Pak Asep memperkosa istri orang ketika sama² di ladang.
(30) Jony memperkosa Wati ketika Joni mengambil kayu bakar, dan Wati lagi mengusir burung pipit di ladang padi.
Arya memperkosa Bunga (11 th) ketika menyiangi rumput jagung.
Jujur waktu itu,aku pengen memperkosa anak² perempuan kelas 4 sampai kelas 6 SD.
(31) Kadang aku jenuh juga hanya coli ke coli aja. Aku pengen burungku di jepit, bukan di genggam² gitu² aja.
Aku pengen burungku yang bergerak kayak mesin jahit, bukan tangan yang genggam yang di gerakkan.
Disitulah aku stress rasanya.
Pelampiasan seks belum ada sama sekali.
(32) Lantai dapur rumah kami ada yang bolongannya besar, karna berupa kayu busuk.
Akupun memasukkan burungku kesana dan aku tiduran telungkup.
Ku gesek batang burungku ke lobang papan itu, dan itu pencapaian baru menurutku.
Akupun crot mengenai debu² di kolong rumah.
(33) Kejadian itupun ku ulang² terus. Variasi baru ketimbang di kocok pake tangan, pikirku.
Lalu gulungan karton bahan menggambar untuk tugas kesenianku di sekolah, ku jadikan sasaran burungku bersarang.
Caranya, ku tempelkan ujung karton yang satu ke dinding...
(34) Dan ujung satunya lagi ku masukin burung, lalu ku gesek²kan.
Aku memang udah pengen masukin burung ke sebuah lobang.
Itu yang belum ku rasakan gimana rasanya.
Lalu tepian tempat tidur juga jadi sasaran.
Kulipat burungku ke bawah dan ku gesekkan batangku kesana.
(35) Kita kembali membahas ke Ayah ya..
Jadi sejak SMP hingga SMA aku jadi tertarik lihat CD Ayah.
Aku gak tau mengapa aku sampai bisa nafsu melihat sekedar CD-nya gitu.
Setiap melihat di jemuran aja bisa mengguncangkan dadaku.
Apalagi ketika di suruh Ibu ngangkat jemuran.
(36) Ada sebuah getaran ketika memegang CD Ayah.
Lalu secara sembunyi² akupun men-cium² CD Ayah itu.
Walau udah aroma detergen kering, aku tetap suka menciuminya.
Lama² fantasiku makin liar. Aku jadi berani cium CD kotor Ayah yang baru aja di pakainya dan di gantung di paku.
(37) Awalnya aku masih merasa jijik dan enggan melakukannya.
Namun birahiku menyuruhku melakukannya.
Ku raih CD Ayah dari paku di dinding, lalu perlahan ku ciumi bagian² dalamnya.
Ku hirup terus aroma² yang lengket disana hingga aku ngaceng dibuatnya.
Aku pun akhirnya coli.
(38) Lama² aku jadi coli pake CD Ayah.
Ku pake CD Ayah lalu ku kocok burungku dari luar.
Kebetulan CD Ayah terlalu besar untukku, sehingga sangat longgar di tubuhku.
Ku kocoklah berungku dengan berbalut CD Ayah. Sperma ku pn belepotan disana.
(39) Jahatnya, besok²nya itu kulakukan ke CD bersih.
Lalu ku biarkan spermaku mengering disana kemudian Ayah memakainya.
Aku pengen spermaku bersatu dan lengket² ke burung Ayah.
Aku merasa ada kepuasan tersendiri melakukan itu.
(40) Lalu suatu saat, ku ambil buah aren/enau yang biasa di buat untuk kolang kaling itu.
Ku ambil yang udah masak dan lunak serta berwarna kuning.
Ku oles ke bagian dalm CD Ayah. Aku pengen Ayah merasa gatal di burungnya lalu ngocok.
Aku pun menunggu saat² Ayah pakai CD itu.
(41) Yang ku tunggu pun tiba. Besoknya Ayah memakai CD yang udah ku olesi itu.
Lalu spontan Ayah langsung garuk² gak karuan dan ngasih tau celananya gatal kayak gatalnya buah kolang kaling, padahal celana baru di cuci.
Ya, Ayah tentu tau itu gatalnya buah kolang kaling!
(42) Tapi Ayah gak ngocok. Dan semua yang di dalam rencanaku itu gak jadi kenyataan.
Bahkan di saat itu aku seperti merasa bersalah telah membuat Ayah menderita.
Tapi semua itu kulakukan bukan karna aku benci ke Ayah, tapi karna aku suka.
(43) Kalau soal berhubungan badan, aku memang gak pernah mengintip Ayah. Karna kamar mereka selalu di tutup.
Oya, tempat tidur mereka juga sering ku periksa, siapa tau ada tumpahan sperma Ayah. Tapi itu gak pernah aku temukan.
Bahkan bekas²nya yang udah mengering pun gak ada!
(44) Waktu SMA, ada rapat dusun di rumah kami.
Lalu seorang bapack² idamanku ikut disana.
Lalu ketika aku sedang ngasih sapi makan di kandang belakang rumah, si bapack itu datang dan kencing di dekat situ.
Dia gak menyadari aku ada si kandang sapi.
Aku pun deg²an.
(45) Sayangnya dia gak menghadap ke aku, sehingga aku gak bisa melihat burungnya.
Setelah dia pergi, aku dekatin rumput yang di kencinginya itu. Lalu ku olesin kencingnya itu ke burungku.
Sebisa mungkin semua ku kumpulin dan ku sapukan ke burungku.
Burungku pun auto ngaceng.
(46) Setelah itu aku pun ngocok.
Aku memang gak berani mencicipi kencing si bapack itu.
Bukan apa², aku merasa gak sanggup aja.
Aku gakut aku makin jatuh cinta ke dia, sementara dia gak akan pernah bisa ku cicipi.
Yang ada akunya yang sakit atau menderita nantinya.
(47) Saking pengennya main tapi gak ada pacar atau pelampisan, aku juga pernah memuaskan nafsuku ke hewan peliharaan.
Sapi kami udah pernah ku panjat beberapa kali dan ku masukin burungku.
Aku pun crot di dalam kelamin si sapi.
Selain itu kambing juga pernah ku kentot.
(48) Kebetulan si kambing lagi mau masa kawin, jadinya malah nyodorin lobangnya untuk ku tusuk.
Awalnya aku masukin terong sih.
Tapi melihat dia makin bernafsu, aku juga makin bernafsu. Akhirnya aku pake burung aja.
Induk ayam juga sering ku kentot dan crot di dalam.
(49) Biasanya aku akan menangkap induk ayam yang beranak bayi. Jadi induknya gampang di tangkap tanpa lari karna ingin melindungi anak²nya.
Bedanya, kalau dengan ayam, aku meng-gerak²kan tubuh si ayam maju mundur.
Kalau dengan kambing atau sapi,aku yang menggerakkan pinggul.
(50) Oya, kembali bahas Ayah ya.
Ayah termasuk kutu buku. Dia sering berkutat dengan buku² di meja.
Aku sering menjatuhkan penaku ke bawah kolong meja agar aku bisa mengintip sekangkangan Ayah.
Karna Ayah selalu sarungan di rumah.
Alhasil jendolannya pun bisa ku lihat.
(51) Ketika aku di bawah kolong meja, Ayah kebetulan meng-garuk² burungnya.
Bahkan sampai keluar batangnya dari samping karna di bolak balik sama Ayah.
Akupun sengaja ber-lama² di bawah meja untuk menikmati itu.
(52) Lalu setelah aku SMA, aku udah pernah hampir khilaf ke bapack tetangga yang ladangnya juga tetanggaan dengan ladang kami.
Waktu itu sore² kondisi di ladang sepi. Hanya ada aku dan dia.
Aku mendatangi dia dan ngobrol ini itu. Aku udah berniat meminta ngisap burungnya.
(53) Aku udah hampir nekat. Bahkan semuanya udah ku ancang².
Udah ku hafal kata² yang mau ku ucapkan dan bibirku udah siap² mengutarakannya.
Tapi mulutku gak sanggup mengungkapkannya.
Aku pun makin gemetaran.
Udah ku hitung 1,2,3... tapi "ya"-nya gak ada.
(54) Udah ber-kali² ku coba hitung dari satu, dan setelah hitungan ketiga, aku mau nyampaikan.
Tapi tetap gak bisa.
Bahkan pengen di hitungan ketiga, aku mau langsung meremas burungnya aja.
Biar dia melihat sendiri apa yang ku inginkan dari dia.
(55) Aku rasa cara itu lebih efektif.
Dan mungkin dia gak akan bisa menolak lagi.
Apalagi kalau aku langsung bersujud mengoleskan mukaku ke burungnya seraya berkata "ku isap ya Pak!"
Menurutku dia akan ngasih. Walau sempat menolak, tapi akhirnya ngasih juga. Itu pemikiranku.
(56) Tapi liver dan jantungku berkelahi di dalam. Yang satu bilang lakukan, yang satunya kagi bilang jangan lakukan.
Akhirnya aku memilih gak melakukan.
Hingga semuanya tinggal khayalan belaka tanpa pernah ku alami sendiri realitanya.
(57) Kalau ku pikir² sekarang, aku masih bersyukur.
Karna aku gak sempat nekat melakukan hal² bodoh itu semua.
Untunglah aku gak pernah berani melancarkan aksi²ku seperti yang udah ada di kepalaku itu.
Mungkin² bisa jadi aku akan malu seumur hidup.
(58) Karna yang ku ganggu adalah tetanggaku sendiri.
Kemana akan ku taruh mukaku ini kalau dia menceritakan ke semua orang di kampung.
Akan terkenal aku sebagai homo yang suka ngisap burung disana.
Orang tuaku pun akan sangat malu dan terhina, kalau itu sampai terjadi.
(59) Udah 2 orang bapack² yang hampir ku ganggu di ladang.
Sempat mereka gak mau, pasti aku akan malu jadinya.
Soalnya mereka bapack² straight.
Ada 1 lagi di sungai, tapi ini sungai irigasi ke sawah.
Aku mandi kesana waktu hari minggu.
Ada bapack² dari kota mandi disana.
(60) Dia adalah adik dari salah satu bapack² di desa kami yang kebetulan pulkam waktu itu.
Jujur, aku udah nyaris gak tahan lagi. Imanku nyaris runtuh melihat kegantengannya. Badannya putih dan burungnya putuh bersih.
Udah langsung mau ku emut tanpa permisi.
(61) Oya, ada seorang Pendeta yang baru di tempatkan di sebuah denominasi gereja di kampungku.
Dia datang minta ngambil bambu kami untuk bikin kandang ayam.
Aku pun menemaninya hingga ke ladang bambu.
Orangnya ganteng, putih bersih kayak bule, gak berkumis sih.
(62) Berbulu semua tangan dan pahanya.
Dia pun datang pake celana pendek yang sangat pendek.
Akupun horni melihatnya di ladang bambu.
Hampir aja ku setani Pendeta itu diladang itu.
Rencananya langsung ku dekap aja burungnya sambil berlutut.
Tapi untunglah gak ku lakukan!
(63) Sekarang aku bersyukur, gak sempat aku nekat melakukan hal² memalukan sewaktu di kampung.
Buah dari kesabaranku, akhirnya kini di rantau orang, aku bisa menikmat burung bapack² yang ganteng² dengan dasar suka sama suka.
Gak ada resiko bakal di permalukan!
(64) Walau terlalu lama dan tergolong telat, tapi itu lebih baik dari pada kesandung kasus² asusila yang sangat memalukan dan merendahkan derajat keluarga.
Khususnya ke Ayah, untunglah gak sempat ku lakukan.
Untunglah belum sempat kejadian.
Biar dosaku gak sebegitu besarnya.
(65) Kini aku bebas melakukannya dengan Ayah orang lain.
Menurutku dosanya gak sama dengan jika ku lakukan dengan Ayahku sendiri.
Teman², adakah dari kalian yang kisahnya mirip dengan kisahku ini?
Ada gak disini yang horni ke Ayah kandungnya juga dan ingin melakukannya?
(66) Atau bahkan mungkin disini ada yang memang benar² melakukannya dengan Ayahnya sendiri?
Ceritalah sobat. Dengan akun anonim, rasanya gak sulit mengakui itu.
Kurasa asik sih kalau bisa dengan Ayah sendiri.
Kurasa ya. Tapi untunglah gak usah itu ku alami.
(67) Tapi aku janji, benar² janji, dan akan ku pegang teguh janjiku ini.
Apabila aku nikah nanti dan punya anak laki².
Kalau seandainya dia harus homo juga, dan menyukaiku sebagai Ayahnya, dan meminta burungku di isapnya, aku gak akan kasih.
Akan ku tolak!
(68) Biarlah dia melakukannya dengan bapack² lain, dengan Ayah orang lain. Jangan dengan bapacknya sendiri.
Masih banyak bapack² yang bakal jadi pemuas dia kelak, tampa harus ke Ayahnya sendiri.
Itulah janjiku menghadapi kemungkinan terburuk dengan anakku kelak.
(69) Tapi kalau masih bisa aku memohon ke Tuhan, janganlah kiranya anak laki²ku kelak akan mewarisi karakter buruk dari aku, Ayahnya ini.
Tapi kalau memang harus mengikuti jejakku juga, biarlah ke orang lain.
Aku gak mau mendukung kerusakan anakku.
Apapun ceritanya!
(70) Siapa tau nanti anakku lebih berani dari aku. Langsung ngomong blak²an pengen ngisap burung Ayah katanya.
Itu pasti akan ku tolak!
Aku gak mau menanggung dosa yang lebih besar akibat ulah itu.
.
.
.
[Tamat]
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
1. Modusin Supir Truck Part 1 2. Modusin Supir Truck Part 2 3. Modusin Supir Truck Part 3 4. Ustadz Yang Tega 5. Main Dengan Polisi Di Ruangannya 6. Main Dengan Polisi Di Toilet Kantornya
7. Main Dengan Polisi Di Kost-an 8. Main Dengan Polisi Di Kost Temannya 9. Jumpain Polisi Ke Luar Daerah 10. Dokter Yang Profesional 11. Di Tangkap Warga Ciuman Di Toilet Plaza 12. Bertemu Polisi Saat Pergi Healing 13. Main Tiga Dengan Polisi 14. Main Dengan Kepsek SMA Di Kost
15. Main Dengan Dosen Di Semak 16. Main Dengan Guru SD Di Kebun 17. Main Dengan Guru SD Di Rumahnya 18. Main Dengan Pendeta Di Hotel Part 1 19. Main Dengan Pendeta Di Hotel Part 2 20. Main Dengan Pendeta Di Kost 21. Main Dengan Pendeta Di Rumah Kosong
(2) Postur Omku tinggi besar, berisi, kulit kuning langsat, kumis tebal, suara ngebass, tangannya penuh bulu lebat, kaki sampai paha juga, perut berbulu, tapi dada gak.
Aku bisa rasakan punya Omku pasti gede. Karna sering nampak ngejendol ketika duduk di sofa atau di lantai.
(3) Di rumah Omku selalu pakai celana pendek. Dan rata² yang ukurannya separoh paha. Jadi kelihatan terus bulu² pahanya.
Ada satu celananya yang sangat menggetarkan dadaku.
Celana motif bunga² yang sangat minim plus agak tipis.
Kalau itu dipakai aku jadi deg²an terus.
(1) Namaku Panca, pemuda 31 tahun yang masih melajang.
Ini pengalamanku modusin bapack² idamanku yang terinspirasi dari salah seorang pengguna Twitter.