Kau dengar? Tidak kah kau dengar? Kisah horor dalam secarik kertas buram, goresan singkat bertintakan darah, tentang hari dimana satu kesalahan membawa malapetaka.
Ku ceritakan pada mu dalam sebuah tulisan, yang mungkin hanya engkau anggap cerita fantasi semata.
Bukan... Bukan... Itu yang ku maksud, kau tak akan pernah percaya.
"Tolong aku, dia selalu menghantui"
****
"Lepaskan aku.....Arggggghhhhhhhhhhh.....aku tidak gila" Jerit histeris Nasya, wanita muda berusia 19 tahun.
"Tenang... Tenang Nasya, tarik nafas" ucap pengawai Rumah Sakit Jiwa memeluk erut dirinya.
"Suntikan obat penenang, dia kembali tak dapat mengontrol diri" seru pegawai lainnya yang ada pada saat itu.
"Lepas... Pergi kalian brengsek, aku tidak gila... Lepaskan aku" Amuk Nasya yang semakin beringas melawan.
Minggu lalu, pegawai rumah sakit dibuat kalang kabut, bahkan salah satu diantara mereka harus menjalani operasi karena terkena sabetan pisau yang menggores pada bagian perut.
Nasya, pasien yang 1 bulan lalu menghuni daftar orang dengan gangguan jiwa merupakan pelaku penyerangan,
~~cukup aneh untuk ukuran pasien wanita yang sudah dipasangi straitjacket dengan kencang ditubuh, beberapa kali dia dapat melepaskan benda tersebut, tak sampai disitu, bahkan dia beberapa kali memiliki senjata dijemarinya, ~
~seakan ada seseorang yang selalu memberikan padanya.
Hampir setiap hari selalu saja ada kisah horor yang terjadi pasca kedatangan dirinya di Rumah sakit ini, acap kali dia selalu bertindak extreme,
~bila tidak membenturkan kepalanya, maka dia pasti akan menyerang petugas yang melakukan piket.
Sama seperti siang hari ini, pihak Rumah sakit tak memiliki pilihan, selain memberikan obat penenang kepada dirinya.
***
Panas cetar membakar kulit, tampak sekumpulan mahasiswa/i rapi berbaris di halaman salah satu Universitas Bangkara Batu, Universitas Swasta yang berada di pulau Jawa (bukan nama sebenarnya).
Keringat membanjiri tubuh seluruh barisan itu, ~
~~wajah mereka merekah dengan mata menyipit, sangking teriknya sang Surya menampakan diri.
Kehadiran mereka saat itu bertujuan untuk menjalani seleksi, guna menjadi calon anggota baru UKM seni Triwangani, (Unit kegiatan mahasiswa yg bergerak pada bidang pentas kesenian).
"4 hari lagi Inaugurasi, hari pengukuhan akan tiba, siapkan stamina kalian,ujian berat menanti didepan, kalian harus buktikan, seberapa pantas diri kalian bergabung bersama kami" bentak Firman, ketua UKM Seni Triwangani pada tahun tersebut.
"Siap Kak" jawab serempak barisan tersebut dengan sedikit tersenyum, ada rasa senang dihati mereka, karena sebentar lagi kerja keras selama 2 bulan lamanya akan segera usai ~
~dan nama mereka akan terdaftar di unit kegiatan yang mungkin lebih terkenal dari nama universitasnya sendiri.
Tak terkecuali Nasya Annora Wardani, wanita semester 2 ilmu komunikasi jurusan Viar, dia menjadi calon anggota yang paling bersemangat.
Baginya dapat masuk kesana merupakan satu impian, karna artis idolanya merupakan jebolan dari UKM tersebut, hal itu pula yang menginspirasi dirinya tuk bercita cita mengikuti jejak karir Sang Idola, yaitu bergabung dengan UKM Triwangani, dan menjadi artis.
Singkat kisah, satu ransel hitam berkapasitas 30 kg menjadi teman setia yang diajak mengikuti Diklat, Nasya kecil berangkat penuh percaya diri.
Tujuan mereka merupakan kawasan hutan Lindung yang ada di provinsi Banten, ~~
~~lokasi yang sebenarnya cukup jauh dengan kampus mereka berada.
Kurang lebih 8 jam perjalan, dimulai dari kawasan padat penduduk, kini berganti pepohonan rapat yang tinggi menjulang, sebelum akhirnya Truck Reo milik TNI yang mereka tumpangi tiba dilokasi.
Langit biru yang menyertai keberangkatan kini berganti hitam, menandakan hari telah malam, wajah rombongan yang tadi nya ceria kini tampak kusut, merasa letih akan perjalan jauh itu.
Padahal itu baru pembuka, karna panitia pastinya menyiapkan shock terapi layaknya ospek bagi para anggota baru.
Hanya sekedar mengisi lambung di malam senyap itu, bak sapi yang terus dicambuk, rombongan dipaksa untuk langsung bergerak, padahal jam sudah menunjukan angka 9 malam.
Tak banyak waktu bersantai, karna mereka masih harus berjalan kurang lebih 45 menit untuk sampai di tempat camp, dimana beberapa orang panitia, terutama para alumni dan pemangku jabatan sudah menanti disana.
Gelap, jalan sangat gelap malam itu, rombongan dibagi menjadi 5 bagian, dimana setiap kelompok beris 4 orang anggota baru dan 1 kakak pembina sebagai pemandu dan satu satu orang yang membawa senter di setiap rombongan.
Nasya turut serta dalam rombongan terakhir, dia berada di posisi tengah, dan menjadi satu satu nya wanita dalam kelompok kecil itu,
Jeket tebal yang dikenakan ternyata tak dapat meredam hawa dingin kawasan hutan lindung, ~~
~~baru 13 menit langkah menanjak, kakinya langsung keram, nafasnya sesak, Nasya seketika terjatuh, tubuhnya ambruk menghantam tanah dikeheningan malam.
Suasana menghening, sungguh senyap, sebelum satu suara riuh kembali berbicara.
"Lantas apa yang kemudian terjadi Kak Nasya?"tanya dokter Indri, dokter spesialis kejiwaan yang menangani dirinya.
Nasya memalingkan wajahnya perlahan, dia kemudian menatap ke arah dokter yang coba berinteraksi dengannya.
Api.. api yang menyala di sekitar area, semua berpijar merah seakan membentengi penglihatan, bau gosong kental tercium bersama tebalnya asap putih atau kabut yang menggembung tinggi di langit.
Raung suara itu sangat memilukan, jerit suara kesakitan yang seperti berasal dari lautan manusia, tubuh ku merasakan panas yang teramat sangat, kaki ini seakan terbakar, samar ku lihat bercak merah kehitaman membasahi celana cargo keram yang ku kenakan.
Dan 4 orang sosok berprawakan besar, dengan wajah penuh luka borok, menyeret kasar tubuh ku.
Kurasakan tubuh ku berbenturan dengan batu batu krikil, namun aku tak dapat memberontak, tubuh ku sudah dibatas ambang, bahkan untuk merintihpun seakan mustahil tuk dilakukan.
Hari masih gulita, kesadaran perlahan membangunkan ku, bangun dalam keadaan yang mengerikan.
Beberapa lampu tempel menjadi cahaya penerang, ku dapati diri berada tepat ditengah lingkaran tenda yang sejati nya akan menjadi tempat kami bernaung.
Tak lagi terdengar suara bising, semua hening dengan aku yang entah sedang berhalusinasi atau memang sudah menjumpai akhirat.
Aku menggigil, kupeluk erat lutut ku dalam posisi tubuh terduduk, wajah ku memucat, ~~
~~dengan sesekali mata melirik kearah sekitar sebelum aku tak lagi berani mengangkat kepala.
kumpulan mayit bergeletakan, sosok sosok yang ku ketahui merupakan teman teman di universitas, mereka seperti terlelap tidur dalam ketenangan untuk selamanya.
Wajah mereka menghitam, dari mulut mereka sesuatu seperti muntahan menjijikan keluar, darah segar juga rata rata bercucur di hidung.
Mereka semua tewas. Tanpa ada seorang pun yang selamat,
tidak.. dia.. iya dia wanita, seorang wanita bersimbah darah keluar dari salah satu tenda yang berwarna merah.
Wanita yang mengunakan kebaya hijau dengan ~
~~tusuk konde menyangul tinggi rambut, layaknya candi yang kokoh.
Jemarinya menggengam parang putih tajam, dia berdiri didepan tenda, mata kami saling memandang, Aku tak mengenal dirinya, dia bukan salah satu dari kami.
Iya.. aku tak mengenal. Aku sungguh tak mengenal dirinya.
Malam itu aku sangat ketakutan, terlebih kala langkahnya perlahan mulai berjalan menghampiri. "Ja.. jangan... Jangan bunuh aku" ucap ku terbatah.
Dia tak menjawab, dan hanya menatap tajam, lalu hal itu terjadi, ayunan parang dia ayunkan ke arah kepala.
Tangan ku spontan menahan laju parang itu, seketika luka menganga tampak dipergelangan tangan, aku meringis kesakitan, naluri seakan berbisik, membuat aku langsung berlari.
Malam itu aku sangat ketakutan, terlebih kala langkahnya perlahan mulai berjalan menghampiri. "Ja.. jangan... Jangan bunuh aku" ucap ku terbatah.
Dia tak menjawab, dan hanya menatap tajam, lalu hal itu terjadi, ayunan parang dia ayunkan ke arah kepala.
Tangan ku spontan menahan laju parang itu, seketika luka menganga tampak dipergelangan tangan, aku meringis kesakitan.
Isak memelas dari mulut ku malah membuat dia ...
Nasya terdiam, wajah menatap ke arah dokter Indri, tampak riak wajah ketakutan terpancar.
"Lantas apa yang kemudian terjadi?" Tanya dokter Indri mencoba lebih jauh mengorek informasi.
"Wanita itu tak berhenti, dia tidak akan pernah berhenti, dia selalu menghantui ku, dia hadir bersama kita dituangan ini" ucap Nasya berbicara, sembari menunjuk ke arah dokter Indri dengan tangan gemetar.
Lampu ruangan seketika padam,
"AA..." Teriak dokter Indri yang kaget, dalam keadaan gelap gulita, si dokter lulusan universitas ternama itu coba menenangkan diri.
Ditariknya nafas perlahan, lalu kembali mencoba mengambil alih keadaan.
"Mba Nasya" panggil nya, wanita gila itu tak menjawab panggilan , namun dokter Indri masih mendengar suara menggigil khas orang ketakutan.
Dirinya coba berdiri, guna membuka pintu dan kembaki menyalakan lampu, namun kala dia bangkit,
seseorang langsung memeluk dirinya, yang membuat dr Indri kembali terkejut.
"Nasya" bentak dirinya kesal akan perlakuan wanita itu.
"Hi..hi..hi.." tawa melengking menjadi jawaban atas nada kesal yang dr Indri berikan.
Lampu kembali menyala dengan seseorang tampak membuka pintu ruangan, dia adalah Muklis salah seorang pegawai RSJ dibagian engenering.
Dan saat itu pula dr Indri seakan masuk kedalam kehidupan Nasya, bulu kuduk nya bergerdik hebat, darah seakan turun drastis dari kepalanya,
~yang membuat dirinya seperti akan ambruk.
"Ti.. tidak.. ini hanya efek phasmophobia, karena aku terlalu jauh masuk kedalam hidupnya" guman dr Indri yang tak mempercayai apa yang dia lihat,
Bagaimana mungkin wanita itu bisa meringkuk dekat dengan pintu dalam sekejap mata.
Lantas bila bukan dia yang memeluk, siapa sosok yang barusan ada di belakang ku.
Segera dokter Indri meraih tas tenteng yang dia bawa, langkahnya kini menuju pintu keluar, dia tak dapat menenangkan detak jantungnya yang berdebar hebat.
"Apa yang bertemu dengannya, dia terlihat marah pada mu" ujar Nasya kala dr Indri melewati dirinya.
Perkataan itu membuat Langkah Dokter Indri terhenti, dia memandang ke arah Nasya, lalu coba memberanikan diri kembali guna menoleh ke sekitar ruangan, dipastikannya tak ada orang lain disana, selain dia, Nasya dan karyawan bernama Muklis .
***
"Untuk kasus nansya saya tidak menemukan ada gangguan anatomi atau saraf, secara medis dirinya sehat" jelas dr Indri pada ibunda Nasya yang datang menjenguk.
Sejauh ini saya hanya menduga psikologis menjadi satu satunya penyebab dia terobsesi ~
~dan terlalu mengkaitkan kehidupan pada hal hal gaib.
"Apa anak saya dapat disembuhkan dok? Tanya ibu itu.
"InsyaAllah buk" jawab dokter Indri singkat.
Nasya merupakan satu satunya orang yang masih hidup dari rombongan tersebut,
dia merupakan kunci untuk menguak apa yang sebenarnya terjadi, namun pasca dirinya ditemukan, tak ada satupun informasi yang di dapat, selain info prihal kejadian kejadian gaib.
Hal itu juga yang membuat dia menjalani perawatan seperti sekarang,
Dimana dirinya dinyatakan memiliki ganguan kejiwaan, bila saja dirinya sehat, sudah pasti statusnya akan menjadi tersangka tunggal, terlebih sidik jarinya ditemukan pada setiap jenazah dan parang yang terindikasi sebagai alat membunuh para korban.
***
Pagi itu aku bersembunyi di balik ilalang tinggi yang menutupi tubuh, bunyi ayunan tangan jelas ku dengar, wanita itu tidak ingin melepaskan ku
"Aku tau kamu disana, ayo segera keluar nak, aku akan menunjukan mu jalan ke neraka" serunya sembari terus melangkah.
Aku hanya bisa mengigiti jemari, dan berharap dia segera pergi, namun sayang semua seakan menjadi akhir, suara langkah itu semakin jelas terdengar, mungkin hanya 3-4 meter lagi dia akan berhasil menemukan ku.
"Tring... tring...." Bunyi lonceng memecahkan fokus,
Suara yang sepertinya berasal dari puncak gunung yang kami datangi, aku tak dapat memastikan, namun pasca lonceng itu berbunyi, langkah wanita tersebut seperti menjauh dari tempat persembunyian.
Dan tak lama dari kejadian, merdu Adzan Subuh mulai berkumandang,
suara lantunan yang mungkin berasal dari pemukiman penduduk dibawah sana, aku pun turut membacakan beberapa ayat suci, hal yang tak terpikir sebelumnya.
Mulut ku terus menyebut nama Illahi, bahkan sampai aku mulai kehabisan tenaga dan tertidur ditengah ilalang,~
Barulah sekitaran jam 6 pagi, kala mentari mulai kokoh bersinar di langit biru, perlahan aku pun mulai terbangun, badan ku terasa remuk, namun anehnya bekas sabetan parang yang dilayangkan wanita sinting itu menghilang, aku tidak mengalami luka.
Segera aku bangkit, dengan tertatih aku mencoba kembali ke tempat dimana teman teman ku berada.
Aku berharap semua hanya mimpi, mimpi buruk yang tak akan menjadi nyata.
Tapi...
"Tapi semua tewas, tewas dengan mengenaskan" potong dokter Indri yang membuat Nasya terdiam.
"Apa kau menuduh aku yang melakukan nya ?" Tanya dirinya.
Dokter Indri termenung, ber- 2 mereka saling bertatap,
"Sulit untuk menjawab tidak, ~~
~~karna di parang itu sidik jari mu menempel, namun aku pun tak bisa mempercayai bagaimana bisa seorang wanita bisa menghabisi 28 orang, dimana 24 diantaranya merupakan pria" jawab dr Indri.
Nasya tersenyum mendengar ucapan tersebut, "kau tak akan pernah percaya" sindirinya
Aku menghabiskan waktu 10 tahun hanya untuk mempelajari tentang kejiwaan sesorang, dan jujur aku tak menemukan engkau terkena ganguan jiwa, tak ada yang bisa ku lakukan untuk membantu diri mu, bila engkau terus menerus berbicara bohong tentang semua yang terjadi.
"Lantas cerita bagaimana yang diri mu ingin dengarkan?" Tanya Nasya dengan nada meninggi.
"Bagaimana bisa engkau membantai mereka, apakah ada yang membantu mu? " Ketus dr Indri menjawab, dengan membalikan pertanyaan padanya.
Dr Indri harus bisa memancing emosi Nasya keluar, karena dia mendapatkan jawaban berbeda dari setiap terapi yang dilakukan, dokter Indri meyakini Nasya hanya berbohong.
"Ha..ha..ha.. baiklah, kau memang pintar, aku akan menceritakan bagaimana mereka mati khusus untuk mu".
Dari 2 buah bola mata kata mulai terbaca, seperti naskah yang sedang diucapkan, sayup nyanyian terdengar lantang membelah malam, jauh didalam sana, menuju kata hati untuk melakukan pembalasan.
Ada 7 wanita yang ikut dalam acara, 3 merupakan anggota pengurus UKM,~
~sementara 4 lainnya merupakan calon anggota baru, termasuk diri ku.
Aku berada di rombongan akhir, bersama 4 bedebah yang memang sudah berniat buruk sedari awal, sedari awal aku mendaftarkan diri di UKM itu.
Malam itu aku memiliki masalah dengan tubuh ku,
badan ku masih terasa sakit akibat perlakuan mereka sehari sebelum keberangkatan tersebut.
"Memar di bagian paha kiri sudah tak dapat ku tahan, belum lagi hari itu tamu bulanan datang dengan derasnya, dan mereka sengaja tak mengizinkan ~~
~~Aku untuk menganti pembalut, sehingga darah kotor itu habis membanjiri celana cargo yang ku kenakan" ucap Nasya sembari memegang tangan dokter Indri secara cepat.
Perlakuan Nasya sontak membuat Dokter Indri terkejut, belum lagi Nasya jua menyeringai, menampak gigi nya yang seakan hendak menerkam.
Coba dia menarik lengan itu namun Nasya kuat menahan, dan hanya sekejap mata dokter Indri berpaling guna ~
menoleh kearah tangan, sebelum dia kembali menatap wajah wanita itu, semua pun terjadi.
Dokter Indri memundurkan langkah, dan langsung ambruk ke tanah, keringat langsung membasahi wajahnya.
"Dimana ini, apa yang kau lakukan pada ku!" Seru dokter Indri ketakutan ~~
~~kala menyadari kini dia berada ditengah hutan rimbun.
Nasya terlihat berdiri didepan dirinya dengan mengunakan kebaya berwarna hijau, jemarinya menggengam sebilah parang yang masih bernodakan cairan kental berbau amis.
"Kau pun akan ku bunuh" bentak Nasya sembari mengarahkan parang itu keatas, dirinya hendak menebas kepala dokter Indri.
Dr Indri merangkak mundur, sembari melempari tanah, batu atau ranting yang ditemukan tangannya.
"Pergi... Pergi... Jangan sakiti aku" ucap dari Indri memelas, tapi Nasya seakan tak peduli dan tak memiliki belas kasih.
"Prak ...."dirinya mulai menghujani tubuh dokter Indri dengan sabetan parang tajam tersebut, Nasya tak langsung membunuhnya sengaja dia memukul dengan mengunakan bagian tumpul agar Indri tak tewas seketika.
"Agh......" Jerit kesakitan keras mengema, ~
~~dr Indri memegangi lengan kirinya yang baru saja di hantam oleh parang.
"Ha..ha..ha.. lantas sekarang siapa yang gila" guman Nasya puas tertawa.
Dr Indri tersentak mendengar perkataan itu, dia kembali kealam sadarnya, "siapa sebenarnya wanita muda ini, ~
apa dia baru saja menghipnotis aku" tanya dr Indri kembali terheran dengan apa yang baru saja terjadi.
"Kau sungguh sangat berkeringat dokter"ejek Nasya padanya.
"Hari ini kita selesai, selamat beristirahat " ucap dr Indri yang langsung mengemasi barangnya dan beranjak pergi.
"Bersambung"
Masih sepi lur, 100 RT or 200 likes baru akan dilanjutnya cerita nya .
Hatur tq.
Salam hi..hi..hi...
Lampu remang berwarna kuning menyala diatas meja kerja seorang profesional, terlihat sosok wanita berkacamata tebal sedang mengetik tulisan pada sebuah laptop, jemarinya lincah menari, memilih kata kata terbaik mendeskripsikan rentetan kejadian ~
~untuk mencari benang merah guna memecahkan masalah kejiwaan seorang pasien yang dia tangani.
Sekaill dua ikan akan terpancing, saat dia bisa menumbuhkan pasien bernama Nasya itu , dan mempublikasikan tulisan ilmiah prihal penyakit kejiwaan langka.
Sesekali dia terhenti dan coba mencari sumber informasi lain di internet mengenai kematian rombongan mahasiswa mahasiswi yang tewas secara massal tahun lalu.
Dirinya membaca khusyuknya berita itu, sesekali mulutnya terlihat terbuka, mengulang rangkaian narasi ~
~agar dia dapat lebih jauh menganalisa. Layaknya mosaik, kepingan informasi penting itu dia sudur kembali menjadi tulisan baru yang lebih spesifik.Layaknya mosaik, kepingan informasi penting itu dia sudur kembali menjadi tulisan baru mendetail.
Phasmophobia - lachhesim - occhilliosm = Ruminasi.#ghoib#sandiwara#wanitamisterius?. Semua masih terlalu samar untuk saat ini, guman dr Indri sembari menopang dagu.
"Tok... Tok...permisi dokter" panggil seseorang dari arah pintu.
"Iya silahkan masuk" jawab dirinya.
Seorang wanita masuk dengan membawa selembar amplop, dia adalah Yenny, seorang suster yang bekerja di tempat praktek Dokter Indri.
"Maaf buk, ini ada berkas pasien baru" jelasnya sembari menyodorkan amplop coklat berisi file data pasien tersebut.
Dokter Indri meraih amplop, lalu mengeluarkan beberapa lembar kertas, dibaca nya salinan data pasien dengan seksama.
"Phasmophobia" ucapnya kembali setelah membaca gangguan mental yang dialami oleh sosok pria berprofesi sebagai supir pengantar jenazah bernama Toto.
Mengapa di era modern saat teknologi sudah menjangkau segala aspek, masih saja banyak manusia yang hidup dalam hal mistis,~~
~~mereka mempercayai cerita imajinasi yang mungkin dulu diciptakan oleh pendahulu sebagai cara untuk menjaga norma, celoteh dr Indri coba memberikan hipotesis sementara terkait keadaaan kejiwaan pasiennya tersebut.
"Suruh dia masuk ya Yen" titah Dokter Indri pada assitannya
Yang mau nyawer boleh dukung lapak karya karsa saya ya sahabat nyata
Berdasarkan cerita narsum, all tempat, nama disamarkan, no comot comot tanpa izin.
Jangan lupa bantu ramaikan.
Salam hi...hi ..hi ...
pemerintah menamai agenda Transmigrasi di era tahun 80 an, sebuah program yang
dirancang untuk meningkatkan ekonomi nasional, membuka lapangan pekerjaan seluas
mungkin dan jua untuk melakukan pemerataan populasi penduduk agar tak hanya
tersentral di pulau jawa.
Sasaran pemerintah pastinya terfokus pada penduduk di pulau jawa, karena
memang selain tingkat populasi yang sudah sesak tidak beriring sejalan dengan
lowongan pekerjaan yang masih minim, hal itu pula yang membuat banyak warga yang
hidup dibawah garis kemiskinan, ~~
Pagi itu aku berada pada titik terendah, tanpa dapat menemukan satu hal yang mungkin bisa ku jadikan semangat dalam mengayomi sisa kehidupan.
Impian yang sudah beberapa tahun ku rancang terasa sia sia, lebur bersama dengan isak tangis yang sedari tadi tak dapat ku bendung.
Walau beberapa kali sanak saudara sudah mencoba menenangkan, tetap saja kaki ini seperti engan untuk beranjak, tangan ku terus memeluk erat tubuh Mbah Wir yang sudah terbujur kaku, terbungkus kain putih itu.
Hotel Darlawangsa dipenuhi oleh aparat berbaju coklat serta para pemburu berita, satu kejadian besar telah terjadi, Pembunuhan berencana wartawan senior menjadi Headline yang menghiasi halaman utama setiap media cetak.
Hasil rilis dari olah TKP yang dilakukan oleh pihak berwajib, mengindikasikan Cinta Segi 3 menjadi motif Si penguasa dunia Malam bernama Jhony untuk menghabisi Kirno.
Alkisah di tahun 80 an hidup seorang Janda, umur nya sudah menginjak usia 57 tahun, dirinya memiliki 4 orang anak, anak pertama bernama Rina memiliki 1 orang anak, sementara anak ke 2 nya Mukti memiliki 6 orang anak, dan Giman dengan 5 orang anak.
Satu anak lainnya yg bernama Evi sudah berpulang terlebih dulu menghadap Sang Maha pencipta.
Ok mari kita mulai, satu ketika Si Wanita uzur tersebut mengumpulkan 3 anak nya, untuk membagikan harta, ~~
~dengan harapan ketika dia telah tiada, ke 3 anaknya tidak akan meributkan perihal hartanya yg melimpah tersebut.
Singkar cerita semua sudah dibagi rata, dan hanya menyisakan rumah yg saat ini ditempati olehnya, Si wanita sebenarnya ingin memberikan rumah itu ke cucu nya dari ~~.
Kala senja kembali tertawa, saat itu mereka mendapat PETAKA.
“KANTOR BARU”
(Kisah tentang pembangunan kantor baru yg penuh dengan teror hal hal GOIB).
Nocomot comot tanpa izin.
Salam Hi..hi..hi..
Ditulis ulang saja ya, semoga bisa kelar .
Jangan lupa RT, Likes, Follow.
"Selamat Membaca"
“Selamat ya Mas bro… Semoga sukses dan amanah ditempat baru” Begitulah perkataan beberapa karyawan memberikan ucapan atas promosi jabatan yang ku terima.