AYAH PENYAYANG Profile picture
Jun 2 100 tweets 16 min read
𝐃𝐈 𝐋𝐄𝐂𝐄𝐇𝐊𝐀𝐍 𝐎𝐌 𝐒𝐄𝐍𝐃𝐈𝐑𝐈

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Aku lahir di kampung.
Waktu aku kuliah, aku nompang di rumah Bibi, adek perempuannya bapackku, di ibukota provinsi.

Omku, suami bibiku itu seorang polisi biasa berpangkat bripka.

#gambarhanyapemanis
(2) Postur Omku tinggi besar, berisi, kulit kuning langsat, kumis tebal, suara ngebass, tangannya penuh bulu lebat, kaki sampai paha juga, perut berbulu, tapi dada gak.

Aku bisa rasakan punya Omku pasti gede. Karna sering nampak ngejendol ketika duduk di sofa atau di lantai.
(3) Di rumah Omku selalu pakai celana pendek. Dan rata² yang ukurannya separoh paha. Jadi kelihatan terus bulu² pahanya.

Ada satu celananya yang sangat menggetarkan dadaku.
Celana motif bunga² yang sangat minim plus agak tipis.
Kalau itu dipakai aku jadi deg²an terus.
(4) Jujur udah lama aku mengkhayalkan Omku. Tapi aku sadar itu gak mungkin bisa ku dapatkan, karna dia Omku.

Lagian aku juga gak akan berani mengganggu dia. Kalau ku ganggu pasti aku di gampar dan terancam di lapor ke bibiku dan juga ke ortuku di kampung.
(5) Umur Omku ketika itu 53 tahun. Sedang eloklah istilah orang kita Minang.

Ada yang aneh menurutku, hampir tiap malam setelah mereka tidur di kamar, bibiku selalu keluar kamar dan buang² dahak di kamar mandi.
Terdengar guyuran air beberapa kali.
(6) Kayaknya mereka main terus tiap hari.

Kebetulan tanteku ada penyakit asma. Katanya dia gak tahan dingin. Kalau habis nyuci kain, dia langsung kumat. Makanya di kamarnya juga gak di pasang AC.

Tapi 2 jam setelah tidur kok selalu masuk kamar mandi dan cuci². Ngapain?
(7) Kebetulan aku tidurnya di ruang tamu yang udah di sekat dengan lemari.
Jadi aku tau betul bibiku keluar masuk kamar tengah² malam

Setiap tidur, bibiku pasti ganti kostum dengan mengenakan kimono.

Tapi Omku gak pernah keluar kamar sama sekali.
(8) Dan Omku kalau tidur pakai celana pendek yang tadi plus singlet.
Dia gak suka pake² sarung kayak bapack² di kampung.

Aku yakin Omku straight. Apalagi dulu pernah ada kasusnya mau nikah dengan suku asli di perantauan itu.
Sampai² dia di sunat agar langsung di nikahkan.
(9) Dalam keseharian, aku gak berani memandangi jendolan Omku ber-lama². Takut ketauan sama dia dan aku di anggap kayak gak normal.

Aku hanya curi² pandang aja ketika misalnya dia menunduk atau melihat ke samping.

Kalau pas tatapan mata, aku gak berani lihat anunya.
(10) Meskipun ku akui, pernah juga sesekali mataku menyapu ke arah selangkangannya ketika dia melihatku.

Spontan akupun melihat ke arahnya dan akhirnya mata kami beradu.
Disitulah aku jadi tengsin.

Aku berharap jangan sampai dia mikir yang aneh² terhadapku.
(11) Di rumah Omku sering garuk² selangkangan dari sebelah kiri kaki celana pendeknya.

Memang bukan di depanku, tapi ketika misalnya dia nonton TV di bagian dalam ruang tamu, yang jadi tempat tidurku kalau malam.

Sedangkan aku duduk di sofa, yaitu di bagian luar ruang tamu.
(12) Pas aku jalan ke kamar mandi, dengan santainya tangannya masih di biarkan di dalam celananya meng-garuk².

Dia gak segan dan langsung mengeluarkannya.

Sedang matanya tetap fokus ke layar kaca.

Disitulah kadang² aku merasa horni sendiri dan jadi meng-khayal² tentang dia.
(13) Kalau rumah sedang rame kedatangan tamu, misalnya anak²nya pulang kuliah dari provinsi lain, anak²nya gabung tidur dengan bibiku di kamar.

Sedang Omku akan tidur di ruang tamu, sampingku.

Disitulah aku gak bisa tidur.
Kepikiran terus ke dia. Aku sering² me-lihat² dia.
(14) Apalagi dia tidur gak pake singlet. Jadi nampak jelas dada besarnya, perutnya, atau bagian pinggangnya di mataku.

Aku juga gak bisa tenang mandangi bulu² pahanya, dan juga jendolannya di balik celana pendeknya.

Hampir aja ku grepe² dengan harapan jangan di rasakannya.
(15) Pernah satu malam, ketika aku terbangun, aku melihat wajahku udah dekat sekali dengan anunya.

Saking dekatnya, sampai² wajahku sampai nyentuh kain celananya.

Karna aku tidur agak lasak, sehingga tubuhku bisa merosot ke bawah hingga wajahku sejajar dengan anunya.
(16) Ketika itu aku terbelalak dan langsung ngos²an.
Bisa wajah sedekat itu merupakan sesuatu yang langka bagiku.

Aku pun takut dia terbangun dan mengira aku sengaja hendak mengisap burungnya.

Aku menggeser wajahku menjauh. Lalu ku amati wajahnya, ternyata tidur lelap.
(17) Setelah peristiwa itu, aku gak bisa tidur lagi.
Aku hanya rebah dengan mata dipaksa tertutup, tapi otakku menjelajah ke-mana².

Udah pengen grepe tapi aku benar² takut melakukannya.

Untuk sekedar letakin tangan aja di atas perut atau jendolannya gak berani.
(18) Satu jam berlalu pikiranku terus berkecamuk. Aku gelisah dan bolak balik pipis ke kamar mandi.

Ku paksa pejamkan mata tapi gak bisa.

Akhirnya akupun memberanikan meletakkan tanganku di pusatnya ketika Omku tidur telentang.

Ku rasakan gerakan perutnya yang kembang kempis.
(19) Aku memang gak berani menggerakkan tanganku. Aku hanya meletakkannya dengan diam.

Sontak tanganku langsung gemetaran sendiri saking takutnya.

Getaran itu mengguncang seluruh tubuhku.
Aku takut getaran itu membangunkannya dari tidur.

Aku langsung menarik tangan itu.
(20) Lalu sebentar lagi aku beranikan diri meletakkan tanganku di jendolannya.

Aduh, ini lebih gila lagi getarannya.
Aku langsung menggigil ketika tanganku bersentuhan dengan anunya Omku.

Aku tersentak kaget ketika dia bergerak dan tidur nyamping membelakangi aku.
(21) Bersamaan dengan itu aku langsung menarik tanganku. Karna aku kira dia sedang terjaga.

Lalu akupun memandangi punggung kekarnya hingga pinggulnya.

Mataku terhenti di pinggangnya memandangi parit² pantatnya atau belahan pantatnya yang nampak menyembul keluar separoh.
(22) Belahan pantat Omku teramat mulus dan bersih. Tapi bulu²nya.
Karet celananya memang sangat melorot.

Apalagi Om ku pakai CD juga agak jauh ke bawah.
Itulah makanya belahan pantatnya bisa nampak begitu banyak.

Dan CD Omku juga CD legend khas bapack², Hing's putih klasik.
(23) Biasanya, bisa melihat karet² CD-nya aja aku udah horni. Yang mana itu sering nampak dari bekakang dan samping.

Eh, ini malah belahan pantatnya yang jelas terlihat.

Jujur, melihat belahan pantat Omku adalah makanan se-hari²ku. Tapi bukan waktu tidur, melainkan pas duduk.
(24) Karna Om ku tipikal orang yang kalau duduk lesehan, belahan pantatnya akan tumpah keluar.

Karet celananya akan jauh merosot ke bawah.

Bahkan ketika pakai celana dinasnya yang coklat juga, gayanya seperti itu. Tapi bedanya tertutup oleh bajunya yang di masukkan ke dalam.
(25) Kalau Omku mandi, dia udah buka baju dari kamar. Dia handukan aja ke kamar mandi.

Begitu juga selesai mandi, dia handukan. Di kamar tidur baru pasang baju.

Aku udah lama pengen intip dia mandi. Tapi belum ada kesempatan emas.
Karna kondisi rumah yang begitu.
(26) Tapi di dinding antara ruang nonton TV dengan kamar mandi, ada kaca. Tapi agak tinggi.

Kalau seandainya aku naik ke kursi, aku akan bisa melihat ke kamar mandi.

Aku udah berencana jauh² hari mau intip Omku dari situ. Tapi pas ruang tamu sepi aja.

Dan itupun kejadian.
(27) Sore itu bibiku belum pulang dari pasar. Aku dan Omku di rumah. Lalu dia mandi.

Akupun memberanikan diri mengintipnya dari kaca tadi.
Kaca itu cukup besar, ukuran 20x40.

Jadi harus ekstra hati² ngintipnya. Jangan sampai dia duluan yang lihat kepalaku nongol.
(28) Pertama kali menaikkan kepalaku, yang kulihat adalah belahan pantat Omku ketika dia berdiri membelakangiku.

Aku pengen dia menghadap ke aku, tapi pasti dia melihatku.
Akupun menepian mukaku ke pinggir agar gak jelas kali wajahku menempel di kaca.

Lalu Omku pun ber-gerak².
(29) Dia berdiri menyamping dan terlihatlah batangnya yang panjang besar menjuntai ke bawah.

Nafasku hampir berhenti. Badanku berguncang hebat.

Lalu Omku melihat ke bawah ke burungnya, di garuknya bagian bawah batangnya, lalu bijinya, dan di usap²nya jembutnya.
(30) Sesekali dia menunduk menunggingiku.

Terlihatlah belahan pantatnya terbuka. Lebat sekali bulu² di sekitar lobangnya.

Om ku pun mengguyur air ke badannya ber-kali².

Kini badannya udah basah semua. Lalu dia meraih sabun batangan dan mulai menyabuni tubuhnya.
(31) Di sabuninya terus burungnya sampai gak jelas lagi terlihat olehku. Busa sabun udah melimpah menutupi tubuhnya yang seksi.

Dia pun mengguyur air ke kepalanya menyapu semua busa itu.
Aku bisa melihat burung Om ku yang sunat karna kasusnya yang dulu.
(31) Dia kembali meng-gosok² tubuhnya dan juga burungnya.

Lalu tanpa ku duga² dia langsung melihatku di kaca.
Aku telat beberapa detik menjauhkan wajahku dari kaca.

Dia sempat memergokiku sedang mengintipnya.
Aku sangat kaget dan takut.
Terasa wajahku sangat panas dan gemetar.
(32) Yang sempat kulihat, wajahnya juga kaget melihatku.

"Ngapain disitu?"

Ku dengar suaranya berseru dari kamar mandi.

Aku gak menyahut. Aku udah gak tau apa yang akan terjadi.

Pasti dia akan cerita ke bibiku. Aku pasti di usir dari rumah mereka.
Orang tuaku juga akan tau.
(33) Aku sangat malu waktu itu.

Omku pun keluar kamar mandi dan mendapati ku sedang duduk di sofa depan.

Dia berhenti sejenak di depan pintu kamarnya.
Aku tau dia memandangiku meskipun aku gak berani melihatnya.

Gak ada kata² yang keluar dari mulutnya.
Dia pun masuk kamar.
(34) Bibiku pun datang dari pasar. Pikiranku udah kacau, kepikiran terus dengan yang tadi.

Aku udah nunggu² ketika bibiku akan menatarku.
Tapi sampai malam tiba, gak terlihat perubahan bibi ke aku.

Apa Om belum cerita ya, pikirku.

Lalu ketika makan malam, aku banyak terdiam.
(35) Aku benar² malu melihat Omku. Dia sering memandangiku.

Aku gak tau apa arti pandangan itu.
Aku menanggapinya sebagai pandangan marah.

Aku benar² merasa bersalah. Pengen minta maaf secara 4 mata agar dia jangan menceritakan ke bibiku.

Tapi kapan? Gak ada waktu ber-dua²an.
(36) Harusnya tadi waktu bibi belum pulang, aku langsung minta maaf ketika dia keluar kamar mandi.

Kalau besok, belum tentu bisa. Karna emang gak pernah kok kami ber-dua²an.

Lagian kalau besok, bisa² gak ada gunanya lagi, karna udah terlanjur di ceritakan ke bibi.

Aduh!
(37) Tapi sehari dua hari berlalu, nampaknya bibiku belum tau soal itu.
Tapi tiap hari serasa horor bagiku.

Omku pun gak menampakkan marah di wajahnya. Namun dia tetap seperti semula, jarang ngomong samaku.

Dia sih baik dari dulu, tapi jarang ngomong. Apalagi ber-gurau².
(38) Seminggu berlalu, gak ada apa² yang terjadi. Bibiku ke pasar lagi, tapi Omku belum pulang dinas.
Aku di suruh jaga rumah.

5 menit kemudian Omku tiba, dia nanya bibi dimana, ku jawab lagi belanja ke pasar.

Lalu Omku langsung mandi. Aku gak berani lagi ngintip dia.
(39) Ketika dia tengah mandi, dia me-manggil²ku. Suruh di ambilkan odol dari atas kulkas.

Aku pun mengetuk pintu dan di bukakan. Kulihat Omku berdiri tegak dibalut handuk.
Dia gak langsung ngambil odol dari tanganku.

"Udah mandi?", tanyanya.

"Belum, Om!", jawabku.
(40) "Kenapa belum mandi. Ngapain aja dari tadi?", tanyanya.

"Iya nantilah, Om!", jawabku.

"Kenapa kemarin tuh?", tanyanya.

Aku diam.

"Kamu kemarin ngintip Om kan?", tanyanya.

Aku pun menunduk gak menjawab.

"Kenapa bisa ngintip Om? Coba jawab dulu.", ucapnya lagi.
(41) "Kamu... suka sama.... Om, ya..?", tanyanya dengan putus² pakai jeda.

Aku pun gak mau jawab.

"Jawablah. Gak usah takut.

Om gak marah.

Om cuma heran aja kok kamu intip Om.

Padahal Om laki² juga kayak kamu.",

ucapnya.
(42) "Om belum ceritain ke bibimu.

Kalau Om ceritain kurasa dia marah samamu.", ucapnya.

"Jawablah Om. Biar Om tau alasan kamu ngintip Om!", ucapnya lagi.

"Iya? Kamu suka sama Om, ya?", tanyanya.

"Jawablah, bibimu datang pula nanti!", ucapnya.
(43) "Iya, Om! Maafkan aku Om, aku khilaf.
Aku tau itu salah dan gak pantas ku lakukan.", ucapku dengan menunduk.

Lalu dia menerima odol itu dari tanganku.

"Iya, Om maafin kamu. Tenang aja. Om gak akan ceritakan ke bibi kamu.", ucapnya.

Lalu terdengar suara bibi di depan.
(44) Aku pun buru² ke depan, dan Om ku langsung nutup pintu.
Itulah untuk hari itu.

Seminggu lagi kejadian yang sama terulang lagi.

Ketika bibi baru berangkat ke pasar, Om baru tiba.

Dia langsung ganti seragamnya dan langsung keluar kamar handukan.
(45) "Om mandi dulu ya!", ucapnya.

Gak biasanya dia bilang gitu.

"Itu apa tuh?", tanyanya sambil menunjuk kaca tempat aku mengintipnya kemarin².

Aku merasa kayak ada maunya Omku, tapi aku takut salah menerjemahkannya.

Makanya aku milih diam aja dari pada salah pengertian.
(46) "Mau ngintip Om lagi?", tanyanya.

"Gak, Om!", jawabku.

Lalu dia mendekat ke aku dan menepuk bahuku.

"Om tau kamu suka dengan Om. Tapi kamu takut mengutarakannya.", ucapnya.

Aku pun di buat kbebingungan dengan kata² itu.

"Om mau aja bantu kamu!", tambahnya.
(47) Gak ada jawaban dari mulutku.

"Kamu mau, biar Om kasih?", ucapnya.

Dia terus memandangi wajahku tapi aku malah menunduk terus.

Lalu di raihnya tangan kananku dan di sentuhkannya ke burungnya yang berbalut handuk.

Gak ada reaksiku ketika menyentuh burungnya.
(48) Tapi jujur aja waktu itu aku udah bagai kesentrum arus listrik.

"Peganglah!", ucapnya.

Tapi aku gak berani me-ngapa²kannya. Tanganku posisi ngepal waktu itu.

Dia terus menggesekkan tanganku di burungnya.

"Peganglah. Nanti bibimu datang.
Remaslah sesukamu!", ucapnya.
(49) Waduh, waktu nulis ini aku jadi ngaceng sekarang, sobat.

Teringat kisah itu, jadi saat menuangnya ke tulisan ini aku jadi horni sendiri.

------

Lalu Omku menasukkan tanganku ke dalam handuknya.
Alhasil tanganku pun bersentuhan langsung ke burungnya.

Astaga naga... 😱
(50) Dia terus menggesekkan tanganku disana.

Kurasakan kelembutan burungnya yang memang sangat besar itu.

Lalu dia pun menjatuhkan handuknya ke lantai.

"Lihatlah... kocoklah punya Om!", rayunya.

Aku menatap wajah Omku perlahan, dan mata kami bertemu.
(51) Lalu dia memberikan isyarat dengan menganggukkan kepalanya, seperti mempersilakanku mengeksplor burungnya.

Lalu aku pun akhirnya memberanikan diri melihat burung Omku.

Aku menggigil hebat karna gak sanggup melihat keperkasaannya.

Udah besar, panjang, bersih, dan tegas!
(52) Ku remas² dan ku kocok burung Omku tipis². Kondisinya memang belum hidup.

Jujur aku udah gak tahan pengen segera nyepong.

Walau aku belum pernah nyepong sebelumnya.

Tapi aku kayak di tuntun agar nyepong Omku segera.

Aku bisa memastikan kulub Omku memang udah hilang.
(53) Tapi justru karna Omku gak uncut lagi, aku makin horni.

Pertama kali memegangi burung yang sunat.

Selama ini aku baru cuma melihat burungku sendiri yang nota bene uncut ini.

Lalu aku pun membungkukkan badan, ku isap burung Omku.
Walau pertama kali, aku langsung pandai.
(53) Ku jilat kepalanya, batangnya, dan telornya. Lalu ku isap batangnya sampai pangkal.
Kondisinya masih mati.

Tapi hitungan detik sejak ku siap, burung Omku langsung hidup.
Begitu besarnya.

Ku taksir sekitar 4 cm lah diameternya.
Kalau panjangnya ada 20 cm. Kokoh lagi!
(54) Om ku pun segera ambil posisi duduk di kursi meja makan.

Dia melebarkan pahanya dan aku bersujud mengisapinya.
Ku raba juga kedua puting susunya yang tebal itu.

Walau pertama kali nyepong, aku bisa pastikan akan sanggup nelan sperma Omku. Karna dia sempurna di mataku.
(55) "Enak nih sambil rebahan!", ucap Omku.

Lalu dia bangkit dari tempat duduknya melangkah ke ruang TV.

Baru aja dia rebahan dan aku belum isap, terdengar suara bibiku ngomong kuat² dengan tetangga sebelah.

"Bibimu datang!", ucapnya.
(56) Sontak kami pun kaget dan membubarkan diri.

Om langsung ter-birit² ke kamar mandi dan aku langsung ke arah pintu depan.

Itulah untuk hari itu.

Pasca kejadian itu, gak ada lagi beban di pikiranku.
Aku tau Omku ada di pihakku.
Tapi itu gak lantas bikin aku sok akrab ke dia.
(57) Aku tetap biasa² aja, tetap merasa segan² dan diam².

Begitu juga Om ku, di depan bibi dia tetap biasa aja dan banyak diam ke aku.

Pas aku mandi, aku lampiaskan semuanya dengan ngocok.

Ku bayangin aku lagi ngisap burung Omku. Akupun cepat kali nembaknya.
(58) Seminggu berlalu, bibi ke pasar agak cepatan, sehingga dia udah dirumah ketika Om pulang dinas.

Akhirnya kami pun gak punya kesempatan.

Lalu besoknya pulang dinas, Om mengajakku menemaninya menjemput bibit durian montong ke sebuah desa.
(59) "Kau dirumah aja ya, Ma!", ucapnya ke bibi.

"Iya, Pa. Pergilah kalian!", ucap bibi.

Kamipun berangkat.

Di mobil, Omku udah naruh tangan ku ke burungnya.

Akhirnya akupun pegang² dan ku keluarkan batangnya.

Lalu ku kocok² dan ku sepong sampai hidup di mulutku.
(60) Om bawa mobilnya sengaja lambat² kayak entok.

Lalu akhirnya di jalan lintas nan sepi, kamipun berhenti.
Kiri kanan hanya semak belukar.

Disitulah Om nurunin celana dinasnya hingga ke bawah lutut.

Lalu dia menurunkan joknya hingga dia bisa rebahan.
Akupun ngisapin Omku.
(61) Ngisap Omku adalah pertama kali dalam sejarah kelam hidupku.

Kini aku udah menorehkan catatan yang gak bisa terhapus sebagai homo pendatang baru di dunia ini.

Om ku benar² menikmati isapan keponakannya ini.
Dia melebarkan pahanya agar aku bisa leluasa menjilati bijinya.
(62) Ketika mengisapnya, ada perasaan bangga, senang, bahagia, menang, beruntung, dan hebat di diriku.

Namun perasaan itu juga di barengi perasaan bersalah, berdosa, malu, tercemar, di lecehkan, ternodai, dan ternistakan.

Namun itu gak menghentikanku untuk mengisap Omku.
(63) Aku juga teringat akan bibiku dirumah. Aku merasa jahat dan tega menghianatinya.

Lalu melintas wajah² sepupuku, anak²nya.

Terlintas juga wajah kedua orangtuaku, se-akan² mereka sedang menyaksikan anaknya melakukan hal yang gak benar, ke Om sendiri pula.
(64) Tapi erangan yang keluar dari mulut Om ku tiba² membuat pikiranku ke arah itu langsung buyar.

Seketika pikiran itu hilang.

Aku makin horni mendengar suara ngebass Omku yang men-desah² dan sesekali berkata enak.

"Ambil tisu itu, itu tisu ambil!", ujar Omku.
(65) Aku segera meraih tissue daru dashboard, lalu memberikannya ke Omku.

"Peganglah, untuk nampung airnya nanti. Om udah mau keluar.", serunya.

"Jangan tumpahin di mobil ya, tampung ke tissue.", suruhnya.

Lalu dia pun meng-goyang² pinggulnya juga.

"Ahhh...auh....hh....!"
(66) Akhirnya sperma Omku menyembur di rongga mulut keponakannya.

Sperma itu terasa sangat banyak dan lengket.

Aku pun merem melek menikmati sensasi semburannya.

Tanpa ragu dan jijik aku menelan sperma itu. Lalu ku lanjut isap terus batangnya yang masih me-ronta².
(67) Omku heran melihatku gak ada memuntahkan spermanya ke tissue yang ku genggam di tangan kiri.

Dia melihat aku masih santuy mengisap batangnya.

Aku pun mengeluarkan batangnya dari mulutku. Aku mengamati proses keluarnya sperma terakhir²nya.
Masih aja menetes dari dalam.
(68) Ku biarin laharnya meleleh dari lobangnya ke batangnya hingga ke jembutnya.

Sesekali batangnya berontak dan meng-hentak² ketika ku genggam. Disusul erupsi yang masih aja berlanjut walau makin sedikit.

Lalu ku jilat sperma yang lumer di batangnya itu. Ku jilat dan ku telan.
(69) "Kamu telan ya punya Om?", tanyanya.

"Iya, Om.", ucapku.

"Wah... hebat kamu ya. Gak jijik nelan itu.", ucapnya.

"Apa rasanya?", tanyanya.

"Enak, Om!", ucapku.

Kami pun pergi melanjutkan perjalanan jemput bibit durian montong.
(70) Di perjalanan pulang, kami mampir minum kelapa muda.

Sampai di rumah, bibi udah sediakan 2 butir telor bebek rebus separoh matang untuk si Om.

Memang itu fenomena yang bisa ku lihat tiap hari.
Hampir tiap hari bibi rebusin telor bebek untuk Om sendiri.
(71) Jadi sejak itu, aku jadi sering di suruh isap sama Om.

Memang gak sering² amat. Kadang dua minggu sekali, kadang 3 minggu sekali, kadang sebulan sekali.

Tapi itu udah rutin selama aku tinggal di rumahnya.

Perbuatan itupun kami kunci rapat² agar bibi gak tau.
(72) Jujur, aku mengakui, aku sangat puas mengisap burung Omku.

Dan ukurannya yang super jumbo membuatku harus kelimpungan mengisapnya.

Gak pernah bisa ku isap sampai pangkal. Bayanginlah 20 cm, bro.

Setiap ngisap pasti ku telan. Gak pernah ku buang terbuang sia².
(73) Tapi sejauh kami melakukan skandal itu, Om ku gak pernah meng-grepe² tubuhku.

Dia gak berminat ke aku.
Dia hanya mau di isapin sampai crot.

Dia juga gak pernah minta ngefuck lobangku.
Yang waktu itu aku juga belum tau ada ada istilah di fuck atau ngefuck.
(74) Tapi Om ku pernah juga nanya apa aku pengen crot juga.

Dia bertanya apa aku puas hanya ngisap tanpa crot.

Itu sebagai bentuk atensi dia untuk ponaannya yang udah lama di pakainya.

"Kalau mau nembak kocoklah sendiri ya!", ucapnya.
(75) Awalnya aku malu nunjukin burungku di depan Omku.

Makanya sekian lama kami gituan, aku seringan gak pernah buka celana. Nanti aja pas mandi aku kocok.

Malu aja aku Omku melihat burungku yang kecil, yang hanya sepanjang 10 cm hidupnya.

Tapi rasa malu itu lama² hilang juga.
(76) Lama² aku jadi masa bodoh juga bukain celanaku dan ngocok sendiri sambil emut Omku.

"Kecil ya punyamu!", komentar itupun pernah keluar dari mulut Om ku.

"Iya, Om. Gimana biar bisa besar gini?", tanyaku.

"Gak bisa. Itu dari sananya!", ucapnya.
(77) "Om, pindahinlah ini ke aku.", ucapku.

"Haha!"

Omku hanya ketawa mendengar ucapanku.

Akupun bahagia jadi budak seks Om ku sendiri.

Tapi aku gak merasa di perbudak!
Aku merasa memang membutuhkan itu!
(78) Cuma kalau lagi tersadarkan, aku juga ada rasa sedih melihat diriku sendiri.

Dengan bodohnya mau²nya aku jadi budak seks Om sendiri.

Kalau itu orang lain gak papa, ini Om sendiri.

Makanya kalau ingat kejadian pertama, aku kadang merasa sedang di lecehkan Omku sendiri.
(79) Sesuai judul thread diatas, aku terkadang merasa Om ku terlalu jahat dan tega mau memperalat ponaannya sendiri.

Taruhlah awalnya memang karna ulahku sendiri juga, yaitu mengintipnya mandi, lalu ketahuan.

Tapi apakah itu lantas menjadi alasan untuk memperbudakku dalam seks?
(80) Aku sadar, karna ketahuan mengintip itu, Om ku jadi mengklaim ponaannya ini seorang homo.

Gak mungkin mengintipnya kalau gak homo.

Lalu dia pun memanfaatkan situasi untuk membuatku jadi budak seksnya.

Entah karna unsur kasian atau apa, aku juga gak tau.
(81) Kalau kami lagi makan bersama, pikiranku sering kebayang dengan apa yang ku lakukan dengan Om.

Itu spontan menimbulkan rasa bersalah di diri aku.

Apalagi ketika kedua orang tuaku datang dari kampung ke rumah bibi.
Kami kumpul penuh canda tawa, tiba² pikiran itu terlintas.
(82) Aku merasa udah gak benar sebagai laki². Dan aku merasa seperti udah gagal jadi anak buat orang tuaku.

Mereka gak tau aku udah jadi budak seks buat Omku sendiri, adik ipar dari Ayahku sendiri.

Tapi ini kisah masa lalu. Tepatnya 20 tahun yang lalu.
(83) Sekarang Om ku udah tiada.

Hampir 5 tahun aku tinggal di rumahnya. Dan 4 tahun lebih aku jadi budak seksnya.

Sekarang anakku udah 2, sepasang!
Namun aku masih tetap ngegay dengan bapack² yang ku sukai.

Kisah dengan Omku merupakan titik awal karirku di dunia perhomoan.
(84) Walaupun sekarang aku udah banyak makan garam dengan bapack², tapi kenangan dengan Omku menjadi kenangan terindah sepanjang hidupku.

Itu menjadi start awal bagiku untuk menapaki dunia perbelokan ini.

Tapi bukan Omku yang merusakku menjadi seorang biseks.
(85) Aku memang udah ada bibit² belok dari sananya.

Jadi tanpa di ganggu Omku aku juga pasti akan jadi biseks juga.

Setelah aku lulus kuliah dan pindah dari rumah bibi, gak pernah lagi aku melakukannya dengan Om.

Bukan bertobat, tapi gak ada kesempatan aja.
(86) Aku dan Om juga jadi lebih terbuka bicara hal² yang tabu.

Dia pernah nanya apa aku udah "jadi" sekarang.

Aku pun tanpa sungkan mengakui, aku udah jadi seorang biseks yang aktif nyari bapack² seumuran Omku.

Aku blak²an aja bilang, aku udah ciuman dengan bapack².
(87) Burungku juga di isap sama mereka.
Aku juga udah ngefuck lobang bapack².

Bahkan yang paling tinggi, lobangku di rimming mereka.

"Kamu juga rimming mereka?", tanya Om waktu itu.

"Gaklah, Om. Aku gak mau. Aku jijik.!", ucapku.

Tapi aku boong.
(88) Sejatinya aku juga udah sering merimming bapack² seleraku.
Tapi kalau yang kureng, aku gak sanggup!

Jujur, aku pernah ajak Omku, dia juga masih mau, tapi gak ada waktu.

Maklum dia udah pensiun, jadi sekarang ngurus kebun aja lagi.

Ke kebun bukannya pernah pergi sendiri.
(89) Dia pasti bareng bibi.

Lagian waktuku juga gak bisa banyak.
Aku kerja di sebuah perusahaan BUMN.

Jadi payah mencocokkan waktu di antara kami berdua.

Apalagi sekarang, orang itu gak tinggal di ibukota provinsi lagi, udah di ibukota kabupaten.

Mereka fokus berkebun.
(90) Sedangkan aku stay di ibukota provinsi. Butuh waktu 4 jam dari tempatku ke tempat mereka.

Jujur, pengen sih bernostalgia. Pengen ku eksplor tubuh Omku seluruhnya.

Karna dulu cuma burungnya aja yang ku isap. Yang lain²nya gak pernah ku apa²in.
(91) Aku pengen netek ke Omku, aku pengen rimming dia, dan ingin gesekin burungku di selangkangannya sampai crot.

Aku pengen nyium² pipi Omku, nyentuhin bibirku ke kumis tebalnya.

Walaupun dia gak mau lama² dan gak mau bercumbu, aku pengen sekedar nempelin sebentar.
(92) Itulah yang belum kesampaian ku lakukan.
Itulah yang ku sesali kini.

Karna Omku udah tiada, semuanya pun gagal terlaksana.

Waktu Omku meninggal, aku sedih sekali.

Pengen rasanya ku potong burungnya dan ku simpan² sebagai kenang²an.
(93) Karna sayang sekali rasanya kalau itu harus membusuk dan menjadi tanah.

Pengen ku awetkan di kulkas, meskipun itu hil yang mustahal ku lakukan.

Di kulkas mana coba. Aku aja udah berkeluarga.

Teman² ada yang mengalami hal yang mirip kesini ke salah satu anggota keluarga?
(94) Menurut teman², apakah Omku udah tergolong jahat dan tega memperalat ponaannya sendiri, walau dia tau ponaanya sendiri suka ke dia?

Karna jujur, walau aku suka ke Omku itu, aku gak bakal mau mengganggunya.

Aku cuma mau intip² gitu aja secara diam² tanpa mau melakukan.
(95) Aku sadar dia suami dari adik bapackku. Jadi itu pantanglah dan pasti dosa.

Awalnya aku cuma sebatas mengagumi secara diam², mengkhayalkan sambil coli.

Eh, dianya langsung mempersilakanku mengisap burungnya sampai berlanjut ber-tahun².

Ya, imanku pun runtuhlah!
(96) Kurasa banyak dari teman² pembaca yang mengalami hal yang sama.

Artinya pernah memendam suka ke Om sendiri. Tapi cukup di pendam aja, gak di lakukan.

Benar² gak mau merayunya. Sebatas dikagumi diam² aja.

Akupun maunya begitu bro.
Gak nyangka aja dia yang memulai.
(97) Aku juga merupakan manusia yang tau norma adat dan agama.
Kalau keluarga sendiri gak usah di ganggulah.

Tapi ini ceritanya lain, aku yang di ganggu.

Ya gak bisalah aku menepisnya lagi.
Akupun terlena dalam pelukan dosa itu.
Aku terjatuh dalam jurang dosa yang dalam.
(98) Sesuatu jalan hidup yang gak pernah sepenuhnya ku sesali.

Aku yang memilih jalan ini, jalan yang rusak dan salah.

Tapi aku masih terus menjajakinya, tanpa tau kapan aku kembali.
.
.
.

[Selesai]

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with AYAH PENYAYANG

AYAH PENYAYANG Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @ayahpenyayang

Jun 2
𝐃𝐀𝐅𝐓𝐀𝐑 𝐓𝐇𝐑𝐄𝐀𝐃 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐀𝐊𝐀𝐍 𝐒𝐄𝐆𝐄𝐑𝐀 𝐑𝐈𝐋𝐈𝐒 :

1. Modusin Supir Truck Part 1
2. Modusin Supir Truck Part 2
3. Modusin Supir Truck Part 3
4. Ustadz Yang Tega
5. Main Dengan Polisi Di Ruangannya
6. Main Dengan Polisi Di Toilet Kantornya Image
7. Main Dengan Polisi Di Kost-an
8. Main Dengan Polisi Di Kost Temannya
9. Jumpain Polisi Ke Luar Daerah
10. Dokter Yang Profesional
11. Di Tangkap Warga Ciuman Di Toilet Plaza
12. Bertemu Polisi Saat Pergi Healing
13. Main Tiga Dengan Polisi
14. Main Dengan Kepsek SMA Di Kost
15. Main Dengan Dosen Di Semak
16. Main Dengan Guru SD Di Kebun
17. Main Dengan Guru SD Di Rumahnya
18. Main Dengan Pendeta Di Hotel Part 1
19. Main Dengan Pendeta Di Hotel Part 2
20. Main Dengan Pendeta Di Kost
21. Main Dengan Pendeta Di Rumah Kosong
Read 12 tweets
Jun 2
𝐍𝐆𝐄𝐑𝐉𝐀𝐈𝐍 𝐎𝐑𝐀𝐍𝐆 𝐌𝐀𝐁𝐔𝐊

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Waktu itu jam 02.⁰⁰ WIB aku melintas di sebuah jalanan.

Ku lihat bapack² berjalan sempoyongan.

Ketika mau papasan, tercium aroma alkohol yang menyengat dari mulutnya.
.
.

#gambarhanyapemanis Image
(2) Aku pun niat nolongin. Ku mundurkan motorku dan ku sapa dia.

Gak ada respon darinya. Dia terus berusaha berjalan ke depan.
Bahkan di lihatpun aku gak.

Aku turun dari motorku dan ku raih tangannya.

"Hati² Pak!", ucapku memapahnya.

Lalu dia akhirnya ambruk.
(3) Aku berusaha sekuat tenaga menahannya agar gak imutan ambruk dengan dia.

Aku meng-usap² dadanya, punggungnya, pantatnya, dan pahanya hampir kena ke burungnya.

Sesekali ku pencet kepalanya dan ku usap² wajah serta pipinya.

Aku pun gak sanggup memapahnya.
Read 58 tweets
Jun 1
𝐀𝐊𝐔 𝐒𝐄𝐑𝐈𝐍𝐆 𝐌𝐄𝐍𝐆𝐈𝐍𝐓𝐈𝐏 𝐀𝐘𝐀𝐇𝐊𝐔

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Adakah kalian sebodoh dan sejahat aku?

Aku sering mengintip Ayahku mandi, tidur, dan kencing.

Anak macam apa sih aku ini, suka ke Ayah sendiri?
Masih wajarkah atau udah keterlaluan? Image
(2) Aku memang mengidap rasa suka ke bapack² sejak dini.

Tapi kondisi di kampung gak mendukung penyimpangan ini langsung berkembang di diriku.

Maklumlah kampung aku masih kolot, jauh dari kemajuan.
Dan kisah ini merupakan kisah di tahun 1995 yang lalu.
(3) Jujur waktu itu aku belum tau sedikit pun tentang dunia homo.
Tapi aku suka aja lihat bapack² ganteng dan mengkhayalkannya.

Di kampung aku sering melihat burung bapack² waktu mandi.
Karna kami mandi ramai² di sungai berbatu atau di pancuran yang airnya berasal dari bebatuan.
Read 70 tweets
Jun 1
𝐀𝐊𝐔 𝐌𝐄𝐍𝐘𝐄𝐒𝐀𝐋 𝐌𝐄𝐍𝐔𝐑𝐔𝐓𝐈 𝐍𝐀𝐅𝐒𝐔 𝐀𝐍𝐀𝐊𝐊𝐔

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Umurku saat ini udah 78 th.
Anakku ada 3 orang, 2 perempuan 1 laki².
Yang laki² belum nikah² sampai saat ini. Padahal umurnya udah 43 th.

#gambarhanyapemanis
(2) Aku memang biseks. Tapi aku gak lupa nikah.
Tapi yg membuatku sedih, anak laki²ku satu²nya, mewarisi gen homoku.

Memang gayanya gak ngondek, namun dia menyukai bapack² sama persis dengan aku, bapacknya.

Aku juga sejak muda sangat menyukai bapack².
(3) Aku selalu memperhatikan perkembangan anak laki²ku sejak dulu.

Aku selalu berharap agar anakku jangan mewarisi sifat² dan karakter burukku.
Aku pengen anakku normal, jangan kayak aku, bapacknya ini.

Dia ganteng dan selalu juara di sekolah.
Read 56 tweets
May 25
𝐆𝐔𝐑𝐔 𝐌𝐀𝐓𝐄𝐌𝐀𝐓𝐈𝐊𝐀 𝐘𝐀𝐍𝐆 𝐌𝐄𝐍𝐉𝐄𝐁𝐎𝐋 𝐁𝐎𝐎𝐋𝐊𝐔

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Menurutku aku gak bencong. Meskipun aku gak sejantan teman² lain.

Tapi entah mengapa Pak Asman, guru Matematikaku berani melecehkanku.

#gambarhanyapemanis
(2) Dia berani melakukan pelecehan seksual padaku. Sampai dengan menyodomiku ber-kali².

Gak tau mengapa dia se berani itu tanpa takut akan ku lapor ke kepsek, ortu, atau ke Polisi.

Peristiwa itu ku alami setelah duduk di bangku XII.
(3) Sejak kelas XI, Pak Asman lah guru yang mengajar matematika di kelasku.

Karna aku tergolong pintar, Pak Asman suka denganku.
Dia baik dan perhatian padaku.

Waktu ngajar, Pak Asman sering bergurau ke hal² yang tabu. Dia termasuk salah satu guru yang nakal.
Read 101 tweets
May 23
𝐒𝐏𝐄𝐑𝐌𝐀 𝐒𝐄𝐁𝐀𝐆𝐀𝐈 𝐒𝐘𝐀𝐑𝐀𝐓 𝐏𝐀𝐒𝐀𝐍𝐆 𝐊𝐇𝐎𝐃𝐀𝐌 (?)

[Sebuah utas]
.
.
.

(1) Namaku Panca, pemuda 31 tahun yang masih melajang.
Ini pengalamanku modusin bapack² idamanku yang terinspirasi dari salah seorang pengguna Twitter.

#gambarhanyapemanis
(2) Jujur, aku udah sering dapatin bapack² idamanku yang ku modusin dengan berbagai cara.

Tapi untuk modus ngaku² minta pelindung diri ke dukun ini masih pertama kali ku lakoni.

Jangankan melakoni, bahkan untuk tau modus jenis inipun masih sangat baru.
(3) Berawal dari terbacanya sebuah replyan seseorang di tweet seseorang, akhirnya akupun berencana akan melancarkan modus ini.

Dan malam minggu kemarinlah untuk pertama kalinya aku mendapat hasil buruan yang sesuai dengan ekspektasi.
Read 125 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(