kisah malam seram Profile picture
Jun 17, 2022 538 tweets >60 min read Read on X
DUSUN NGGUBET SUKMO

Gambar hanya ilustrasi

@bacahorror #bacahorror @IDN_Horor
#ceritahantu #lakonstory #IDNhoror Image
Halo semuanya, ini cerita pertama saya.

Menurut saya kisah ini bisa diambil nilainya tuk dijadikan pelajaran.

Sebelum dimulai, saya sampaikan beberapa hal : nama lokasi & tokoh pakai nama samaran.
Terjadi di daerah berbahasa jawa tp disini saya cerita pk bhs Indonesia aja.

Saat tokoh berkegiatan di beberapa tempat & saya sebut cirinya, jika teman2 anggap itu “clue”, jangan lekas menyimpulkan tempatnya, bisa saja salah.
Jadi saran saya baca & nikmati aja, ditelusuripun sudah berubah, tidak seseram dulu & beberapa denah mungkin sdh berubah karna dampak pembangunan lagipula kejadiannya sudah lama
Okt 1987. Bayu, usianya 19 tahun & tinggal di dusun nggubet sukmo.

Orang tuanya punya usaha pengolahan pupuk & ia bantu proses pembuatan

Kadang temani ayahnya antarkan pupuk yg dibeli di kampung sebelah (sebut aja desa x), ia tamatan SD & tak lanjutkan sekolah
Akhir 1988. Adit, usia 24 tahun, tinggal di kota S.

Ia kerja di pengolahan buah kelapa, sabut kelapa dijual tuk alternativ pengganti arang, bahan sapu, keset. Buahnya dijual ke pedagang Degan.

Adit sbg driver cadangan/panggilan aja yg temani tengkulak, ia beli kelapa dari
petani perkebunan kelapa di dusun nggubet sukmo & memang di sana terkenal kebun kelapa yg luas.

Ia jadi driver tetap & makin sering kunjungi dusun itu. Pada tahun 1991 ia bertambah tugas, yaitu mencatat berapa buah yg naik ke mobil bak
yg khusus tuk campuran pupuk, Bayu beli sabut kelapa ke kebun kelapa.

Pemilik kebun yaitu Romo Galih, disana ia kenalan dengan Adit yg sedang istirahat sambil nunggu bongkar muat.

Mereka jadi akrab & suka tukar cerita
Bayu “ghibah” masalah warga & persoalan yg jadi bahan gosip di dusun itu, mulai dari persaingan saat dulu pemilihan kepala dusun, anggaran yg belum semuanya terealisasi, sampai bahas hal mistis
ia tak banyak cerita hal mistis, paling cuma gosip dari warga, kalau Empu Jarot, sang pawang hujan diduga pakai kekuatan jin tuk pindahkan awan, lalu sinden yg kini sudah pindah ke desa x, dulu sempat diduga pake susuk pemikat di bedaknya
Dusun Nggubet Sukmo ada di kaki gunung B, ia punya beberapa puncak & disana ada 1 jalan menuju 2 puncak yg disakralkan & ditutup tuk umum

Namanya tanah keramat, dulu Bayu pernah ke gunung itu & menemukan ada 1 kuburan yg dipinggirnya
ada batu runcing yg sengaja ditancapkan, kuburan itu tanpa nisan, hanya ditaruh batu kali pipih & ada 1 batu monolit berwarna abu2, karna sudah tua & dianggap situs

Menghadap barat & timur, diduga itu kuburan milik suku K, yaitu suku yg terlibat di sejarah berdirinya dusun itu
1992 muncul Wilda, bidan muda dari kota P yg baru saja dipindahkan ke dusun nggubet sukmo.

Wilda tinggal di kamar kecil yg ada di belakang klinik bersalin.

Wilda ini sering kunjungi Nok Rahmi, nenek tua yg berprofesi sbg dukun beranak.

Jika dukun itu sedang
berhalangan hadir & kebetulan lg ada bumil yg mau lahiran, maka akan dipersilahkan tuk ke klinik.

Begitupun sebaliknya jika bidan sedang gak ada & darurat ada ibu mau lahiran, akan diarahkan ke tempat Nok Rahmi.

Nok Rahmi mulai sakit-sakitan
juga gak ada penggantinya sehingga keberadaan klinik bersalin amat penting di dusun itu.

Nok Rahmi katanya punya “pegangan” warisan keris pamor brojol, diyakini tuah keris itu bisa lancarkan persalinan pasiennya.

Nok Rahmi adalah janda ditinggal mati.
1993 Adit lg ke kota P antarkan kelapa ke kios es kelapa muda, disana ia ketemu 6 mahasiswa
3 pria (candra, damar & yuda) & 3 wanita (esti, indah & utari).
Mereka berenam bingung karna blum dapat lokasi kkn. Adit ga sengaja nguping, kenalan & ngobrol tentang program kkn mereka
Adit beri saran spy kkn aja di Dusun Nggubet Sukmo, karna Adit kenal dengan kepala dusunnya.

Ia beri alamatnya.

Walau dari kampus yg sama tp Candra, Indah & Utari dari fakultas ekonomi sedangkan Damar, Yuda & Esti dari fakultas ilmu sospol.
Mereka menyempatkan survei ke Dusun Nggubet Sukmo & akhirnya dapat ijin resmi dr kepala dusun.

Singkat cerita, mereka berenam berangkat kesana.
Pagi itu diminta kepala dusun (namanya Pakde Lingga) tuk nginap di 2 kamar tua dibelakang pendopo.
Pakde Lingga berikan kunci kamar
Sebenarnya namanya Pak Lingga tapi karna warga dusun manggil Pakde, akhirnya mereka ikut manggil Pakde.

Ada 2 kamar yg kan mereka tempati, dulunya bekas tempat naruh wayang kulit & gamelan, karna dulu pendopo bergaya joglo itu kerap
dipakai pagelaran wayang kulit, tapi sejak adanya balai dusun baru, maka pendopo dikosongkan.

Wayang & gamelan dibawa tim dalang ke desa x karna mereka juga sdh pindah kesana.

2 kamar ini kamar timur tuk pria & kamar barat tuk wanita, kamar mandi ada di tengah.
Senin itu Candra, Damar & Yuda taruh tas di kamarnya, lalu Esti, Indah & Utari lakukan hal yg sama.

Itu hari pertama mereka tiba di dusun itu, Pakde Lingga minta mereka ketemu nanti malam.

Siang itu setelah mandi, mereka berenam mau ke warung tuk cari makan siang
Mereka menemui kantin kecil di depan sd, pemiliknya bernama Bu Kasmirah (istrinya Pakde Lingga) & warga biasa manggilnya bukas.

Disebelah kantin itu ada warung sembako.

Bukas (singkatan bu kasmirah) lihat wajah mereka berenam

“Loh kalian yg tadi pagi kerumah ya?”
"Benar bu, kami lapar & dari sini tercium wangi makanan," kata Esti
"Ini Ibu bikin gorengan, ayo makan," bukas menawari

"Terima kasih bu," jawab Candra sambil cicipi
"Wah banyak cemilan khas daerah sini ya?" tanya Damar
"Bu, saya beli cemilan ini & kue yg itu ya," kata Yuda
Bukas lalu menyiapkan & Yuda membayar, bukas menambahkan beberapa cemilan gratis tuk mereka.

"Terima kasih Bu," mereka berenam menundukan kepala.

"Iya, nanti malam Pakde Lingga nyuruh kalian kerumah ya? nanti malam makan dirumah ya," pesan Bukas
"Cemilan itu gak kenyang loh, kalau kalian mau makan nasi, ada warung pecel ayam.

Dari sini lurus saja, diperempatan kedua, belok kanan.
Warungnya rumah ke tiga disebelah kiri," saran Bukas
"Terima kasih, kami pamit ya bu," jawab mereka berenam sambil keluar dr kantin itu.

Di jalan, Yuda bagikan cemilan itu & mereka jalan sambil makan

"Lumayan tuk ganjal perut," kata Esti

Sesampainya ditempat yg ditunjukan Bukas, ternyata warung pecel ayam itu tutup
Tak lama datanglah Bayu & Adit jalan dr arah belakang mereka.

"Hei kalian, selamat akhirnya bisa kkn disini ya," kata Adit dengan bangga

"Akhirnya kita ketemu lagi, dari mana kalian?" tanya Candra

"Kita dr kebun kelapa, mau beli rokok," jawab Adit
"Oh ya, kalau warung makan dekat sini dimana ya?" tanya Damar

"Ke warteg Kang Sapto, ayo bareng saja. Kita juga mau kesana beli rokok di warung sampingnya," jawab Bayu

"Deket tinggal lurus, ada perempatan masih lurus, ikutin kita aja," kata Adit
Mereka berenam lalu ikuti Bayu & Adit
"Oh ya ini temenku Bayu, kata Adit sambil memperkenalkan temannya

"Pasti kalian baru sampai tadi pagi, kalian belum keliling di dusun ini ya?" tanya Bayu

"Belum, rencananya besok pagi karna Pakde Lingga hari ini masih sibuk," jawab Utari
"Pakde Lingga hari ini ada akikah anak rekannya di desa x," jawab Bayu

"Ya sudah, kami saja yg jadi tour guide kalian,” kata Adit sambil ketawa

"Kalau disini ada pantangannya gak? tanya Candra

"Ada area bernama tanah keramat di gunung B yg gak boleh dikunjungi," jawab Bayu
"Ada apa di gunung itu? tanya Damar

"Nanti Pakde Lingga aja yg jelaskan," jawab Bayu

Tibalah mereka di warteg itu, Adit & Bayu beli rokok
Mereka berenam makan di warteg itu.

Bayu & Adit asyik merokok di luar warteg.

Setelah beres makan, Candra & Yuda gabung merokok dengan Adit & Bayu, sedangkan Damar gak merokok
Bayu lalu berkata, di depan warteg ini, itu rumah Empu Jarot sang pawang hujan.
Jasanya kerap dipakai saat pagelaran wayang, hajatan warga spt nikahan, pasar malam, layar tancep dll.

Nah kalau yg ada plang tulisan polindes (pondok bersalin desa) / klinik bersalin, disana ada
bidan namanya Wilda, cantik sih tapi…," kata Adit sambil nunjuk 3 rumah sebelah kiri rumah Empu Jarot.

"Sudah, jangan mulai deh," kata Bayu sambil tertawa.

"Kalau masjid yg ada di paling ujung jalan ini milik siapa?" tanya Candra sambil nunjuk ke masjid paling kanan
Masjid itu punya Eyang Ronggo Wilis, ia termasuk keturunan generasi pertama yg nempati dusun ini. Ia sedang naik haji, sudah berangkat bulan lalu," jawab Bayu
Gak lama mereka pamit. Bayu & Adit kembali ke perkebunan kelapa, sedangkan mereka berenam kembali ke kamar.

Saat malam tiba, mereka berenam pergi ke rumah Pakde Lingga, disana disambut Bukas & disuguhkan makan malam
Setelah itu Pakde Lingga berbincang sejenak, "Saya sudah terima lembar kerja kalian, saat ke titik kkn bawa saja surat yg sdh saya tandatangani, mulainya kan lusa. Besok saya akan ajak kalian keliling ya," kata Pakde Lingga.
Setelah makan, lalu mereka pamit & kembali ke pendopo, mereka pulang jalan kaki & anehnya saat itu suasana mendadak hening

Saat lagi jalan, tiba-tiba berhembus angin dingin dr belakang, sontak semua kaget & saling dorong

Saking kagetnya, Indah jatuh & kakinya terkilir
Jalanan saat itu kering & terbuat dari batu yg dihancurkan.

Semua nolong Indah berdiri, tampak Candra khawatir dengan kondisi Indah

Mereka semua lihat sekeliling, mendadak suasana hening tapi ada semacam sugesti untuk lihat ke pepohonan sekitar yg gelap
Lalu mereka lanjutkan perjalanan.

Disini awal munculnya gangguan mistis.

Sesampainya di pendopo, mereka masuk kamar masing2, Esti bantu pijat kaki Indah & Utari mengolesinya minyak kayu putih.

Setelah sakitnya reda, Indah ganti baju & tidur.

Tengah malam ia terbangun
& mau pipis, ia masuk ke dalam wc.

Di tengah buang air kecil, ia dengar spt suara kuku yg mencakar pintu wc yg terbuat dr seng, suara garukan kuku terdengar 2 kali dr luar

"Candra, Damar, Yuda?" tanya Indah.

Tapi tak ada satupun yg jawab. Indah tak menyebut
nama Esti & Utari karna lihat tadi mereka msh tidur.

"Jangan iseng !!!" kata Indah, tapi tetap ga ada jawaban.

Indah perlahan buka pintu wc, di luar tak ada siapapun.

Indah bergidik ngeri & masuk ke kamar, ia nutup wajahnya dengan selimut sambil baca doa
Suaranya membangunkan Esti yg langsung bertanya,

"Kenapa kamu? kok kaya ketakutan?"

"Gak apa-apa, udah tidur aja," jawab Indah.

Hari selasa itu, mereka bangun jam 5 pagi, para pria gantian wudhu.

Agenda hari itu Pakde Lingga akan kenalkan mereka ke kantor balai dusun
Jam set 7, mereka bergegas ke rumah Pakde Lingga, sesampainya disana Pakde lg beli bubur ayam

“Hai kalian, ayo sarapan dulu. Mas buburnya tambah enam ya," kata Pakde Lingga

Mereka makan bubur di teras rumah
Sambil ngobrol, tampak Candra berusaha mau duduk disebelah Indah

"Gimana semalam tidurnya nyenyak?" tanya Pakde Lingga.

Semua ngangguk, Indah lihat semua temannya tersenyum, ia terpaksa ikut ngangguk.

Tak lama mereka semua jalan ke arah atas, ke arah kantor balai dusun
Pakde Lingga, kenapa balai dusun lama di pendopo ditinggalkan?" tanya Utari.

"Tidak bisa menampung orang banyak", jawab Pakde Lingga.

Sampailah mereka di kantor balai dusun yg baru itu, disana Pakde Lingga memperkenalkan
Mereka berenam. Candra, Indah & Utari kkn di perkebunan kelapa & pelajari alur perekonomian disana & sektor umkm lainnya

Sedangkan Damar, Yuda & Esti kkn di kantor balai dusun, mengikuti program sosialisasi tuk warga, alur birokrasi juga program pengembangan disana.
Mereka terpencar sesuai timnya masing2, hari ini hanya pengenalan aja & mulai kkn besok pagi, dari senin-kamis jam 08-16.

Mereka juga isi jurnal kegiatan sesuai aktifitas yg dilakukan, juga ada lembar kegiatan yg harus di tandatangani oleh Pakde Lingga.
Siang itu mereka makan di kantin karyawan & saling kenalan, ga lupa karyawan disana beri mereka bekal makanan tuk makan malam.
Setelah selesai pengenalan, mereka pulang.

Malam itu sebelum tidur, Indah minta ditemani ke wc, Esti heran padahal malam sebelumnya gak spt itu.
Setelah Indah keluar dr wc, ia gantian nunggu Esti, tak lama Utari keluar dari kamar & mau ke wc, setelah Esti keluar lalu Utari minta Indah tuk menunggunya di luar wc & Esti masuk duluan ke dalam kamar.

Utari agak lama di dalam wc, sepertinya ia sedang buang air besar
Tak lama, Indah dengar suara gaduh dari arah jalan raya yg ada di depan pendopo, spt suara orang lari sambil lempar kerikil

Indah lihat & ternyata ga ada apa-apa.

Ia kembali ke depan pintu wc, tak lama ada suara orang bilang “ssssstt” dr arah jalan raya

Indah menoleh
Indah ga lihat apa apa, tapi saat ingin berbalik, di sudut kanan matanya ia lihat spt ada siluet bayangan berujud asap hitam yang membentuk tubuh

Sontak Indah berbalik & lari, ia kaget lihat Utari yang barengan buka pintu wc

"Ayo kita masuk kamar," ajak Indah.
"Emang ada apa?" tanya Utari heran

Setelah mereka masuk ke dalam kamar, indah masih diam & enggan cerita

Tak lama Esti bertanya, Indah kamu tadi lihat apa?

"Besok saja aku cerita," jawab Indah

Tak lama mereka tidur
Jam 21:00, mereka dengar ada suara air keluar dr keran, Esti bangun & kebetulan Indah jg bangun.

"Kamu dengar?" tanya Esti

"Iya, mungkin anak cowo lg ke wc," jawab Indah.

Tak lama Esti berdiri & ngintip dr lubang kunci.

"Pintu wc kebuka, lampu wc mati,
gak ada siapa-siapa," jwb Esti sambil noleh ke indah.

Tak lama suara air keran berhenti, Esti ngintip lagi & ia lari ke tempat tidur.

"Siapa yg matiin keran?" tanya Indah.

"Ga ada, lampu masih mati tapi pintunya ketutup," jawab Esti.

Esti bangun & memeriksa tasnya
Esti menepuk jidatnya.

"Ada apa?" tanya Indah.

"Aku lupa beli pembalut."

"Mau kuantarkan ke warung? Mumpung baru jam 9 malam." Indah menawarkan

"Ga usah, aku minta anak cowo aja tuk anterin."

Esti lalu ambil dompet, keluar & ketuk pintu kamar cowo
Yg bukakan pintu Yuda, lalu Esti minta tolong ditemenin ke warung, tak lupa Yuda pakai jaket.

Warung (tempat Adit & Bayu beli rokok) ternyata tutup, dari arah masjid ada santri yg menghampiri.

Katanya ada warung lain di depan perkebunan kelapa yg buka sampai malam
Esti & Yuda kesana.
Sesampainya disana, warung masih buka & Esti beli yg dibutuhkan.
Saat perjalanan pulang. Mereka lihat ada satu rumah yg lampunya mati, otomatis bagian pekarangannya gelap.

Di depan rumah itu mereka lihat ada seorang nenek tua sedang menyapu tanah berumput
Ia pakai kain jarik warna ungu, nenek itu membelakangi mereka & menyapu pakai sapu lidi sambil membungkuk.

"Sreeek sreeek," begitu suaranya.

Esti & Yuda tidak menghiraukan & berjalan lagi.

Tapi baru beberapa meter, di pekarangan rumah yg lain, mereka menemui nenek yg sama
dengan warna & bentuk pakaian yg sama sedang menyapu pekarangan.

Yuda & Esti belum merasa aneh & melanjutkan jalan.

Baru 5 menit melangkah & tepat di perempatan, ada suara nenek tadi sedang menyapu tapi wujud neneknya gak ada.

Esti & Yuda mencari sumber suara
Suara "Sreeek sreeek" itu makin dekat.

Tapi wujudnya ga ada. Yuda mulai memberanikan diri bertanya.
"Neek, Neeeek, dimana nek?"

Tak lama ada suara perempuan menjawab.

"Mriki….mrikiiiiii."
Suara itu berasal dr arah atas pohon kapuk yg ada di rumah, tepat disamping mereka
Yuda & Esti menoleh ke atas pohon itu, ternyata ada KUNTILANAK duduk di dahan pohon itu, sambil menggoyang-goyangkan kakinya

"Mriiiikiiii, mrikiiiiiii." (kesini...kesini)
sosok itu sambil mengayunkan tangannya

Yuda & Esti teriak & lari, begitu sampai, mereka masuk kamar
Esti & Yuda langsung tidur.

Rabu paginya, mereka berenam ketemu tukang bubur ayam lewat depan pendopo, mereka pesan bubur.

"Loh itu tukang buryam yg kemarin," kata Indah.

Tukang bubur nanya, "kalian nginap dikamar belakang pendopo?"

"Iya, emang kenapa?" jawab Utari
Tukang bubur diam saja.

Setelah sarapan, Mereka mandi & pergi

Saat para cowo sdh siap, akhirnya mereka pisah & gabung dengan tim masing2

Sebelum berangkat, Esti nanya ke semua cowo,

"Semalem kalian terakhir ke wc jam berapa?"

"Jam 20:30," jawab para cowo
"Emang ada apa?" tanya Damar.

"Nanti saja aku cerita," jawab Esti.

Nah Candra, Indah & Utari pergi ke kebun kelapa, sedangkan Damar, Yuda & Esti ke kantor balai dusun.

Di perkebunan kelapa, mereka bertiga ketemu dengan Bayu.

Mana tiga teman kalian? tanya Bayu
Mereka tugasnya di kantor balai dusun," jawab Candra.

"Kalian nginep dimana?" tanya Bayu.

"Dikamar belakang pendopo," jawab Indah.

"Serius? ada gangguan ga?" tanya Bayu dengan sedikit senyuman.

Indah lalu ceritakan semua yg ia alami & Bayu pun komentar
"Dulu ruangan itu tempat nyimpan gamelan, setelah kosong lama, belum ada yg nempati sebelum kalian.

Dulu kl warga lewat depan pendopo saat malam, suka dengar suara gamelan. Ternyata pernah ada satu gamelan kecil yg ketinggalan, setelah dipindah, suara itu gak pernah muncul lg"
"Kalau kata Pakde Lingga, dibangunnya balai desa baru karna pendopo lama gak bisa muat orang banyak ya? tanya Candra.

Bukan, karna posisi pendopo yg lama itu gak hoki kalau menurut hitungan weton, jawab Bayu.

Oh masih pake yg seperti itu ya? tanya Utari
"Iya, itu tradisi dari dulu," jawab Bayu

Tak lama Romo Galih datang & sambut mereka bertiga

"Oh ini 3 orang yg mau KKN itu ya, ayo silahkan ikut ke kantor saya"

Mereka bertigapun pamitan dengan Bayu
Siang itu, saat lagi lihat alur kerja di perkebunan kelapa, ada beberapa pekerja yg masih istirahat makan siang.

Mereka sambil ngobrol & bahasan mereka terdengar ke telinga Candra, Indah & Utari.

"Kemarin Empu Jarot ke gunung B loh," kata pekerja itu
"Tahu dr mana?"

"Semalam aku dr kebun ngintip, kan dia bawa petromak."

"Hah mau apa lagi dia kesana?" tanya temannya.

"Mungkin mau narik mustika," jawab teman yang satunya.
"Kenapa gak kapok? Kan dr dulu belum pernah berhasil," jawab temannya sambil ketawa.

Mendengar itu, muncul ide di kepala Candra
"Seru ini, siapa tahu kalau aku yg narik mustika, bisa dapat" kata Candra

"Ngawur, ingat kita lagi di wilayah orang," jawab Indah
"Jangan macam-macam deh," jawab Utari.

Cerita pindah ke Damar, Esti & Yuda yg ke kantor balai dusun, lokasinya di arah utara dengan jalan menanjak.

Di ujung jalan, mereka nemui dua cabang jalan, kiri ke arah gunung B
Sedangkan ke kanan ke arah balai dusun.

Disebelah kiri, hanya ada satu rumah, tampak ada nenek tua yg ngintip dr dalam rumah itu.

Tiba-tiba Pakde Lingga dari belakang nepuk pundak Damar, mereka pun noleh

"Hey, ayo kita ke balai dusun," ajak Pakde Lingga
"Itu rumah siapa Pakde?” tanya Esti

"Oh itu rumah Nok Rahmi,” jawab Pakde Lingga.

Mereka hanya ngangguk aja

"Oh ya saya lupa kasih tahu kalian, boleh ke bunung B tapi jangan masuk ke tanah keramat," kata Pakde Lingga tanpa beritahu alasannya
Sesampainya di balai dusun, mereka lakukan tugasnya, cukup antusias & berjalan lancar.

Sore hari, mereka pulang ke kamar, malam itu rencana makan nasi goreng yg mangkal di gapura pintu masuk dusun. Mrk tahu dari Bayu.

Disana Indah, Esti & Damar ceritakan semua yg dialaminya
Sesampainya di kamar, mereka sepakat tidur jam 22:00 & kalau mau ke wc harus ditemani.

Pada malam itu, Indah mimpi, ia berada di hutan & ada yg manggil namanya dari balik semak.

Di balik semak itu ada
Seperti jalan setapak, disana ada wanita membelakangi Indah, pakai kebaya ala keraton warna emas.

Perlahan wanita itu berbalik perlahan sambil berkata

“Waktunya pulang, Adikku !!!” Indah bangun dengan napas terengah-engah.
"Kenapa ndah, kamu mimpi buruk?" tanya Utari

Indah hanya diam, ia ngambil minum lalu kembali tidur
Utari yg terbangun, mendadak mau buang air besar & membangunkan Indah yg baru saja tidur.

Mereka berdua keluar kamar & Indah nunggu di luar wc, Utari langsung buar air besar.

Saat tengah di dalam wc, ia mendengar ada suara ketukan dari langit-langit wc
Utari gak mau nengok ke atas, karna ia tahu tepat diatas bak mandi, langit-langit itu berlubang berbentuk kotak & tutupnya tidak dipasang

Lubang itu gelap & langsung ke genteng, Utari tahu karna saat mandi pagi, ia selalu melihatnya
Indah masih nunggu di wc & angin malam berhembus dingin, ia kedinginan & masuk ke kamar sebentar tuk ambil jaket.

Sementara itu Utari di dalam wc baru saja selesai & bersiap pakai celana

"Took...Tooooook"
Suara ketukan itu makin kencang.

Tiba-tiba di belakang
Utari ada sesuatu yg menyentuhnya, ia kaget & lihat dibelakang pundaknya ada rambut hitam yg panjang.

Karna penasaran ia noleh ke belakang

Ternyata di lubang plafon itu ada kepala wanita menggantung terbalik dengan rambut amat panjang hingga menjuntai sampai ke lantai wc
Kepala wanita itu membenturkan keningnya ke sisi lubang di langit-langit, sehingga berbunyi "Took...Toook"

Utari teriak keras & ia buru-buru buka pintu wc sambil dibanting, sampai lupa matikan lampu wc

Indah sudah nunggu di depan wc.
"Ada apa?" tanya Indah.
Teriakan Utari membangunkan para cowo & mereka semua keluar.

Utari nangis histeris.

Lampu wc mendadak mati, yaitu bohlam memercikkan api seperti korsleting, semuanya masuk ke kamar
Di kamar, Utari menceritakan yg dilihatnya. Indah & Esti menenangkannya. Utari tak lama tidur.

Kamis pagi, mereka beli roti sambil ngopi di warung bukas, mereka kembali bertugas masing2 hingga tuntas di sore hari.

Sesampainya dikamar, mereka saling bertukar cerita
tentang yg disampaikan Bayu & Pakde lingga kemarin. Indah tak lupa ceritakan mimpinya semalam.

"Indah sudah 3 hari mengalami gangguan, gimana kalau kita minta pindah kamar ke Pakde Lingga?" saran Damar.

"Oke, malam ini kita ke rumah Pakde Lingga," jawab Yuda
Sore itu juga mereka pun berangkat tuk makan bakso di depan perkebunan kelapa, sepulangnya dari sana, mereka mampir ke rumah Pakde Lingga.

Bukas bukakan pintu & nyuruh mereka masuk
Pakde Lingga akhirnya ngerti & maklumi kalau kamar itu adalah bangunan lama, ia beri saran & akan berusaha cari rumah warga yg punya kamar lebih.

"Besok pagi akan saya kabari,” jawab Pakde Lingga.

"Ini pakde, kunci kamar pendopo saya kembalikan," kata Candra
"Oh ya saran saya, tiap malam kalian ngaji di kamar itu, siapa tahu jadi lebih tenang." kata Pakde Lingga.

"Baik Pakde terima kasih, akan kami lakukan," jawab mereka.

"Besok itu hari jumat, kita libur pakde, tapi kami akan ke balai dusun ya," kata Esti.
Kemudian mereka pamit.

Saat mereka di luar rumah, tiba-tiba ada pria & wanita berpakaian rapih berjalan menghampiri rumah Pakde Lingga
"Benar ini rumah Pakde Lingga?" kata pria itu

"Benar," jawab Damar

"Kamu Andini kan?" tanya Indah menunjuk ke yg perempuan
"Iya, Indah ya? Kakak kelas aku dulu di SMA?"
mereka lalu salaman

"ini kak, aku & temanku Oki, mau survei di dusun ini, kerjanya cuma minta kepala keluarga tiap rumah tuk isi kuesioner," kata Andini
"Oh gitu, emang berapa lama?" tanya Indah

"Cuma 10 hari, soalnya rumah di dusun ini kan gak banyak ya," jawab Andini

"Emang udah fix mau disini tempatnya?” tanya Indah
"Iya kak, ini aku mau ambil surat dari Pakde Lingga, mulai survei hari senin" jawab Andini

"Oke, nanti kita ketemu lagi, good luck ya," kata Indah

Candra ngetuk pintu rumah Pakde Lingga, Pakde Lingga yg baru saja masuk langsung keluar & lihat tamu itu
"Kalian yg mau survei hari senin ya? masuk dulu."

"Iya, kita mau ambil surat terus pulang, senin kita kesini lagi Pak, tuk mulai survei.

Anak2 KKN pulang & ikuti saran Pakde, yaitu ngaji bersama. Satu jam, mereka baca ayat suci, malam itu gak ada hal aneh yg terjadi.
Jumat pagi, Candra & Esti ke balai dusun tuk minta jawaban Pakde Lingga, ia jawab kalau mereka bisa pindah ke pesantren di belakang masjid aja, disana ada kamar lebih karna tidak semua santri ngisi kamar.

Bulan lalu sebelum Eyang Ronggo Wilis berangkat haji
Pernah ia diskusi dengan Pakde Lingga terkait tempat nginap anak2 kkn kalau jadi ke dusun ini.

Eyang Ronggo Wilis bilang kalau anak2 mau kkn, mereka bisa nginap di pesantren, karna masih ada kasur yg kosong & silahkan pake saja dapurnya tuk masak biar hemat
Itulah pesan beliau ke Pakde Lingga, waktu itu disaksikan Mas Djoyo Sulinggih, yaitu anak Eyang Ronggo Wilis.

Waktu itu Pakde Lingga belum sempat ketemu Mas Djoyo Sulinggih jadi anak2 kkn sementara ditempatkan dikamar belakang pendopo
Di pesantren kecil itu suasana cukup asri & sejuk karna banyak pohon rindang, disana ada 2 bangunan tuk nginap

Kamar wanita & pria, bentuknya seperti barak tentara lengkap dengan tempat tidur bertingkat, didalam sana sudah ada santri & santriwati yg nginap
rata2 usia santri 20 tahunan, mereka berenam lalu menghadap pengelola pesantren, putranya Eyang Ronggo Wilis, yg bernama Mas Djoyo Sulinggih

Setelah mereka kenalan, ia menunjukan dimana mereka akan menginap, yaitu di kamar yg tadi telah disebutkan.
Mereka berenam mengatakan bahwa hari ini kan menaruh barang saja, karna hari itu libur hingga minggu, nah mereka berenam rencana akan main ke desa x.

Mereka jalan ke gapura pintu masuk, lalu numpang truk sayur sampe di depan pintu masuk desa x, disana kampungnya
lebih luas tapi perumahan lebih padat, disana sama-sama berada di kaki gunung B, pilihan kulinernya lebih banyak, mereka ngemil pada siang itu.

Indah bilang kalau ia ingin kembali ke rumahnya dulu di kota, rencana ia hari minggu kembali lagi
tapi indah mengurungkan niatnya, lagipula disini baru 5 hari masa sdh pulang lagi.

"Kita pulang minggu depan aja," kata Candra.

"Oh ya kata Pakde Lingga, kita boleh ke gunung B tapi jangan masuk ke tanah keramat," kata Utari”
"Ya udah, mumpung besok msh libur, besok ke gunung B yuk? kan kata Bayu disana yg dilarang cuma tanah keramat, berarti kita masih boleh ke area selain itu," kata Yuda.

"Benar juga ya, pulang dari sini, aku akan bilang & minta ijin ke Pakde Lingga," kata Damar
Tak lama mereka pulang ke Dusun Nggubet Sukmo, Damar ditemani Utari ke rumah Pakde Lingga & mengutarakan niatnya, Pakde Lingga mengizinkan

"Besok saya akan utus Narto tuk temani kalian ke gunung B, dia tahu mana yg boleh & tak boleh dikunjungi," kata Pakde Lingga
Narto ini sering terlihat di balai dusun, seperti OB & sering dipercaya Pakde Lingga tuk ngantarkan dokumen

Narto pula yg suka belanja bahan makanan tuk kantin bukas.

Damar & Utari kembali ke pesantren untuk beritahu temannya, kalau besok bisa ke gunung B
Malam itu, para santri masak di dapur & mereka berenam ikut makan.

Pesantren kecil itu terletak di belakang masjid, disana ada dapur kecil & bahan makanan lengkap.

"Disini kan ada dapur, gimana kalau kita beli sayur, beras & lauk, nanti kita numpang masak disini?" kata Candra
"Benar itu, lebih hemat daripada makan diluar," jawab Esti.

Malam itu Indah cukup senang, karna di tempat ia nginap dapat teman baru yaitu satriwati yg baik hati & Indah PD bahwa di kamar baru ini ia gak kan dapat gangguan.

Utari datang & minta Indah menemaninya ke masjid
Karna Utari belum solat Isya. Indah sedang datang bulan sehingga ia nunggu di luar masjid

Utari sudah wudhu & pake mukena. Indah lihat Utari dari luar jendela, tampak Utari solat sendirian

Indah duduk melihat ke jalan, datanglah Mas Djoyo Sulinggih sambil nanya
"Loh, kamu sendirian aja ndah?"

"Ini saya lagi nunggu Utari yg lagi solat didalam," jawab Indah

Mas Djoyo Sulinggih nengok ke dalam lewat jendela kaca.

"Oh temanmu berdua lagi solat ya?"

"Hah berdua? yang solat cuma Utari sendirian kok," jawab Indah
Mas Djoyo Sulinggih ajak Indah nengok ke dalam lagi, mereka berdua ngintip, lalu kaget

Pada rakaat ke 3, dibelakang Utari ada sosok wanita yang ikut sujud, sosok itu pakai kain warna putih & mereka berdua kira itu adalah mukena

Saat Utari berdiri, sosok dibelakang itu
ikut berdiri sambil noleh ke arah Indah & Mas Djoyo Sulinggih.

Sosok itu senyum, lalu sambil berdiri & tangan masih bersedekap, sosok wanita itu goyang goyangkan kepalanya & loncat

Ternyata itu adalah POCONG

Kain putih di tubuhnya adalah kain KAFAN
Indah & Mas Djoyo Sulinggih menjerit kencang & lari

Dibelakang masjid, mereka bertemu Yuda & Candra yang sedang ngopi.

"Itu tolong Utari," kata Indah.

Yuda segera masuk ke dalam masjid, sedangkan Candra & Mas Djoyo Sulinggih menenangkan Indah
Di dalam masjid, tampak Utari habis solat & lagi zikir

Yuda lihat Utari sendirian, setelah usai, Utari noleh.

"Itu suara Indah teriak teriak di luar? kenapa dia” tanya Utari.

"Gak tahu, kamu gak apa-apa?” tanya Yuda.

"Aku habis solat kok, ya baik2 aja," jawab Utari
Mereka berdua keluar masjid & lari ke belakang.

Disana Indah masih histeris.
"Pocong, pocooong," kata Indah sambil menutup mata.

"Istigfar, kamu lihat pocong dimana?” tanya Yuda,

"Dibelakang Utari, dia ikut solat," jawab Indah

"Ah yg bener? ga ada siapa-siapa, jwb Utari
"Ya benar, aku lihat sendiri tadi, gak ada siapa-siapa," jawab Yuda.

"Tadi ada pocong dibelakangmu Utari, saya ikut lihat,” jawab Mas Djoyo Sulinggih.

"Sudah, biarkan Indah istirahat," kata Candra.
"Jangan ceritakan ini ke santri lain, nanti mereka takut," pesan Mas Djoyo Sulinggih.

Mereka masuk ke kamar & bergegas tidur.

"Pasti ada salah satu dari anak kkn itu yg diincar oleh lelembut disini, apa alasannya ya?" tanya Mas Djoyo Sulinggih dalam hati
Besoknya, sabtu pagi. Narto sudah standby di depan pesantren, mereka berenam sarapan & bergegas ke gunung B

"Narto, jangan lupa kau beritahu pantangannya ya, jangan ke tanah keramat, ingat itu," pesan Mas Djoyo Sulinggih mengingatkan.
Tak lama mereka berangkat.

Mereka jalan nanjak & di ujung pertigaan ambil jalan kiri, tapi saat belok kiri
di samping ada satu rumah. Yaitu rumah Nok Rahmi, ia keluar dari dalam lalu ambil batu kerikil & lempari mereka.

Narto & mereka kaget.
"Ayo cepat kita lari, kata Narto

Mereka lalu nekat berlari di depan rumah Nok Rahmi, karna hanya itulah jalan satu-satunya naik ke gunung B.
"Siapa dia?" tanya Indah.

"Dia dukun beranak, biarkan aja," jawab Narto.

Mereka terus jalan, sampai akhirnya ketemu pohon durian yg besar, mungkin sebesar pelukan 3 orang dewasa.

Di depan pohon durian itu, ada kubangan terbuat dari batu berbentuk
persegi panjang, didalamnya ada pancuran yg ngeluarkan air, berbentuk spt kolam & memang terisi air bening & sejuk.

"Ini namanya Sendhang Mumur Aji," kata Narto.

Mendengar nama itu, Candra bergidik merinding & menjauhi Sendang itu.
"Ayo kalian cuci muka disini & minum airnya biar tambah seger," kata Narto sambil mencontohkan.

Semua cuci muka & ambil airnya tuk minum, kecuali Candra, ia tidak mau cuci muka & minum.

Mumur Aji artinya menghancurkan kesaktian kan?” tanya Candra
"Ya itu mitosnya kalau punya ilmu hitam, akan luntur jika minum air ini. Tapi apa emang kamu punya ilmu hitam?" tanya Narto sambil tertawa.

"Minum saja, airnya bersih kok," ajak Esti.

Tetap saja Candra gak mau menyentuh air Sendhang itu, teman-teman yg lain
tidak menghiraukan & kembali lanjutkan perjalanan.

Kemudian mereka menemui tanjakan & turunan sebanyak 2 kali, setelah itu mereka menemui 2 cabang, disebelah kanan ada petak kuburan persegi panjang, seperti kuburan pada umumnya,
pinggir kuburan terbuat dr batu andesit & ada prasasti di depannya, seperti yg pernah diceritakan Bayu.

Itu adalah tanda batas yg boleh dikunjungi

"Tanjakan setelah kuburan adalah tanah keramat & terlarang tuk dikunjungi," kata Narto.

Tanjakan setelah kuburan itu menuju
ke puncak gunung, nah dari arah sana Candra merasakan ada energi metafisik yg sangat besar, energi yg cukup besar yg ngundang ia tuk kesana.

Tak ada jalan lain, akhirnya mereka harus pilih jalan sebelah kiri, mereka jalan lurus sampai nemui ada Sendhang lagi yg lebih besar
disini gak ada airnya, tapi Sendhang ini hanya terisi batuan & ada batuan datar yg tersusun spt tempat duduk.

Disebelah Sendhang itu ada bunga warna hijau kemerahan

"Bolehkan bunga ini dipetik?" tanya Esti.

"Silahkan, namanya puspa giri artinya bunga gunung” jawab Narto
Narto keluarkan isi tasnya, isinya cemilan, roti, termos isi kopi, gelas plastik, pisang, kacang & banyak makanan.

"Ayo kita ngopi dulu, santai aja," kata Narto.

Candra lalu pamit ingin buang air kecil.

"Lurus aja dekat pinggir jurang, pipis aja disana," jawab Narto
Mereka makan & bercengkrama dengan penuh gelak tawa

"Oh ya itu batu yg bentuknya spt tempat duduk itu apa?" tanya Damar.

"Namanya Dhampar Watu, mitosnya siapapun yg duduk disini & gak jatuh, artinya akan sukses dikemudian hari. Dulu banyak pejabat yg kesini," kata Narto
Kali ini semua orang coba duduk di kursi batu itu kecuali Candra.

Saat duduk, semua orang jatuh karna permukaan batu itu miring & membuat tubuh tak bisa seimbang, hanya ada satu orang yg tak jatuh, yaitu Indah.

Semua lalu bertepuk tangan & seraya mendoakan kebaikan tuk Indah
Set jam berlalu
"Candra mana ya, kok lama? coba disusul," kata Narto.

Damar & Yuda nyusul Candra, tak diduga ternyata disana dibalik semak-semak, Candra sedang melakukan gerakan ritual PENARIKAN PUSAKA GAIB.

"Candra kamu lagi apa?" tanya Damar
"Aku mau ambil mustika disini, jangan ganggu aku."

Damar & Yuda terus narik candra menjauh dr tempat itu, Candra menolak & akhirnya diseret.

"Hei ada apa?" teriak Narto
"Gak apa apa," jawab Candra dengan wajah marah.

"Gara2 kalian aku gagal," bisik Candra ke Yuda & Damar
tiba-tiba mendadak mendung & entah darimana kabut turun dengan cepatnya, Narto ketakutan karna kabut itu seperti turun dr langit & mendekati mereka.

"Sudah, kita sampai sini aja ya, kita harus segera pulang, ayo ikuti aku” kata Narto.

Padahal itu belum sore, mungkin baru
Jam 11 siang. Narto pulang dengan tergesa spt berlari kecil, mereka pulang lewat jalan yg sama spt saat mereka naik.

Langit di dalam hutan itu spt mendung & mulai gelap. Mereka berenam lari ngikuti Narto.

Yuda lari di barisan paling belakang, ia lihat kabut dr kejauhan
Kabut itu punya biasan warna spt pelangi, sungguh aneh memang.

Damar lari paling depan, yaitu tepat di belakang Narto.

Ia dengar Narto berkata
“Kabut Kluwung….Kabut Kluwung…”.

Setelah mereka turun dari gunung B, mereka lewat rumah Nok Rahmi lagi
Nok Rahmi berdiri di depan pintu samping bertolak pinggang, ia menggeleng-gelengkan kepalanya saat lihat mereka lari di depan rumahnya.

Setelah turun & sampai di depan pendopo, semuanya berhenti tuk narik napas

Narto & mereka berenam pisah.
Semua kembali ke pesantren, padahal hari itu masih siang.

Cuaca disana ternyata masih terang & tak mendung sedikitpun.

"Loh disini terang, kenapa di gunung B mendung? tanya Indah.

"iya aneh banget," jawab Yuda
Mereka beristirahat, tak lama Yuda & Damar pergi ke warung pecel ayam yg waktu itu tutup, warung itu sekarang buka

Disana jualan soto juga, mereka beli pecel ayam & soto masing2 enam porsi (tuk 2 kali makan, siang & malam).

Setelah itu mereka kembali ke pesantren
Di perjalanan pulang, Yuda & Damar masih kesal dengan ulah candra

"Gila ya tuh anak udah tau lagi di tempat orang, malah nekat narik pusaka," kata Yuda.

"Iya narik mustika gitu kan sama aja ngambil barang tanpa ijin yg bukan haknya dia, sama aja mencuri," jawab Damar
Sesampainya di pesantren, mereka makan bersama, sejak itu Indah jadi pendiam.

"Ayo Indah kita makan,” kata Esti.
"Kamu kenapa, sakit?” tanya Utari

Indah tak lama makan, makannya lama spt tak nafsu makan, tapi akhirnya makannya habis juga
Malam itu, mereka kembali makan sisa soto & pecel ayam, tapi Indah gak mau makan, katanya gak enak badan

Ada salah satu santriwati yg beri roti & susu panas. Akhirnya Indah mau makan roti dicelupkan ke susu panas, tak lama Indahpun tidur.
Tepat jam 12 malam, terdengar keras spt suara gong yg dipukul 3 kali, mereka berlima mendengarnya

Sedangkan Indah sudah tidur. Mereka lalu keluar tuk cari sumber suara, ternyata dijalan raya semua warga sudah keluar rumah & saling tatap-tatapan
"Mereka semua dengar," kata Esti.

"Suara itu pasti dr gunung B," kata Candra.

Warga saling bertanya heran, darimana sumber suara itu

Empu Jarot terlihat keluar rumah sambil baca mantra & mercikan air dari gayung yg terbuat dr batok kelapa, ia kembali masuk ke rumah
tiba-tiba Nok Rahmi datang dr kejauhan dengan megang tongkat, menghampiri mereka berlima.

Ia membentak sambil berkata, "Demit Alas Pisanan telah mengikat salah satu dari kalian. Ratu Mercu Pati akan mengambil teman kalian. Aku gagal,
Aku gagaaaaaalll." Nok Rahmi berbalik badan & nangis, ia kembali pulang dengan terisak-isak.

Semua warga yg melihat hanya melongo.

“kenapa ia hanya datang ke kita? Apa kita telah buat salah?” tanya Damar.

Esti lalu ingat bunga yg telah dipetiknya
jangan-jangan gara2 aku petik bunga dari gunung B itu?" kata Esti dengan ketakutan.

Dimana bunga itu? ayo kita kembalikan sekarang ke gunung B," kata Yuda.

"Kau ambil seenaknya aja," kata Candra.

"Loh kata Narto tadi gak apa-apa kok," jawab Esti
"Aku kembalikan saja ya, kalian temani aku,” kata Esti

Ia masuk ke dalam tuk ambil bunga itu, ia nitip pesan ke Utari tuk nemani Indah. Yg mengembalikan bunga itu Esti, Damar & Yuda, sedangkan Candra gak diajak karna takut narik pusaka lagi di gunung.
Mereka bertiga menaiki jalan nanjak ke arah gunung, mereka lewati rumah Nok Rahmi, nenek itu baru saja pulang & hendak masuk ke rumah, tiba-tiba ia noleh & bentak mereka bertiga.

"Mau apa lagi kalian kesana?"

"Kami mau kembalikan bunga yg tadi pagi kami ambil," jawab Esti
"Maaf jika gara2 ambil bunga ini, jadi menimbulkan gangguan mistis," kata Yuda.

"Anak bodoh, bukan gara-gara metik bunga itu," jawab Nok Rahmi.

"Lantas penyebabnya apa?" tanya Damar.

"Apa kalian tadi duduk di Dhampar Watu?" tanya Nok Rahmi
"Maksudnya batu yg disusun spt tempat duduk itu?" tanya Yuda.

"Ya, manalagi ada lagi tempat spt itu disana," jawab Nok Rahmi.

"Ya benar," jawab Esti.

"Siapa yg gak jatuh saat mendudukinya, ia akan diincar sang ratu," jawab Nok Rahmi
"Apa yg harus kami lakukan?" tanya Damar.

"Siapapun dia, bawa temanmu keluar dr sini sejauh-sejauhnya & jangan pernah kembali", jawab Nok Rahmi.

"Tapi teman kami itu kkn nya masih lama disini," jawab Yuda.

"Ah bukan urusanku," bentak Nok Rahmi sambil masuk & banting pintu
Sementara itu dikamar, Indah bangun dengan keringat dingin, Utari megang keningnya ternyata sangat panas.

"Indah, kamu demam tinggi loh,” kata Utari.
Indah tak bisa berkata, hanya nutup mata sambil mengerang, Utari panik & ngetuk kamar pria

Candra keluar & Utari menceritakan
"Bawa Indah ke klinik yg ada di depan,” kata Candra.

"Itu kan klinik bersalin," jawab Utari.

"Tapi disana kan ada kotak p3k, siapa tahu ada obat penurun demam," kata Candra.

"Ini udah tengah malem," jawab Utari.

"Di plangnya tulisannya 24 jam, kita coba dulu," kata Candra
Utari bawa Indah keluar dari kamar, ditemani Candra, mereka pergi ke klinik bersalin, tak lupa Indah pakai Jaket.

Candra ketuk pintu klinik itu, di dalam ruangan ada lampu masih nyala, tak lama ada seorang bidan datang & bukakan pintu.

Candra ceritakan maksud tujuannya.
"Ayo masuk dulu,” kata bidan itu, di dadanya ada nametag bertuliskan Wilda.

Ia ambil thermometer & cek suhu, ternyata tubuh Indah memang panas.

Disini obatnya gak lengkap, kalau mau besok aja ke puskesmas di desa x, saran Wilda.
"Apa disini ada obat penurun demam atau alat kompres?" tuk malam ini saja," kata Utari

"Kalau sekarang ke desa x sudah malam," jawab Candra.
"Sebentar ya," jawab Wilda
Ia masuk ke kamar & ambil plastik isi obat.

"Ini ada obat pribadi punya saya, antibiotik & pereda nyeri
"Seminggu yg lalu saya minum tuk sakit gigi & masih sisa 1 tablet, bisa diberikan tuk Indah malam ini aja, tapi besok pagi kalau demam belum turun, kalian harus bawa dia ke puskesmas didesa x," kata Wilda.

"Terima kasih, maaf mengganggu malam-malam,” jawab Utari
tak lama mereka pamit & Wilda kembali masuk.

Sesampainya di kamar, Indah makan 3 suap roti & langsung minum obat, tak lama ia minum air putih sangat banyak & keringat dinginnya berhenti.

Setengah jam kemudian ia tidur dengan nyenyak.
Utari memakaikan kaos kaki di kaki Indah & menyelimutinya.

15 menit kemudian, tiba-tiba ada yg ngetuk pintu klinik bersalin, Wilda yg baru aja mau tidur ngeluh “siapa lagi malam-malam yg datang, tumben?”

Ia buka pintu. Ternyata ada ibu berumur 30 tahunan
sedang hamil, perutnya besar.
"Silahkan masuk bu," kata Wilda.

Anehnya ibu hamil itu tanpa alas kaki & hanya pakai daster bunga warna merah.

"Loh ibu kenapa datang sendirian? rumahnya dimana?" tanya Wilda.

Ibu itu hanya diam, wajahnya pucat, tampak ia ngatur napas
Wilda tahu kalau itu tanda kan melahirkan, ia bawa ibu itu ke ruang bersalin.

"Bu berbaring disini ya, saya siapkan dulu yg dibutuhkan tuk lahiran," kata Wilda

Ibu itu nengok & tersenyum dengan mata melotot.

Wilda lalu meninggalkannya dengan heran,
tapi ia harus kembali lagi setelah siapkan peralatan, ibu itu kembali mengela-ela napas dengan berulang.

Di ruang sebelah, Wilda siapkan apa yg biasa diperlukan tuk lahiran, tapi ditengah ia menyiapkan, suara napas ibu itu berhenti, suasana mendadak hening.
Wilda penasaran & nengok ke ruang bersalin, kosong, gak ada siapa-siapa.

Wilda periksa ruang tunggu arah teras depan, kosong gak ada orang.

Wilda lari masuk ke dalam & ambil senter, ia keluar menyorot sinar senter ke semak-semak di sekitar teras.
"Bu….bu….dimana bu?" tanya Wilda.
Ia periksa sekitar depan klinik yg gelap gulita, tapi ia gak nemukan siapapun.

Lelah tidak nemukan yg dicari, Wilda masuk kamar & kunci pintu.

Ia istirahat sambil nanya dalam hati, "kemana ibu itu ya, kok hilang sangat cepat."
"Padahal mau aku bantu, kok gak wajar ya."

Tak lama mati lampu, Wilda kaget & ia ambil senter kembali, ia keluar rumah, ternyata lampu tetangga hidup
"Kenapa lampu rumah ini saja yg mati? kata Wilda.

Ia masuk ke kamar & mau nyalakan lilin, tak lama ia dengar suara tangis bayi
"oeeeeek, oeeeeeek," suara tangis bayi itu cukup keras & bersumber dr belakang klinik.

Kali ini Wilda penasaran tapi bergidik ngeri, ia masih berpikir logis,

"Apa jangan-jangan ibu yg tadi lari ke belakang klinik & melahirkan disana ya? Soalnya tadi aq belum cek belakang."
Wilda lalu dekati sumber tangisan bayi itu, sampailah ia di belakang klinik, tepatnya dapur yg gelap & di depannya ada sumur.

"Oeeeeek, oeeeeeeeek," suara bayi itu terdengar dari dalam sumur.

Wilda masih berpikir, mungkin ibu itu hamil di luar nikah &
takut aborsi. Jadi setelah dia lahiran, bayinya di buang ke dalam sumur."

Wilda menyorot senter ke bawah, tepatnya ke dalam sumur, mendadak suara tangisan bayi itu hilang, di dalam sumur tidak ada apa-apa.

Saat Wilda menyorot senter kembali ke depan, tepat
diseberang sumur, ada ibu yg tadi ia temui. Kali ini wajah ibu itu hancur tersayat & kulitnya mengelupas,

Ibu itu bentak Wilda
"Kenapa kamu tolong Indah?

Wilda teriak ketakutan & ia pingsan disamping sumur

Damar, Esti & Yuda kembali ke pesantren & mrk tidur di kamar masing2
Hari minggu pagi itu, Indah bangun dengan sehat, demamnya sudah turun.

Ada santri yg masak tuk mereka sarapan.
Setelah makan, Damar & Esti bahas kejadian di rumah Nok Rahmi.

"Apa? Jadi aku harus keluar dari dusun ini? Apa hubungannya sama duduk di batu itu?" tanya Indah
"Itu kan alesan dari Nok Rahmi sbg dukun, biarkan saja,” jawab Damar.

"Lagipula disini KKN mu belum selesai," kata Esti.

"Masa gara-gara duduk di Dhampar Watu, kamu bakal bermasalah di kampus?" tambah Yuda.

"Ya sudah, sekarang jalani saja, tapi saran dari Pakde Lingga
Kalau tiap malam harus ngaji jangan ditinggalkan," kata candra.

Siang itu, Indah kembali gak enak badan, Yuda & Candra mau ke desa x tuk beli obatnya Indah ke apotek

Saat Yuda & Candra keluar pesantren, ada mobil yg baru saja datang, disambut Mas Djoyo Sulinggih
Lalu didalam kamar, Indah ditemani Utari & Esti, setengah jam kemudian pintu kamar mereka diketok oleh Mas Djoyo Sulinggih.

"Iya mas, ada apa?" tanya Esti.

"Maaf begini, ada santriwati baru sekitar 6 orang & mau nginap disini, kira-kira apakah masih muat?" kata Mas Djoyo
"Kalau 6 orang gak muat, Kasur yg kosong sisa 3 lagi," jwb Utari
"Maaf gimana jika 6 santriwati itu tidur disini & kalian bertiga tidur dikamar tamu yg ada didalam rumah saya,"

Karna merasa gak enak & statusnya numpang, Mereka mempersilahkan 6 santriwati baru itu tidur di kamar
karna memang itu kamar tuk santriwati. Mereka bertiga belum tahu mau pindah kemana karna nunggu keputusan para cowok.

Utari izin pergi keluar ke warung pecel ayam tuk beli makan siang.

Sesampainya disana, ia ketemu Romo Galih, melihat wajah Utari yang sedih, ia nanya
Utari jelaskan, jika ia & teman-temannya bingung harus tidur dimana lagi. Romo Galih nawarin jika ia & teman-temannya bisa tidur di kamar yg ada di perkebunan kelapa jika mau.

"Disana ada 2 kamar yg luas & sementara kosong, pakailah kalau mau" kata Romo Galih
"Akan saya tawarkan ke teman-teman dulu ya," jawab Utari

Sedangkan Yuda & Candra di desa x, setelah beli obat, mereka bertemu Pakde Lingga yg lagi bantu masukan sembako ke mobil

Disebelahnya Pakde ada Ki Ndalu Suwira, yaitu dermawan di desa x yg hari itu mau mengadakan
kegiatan baksos di dusun nggubet sukmo, untuk itulah Pakde lingga sbg kepala dusun mempersiapkan bantuan sembako dari Ki Ndalu Suwira yg akan dibagikan disana.

Pakde Lingga lihat Yuda & Candra, "Loh kalian ada disini?"
"Ya pakde, kami habis beli obat tuk Indah,” jwb Candra
"Dia sakit apa?”
"Demam Pakde," sahut Yuda

"Coba nanti saya lihat ya," kata Ki Ndalu Suwira

"Ayo pulang bareng saya," kata Pakde Lingga.

Lalu mereka naik ke mobil & kembali ke Dusun Nggubet Sukmo.

Sesampainya di sana, mobil berhenti di balai dusun, warga yg sdh tahu
akan ada baksos sudah ramai mengerumuni, Ki Ndalu Suwira turun dari mobil & bagikan sembako dibantu Pakde Lingga, Yuda & Candra.

Setelah itu Yuda & Candra kembali ke pesantren, disana Esti cerita tawaran Mas Djoyo sulinggih.
"Bingung juga, kalau kita para cewe tidur di kamar tamu, kan sungkan apalagi serumah dengan Mas Djoyo Suligggih,” kata Esti
"Iya, kalau kalian tidur di kamar cowo, juga gak mungkin karna di kamar kita masih ada santri cowo yg lain," kata Damar.

Lalu Utari mengatakan tawaran Romo Galih, akhirnya semua teman-temannya setuju, mereka bawa koper & bilang ke Mas Djoyo Sulinggih kalau mereka mau pindah
Sesampainya diperkebunan kelapa, Romo Galih nunjukan kamar tuk pria & wanita.

Indah waktu itu sudah makan & minum obat yg dibeli di desa x, sehingga kondisinya membaik.

Setelah itu mrk berenam ke balai dusun tuk beri tahu Pakde Lingga kl mrk gak nginap di pesantren lagi.
Sesampainya disana, pembagian sembako baru selesai.
Teman-teman cowo sampaikan alasan knp pindah ke tempat Romo Galih. Pakde lingga setuju aja.

Ki Ndalu Suwira nunjuk Indah,
"Apakah ini teman kalian yg tadi kalian bilang sedang sakit?"

"Benar," kata Yuda.
Ki Ndalu Suwira mundur perlahan sambil natap Indah dengan tajam,
"Kamu sudah diincar nak, berhati-hatilah."

Pakde Lingga kaget & bertanya maksudnya apa.

Ki Ndalu Suwira jelaskan kalau Indah punyai hubungan dengan Ratu Mercu Pati, yaitu penguasa Alas Pisanan
Tampak disana ada Narto yg menguping tapi ketahuan oleh Pakde Lingga.

"Narto cepat kesini, jelaskan kepadaku apa yg mereka lakukan saat ke gunung B bersamamu?"

Kemudian ia jelaskan yg anak2 KKN alami.

"Tidak ada yg salah, duduk di Dhampar Watu & metik
daun puspa giri kan bukan pantangan, toh mereka gak masuk ke tanah keramat," kata Pakde Lingga

Yuda & Damar gak cerita kalau Candra di gunung B waktu itu nekat mau narik pusaka.

Narto jelaskan kejadian aneh setelah mereka duduk di Dhampar Watu, yaitu muncul kabut aneh
Hanya Indah yg saat itu duduk tapi bertahan & gak jatuh," kata Narto

"Itulah Kabut Kluwung, siapa yg duduk di Dhampar Watu & gak jatuh, akan diangkat keluarga oleh Ratu Mercu Pati, sehingga kabut kluwung datang tuk jemput Indah," jawab Ki Ndalu Suwira
"Gimana solusinya?" tanya Pakde Lingga.

"Ambilkan air putih 2 botol," pinta Ki Ndalu Suwira, Narto menyiapkannya.

Ki Ndalu Suwira baca mantra pada kedua botol itu & memberikannya ke Indah.

"Satu untuk diminum sampai habis & satu tuk mandi malam ini," sarannya
"Gimana bila cara ini tak berhasil?" tanya Candra.

"Satu-satunya cara, Indah harus keluar dari dusun ini, nanti akan netral. Maaf saya pamit, saya ada urusan dalam waktu lama," jawab Ki Ndalu Suwira.

Ia masuk ke mobil & meninggalkan dusun
"Kalau Indah mau ganti tempat kkn gak apa apa,mumpung baru seminggu disini, yg penting kamu selamat," pesan Pakde Lingga.

Sebenarnya Indah sudah gak betah di dusun itu tapi ia merasa gak enak dengan tim lainnya, ia merasa sreg dengan kekompakan teman-temannya
"Aku coba pake 2 botol air tadi, semoga bisa nolong sehingga aku tak perlu keluar dari sini," jawab Indah.

"Walau kalian nginap di perkebunan kelapa, tetaplah mengaji di dalam kamar ya," pesan Pakde Lingga.

"Baik Pakde, kalau begitu kami pamit," jawab mereka
Semua kembali ke kamar yg ada di perkebunan, sesampainya disana ternyata ada Bayu.

Mengetahui mereka berenam menginap disana, Bayu malah mau ikut nginap di kamar cowo. Tak lama Romo Galih datang & mengijinkan Bayu tuk nginap
Bayu tak pernah dapat teman sebaya di dusun itu. Bayu lalu beli rokok, kopi & cemilan tuk nanti malam, rencananya mau begadang dengan para cowo lainnya.

"Liat tuh, dibelakang kebun kelapa, ada tebing yg sudah disediakan tangga, itu jalan pintas ke gunung B," kata Bayu
"Oh berarti itu jalan pintas, kalau lewat situ berarti ga harus lewat depan rumah Nok Rahmi ya?" jawab Candra.
"Iya," jawab Bayu.

"Itu setelah tangga kalau ke gunung B kan naik ke atas, nah kalau ke kiri itu nembus kemana?" tanya Candra
"Kiri ke arah telaga, semacam danau kecil, disana angker loh," jawab Bayu

Malam itu hujan & setelahnya turun kabut yg membuat cuaca jadi dingin, hujan angin menyebabkan beberapa kabel lampu di perkebunan mati, saung/gazebo kecil di tengah perkebunan gelap karna lampunya mati.
Saat hendak tidur, tiba-tiba pada pukul 10 malam, terdengar suara kereta kuda lengkap dengan suara derap langkah kaki kuda, suara ringkihan kuda & suara lonceng yg mendenting kencang.

Semua dengar di kamar masing-masing.
Indah yg saat itu sudah tidur, ia mimpi didatangi kereta kuda & dari dalam kereta itu keluar wanita berkebaya emas yg mengaku bernama Dewi Nyawang Milir

Kali ini wanita itu menunjukan wajahnya & amat mirip dengan Indah
"Pulanglah Adikku," katanya
"Siapa kau? Aku tidak mengenalmu?" jawab Indah

Indah mengigau sangat kencang & diluar kamar, suara kereta kuda itu makin mendekat, yaitu dari arah perkebunan kelapa.

Esti membuka salah satu botol yg tadi diberikan Ki Ndalu Suwira
& memercikkan airnya di wajah Indah, sontak Indah terbangun & suara kereta kuda di luar kamar mendadak hilang.

Suasana hening karna semua ketakutan, Indah bingung dengan apa yg terjadi di luar ruangan selama ia tidur.

Pintu kamar pria diketok &
Ternyata itu adalah Romo Galih, biasanya ia tidur sendirian di kamar paling depan, yaitu kamar yg terpisah.

Tapi kali ini ia mau tidur di kamar cowok.

"Kalian tadi dengar suara kereta kencana?" tanya Romo Galih

"Iya Romo, kami semua dengar," jawab Bayu
"Saya numpang tidur disini ya, takut kalau sendirian," jawab Romo Galih.

Mereka lalu tidur, entah mengapa hawa perkebunan jadi mencekam, biasanya gak spt ini.

Tepat pukul 03:00 pagi, ada suara buah kelapa yg jatuh dari pohonnya

"Duuuukkk," begitu suaranya
Buah kelapa itu membentur rerumputan, tapi lama kelamaan suara itu terulang lagi & suaranya makin keras & terasa makin dekat.

Suara itu membangunkan Romo Galih & Bayu.
Tak tahan dengan suara yg makin berisik, akhirnya Romo Galih & Bayu berdiri
"Suara itu dari tadi berisik sekali," kata Romo.

"Suara kelapa jatuh," jawab Bayu

"Iya tapi kok jatuhnya banyak banget & sering, apa ada maling manjat pohon?" tanya Beliau.

"Apa kita cek saja?" tanya Bayu.

"Ya sudah kamu temani aku ya," kata Romo
Mereka ambil 1 senter & ngendap-endap keluar, cahaya senter menyorot tanah tapi gak ada buah kelapa yg jatuh.

"Loh mana kelapanya?" tanya Romo Galih.

Tak lama ada suara kelapa jatuh dr belakang saung,

"Duuuuk."
Romo Galih & Bayu lari ke sana, setelah dilihat dengan
sorot lampu senter, tepat dibawah pohon kelapa, ada 3 kelapa yg jatuh.
2 disebelah kiri saling berhadapan & 1 terjatuh menggelinding agak jauh dekat bebatuan.

"Ambil aja semua, buat ntar minum anak-anak,” kata Romo Galih
Oh mungkin mau dibelah terus airnya tuk diminum bersama, pikir Bayu.

Karna gak megang senter, Bayu ngambil 2 kelapa terdekat itu, satu ditenteng di tangan kiri & satu lagi di tangan kanan

Sedangkan Romo Galih ngambil satu kelapa yg jatuh agak jauh
Romo Galih lihat satu kelapa itu warnanya agak hitam, aneh memang, ia lalu manggil Bayu

"Sini, lihat itu kok kelapanya hitam ya, apa bekas bakaran sabut?"

Bayu mendekat & lihat kelapa itu dari dekat, Romo Galih masih menyoroti kelapa itu ke arah bawah tepat diatas tanah
tiba-tiba kelapa hitam itu berputar & berbalik arah ke hadapan Bayu & Romo, memperlihatkan sisi dibaliknya

Ternyata itu adalah wajah, pria tambun seperti mayat tenggelam dengan wajah bengkak & warna kulit kebiruan, matanya bengkak & hampir keluar
Mulutnya terbuka & berkata,

"Mana Indah?"

Itu bukan kelapa tapi KEPALA BUNTUNG

"Aaaaaaaaaaaaa,"
Bayu & Romo Galih teriak & lari sekencang kencangnya

Bayu melempar 2 kelapa yg digenggamnya

Kepala buntung itu terbang & melayang cepat mengejar mereka
Ujung hidung kepala buntung sempat nyentuh pundak Romo Galih karna ia lari paling belakang.

Saat mereka sudah hampir dekat dengan kamar, tiba2 potongan kepala itu berpindah & sudah ada tergeletak di atas meja, sambil tersenyum ke arah mereka
Bayu yg tadinya lari, lalu kaget & berhenti mendadak, Romo Galih yg lari dibelakang gak sempat ngerem & nabrak tubuh Bayu

Kedua nya jatuh & lihat kepala itu sedang menyeringai, keduanya nangis sambil nutup wajah dengan tangannya
tak lama pintu kamar dibuka & keluarlah Candra, Yuda & Damar

"Hei kalian kenapa?" tanya Yuda

"Itu ada kepala," jawab Bayu
"Di mana? Ga ada apa apa," jawab Damar.

"Itu diatas meja," jawab Romo.

"Mana, kosong kok," kata Candra
Bayu & Romo Galih buka mata & benar saja, kepala itu sudah hilang.
Mereka semua masuk ke dalam kamar & baru saja pintu di tutup, tiba-tiba di arah kebun ada suara,

"Duuuuuk."

"Suara apa itu, seperti kelapa jatuh?" tanya Damar

"Biarkan, ayo tidur” jawab Bayu penuh ketakutan
Pagi itu hari senin, Romo Galih bangun paling akhir, anak2 sudah pada bangun

Bayu ceritakan semua yg terjadi semalam, saat itu anak2 cewe hanya bengong.

Tak lama Romo Galih Bangun, sambil nyeduh kopi ia nimbrung dengan mereka.

"Kepala itu nanyain kamu ndah," kata Romo
"Tuh benar yg tadi aku bilang,” kata Bayu.

Indah makin takut
"kenapa ya dia nanyain kamu, emang kamu pernah berbuat apa?" tanya Romo Galih.

Indah pun bingung menjawabnya. Tak lama ada yg ngetuk pagar perkebunan kelapa, ternyata itu Pakde Lingga
Ia sengaja ingin jenguk anak2 kkn karna mau tahu keadaannya, terutama Indah
"Indah gimana keadaanmu?"

Semuanya ceritakan yg dialami Indah & Pakde Lingga belum bisa kasih solusi

"Sebentar saya mau beli sarapan, tunggu disini," kata Romo Galih, ia beli sarapan ke kantin bukas
Sementara itu Andini & Oki yg mau survei hari senin, baru saja tiba, mereka lg sarapan di warung bukas sebelum menghadap Pakde Lingga

Di kantin itu ada Narto & Mas Djoyo Sulinggih yg lg sarapan bubur kacang hijau

Mas Djoyo cerita ia & Indah lihat pocong di dalam masjid
Nah ternyata Narto ini mulutnya ember, ia juga cerita yg terjadi saat bawa anak2 kkn ke gunung B

Ia juga cerita yg ia dengar waktu Ki Ndalu Suwira beri 2 botol air ke Indah

Ibu2 disana yg lg belanja di warung sebelah ikut nguping, nimbrung & mulai resah
"Anak2 kkn itu kan sekarang nginap di kebun kelapa, mudah2an disana ga ada gangguan ya, kita tenang aja. Suamiku sdh kasih saran spy mereka ngaji tiap malam," kata Bukas
Tak lama datanglah Romo Galih, ia hendak beli burjo

Mendengar keresahan warga, Romo Galih akhirnya juga mengeluarkan uneg-unegnya kl semalam ia dikejar hantu kepala buntung.

Gak lama Wilda datang mau beli keperluan mandi di warung sebelah kantin
kebetulan bukas buka warung kecil-kecilan disamping kantin.
Parahnya Wilda ikut cerita kejadian ia ketemu hantu ibu hamil & suara bayi di dalam sumur pada waktu malam itu.

Nah suasana makin heboh & ricuh, ibu2 resah dengan gangguan gaib yg menimpa
warga sejak kemunculan anak2 kkn terutama Indah. Ibu2 mulai emosi & berkata
"Dulu waktu anak2 kkn itu belum kesini, ga pernah ada kejadian aneh"
"Iya, kalau dengar dr cerita Romo, Narto, Wilda & Mas Djoyo, sepertinya yg bermasalah & diincar demit itu ya indah, kata ibu-ibu itu.
"Gimana kalau kita usir Indah dr sini?" kata ibu yg lain. Para ibu2 itu berbondong2 ke perkebunan kelapa,

Romo Galih mencegahnya,
"Nanti saja bu tunggu intruksi Pakde Lingga."

Terlambat, mereka sudah bergegas pergi.

Oki & Andini mendengar itu hanya bertatapan
"Belum apa-apa udah ada kejadian spt ini ya? Apa mau cari dusun lain saja?" tanya Andini

"Loh kita kan sdh dapat acc dr Pakde Lingga," jawab Oki

"Kalian disini aja, itu masalah kecil. Oh ya tadi pesan Pakde Lingga, sekarang kalian tunggu dipendopo yg ada di bawah ya” jwb bukas
Sesampainya di kebun kelapa, ibu2 teriak

"Indaaaah, kamu harus pergi dari sini."

Pakde Lingga yg masih ngobrol heran, "Apa itu ribut2 di luar?"

Ia, Bayu & semua anak kkn keluar menemui ibu2 itu.

"Sejak Indah disini, mulai muncul gangguan gaib ke warga yg gak tahu apa-apa"
"Ya benar, Indah ini sudah ditandain & gangguan akan berlanjut kalau ia masih disini. Ia harus keluar dr dusun ini supaya gangguan berhenti," kata ibu2 yg lain

Cerita berlanjut ke warung bukas, saat itu Oki & Andini sdh pergi ke pendopo & warung sedang sepi

Bukas mau
nutup warung & kantin sebentar karna mau ke wc, ia buru2 ke wc karna sudah kebelet

Saat lewat ruang tamu, ia lihat Pakde Lingga lg duduk di ruang tamu, wajahnya diam sambil natap ke arah tv tapi tvnya mati

"Mah buatkan aku kopi ya," kata Pakde.
"Sebentar pah, aku pipis dulu ya"

Setelah keluar dari wc, Pakde Lingga masih duduk dengan posisi yg sama

"Tumben pah sudah pulang dr perkebunan kelapa, gimana keadaan anak2 kkn?" kata bukas sambil ngaduk kopi
"Hhhhhmmmmm," jawab Pakde Lingga menggeram dengan wajah datar

"Itu tadi ibu2 mau demo kesana loh pah, minta indah pergi dr dusun ini. Mama kira papa masih disana. Papah sdh tau kan? Tadi banyak warga cerita diganggu demit, semuanya berhubungan sm Indah."
"Tidaaaak," Indah harus tetap disini. Hahahahaha," jawab Pakde Lingga sambil gebrak meja

"Loh papah kok marah-marah gitu? Ini diminum kopinya."

Pakde Lingga menoleh, tampak mukanya pucat & matanya merah.

"Indah harus tetap disini," kata Pakde Lingga
tapi suara yg keluar adalah suara perempuan.

Bukas terkejut mendengarnya.

Pakde Lingga berdiri & berjalan ke arah tembok

"Pah mau kemana?" tanya Bukas

Tubuh Pakde Lingga seperti memudar & berjalan menembus tembok lalu menghilang

Bukas lihat hal itu berteriak
"Aaaaaaaaaa,"
Ia lari keluar & belum pake sendal, nyusul ibu2 ke kebun kelapa.

Disana ibu2 masih berdebat dengan Pakde Lingga, tiba2 bukas tiba.
"Tolong, tolooooong."
"Loh ada apa bukas, bukannya tadi lagi jaga kantin?" tanya ibu2
Pakde Lingga pun lihat istrinya ketakutan,
"Ada apa mah?"
"Loh papah masih disini?" tanya bukas
"Iya, daritadi papa disini, ada apa mah?"

"Itu tadi ada sosok menyerupai papah, tapi suaranya perempuan & ia hilang nembus tembok, ia bilang kl indah harus tetap disini," jwb bukas
Sontak ibu2 makin emosi,
"Tuh kan benar demit itu mau nahan Indah & gangguan masih ada selama ia disini. Kalau Indah pergi pasti demit itu akan berhenti ganggu warga."

"Ya benar," kata ibu2 yg lain.

"Stoooooop, diam semua, disini saya yg ambil keputusan," kata Pakde Lingga
sambil angkat kedua tangannya

Romo Galih tiba dengan suasana sudah heboh. ia sengaja melambatkan jalannya

"Coba siapa saya yg pernah diganggu, tolong cerita sedetailnya," pinta Pakde Lingga.

Pertama Mas Djoyo Sulinggih cerita lihat pocong. Narto cerita yg dialami di gunung B
kemudian Wilda cerita ketemu ibu hamil & suara bayi di dalam sumur, Romo Galih cerita semalam ia dan Bayu dikejar kepala buntung.

Indah lalu menghampiri Pakde Linggga, "saya harus gimana pakde?"

"Indah, saya tidak tahu ada apa di dalam dirimu sehingga demit
disini mengincar kau, banyak gangguan ke warga yg tak salah apa-apa & sepertinya demit itu ingin menahanmu. Maaf indah, kan kamu disini belum 2 minggu, nah mumpung belum lama, gimana kl kamu ganti lokasi kkn? Ada banyak pilihan desa lain
di kecamatan sebelah. Saya kan bantu kamu sampai ketemu lokasi kkn yg baru, kalau kampus bertanya, saya kan bantu jelaskan. Saya janji bantu kamu asalkan kamu bisa keluar dr dusun ini secepatnya," kata Pakde Lingga
"Ya itu yg kami mau," kata ibu2

"Baiklah, saya kan keluar dr sini hari ini juga, saya siapkan barang2 dulu," kata Indah sambil masuk ke dalam ditemani teman-temannya
Ibu2 tetap nunggu disana, sedangkan Narto, Wilda, Bukas & Mas Djoyo pulang

"Pah, itu 2 orang yg mau survei mamah suruh tunggu di depan pendopo ya," kata bukas sambil berjalan pulang.

Tak lama ada mobil bak datang, keluarlah adit, ia menyerahkan bingkisan parcel ke Romo Galih
"Romo, ini dari si bos, ia baru buka toko kelapa cabang ke 2, ini tanda terima kasih."

"Terima kasih dit, kamu disini masih lama kan?"
"Emang kenapa Romo?"

"Ini ntar ada anak kkn mau nebeng ke kota skalian ikut boleh ya?" pinta Romo

"Iya, silahkan," jawab Adit
Sambil nunggu Indah, Adit ngobrol dengan Bayu & Bayu sempat ceritakan kisruh yg baru terjadi, sedangkan Pakde Lingga ngobrol dengan Romo Galih.

Ibu2 rempong masih nunggu disana.

Sementar itu Indah merapihkan semua barang2nya.

"Rencana kamu apa ndah selanjutnya?tanya Candra
"Belum tahu, nanti aku pikirkan. Aku mau minta Pakde Lingga carikan lokasi kkn yg lain." jawab Indah

"Tapi kamu bakal kkn sendirian," kata Utari

"Ga apa apa," jawab Indah dengan sedih

"Tunggu, aku ikut kamu ndah," kata Candra
"Loh kan dirimu masih kkn?" tanya Damar.

"Aku temani Indah sampai rumah, aku mau coba jelaskan ke ortunya, nanti lusa aku kesini lagi," jawab Candra.

Semua berpelukan, Indah & Candra pamit, mereka lalu keluar menghampiri Pakde Lingga yg masih ngobrol
"Pakde, saya sudah siap pulang sekarang."

"Oh ya, kamu pulang bareng Adit ya, dia skalian mau ke kota." kata Pakde

"Pakde, sekalian saya pamit juga mau nemenin indah, nanti saya akan cerita ke orang tuanya," kata Candra.

"Baik Candra," jawab Pakde Lingga
"Saya nanti ke kampus harus bilang gimana Pakde?" tanya Indah.

"Ceritakan semua yg kamu alami."

"Nanti gimana pihak kampus bisa tahu, kalau Pakde mau bantu saya carikan lokasi kkn yg lain?" tanya Indah

"Saya kasih surat rekomendasi, tunggu disini ya," jawab Pakde Lingga
Pakde Lingga ke balai dusun, saat lewat pendopo, ia lihat Oki & Andini
"Tadi bukas minta kalian tunggu disini ya?"
"Iya Pakde."
"Mau mulai survei hari apa?"
"Besok aja selasa, lembar kuesioner sdh siap."
"Rabu aja gimana? Hari ini saya belum sempat sosialisasi ke warga?”
"Ya udah rabu aja, ga apa apa Pakde," jawab Oki
"Kalian nginap di kamar belakang pendopo ya, ayo kalian masukan barang & tasnya. Kamar kiri tuk wanita & kanan untuk pria, kamar mandi di tengah. Ini kuncinya," kata Pakde Lingga sambil kasih kunci kamar pendopo ke Oki.
"Saya pergi dulu ya, mau ambil surat, kalau kalian mau makan bisa ke kantin bukas atau warung pecel ayam di bawah atau di warteg Kang Sapto. Tiap siang & malam di depan gapura masuk dusun ada tukang nasgor yg mangkal." kata Pakde Lingga

"Baik Pakde, terima kasih," jawab mereka
"Nanti siang kalian ke balai dusun ya, kita meeting bahas kuesioner tuk warga."

Setengah jam kemudian Pakde kembali bawa surat rekomendasi, surat itu ada 3 lembar.

Isinya rekomendasi untuk Indah dengan nama lokasi desa tujuan kkn yg berbeda, ia mengisinya & menandatanganinya
Jadi Indah tinggal datang ke lokasi desa yg dituju, jika ditolak maka Indah masih punya 2 pilihan desa yg lain.

"Ini kartu nama dosen saya, disana ada nomor telpon, jika Pakde berkenan mau telepon & jelaskan ke dosen saya, itu sangat membantu, terima kasih," kata Indah
"Nih dit, buat bensin," kata Romo Galih kasih uang ke tangan Adit

Indah & Candra pamit ke semua orang yg ada disana.

Adit, Candra & Indah masuk ke dalam mobil & meninggalkan dusun.

"Indah sudah pulang, tolong kalian semua bubar sekarang ya," kata Pakde Lingga ke ibu2
Di jalan, Adit hanya nyetir & tak berani ngobrol ke Candra & Indah

Adit menyetir, disebelahnya Indah & dekat jendela itu Candra

Setelah meninggalkan dusun, mereka masuk hutan pinus.

Candra & Indah tidur. Tapi Indah mengigau,
"Kembaliiiii, anak ini harus kembaliiiiii."
Indah tertawa cekikikan, Adit tetap nyetir tapi ketakutan sambil sesekali lihat Indah yg masih menunduk.

Mendadak Indah bangun & melotot ke Adit. Adit tetap nyetir sambil gantian menatap Indah, mata indah merah & suara yg keluar itu bukan suaranya
suara itu bilang, "Berhenti atau mati."
Tangan Indah mendadak menggoyangkan setir mobil & mobil hampir oleng masuk jurang

Adit teriak,"Candraaaaa."
Candra bangun & lihat Indah kesurupan. Ia langsung meluk Indah, menahan tangannya sambil istighfar
Indah terus meronta sampai akhirnya mobil keluar hutan, Indah mendadak pingsan.

Sesampainya di kota, Adit mengantarkan Candra & Indah ke terminal, sesampainya disana lalu mereka cari bus & Adit meninggalkannya.

Setelah turun dr bus, Candra mengantarkan Indah sampai ke rumah
& menjelaskan ke ortu Indah mengapa hanya Indah saja yg harus ganti lokasi kkn, untungnya ortu Indah mengerti.

Setelah itu Candra pamit pulang.

Di dusun itu tersisa 4 orang yg kkn, yakni Damar, Yuda, Esti & Utari

Mereka kemudian berembuk
akhirnya anak2 KKN sepakat kembali ke kamar yg lama, yaitu 2 kamar di belakang pendopo.

Langsung mereka ke rumah Bukas
"Pakde Lingga, maaf kami mau beri tahu kalau kami nginepnya balik ke kamar awal di belakang pendopo," kata Damar

"Ga apa apa, silahkan, atur-atur saja,
, oh ya kunci kamar sudah saya titipkan ke Oki & Andini, mereka ikut nginap disana," kata Pakde Lingga

Sementara itu dikamar masing2 di belakang pendopo, Andini tertidur & Oki masih rebahan

Oki dengar suara pintu lemari spt didorong, suaranya "jeduuug, jeduug," terus berulang
beberapa kali. Dalam keadaan mata 5 watt
Oki lihat, pintu lemari pakaian itu bergoyang seperti dibuka tutup. Yg membuat goyang adalah suara di atas lemari.
Oki nengok ke atas lemari, tenyata disana ada anak usia 7 tahun duduk, sambil goyangkan kaki, kepala botak & telanjang dada
ia pakai kain putih yg lusuh dililit mirip spt popok & kaki anak itu dibenturkan ke pintu lemari.

Wajah anak itu pucat & tersenyum ke Oki
Oki teriak & lari ke jalan, disana ia ketemu anak2 KKN yg baru saja tiba.
"Ada apa?" tanya Yuda
"Itu-itu ada TUYUL," jawab Oki

Ia ditenangkan & tak lama Andini keluar kamar

"Loh kak Indah mana?" tanya Andini

"Dia harus pulang & ganti objek kkn," jawab Esti
Mereka berempat kembali kkn ke tempat masing2, sedangkan Oki & Andini siang itu rapat dengan Pakde Lingga.

Setelah magrib, Damar, Yuda, Oki, Esti, Utari & Andini pergi ke gapura pintu masuk dusun, disana ada tukang nasi goreng
dari jauh tukang nasi goreng itu manggil mereka.
"Hei kalian ber 10 mau kemana?"

Mereka heran karna hanya berenam. Semua menghitung temannya, yaitu Damar, Yuda, Oki, Esti, Utari & Andini.

Lantas siapa 4 orang lagi yg dilihat sama tukang nasi goreng ya?
Saat sampai di depan gerobak, tukang nasgor itu kaget.

"Loh kok kalian hanya berenam? perasaan dari jauh tadi saya lihat ada 10 orang, makanya saya bilang banyak amat 10 orang."

"Emang dr tadi kami jalan kaki hanya berenam mas," jawab Yuda
Tukang nasgor diam & mengalihkan pembicaraan.

"Oh ya waktu kalian makan terakhir disini siapa yg waktu itu nanyain kwetiau?"

"Oh saya mas, waktu itu lagi habis ya?”" jawab Damar

"Nah sekarang sudah ada & ada menu baru, bihun" kata tukang nasgor itu.
"Ya udah saya pesen kwetiau goreng mas," kata Damar
"Kalau saya mie cemek."
Lalu anak2 yg lain memesan sesuai selera mereka.

Saat tengah menunggu, Damar nengok ke belakang & lihat ada kucing hitam yg besar.

"Kwetiaunya pedes gak?"

"Engga mas"
Jawab Damar sambil lihat si tukang nasgor.

Saat ia noleh ke belakang ternyata kucing hitam itu sudah hilang.

Malam itu entah mengapa, suasana makin mencekam sejak kepergian Indah.

Setelah makan nasgor, Yuda, Oki, Esti, Utari & Andini pulang
Sedangkan Damar mau ke warung beli mie instan,

"Mar gua nitip rokok ya, ini uangnya," kata Yuda.
Damar ke warung sendirian.
Setelah beli yg dibutuhkan, Damar pulang, di tengah perjalanan, ia lihat kucing hitam besar yg tadi
Damar lalu mendekatinya,
"Pus, puuuuus."

Kucing itu mendekat & menggesekan badannya ke betis damar, tak lama kucing itu mengeong tapi lari turun ke got & mendekati ke gorong2 besar.

"Puuus mau kemana?" tanya Damar sambil mengikuti kucing itu
"Meooong,"
Kucing itu bersuara lagi terakhir kalinya, ia masuk ke dalam gorong-gorong & hilang.
Damar turun ke got & merunduk masuk ke gorong2 yg besar & gelap itu.

"Puuus, puuuusss." kata Damar memancing kucing itu supaya keluar.

Dari ujung gorong-gorong
terdengar suara tangis bayi dr dalam gelapnya gorong
"Oeek, oeeek,"

Lama2 suara itu mendekat & makin besar.
Damar mulai ketakutan & mundur perlahan, karna kalau ia berdiri pasti kepalanya kejeduk langit-langit gorong-gorong itu.
Dari kegelapan muncul sosok putih mendekat, itu adalah anak bayi dengan wajah pucat & matanya merah membengkak

Ia merangkak di gorong-gorong itu mendekati Damar.

Damar teriak & lari begitu keluar dr sana. Ia tak berani menoleh ke belakang
Tepat pukul 12 malam, jalanan sunyi & gelap, tadi jam 10 baru saja hujan sehingga pada pukul 12 malam kabut turun sangat pekat.

Lambat laun mulai terdengar suara kereta kuda, lengkap dengan ringkihan kuda, suara gemerincing lonceng
& suara derap kaki kuda.

Suara itu berhenti di depan rumah warga paling ujung dusun, lalu ada sosok yg keluar dari
kereta kencana itu & mengetuk pintu rumah,

"Indaaaaaah, kamu dimana adikku."

Seisi rumah takut & tak ada yg berani ngintip dari jendela apalagi bukakan pintu.

Sosok itu masuk ke dalam kereta kuda, kereta itu melaju ke rumah selanjutnya & sosok itu
keluar dr kereta tuk mengulangi hal yg sama, yaitu ngetuk pintu & nanyakan dimana indah. Lalu ia masuk ke kereta & mengulangi hal yg sama ke rumah lainnya, mengunjungi rumah disebelah samping, rumah disebrang depan, sampai semua rumah
di dusun itu didatangi satu persatu, gak ada satu rumah pun yg luput.

Besok paginya hari selasa, suasana heboh, semua warga kumpul di balai dusun.

"Kalian semua dengar kan semalam suara kereta kuda itu. Ya rumah kita semua satu per satu diketokin &
suara itu menanyakan indah," kata ibu2

"Benar kan kalian mengalami hal yg sama?," kata Narto.
"Benar," jawab semua warga yg hadir di sana

"Ya, pintu rumah saya juga diketokin, untung gak saya buka," kata Pakde Lingga

"Ya sudah begini saja, kita minta
Indah balik kesini. Begitu malam hari pintu diketok, kita serahkan Indah pada demit itu," kata salah satu warga.

"Loh kalian yg minta Indah keluar dari sini & aku sudah ikuti mau kalian, masa kita harus undang Indah kesini tuk diserahkan ke demit,
mana mau dia? Ingat saya sdh serahkan surat rekomendasi ke Indah, kalau ia sdh cerita ke kampus & kita minta dia balik lalu pihak kampus jd bingung, mau ditaruh dimana muka saya?" jawab Pakde Lingga sambil marah.

"Lalu apa solusinya?" tanya warga
Tiba-tiba dari kejauhan ada seorang pria paruh baya, dia seorang penggembala, namanya Kasrudin, dia beternak kambing.

"Pakde, pakde, toloooong, itu kambing saya mati 3 ekor, mati dengan badan kering, di lehernya ada lubang
spt mati disedot darahnya sampai habis. Ini gimana pakde?"
"Ayo kita lihat," kata Pakde Lingga
Mereka pergi ke peternakan milik kasrudin, disana ada 3 bangkai kambing, ada 2 lubang di leher kambing itu.

"Tubuh kambing itu kering. lubang spt gigitan gigi taring ya? tanya warga
"Iya, ini luka nya tidak melebar, jadi digigit bukan tuk disayat atau dimakan macan, tapi tuk disedot darahnya." jawab Kasrudin

"Memang siapa pelakunya? Apa di gunung B masih ada harimau berkeliaran sampai ke sini?" tanya warga

Pakde Lingga gak bisa berikan jawaban yg pasti
Pakde mengunjungi rumah Empu Jarot, ia dianggap “bisa” akan hal mistis & karna Empu sudah lama dikenal sbg orang pintar.

Pakde Lingga ceritakan semua yg terjadi, dari awal kemunculan Indah & kepulangan Indah sampai 3 kambing yg mati.
"Demit itu menginginkan Indah, dia spt ada ikatan darah dengan demit itu. Solusinya menyerahkan Indah, tapi gak mungkin karna Indah sudah keluar dari sini, nah cara terakhir adalah mediasi dengan demit itu. Apakah mau jika Indah ditukar dengan
persembahan tumbal sapi misalnya, jadi kita cukup sembelih sapi tanpa harus menghadirkan indah. Apakah Empu bisa mediasi dengan mereka?" tanya Pakde

"Itu hal yg berat & persyaratannya tak mudah, tapi akan saya coba," jawab Empu

"Saya pamit ya Empu, mau ada rapat siang ini."
Malam itu di dalam rumahnya, Empu Jarot melakukan ritual mediasi agar bisa komunikasi dengan demit itu (demit=istilah yg dipakai warga tuk menyebut mahluk halus)

Ia pakai sebuah batu mustika yg ia dapatkan di gunung B, batu itu diyakini punya tuah tuk buka mata batin
Ternyata benar yg dilihat oleh karyawan di perkebunan kelapa adalah Empu Jarot

Jadi ia malam itu megang petromak naik ke gunung B lewat jalan pintas belakang kebun kelapa, Empu Jarot saat itu di sekitar tanah keramat, melakukan ritual penarikan pusaka
Empu sudah 3 bulan & 7 kali percobaan selalu gagal, saat malam itu percobaan ke 8 berhasil.

Ia dapat mustika itu & membawanya pulang.
Saat terkoneksi & komunikasi batin, demit itu malah memarahi Empu Jarot

"Hei manusia pencuri pusaka, tuk apa kau mengajakku bicara?
"Aku hanya ingin terormu pada warga dihentikan."

"Syaratnya serahkan Indah." jawab suara demit itu
"Tidak bisa, bagaimana kalau mustika ini aku kembalikan?"
"Tidak mau, apa yg sdh kau ambil dr kami, itu milikmu, tanggung jawabmu."
"Bagaimana kalau kami berikan kurban sapi?"
"Tidak bisa, kami ingin Indah."
Komunikasi terputus & tak membuahkan hasil.

Malam itu, suasana kembali mencekam, bahkan lebih mencekam dr malam sebelumnya.

Sebelum jam 9 malam, warga sudah masuk ke rumah karna takut ketemu hantu kereta kencana
Tepat jam 12 malam, mulai terdengar suara kereta kuda, lengkap dengan suara ringkihan kuda, suara gemerincing lonceng & suara derap kaki kuda.

Mirip seperti suara delman datang.
Suara itu berhenti di depan rumah warga paling ujung dusun
Lalu ada sosok yg keluar dari kereta kencana itu & mengetuk pintu rumah, tapi kali ini suaranya berbeda dr malam sebelumnya & tidak menanyakan Indah

Suara itu berkata,
"Kalau besok Indah tidak ada, bukan darah kambing lagi yg kusedot, TAPI DARAH KALIAAAAAAN !!!"
Seisi rumah takut & tak ada yg berani ngintip dr jendela apalagi membukakan pintu.
Sosok itu masuk ke dalam kereta kuda, kereta itu melaju ke rumah selanjutnya & sosok itu mengulangi hal yg sama.
Lalu ia masuk ke kereta & mengulangi hal yg sama, begitu seterusnya
mengunjungi rumah disebelah samping, rumah disebrang depan, sampai semua rumah di dusun itu didatangi satu persatu, gak ada satu rumah pun yg luput.

Besok paginya, hari rabu, warga masih heboh & berkumpul di balai dusun, bahas kejadian semalam
Saat itu datang Empu jarot minta maaf & mengabarkan mediasi gagal.
"Bagaimana ini? Kita harus paksa supaya Indah hadir disini. Kalau besok Indah belum ada, maka demit itu akan bunuh kita semua." kata ibu2

"Ingat, kita ini manusia & derajatnya lebih tinggi," jawab Pakde Lingga
"Tak seharusnya kita takut & tak perlu kita penuhi keinginan mereka," kata warga yg lain.

"Sudah, sudah, saya kan cari jalan lain, kalian kembali ke rumah ya, hari ini ada petugas survei mau kerumah kalian," kata Pakde Lingga
Saat istirahat makan siang, Damar, Yuda, Oki, Esti, Utari & Andini, bahas kejadian semalam.

"Kita semua satu dusun mendengarnya, kenapa demit itu hanya cari kak Indah? tanya Andini.

"Kita juga gak tahu, serba salah. Indah disini semua warga diteror.
tapi Indah sudah keluar malah teror makin parah," jawab Yuda.
Pakde Lingga konsultasi dengan Mas Djoyo Sulinggih, karna ia anak ustad, siapa tahu mengerti hal mistis

Mas Djoyo berikan saran, yaitu tepat pukul 12 malam, semua warga dusun wajib mengaji selama satu jam
setelah itu jangan buka pintu sampai fajar menjelang.

Siang itu Candra baru sampai dari kota, ia masuk ke perkebunan kelapa, ia tak tahu kalau semua temannya sudah kembali ke belakang pendopo, ia diberitahu Romo Galih agar nyusul kesana.
Tak lama Candra istirahat & kembali kkn, ia bertemu kembali dengan teman-temannya.

Ada yg beda dari pembawaan Candra kali ini, Candra tampak beda dari biasanya tapi tidak tahu apa

Setelah balik dari kota, raut wajah Candra spt sedang nahan marah
Sore itu Pakde Lingga mengumpulkan warga & sampaikan saran dari Mas Djoyo, supaya malam ini dikerjakan.

Malam itu, teman-teman ceritakan ke Candra pengalaman mistis yg terjadi tiap malam semenjak Indah keluar dr dusun ini, makin mencekam
Entah kenapa dengar hal itu, Candra makin menggebu-gebu.
Saat masuk jam 10 malam, Candra bersiap mau pergi.

"Mau kemana kamu? Ini sudah malam," tanya Damar.

"Aku mau ke gunung B tuk menghabisi demit itu," jawab Candra

"Eling candra, ini di wilayah orang," kata Yuda
Candra bergegas buka pintu & pakai sepatu, pintu kamar cewe terbuka & keluarlah Utari.

"Candra kamu mau kemana? Sebentar lagi mau jam 12 bakal ada suara kereta kencana."

Candra langsung lari disusul oleh Damar
"Oki, kamu disini jagain Esti, Andini & Utari ya," pesan Yuda.

Yuda langsung pergi nyusul Candra & Damar.
Ternyata Candra pergi ke gunung B lewat jalan pintas di belakang perkebunan kelapa yg waktu itu ditunjukan oleh Bayu
Di tengah jalan, mereka bertiga ketemu Empu Jarot yg baru aja pulang beli rokok. Lihat gelagat mencurigakan, Empu Jarot diam-diam ngikuti mereka dari belakang.

Sesampainya di gunung B, Candra tiba di Sendhang Mumur Aji & terus berjalan lurus sampai ke perbatasan tanah keramat
Disana ia teriak dengan lantang.

"Hei demit alas, sebelum kau ambil raga Indah, langkahi dulu mayatku. Hadapi aku ini, Candra Wisesa Putra," bentak Candra dengan mata melotot sambil memukul mukul dadanya.

"Candra ayo kita pergi dari sini," ajak Yuda
Tiba-tiba angin berhembus kencang & kabut tipis mulai turun menghampiri mereka, percis seperti kejadian saat pertama kali mereka kesana.

"Itu kabut kluwung, aku masih ingat saat Narto mengucapkannya saat lihat kabut itu, ini pertanda buruk, ayo kita pergi sekarang," kata Damar
"Benar, itu kabut kluwung. Jembatan penghubung dimensi manusia & dimensi mahluk halus," kata Empu Jarot muncul dr belakang.

"Percayalah nak, dulu banyak peziarah & pendaki masuk ke dalam kabut itu & menghilang selamanya,
tak pernah kembali pulang ke dimensi manusia, Disana mereka dijadikan budak."

Mereka mundur menjauhi kabut kluwung, kabut itu berhenti bergerak & dr dalam kabut itu keluar seorang putri yg sangat cantik

Ia pakai kebaya warna emas dengan dandanan spt putri keraton
"Dasar pria tua pencuri mustika, kalau kau tak cegah mereka, sudah pasti 3 pria muda itu jadi budakku." kata putri itu

"Siapa kau?" bentak Candra

"Namaku Dewi Nyawang Milir. Mana Indah adikku?" kata dia sambil melotot

"Sejak kapan Indah punya kakak demit?" jawab Yuda
Perlahan wajah putri itu berubah jadi menyeramkan, bola matanya membesar & hampir keluar, hidungnya membesar, gigi taringnya jadi panjang, kukunya pun jadi runcing. Lehernya kini ditumbuhi bulu halus
"Tanya saja Nok Rahmi, dia tahu semua," jawab sang dewi sambil tertawa

"Lupakan Indah, ia tak kan pernah kembali kemari," kata Candra

"Tidak, aku kan pancing ia kesini, ia pasti kembali, tak lama lagi." kata Dewi

"Ayo kita pergi," kata Empu Jarot sambil menarik mereka
"Kalau kau berani menyentuh Indah, kau akan berhadapan denganku," ancam Candra

"Silahkan, keluarkan semua jimatmu. yg kini kau bawa belum cukup tuk melawanku," sang Dewi tertawa puas.

Sang Dewi mundur masuk ke dalam kabut sampai tak terlihat
kabut itu lama-lama tipis & memudar, lalu hilang sekejap.
Mereka semua menghela napas,
"Ayo kita pulang," kata Empu Jarot

"Jimat apa Candra, yg dimaksud oleh Sang Dewi tadi?" tanya Yuda. Candra pun terdiam
"Kamu kesini bawa jimat?" bentak Damar.
"Buang, buang semua jimat kamu, tinggalkan disini," jawab Yuda.
"Adanya jimat itu sama aja kamu nantang mereka," kata Empu Jarot.
"Sekarang Candra," bentak Damar.
Candra buka dompetnya, ada gulungan kertas yg berisi tulisan arab gundul
lalu ada keris kecil, tombak kecil warna emas, ada buntelan kain putih panjang yg ujungnya diikat menyerupai pocong tapi panjangnya hanya sekitar 15 cm & benda kecil bentuknya spt bantal, terbuat dari kain hitam, diikat tali, tak tahu dalamnya apa
Rupanya setelah pulang dr rumah Indah, Candra tak pulang ke kosan, tapi dia pulang ke kota kelahirannya.

Sesampainya disana, dia malah gak pulang kerumah ortunya, tapi malah ke rumah PARANORMAL tuk minta jimat, katanya tuk proteksi diri
"Benda musrik spt ini yg kan buat kita celaka disini,” bentak Yuda sambil menampar pipi Candra

Candra lalu jatuh & Damar melerai, Empu Jarot bantu Candra berdiri.
"Candra kamu sadar gak sih ini membahayakan kita?" kata Yuda
"Ini aku lakukan agar aku bisa dapatkan hatinya indah, agar aku direstui oleh ortunya," jawab Candra

"Oh pantesan waktu ke gunung B, kamu gak berani minum air Sendhang Mumur Aji, takut kesaktianmu luntur ya," ejek Damar.

"Candra, kamu harus sadar, Indah itu
sudah dijodohkan oleh orangtuanya, dia gak akan pilih kamu," jawab Damar
Candra lalu marah & mukul Damar hingga jatuh, ia tetap mukul wajah Damar tuk kedua kalinya.

"Stoooop, Empu Jarot menarik Candra & Yuda membantu Damar berdiri
"Sekarang turun !!! atau kejadian ini saya laporkan Pakde Lingga. Kalian mau semuanya diusir dari dusun ini?" bentak Empu Jarot.

"Semua salaman & minta maaf, ayo cepat," kata Empu Jarot. Semua lalu kembali pulang.

Sesampainya di pendopo, anak-anak cewe sudah
nunggu diluar kamar.

"Itu muka kalian kenapa lebam? Habis berantem ya?" kata Esti.

"Habis dari mana sih, kok bajunya belepotan tanah, kotor banget," tanya Utari

Mereka diam & langsung masuk.

Saat itu masuk jam 12 malam, tapi tidak ada suara kereta kencana yg lewat
& tidak ada suara kuda sama sekali, hening & mencekam. Akhirnya mereka tidur pulas & lupa mengaji

Nah Andini jam 01:45 bangun karna kebelet, ia keluar & mau ke wc. Saat tengah pipis, ia dengar suara

"Sateeeeee."
Beres dari wc, ia keluar & lari ke jalan raya. Karna lapar lebih baik dia beli sate, daripada Andini minta makanan ke kamar cowo tapi gengsi kalau harus ngetuk pintu duluan

Gerobak mulai mendekati pendopo & penjual teriak "Sateeeeee."
Nah kebetulan, bangun tengah malam, lapar, dingin, saat yg pas kalau makan yg panas, pikir Andini,

Ia masuk ke kamar ngambil dompet & keluar ke jalan raya.

Tukang sate itu tepat lewat di depan Andini, tampak tukang sate itu pakai topi caping
seperti petani, capingnya lebar & menutupi wajahnya, Andini gak bisa melihat jelas muka tukang sate itu.

"Mas, saya mau beli sate."
"Ya mba."
Tukang sate memberhentikan gerobaknya & mempersiapkan arang.

"Sate ayam satu porsi mas, pake lontong aja," kata Andini
Sate ayam mentah dilumuri kecap, tukang menyiapkan 1 piring, bumbu kacang & potongan lontong, setelah arang panas lalu sate dipanggang, spt yg dilakukan layaknya tukang sate pada umunya.

Sate dipanggang lalu dikipasi dibolak balik, anehnya walau
Satenya sudah matang, tapi tetap dikipasi & dibolak balik.

Andini heran lihat hal itu, tak lama ada beberapa tusuk sate yg mulai gosong.

"Mas, itu satenya udah mateng dari tadi, diangkat aja." saran Andini

"Emang kenapa kalau gak diangkat?" tanya tukang sate itu
"Nanti gosong," jawab Andini.

"Gosong kaya muka saya ini ya?" kata tukang sate sambil buka topi capingnya

Wajahnya natap Andini & kulitnya terlihat hitam gosong & mengeluarkan asap, rahang tukang sate itu terlepas tapi masih menggantung
Andini pingsan seketika tanpa sempat berteriak.

Besoknya hari kamis, Andini ditemukan masih tergeletak pingsan di pinggir jalan oleh bapak2 yg mau solat subuh ke masjid, bapak itu ngetuk pintu kamar & keluarlah semua teman-temannya
Andini dibawa ke tengah pendopo. Sudah dibangunkan tapi andini tetap tak sadar.
"Gimana ini?" tanya Oki.
"Panggil Pakde Lingga," jawab Esti.

Damar & Yuda bergegas ke rumah Pakde Lingga, sedangkan Candra masih murung dikamar
Pakde Lingga akhirnya datang.
Candra keluar kamar & lihat Andini.

"Aku kan panggil Empu Jarot kesini." kata Candra
Ia lalu kerumah Empu Jarot & kembali ke pendopo membawanya.

"Sukma Andini dibawa Dewi Nyawang Milir," sahut Empu Jarot
"Indaaah, kami butuh kamu disini," tangis Esti & Utari.

"Oh ya, waktu Andini kasih surat pengantar survei, disana ada biodata, alamat rumah & nomor telpon. Saya mau telpon kerumah & kabari orang tuanya, siapa tahu Andini
punya penyakit bawaan yg kita gak tahu," kata Pakde Lingga.

"Kalau gitu saya mau ke desa x, karna telepon cuma ada disana, disini gak ada. Nanti disana sekalian saya mau ke puskemas minta orang/nakes puskesmas datang kesini untuk cek kondisi Andini.
Kalian jaga disini ya," kata Pakde Lingga.

Sementara itu di kota, Indah merasa sedih karna kejadian di dusun, lalu ia ingat Andini & khawatir terjadi sesuatu dengannya

Andini adalah adik kelasnya & rumahnya tak terlalu jauh dr rumah Indah
Kalau pergi ke kampus, ia lewat depan rumah Andini & sering ketemu ibunya.

Pagi itu Indah mampir ke rumah Andini, yg menerima adalah ibunya, Indah lalu dipersilahkan duduk di ruang tamu, ia cerita kalau Andini survei di lokasi yg sama tempat Indah kkn
Indah cerita jika sewaktu masih di dusun itu, Indah sempat ngobrol sebentar dengan Andini, indah cerita selama di dusun itu mengalami gangguan mistis & minta ibu itu tuk bujuk Andini agar jangan lama2 disana atau kalau bisa segera cari lokasi survei di desa lain
Tak lama telepon rumah berdering, ibu Andini angkat, ternyata itu Pakde Lingga yg nelpon dr desa x.

Ia mengabarkan kalau Andini tak sadarkan diri. Ibu Andini panik.
"Baik pak, tolong Andini dulu, saya & suami akan segera kesana hari juga," jawab ibu Andini, lalu telpon ditutup
Ibu Andini cerita pada Indah tadi yg nelpon Pakde Lingga & kondisi Andini masih tak sadar, ibu Andini nelepon suaminya yg waktu itu sedang dikantor

Setengah jam kemudian suaminya pulang naik mobil, ia masuk ke rumah dalam keadaan khawatir
bapaknya Andini adalah “anggota” & masih pakai seragam lengkap. Tanpa pikir panjang, mereka lalu menyiapkan baju seadanya tuk dimasukan ke dalam koper kecil.

"Bu, saya mau ikut. Saya ingin lihat kondisi Andini," kata Indah.

"Apa kamu udah ijin orangtua kamu?"
"Sudah bu, saya kebetulan hari ini mau antar surat rekomendasi dr Pakde Lingga ke desa lain yg gak jauh dr sana," jawab Indah berbohong.

"Kamu ga bawa baju?"
"Engga, saya bisa pinjam baju Esti/Utari."
"Tunggu didalam mobil. Surti, saya pergi dulu sama Indah & bapak, mau jemput
Andini ke Dusun Nggebet Sukmo. Oh ya bingkisan diatas meja tolong nanti siang antarkan ke rumah bu Yono ya." pesan ibunya Indah ke ART

Mereka bertiga lalu berangkat ke Dusun nggubet sukmo, perjalanan itu sendiri makan waktu 6 jam.

Hari menjelang siang & Andini
belum sadar juga, Pakde Lingga datang bawa nakes dr puskesmas, menurut mereka Andini sehat.
Memang penyakit non medis sulit terdeteksi medis. Ibu2 berdoa disamping Andini,

Saat itu Ki Ndalu Suwira tidak ada di desa x, ia menghilang & tidak bisa dimintai bantuan.
Siang itu Surti antarkan bingkisan ke rumah bu Yono.
Saat di tengah perjalanan ia ketemu ibunya Indah yg saat itu pulang habis bayar tagihan listrik

Ia & Surti saling kenal karna suka ketemu di tukang sayur.
"Surti, mau kemana?"
"Mau ke rumah bu Yono anterin bingkisan ini."
"Eh gimana majikanmu udah sembuh? Bulan kemaren katanya operasi usus buntu ya?"
"Udah sehat bu. Sekarang nyonya, Indah & tuan lg pergi ke Dusun Nggubet Sukmo," jawab Surti

"Hah indah? Dusun nggubet sukmo? Indah minggu kemaren kesana tapi udah balik lagi kerumah,
"Iya Indah anak ibu, tadi dia kerumah & sekarang ia sama nyonya & tuan kesana nyusul Andini.

Mereka pun pamitan, ibunya Indah panik karna Indah pergi tanpa seijinnya. Sesampainya dirumah, ia nelepon suaminya & mengabarkan kalau Indah pergi tanpa ijin
"Bu, kalau Indah kesana bareng ortunya Andini pasti aman, kalau kita mau tetep kesana, paling baru bisa besok pagi, karna jika ayah sekarang dadakan minta cuti, dikasihnya besok & hari ini tetep kerjaan harus kelar hari ini, mau gak mau ayah harus lembur," kata Ayahnya Indah
"Ga apa apa yah, yg penting besok pagi kita kesana," jawab Ibunya Indah.

Sore itu akhirnya mobil ortu Andini tiba & berhenti tepat di depan pendopo. Ortu Andini & Indah keluar dr mobil

Semua kaget lihat Indah
"Indah, kamu kembali," kata Esti.
Ia & Utari lari meluk Indah
Candra saat itu malu-malu lihat Indah.

"Pakde, maaf saya kembali. Saya khawatir jika Andini gak sadar karna ulah saya, jadi saya disini mau tanggung jawab. Saya akan serahkan diri ke demit itu agar teror ini berakhir," kata Indah sambil berlinang airmata
"Tenang dulu Indah," jawab Pakde Lingga
"Andiniiiiii," teriak sang ibu melihat tubuh putrinya terbaring di tengah pendopo.

"Bangun nak," peluk sang ibu sambil menangis.

"Ini kenapa anak saya bisa sampai begini?" bentak sang ayah
"Tenang pak, saya ceritakan dari awal," jawab Pakde Lingga
Ia ceritakan kronologi lengkap. Masalah itu cukup pelik, karna ayah Andini yg amat skeptis, kini dihadapkan pada situasi mistis yg menimpa anaknya.

Malam itu semua berkumpul di pendopo bergaya joglo itu
& hanya bawa lilin, karna sudah lama tak dihuni maka bohlam di pendopo tak dipasang.

Semua warga berkumpul menemui Andini, termasuk Mas Djoyo Sulinggih, Wilda, Bukas, Romo Galih, Bayu, Kang Sapto, Para Santri,
Kasrudin, Bu Rima (pemilik warung pecel ayam), Narto & orang yg terakhir datang adalah Empu Jarot.

Semua berdoa tuk Andini, termasuk ortu Andini, Oki & Indah juga teman-teman kknnya.

Setelah doa usai, Empu Jarot mulai pembicaraan
"Begini, mohon maaf Candra bukannya saya ingin buka aib, tapi demi nolong Andini. Saya harus ceritakan yg kita alami di gunung B."

Empu jarot ceritakan yg dialaminya, terutama bertemu Dewi Nyawang Milir & beritahu semua percakapannya
Yaitu bahwa hanya Nok Rahmi yg tahu hubungan Indah dengan Dewi itu. Tapi Empu Jarot tak ceritakan bagian Candra yg bawa jimat.

Dari jauh terdengar suara langkah kaki sambil bawa tongkat, ia adalah Nok Rahmi. Sosok yg jarang bergaul, kini merasa iba
dengan kondisi Andini. Rupanya dari tadi Nok Rahmi menguping pembicaraan Empu Jarot.

"Silahkan Nok Rahmi, anda sudah ditunggu," kata Pakde Lingga.

"Dewi Nyawang Milir menyebut namaku ya?” tanya Nok Rahmi

"iya," jawab Empu Jarot. Nok Rahmi kemudian
duduk di samping Andini, berhadapan dengan Indah.

Di luar pendopo tepatnya di jalan raya. Tiba-tiba ada suara, "Assalamualaikum."

Semua menjawab salam, ternyata itu adalah Eyang Ronggo Wilis.

"Eyang kemana saja?" tanya Pakde Lingga
"Setelah pulang haji, saya nginap dulu di tempat mantu, karena cucu ngajak saya liburan."

"Syukurlah, kami butuh bantuanmu Eyang Ronggo Wilis."

Semua warga bersalaman dengan Eyang, semua anak kkn juga kenalan dengannya
"Ki Ndalu Suwira gak tau kemana," kata Pakde Lingga.

"Biarkan saja," jawab Eyang.

"Coba, ceritakan semua dari awal. apa yang sekarang sedang terjadi," kata Eyang.

"Baiklah aku akan cerita, mengapa bisa ada teror di dusun ini semenjak kedatangan Indah," kata nok rahmi
"Ibunya Indah, dulunya ia tinggal 3 desa dari sini. Ia gadis desa tercantik di desa itu, tak lama ia menikah. Waktu itu ayahnya Indah sering kerja diluar kota & jarang pulang. Saat itu ada sosok jin jahat penghuni alas pisanan bernama Ratu Mercu Pati,
Suatu saat, sang Ratu menurunkan Ilmu Nitis Sukmo pada muridnya dr bangsa jin juga tapi dari jenis genderuwo, bernama Janggar Marang.

Tujuan dari ilmu ini tuk keabadian, caranya Janggar Marang harus menghamili wanita dari bangsa manusia
Nanti anak itu kan tumbuh diasuh manusia. Saat sudah dewasa, anak itu kan dibuat koma, pada saat itulah anak itu akan bertukar kesadaran dengan Janggar Marang, sehingga Janggar Marang bisa hidup di dimensi manusia menempati raga manusia
ilmu Nitis Sukmo dilakukan mahluk halus agar bisa berbaur hidup dengan manusia menggunakan badan manusia.

Dengan begitu ia bisa menikahi manusia lain & meneruskan keturunan.
Ini sangat sulit & jarang berhasil
Itu syarat pertama, nah syarat kedua adalah sebelum menghamili manusia, ia harus membaca mantra rogosampurno.

Fungsinya agar Janggar Marang setelah merubah wujud jadi manusia, tak hanya rupa luarnya saja berwujud
manusia, tapi dalamnya juga berwujud manusia (tanpa membawa unsur mahluk halus). Artinya saat bayinya lahir maka wujudnya tetap full manusia dr ujung kaki ke ujung kepala & tidak ada yg curiga.

Tapi jika Janggar Marang lupa merapal mantra itu, maka setelah berubah wujud
hanya luarnya saja bentuk manusia tapi dalamnya tetap genderuwo. Artinya saat bayinya lahir wujudnya berbadan manusia tapi berwajah genderuwo.

Nah itu artinya gagal karna bisa saja bayinya dibunuh atau dibuang manusia.
Saat itu ayah Indah sedang pergi keluar kota, Janggar Marang tahu hal itu karna ia sudah lama memantau gerak gerik ayahnya Indah

Ia merubah wujud jadi ayahnya Indah & sengaja masuk ke rumah. Ibunya Indah tak sadar itu bukan suaminya
Janggar Marang yg wujudnya sudah berubah menyerupai ayahnya Indah, lalu mengajak berhubungan badan & berhasil

Tapi saat itu ia lupa baca mantra rogosampurno sebelum berhubungan karena tergesa-gesa.

Setelah melakukannya, seharusnya Janggar Marang pergi
Tapi karena ketagihan, ia mengulanginya sampai staminanya terkuras.

Tak sadar energi Janggar Marang mulai habis, perlahan wujudnya hampir kembali ke wujud semula.

Kejadiannya saat itu dikamar, setelah berhubungan & pakai baju, ibunya Indah kaget lihat ada
banyak bulu hitam berhamburan di lantai, ia kaget melihat bulu itu jatuh dari tangan suaminya.

Tampak tangan suaminya berbulu lebat, saat menoleh wajah suaminya mulai aneh, matanya merah & gigi taringnya tumbuh panjang
"Siapa kamu? Kau bukan suamiku," bentak ibunya Indah.

Energi Janggar Marang yg sudah habis membuat tak bisa mempertahankan bentuk manusianya, ia kembali ke wujud genderuwo & lari nembus tembok di dapur yg gelap, ibunya Indah pingsan
Besok paginya saat bangun, perut ibunya Indah sudah membesar bagai hamil 9 bulan, kehamilan yg terlalu cepat & tak masuk akal.

Ia baru sadar yg berhubungan dengannya semalam bukan manusia, tapi mahluk halus yg menyerupai suaminya
Ibunya Indah menolak bayi di kandungannya karna takut ketahuan suaminya, takut dikira selingkuh & usia kehamilan yg tak masuk akal.

Saat malam hari ibu Indah lari ke hutan, saat itu ia jatuh karna air ketuban pecah, tanda-tanda mau melahirkan
Tak lama ia melahirkan & lahirlah anak perempuan, sosoknya manusia tapi dengan mata merah, hidung besar & telinga yg runcing.

Ibu indah jijik & takut melihat bayi itu.
"Kamu bukan manusia."
Bayi itu terus nangis, ibunya Indah terus menggendongnya & jalan di tengah hutan
tak tahu tujuan, tak lama sampailah ia di telaga, lalu muncul ide tuk menghayutkan anak itu di telaga tsb.

Ia lalu melakukannya & meninggalkan telaga itu, ia kembali ke rumah & menganggap tidak terjadi apa apa, perutnya sudah kempes.
Lusa, ayahnya Indah yg asli pulang & tak berprasangka apa-apa.

Ibunya Indah akhirnya minta pindah rumah & milih pindah ke kota, karna ia tahu di desa itu Janggar Marang bisa saja kembali kapanpun & mengulangi perbuatannya.

Sedangkan di telaga, bayi itu
Terapung sampai ke tengah danau & kabut mulai muncul, itulah Kabut Kluwung.

Nah telaga itu sendiri masih dalam daerah kekuasaan Ratu Mercu Pati, sang ratu keluar dari kabut & melayang diatas air, ia mengambil bayi itu & melihat wajah
"Ternyata ini anak dari Janggar Marang & wanita bangsa manusia, anak ini berwajah demit. Jadi ini adalah anak yg gagal sehingga anak ini dibuang ibunya.

Pasti janggar marang lupa baca mantra itu. Tapi alau ibunya malah buang bayi ke telaga ini,
biar aku saja yg jadi ibu asuhnya," kata Ratu Mercu Pati.
Bayi itu diberi nama Dewi Nyawang Milir.
Sedangkan sang ratu sebelumnya sudah punya putri kandung, yg diberi nama Nyai Sigar Getih, lalu Dewi Nyawang Milir menjadi adik angkatnya
Tak lama setelah pindah ke kota, ayahnya Indah lebih sering dirumah & menghabiskan waktu berdua dengan istrinya

Waktu berlanjut & ibunya Indah hamil, lalu lahirlah Indah ke dunia ini. Jadi Dewi Nyawang Milir adalah kakaknya Indah satu ibu beda ayah/saudara tiri
Jadi wajar kalau Dewi Nyawang Milir manggil Indah dengan sebutan Adik.

Tak lama aku (Nok Rahmi) bekerja dirumah Indah sbg pembantu, suatu waktu saat aku sedang membakar sampah, ibunya Indah menyuruhku bakar barang2 tua miliknya. Maka ku bakar satu per satu
Sampai aku menemukan diary pribadi milik ibunya Indah, aku baca pada bagian ibunya Indah bertemu Janggar Marang sampai kelahiran Dewi Nyawang Milir & setelah itu aku membakarnya.

Mengetahui nenekku di dusun ini meninggal, aku berhenti bekerja
dirumah ibunya Indah & milih menetap di dusun ini,

Ibuku mewarisi dari nenekku ilmu dukun beranak, akupun menjadi penerus terakhir demi bisa berkontribusi di dusun ini.

Singkat cerita, Dhampir Watu adalah peninggalan kerajaan dulu
Siapa yg duduk disana, maka ia bisa lihat alas pisanan, selama mata batinnya sudah aktif & penghuni alas pisanan juga bisa melihat manusia yg duduk disana.

Alas pisanan itu hutan gaib tempat berdiam para mahluk halus, disana ada permukiman gaib, juga keraton milik sang Ratu
Saat Indah duduk di Dhampar Watu, semua penghuni alas pisanan bisa lihat Indah, termasuk Dewi Nyawang Milir, ia tahu kalau indah adalah adiknya, karna wajah mereka berdua sangat mirip

Sebenarnya waktu Indah duduk disana, ada 2 punggawa gaib yg megang pundak Indah
sehingga Indah tak jatuh saat duduk.
Jadi sebenarnya saat duduk disana itu Indah sudah “ditandain”.

Saat awal kamu datang kkn disini, aku hapal wajahmu ndah walau kamu gak ingat sama wajahku, sebenarnya selama kamu ga duduk di batu itu gak masalah, kata Nok Rahmi.
Nok Rahmi lanjutkan cerita
"Tapi naluriku pasti kamu kan kesana & diajak duduk disana, tuk itu supaya kamu dijauhkan dr batu itu. Aku harus mencegah dari jauh, karna kalau aku jelaskan spt ini pasti kamu gak percaya. Mohon maaf aku awalnya ingin mencegah dirimu agar
jangan ke gunung B itu dengan caraku, yaitu aku mengutus jagad kudra tuk mengganggumu ndah supaya kamu gak betah disini ndah.

Jagat kudra adalah khodam pendamping warisan dr ibuku. Jadi semua gangguan mistis yang terjadi sebelum kalian naik ke gunung B
Semua itu ulah Jagad Kudra atas perintahku, supaya kamu lekas pergi & bisa terhindar dari incaran Dewi Nyawang Milir, kata Nok Rahmi

Ia melanjutkan ceritanya
Begitu aku melihat kalian & Narto ke gunung itu, aku lempari kalian dengan batu supaya jangan kesana, tp aku putus harapan karna usahaku sudah gagal & kini semua sudah terlambat, tiada lagi yg bisa aku lakukan untukmu ndah," kata Nok Rahmi
"Apakah bisa Indah pergi jauh dari sini?" tanya Pakde Lingga.

"Bisa, tapi sukma Andini selamanya kan disandera sampai Indah kembali, jwb Nok Rahmi.

"Eyang Ronggo Wilis, apakah ada jalan lain?" tanya Pakde Lingga
"Tolong selamatkan anak kami," kata ortu Andini.

"Eyang, kenapa harus Andini dibuat seperti ini?" tanya Pakde Lingga.

"Mereka butuh tumbal tuk menggantikan Indah tp gak sembarang orang, harus yg weton lahirnya sama, nah weton lahir Andini & Indah sama
"Jadilah Andini sebagai target & sekaligus pemancing spy Indah kembali. Semua bermula saat Indah duduk di batu itu, jadi harus diakhiri di batu itu juga.

Indah harus duduk lagi di batu itu tuk mengakhiri teror ini" kata Eyang Ronggo Wilis
Eyang minta malam itu juga semua warga
harus pergi ke gunung B sambil membawa garam yg sebelumnya sudah didoakan.

Tubuh Andini dibawa warga ke Dhampar Watu, lalu Indah & semua warga pergi kesana kecuali Candra, dia bilang ingin tidur duluan.

Warga bawa senter juga petromak
Rencananya mereka akan menjemput sukma Andini.

Tiba di gunung B, Indah diminta duduk di Dhampar Watu, Eyang Ronggo Wilis duduk dibelakangnya sambil menempelkan telapak tangan kanan ke punggung indah, sedangkan raga Andini diletakan terbaring di samping kiri Eyang Ronggo Wilis
Tangan kiri Eyang Ronggo Wilis nempel ke kepala Andini, warga & orang tua Andini mengelilinginya membentuk lingkaran.

Sedangkan Nok Rahmi sibuk berdiri di pinggir sambil baca mantra.

"Indah, kita kan meraga sukma, tubuh kasar kita tetap disini. tubuh astral kita akan pergi
ke alam halus, yaitu alas pisanan untuk jemput sukma Andini, yg kau lakukan cukup pejamkan mata.

Tak lama Eyang Ronggo Wilis membisikkan sesuatu ke kuping Indah, tampaknya itu rencana yg akan mereka lakukan nanti.

Indah menutup mata & mendadak suasana hening, suara warga
yg ada disekitar tiba-tiba hilang.
Saat membuka mata, tiba-tiba tubuh astral Indah & Eyang Ronggo Wilis berada di alas pisanan, yaitu hutan alam lelembut.

Hutan itu gelap dipenuhi pepohonan akar menjuntai yg berduri, pohon satu dengan pohon lainnya saling berdempetan
Indah lihat bunga warna hijau kemerahan.
"Ini kan bunga puspagiri spt yg dipetik Esti, kenapa ada disini?"

"Itu dari dimensi sini. Saat kabut Kluwung muncul, benihnya ketiup angin & masuk ke kluwung lalu keluar di dimensi manusia & tumbuh disana," jawab Eyang
Setelah bersusah payah keluar dari hutan, tibalah mereka di perkampungan yg disebut kampung sindhung mayit.
Sindung berarti angin besar & mayit berarti mayat, dinamakan demikian karena di kampung itu angin berhembus kencang & anehnya
anginnya berbau seperti bau mayat, busuk & menyengat.

Eyang Ronggo Wilis & Indah menutup hidungnya, disana mereka lihat perumahan yg terbuat dari semacam bambu, mereka jalan lurus & saat mereka sudah jauh

Dari arah belakang, warga serentak keluar rumah
& mengikuti mereka dari belakang.
Wajah para warga pucat, pakaiannya spt orang jaman dulu, ada yg pakai kebaya lusuh, sedangkan yg pria pakai kain yg dililit di bawah pinggang.

Kemudian setelah lewati perkampungan, mereka berdua tiba di dataran tandus
Dimana tanahnya berwarna hitam & retak-retak, tak lama terdengar suara kereta kencana, yaitu suara derap langkah kaki kuda, suara ringkihan kuda & suara lonceng.

Tampak dari kejauhan benar2 datang kereta kencana yg ditarik oleh 2 kuda
Kereta itu terbuat dari kayu hitam & dihiasi oleh ornamen ukiran emas di tiap sudutnya, juga di kubah bagian atas.

Kereta itu berhenti 10 meter di depan mereka.
Dari kereta kencana itu turunlah Dewi Nyawang Milir, pakai kebaya kemas & wajahnya
mirip dengan Indah, ia berjalan anggun mendekati mereka.
"Adikku, kau sudah disini, tingggallah disini."

"Aku tidak mau, aku hanya ingin pulang," jawab Indah

"Disini rumahmu."
"Bagaimana kalau aku tidak mau?" tanya Indah.

"Baiklah, maka sukma temanmu akan disini selamanya
Wajah Dewi Nyawang Milir mulai berubah, kupingnya jadi runcing, kukunya jadi tajam, gigi taringnya memanjang, bahunya dipenuhi bulu, bola matanya membesar, ia tampak menyeramkan.

Ia menunjuk ke kereta kencana itu
Dari dalam kereta itu keluarlah sukma Andini, dengan tangan terikat.
"Baiklah, tukarlah sukma Andini dengan sukmaku. Ia pulang sekarang & aku milikmu," kata Indah.
"Baiklah,"

"Tapi dengan satu syarat lagi, kau yg serahkan sukma Andini ke Eyang Ronggo Wilis, kata Indah
Dewi Nyawang Milir membawa Sukma Andini ke hadapan Eyang Ronggo Wilis, saat mereka berhadap-hadapan,Eyang Ronggo Wilis minta sang Dewi tuk melepas rantai di tangan Andini

Setelah lepas, lalu tiba-tiba tangan kiri Eyang Ronggo Eilis memegang tangan
Andini & tangan tangan Eyang Ronggo Wilis megang tangan sang Dewi.

"Indaaah, lari dengan kereta itu ke tempat pertama kita tiba disini." (tempat pertama mereka tiba yaitu di dalam hutan alas pisanan, adalah tempat paling aman
& jika ingin menyebrang ke alam manusia maka jaraknya paling dekat) teriak Eyang Ronggo Wilis.

Sukma Eyang Ronggo Wilis, Andini & Dewi Nyawang Milir berpindah ke dimensi manusia
Sukma Eyang Ronggo Wilis & Andini kembali masuk ke jasadnya sendiri, tapi Dewi Nyawang Milir masuk ke dalam tubuhnya Indah.

Andini bangun, buka mata & memanggil,
"Mana Indah?"

"Orang tua Andini, tolong bawa Andini keluar dr dusun ini
Sekarang juga & jangan pernah kembali lagi,” teriak Eyang Ronggo Wilis.

"Mamaaaaaaah," teriak Andini saat kaget lihat ortunya ada disana.

Ada 5 warga mengantakan Andini & ortunya turun, tak lama setelah di depan pendopo, mereka bertiga masuk
ke dalam mobil & meninggalkan dusun, langsung pulang ke kota.
Itulah terakhir kali Andini terlihat di dusun itu.

Sementara itu Dewi Nyawang Milir sudah masuk ke jasadnya Indah, artinya indah kesurupan.

Indah melotot, mencekik Eyang Ronggo Wilis & mendorongnya hingga jatuh
Eyang Ronggo Wilis bangkit & berkata pada warga yg ada disekelilingnya,
"Lemparkan garam ke Indah."
Lalu semua warga melemparkan garam ke tubuh Indah, yaitu garam yg sdh didoakan, Indah teriak kesakitan, tapi yg keluar bukan suara indah
melainkan suara sang Dewi.
Sekarang sang Dewi telah melemah, masukan tubuh Indah ke dalam Sendhang Mumur Aji, perintah Eyang Ronggo Wilis.

Warga menarik tubuh Indah & ia meronta-ronta, akhirnya Indah diseret sampai ke depan Sendhang Mumur Aji
Lalu Oki, Damar, Yuda, Esti & Utari sama-sama mendorong tubuh Indah sampai tercebur ke dalam sendhang itu

Tubuh Indah kesakitan, padahal itu hanya air dingin biasa, yg teriak kesakitan adalah sang Dewi yg merasuki raganya Indah
Sementara itu di alas pisanan, Sukma Indah masuk ke dalam kereta kencana, ia mengendalikan kuda & lari secepat mungkin.

Sebelum mendekati perkampungan, ia lihat tanah yg gersang itu lama2 retak & berlubang, di dalamnya ada jurang dengan
jalan jalan di bawah tanah seperti labirin, kereta kuda menghindari retakan yg ada di tanah.
Karna makin lama makin melebar, tak lama ada satu kuda terperosok masuk ke dalam lubang & menyeret kereta,

Indah lalu keluar & berhasil lompat
kini tanah yg ia pijak mulai retak, ia lari secepat mungkin.
Tak lama ia tergelincir & tangannya perpegangan pada pinggir jurang, mendadak di atas ada tangan pria yg menarik tangan Indah & menyelamatkannya sehingga ia tak jadi masuk ke jurang

Dia adalah sukmanya Candra
"Hah Candra kamu disini?"
"Iya Indah." Lalu mereka berpelukan.
"Dimana raga kamu?"
"Ragaku di dalam kamar, belakang pendopo," jawab Candra

"Ayo kita ke kampung sindhung mayit, kita harus kesana menunggu Eyang Ronggo Wilis," kata indah
Sementara itu Dewi Nyawang Milir masih terperangkap di raganya Indah, yang ada di dalam sendhang mumur aji.

"Lemparkan garam sebanyak mungkin," kata Eyang Ronggo Wilis.

Semua warga melempar raga Indah dengan garam, tubuh Indah berteriak kesakitan hingga akhirnya pingsan
tandanya Dewi Nyawang Milir sudah kehabisan tenaga tapi masih ada di dalam tubuhnya Indah, tubuh Indah diangkat keluar dari sendhang.

"Bacalah doa sebanyak mungkin sambil duduk & kelilingi tubuhnya Indah," pesan Eyang
Eyang Ronggo Wilis kembali melepas sukma & kemudian muncul dimana terakhir ia lihat kereta kencana itu

Ia heran karena banyak tanah yg retak & berlubang, ia cari dimana Indah, dr kejauhan banyak warga sindhung mayit mendekatinya & menunjuk
ke satu arah, benar saja di arah yg ditunjuk, dikejauhan Eyang Ronggo Wilis lihat ada sukma Indah & Candra yg sedang jalan kaki.

"Hah, Candra kok bisa ada disana?"

Sukma Eyang Ronggo Wilis berteriak kencang hingga raganya ikut teriak.

"Aku lihat sukmanya Candra,
"Sekarang cari raganya Candra & pindahkan kesini, tapi jangan dibangunkan. Sekarang !!!, kalau terlambat nyawa Candra terancam." pesan Eyang
Warga yg dengar lalu saling tengak tengok sekitar & tak menemukan Candra.
Oki, Yuda & Damar baru ingat kalau Candra gak ikut ke gunung B
karena alesannya mau tidur, padahal ia diam2 meraga sukma tuk menolong.
Mereka lari turun gunung menuju kamar di belakang pendopo.

Di alas pisanan.
"Indah, candraa," Eyang teriak dr kejauhan

"Iyaa, Eyang. Hati2 tanahnya mulai retak & didalamnya ada lubang" pesan Indah
"Indah, kamu belum bisa kembali ke ragamu, karna tubuhmu dirasuki oleh Dewi Nyawang Milir, ia sudah dilemahkan di sendhang mumur aji. Kalau ia sudah keluar baru kau bisa pulang." kata Eyang

"Sekarang aku harus bagaimana?" tanya Indah

"Diam disitu, aku akan nyusul kesana."
Saat Indah & Candra sedang nunggu kedatangan Eyang Ronggo Wilis, dari dalam tanah yg berlubang itu keluarlah sosok manusia raksasa berbulu lebat, seperti genderuwo
Giginya bertaring & matanya besar, mirip seperti topeng barong
Ternyata itu Janggar Marang. Ayah kandung Dewi Nyawang Milir.
"Bangsamu telah melukai anakku, sekarang aku akan bunuh kalian."

Indah & Candra terus lari, sedangkan Eyang Ronggo Wilis dr kejauhan terus lari mendekati mereka.

Saat lari, tanah yg
diinjak Indah & Candra tiba2 retak sangat besar & longsor, mereka berdua jatuh ke lubang yg didalamnya ada jurang, tepatnya lorong bawah tanah yg besar.

Mereka mendarat di jalan bebatuan yg lebar. Janggar Marang ikut loncat & turun ke dalam lubang yg sama tuk mengejar mereka
Mereka lari menghindar dr tangkapan Janggar Marang, saat berlari Indah jatuh karna tersandung batu, saat Janggar Marang mau meraih Indah,

tiba2 ada tombak yg menahan tangan Jarang Marang. Yg memegang tombak itu Jagat Kudra
"Lari & cari jalan keluar dari sini," teriak Jagat Kudra, ia adalah khodam kiriman dari Nok Rahmi yg ditugaskan tuk bantu Indah & Candra
Jagad Kudra memang memiliki senjata astral berbentuk tombak.

Indah & Candra tak bisa kembali ke tempat
Mereka jatuh karna memanjat ke atas tidak sampai, lubang itu sangat dalam.
Jagad kudra bertarung dengan Janggar Marang.

Disana hanya ada satu jalan lurus, Indah & Candra tak punya pilihan, di dinding itu ada obor & Candra mengambilnya
Disana mereka menemui 2 cabang, terowongan kiri & kanan, mereka ambil arah kanan, masuklah mereka ke dalam terowongan itu

Kemudian menemui rongga yang besar & tinggi, dimana dibagian bawahnya ada kolam darah atau kubangan berisi darah
panjangnya sekitar 30 meter, cukup gelap & untungnya Candra bawa obor.

Nah di sebrang kolam itu ada satu jalan terowongan lagi, jadi untuk menuju terowongan itu mereka harus lewati kolam darah itu.

Kolam itu setinggi pinggang orang dewasa, lalu sukma Candra & Indah
pegangan tangan lewati kolam itu, airnya merah darah yg amis & kental.

Candra jalan paling depan. Anehnya saat berjalan, genangan darah bergerak bagaikan ada sosok yg berenang di dalamnya, sehingga menimbulkan riak kecil
Saat sudah di pertengahan jalan, tiba2 ada yang narik Indah sampai tercebur ke dalam genangan darah, Candra berbalik & kaget Indah sdh hilang.

Tiba-tiba ada satu tangan berkuku spt pisau yg panjang & tajam keluar dr permukaan air & menusuk perut Candra, ia lalu jatuh kesakitan
Tak lama Indah muncul dengan napas terengap-engap.
Di belakangnya, dari permukan kolam, muncul sosok wanita dengan dada penuh dengan sisik warna merah yg menari seperti jaipong, tangannya memiliki 5 kuku panjang setajam pisau, kuku itulah yg tadi menusuk
perut Candra hingga berlubang, otomatis di perut Candra ada 5 luka tusuk.
Wanita itu dengan cepat memeluk indah dari belakang. Tangan kanannya megang perut indah & yg sebelah kiri mencekik leher Indah dari belakang.

"Siapa kamu?"
bentak Candra yg perutnya sdh bersimbah darah.

"Aku Nyai Sigar Getih, bangsamu telah menghilangkan kesaktian adikku yaitu Dewi Nyawang Milir."
"Sebagai gantinya, kau disini selamanya indah," kata Nyai Sigar Getih dengan tertawa.

Tiba2 ada tali pecut yg menjerat leher Nyai Sigar Getih dr belakang, ternyata itu adalah sukmanya Ki Ndalu Suwira.

Ia narik tali itu sehingga Nyai Sigar Getih terjungkal
tubuh astral Ki Ndalu Suwira memang punya kemampuan untuk membuat senjata astral berbentuk pecut, untuk melindungi diri
Indah berhasil lepas dari cengkramannya.
Ki Ndalu Suwira melepas sukmanya demi nolong Candra & Indah, awalnya ia merasakan Eyang Ronggo Wilis tidak baik2 saja, setelah ia lihat dengan mata batin, ternyata benar & langsung menolong
Posisi raga Ki Ndalu Suwira ada di desa x.
"Untuk apa kau disini? Kau telah melanggar perjanjian kita, kau lupa ya?" bentak Nyai Sigar Getih.
"Terpaksa kulakukan demi selamatkan temanku." jawab Ki Ndalu

"Ki ndalu? tanya Indah
"Cepat masuk ke terowongan di sebrang kolam ini”
perjanjian apa yg dibuat oleh Ki Ndalu Suwira? tanya Candra
"Aku gak tahu, ayo kita segera keluar dr sini," jawab Indah sambil memapah Candra
Sementara itu Eyang Ronggo Wilis baru sampai & turun ke dalam lubang, disana ia menemukan Jagad Kudra yg baru saja mengalahkan Janggar Marang

"Aku Jagad Kudra, khodam yg diutus Nok Rahmi tuk melindungi Indah & Candra."
"Dimana mereka?" tanya Eyang
"Mereka lari kesana, kusuruh cari tempat yg aman."

Eyang Ronggo Wilis lari & menemukan 2 cabang terowongan yg tadi ditemui Indah & Candra.
Di terowongan kiri, ia dengar ada suara tangisan & jeritan ribuan orang,

"Apa jangan2 Indah & Candra nyasar kesana ya?"
Eyang Ronggo Wilis masuk terowongan kiri tuk memastikan, terowongan itu berakhir di sebuah rongga besar, banyak tebing disana.

Dibawah tebing itu banyak sekali manusia telanjang yg kakinya dikerangkeng.

Kembali ke Indah & Candra, mereka melanjutkan
perjalanan hingga selesai menyebrangi kolam darah itu, mereka masuk ke dalam terowongan itu & melintas cukup lama
Di paling ujung jalan, mereka lihat tangga ke atas menuju permukaan, tangganya besar & pegangannya dr emas, itulah jalan keluarnya.
Candra & Indah naik tangga itu
& tibalah mereka diatas permukaan tanah, sinar matahari kembali menyinari. Tampak mereka ada di tengah2 keraton ghaib.

Mereka lihat di depan ada singgasana yg diduduki wanita yg cantik, pakai kebaya serba hitam, dililit kain warna hitam.

Ia bangkit dari duduknya
& memperkenalkan diri.
"Aku Ratu Mercu Pati, Indah kau akan jadi milikku & pulanglah Candra, disini kalian kurang jumlah, aku yg kan tetap menang."

"Mengapa kau mengincar Indah? " tanya Candra.
"Tuk jadi penggantiku yg akan mewarisiku tahta ini" jawab sang Ratu
Candra jatuh karna darah yg keluar dari luka di perutnya semakin banyak, ia akan kehabisan darah.

"Candraaa," Indah menangis membantunya berdiri
"Dewi Nyawang Milir gagal jadi penerusmu sejak ayahnya gagal, gara-gara tidak baca mantra rogosampurno kan?" kata Indah

Kembali ke Eyang Ronggo Wilis, manusia yg dipasung itu, mereka adalah manusia yg dulu semasa hidup buat perjanjian dengan Ratu Mercu Pati
rata2 yg cari kekayaan dengan jalan pintas atau penganut ilmu hitam.

Disana Eyang Ronggo Wilis kenal salah satu sosok yg sangat familiar yaitu sahabatnya dulu, sosok itu bernama Mogosidhi atau dikenal sbg Mbah Geseng Njero.

"Mogosidhi," teriak Eyang Ronggo Wilis
ia menghampiri kawannya itu, tampak orang itu telanjang dengan kaki dikerangkeng, ujung rantai kerangkeng itu menyatu ke batuan di kaki tebing sehingga ia tak bisa kemana-mana.

"Hah, apakah itu kau Rangga Liwang?" tanya Mogosidhi
"Benar, kini namaku sudah ganti jadi Eyang Ronggo Wilis, tunggulah aku kan bebaskan kamu."

"Percuma, tidak bisa. Disini aku menerima konsekuensi dr perbuatan yg pernah kulakukan semasa hidup."

"Tapi disini kau disiksa & dijadikan budak."
"Inilah hukuman tuk orang yg menyekutukan Tuhan. Pergilah, sebelum penjaga itu melihatmu."

Eyang Ronggo Wilis dengan berat hati meninggalkan temanya itu, ia tak tahu harus berbuat apa lagi, tak lama dari atas tebing tumpahlah lahar yg panas
langsung membakar semua manusia yg dipasung di bawahnya hingga hangus, tempat tersebut dinamakan Grojogan Kobong Nyowo atau tempat pembakaran nyawa.

Eyang Ronggo Wilis kembali ke jalan semula ia datang
& berlari masuk ke terowongan arah kanan seperti yg tadi dilewati oleh Indah & Candra.

Ia sampai di kolam darah, disana ia melihat Ki Ndalu Suwira sedang berkelahi dengan Nyai Sigar Getih,

Eyang Ronggo Wilis membantu Ki Ndalu Suwira,
ia mengeluarkan senjata panah & ia tembakan anak panah lalu mengenai kepala lawannya itu, Nyai Sigar Getih jatuh seketika.

Eyang Ronggo Wilis & Ki Ndalu Suwira melewati kolam darah itu & mengikuti terowongan di depannya.
tubuh astral Eyang Ronggo Wilis memang punya kemampuan untuk membuat senjata astral berbentuk busur panah, untuk melindungi diri
Sedangkan Candra terjatuh untuk ke 2 kalinya karna darah dari perutnya mengucur

"Aku bisa sembuhkan temanmu asalkan kau tinggal disini, Ratu itu menawarkan.

"Jangan," teriak Candra.
Ratu Mercu Pati turun dr singgasananya & dekati mereka
"Aku tahu maksudmu, kau ingin menculik indah," kata Candra

"Kau ingin menikahkan Indah dengan bangsamu & kau ingin Indah disini punya keturunan dari bangsa demit kan?" ejek Candra
"Kesempatan terakhir dari ku Indah, pria ini sudah sekarat, aku bisa sembuhkan pria ini & ia kan pulang dengan selamat tapi kau tetap ikut selamanya denganku Indah. Bagaimana?" bentak sang Ratu
"Ratu, jika kau ingin mempunyai keturunan manusia, langsung dari darahmu sendiri. Aku menawarkan diri. Menikahlah denganku & aku ikut denganmu, dengan satu syarat yaitu bebaskan Indah & ia harus pulang dengan
selamat, jangan pernah ganggu dia lagi selamanya, bagaimana kau setuju?" ajak Candra sambil memberikan tangan kanannya.

"Tidak, Candra kau sudah gila ya?" bentak Indah.

"Ini satu-satunya cara untuk menyelamatkanmu Ndah" jawab Candra.
"Ini penawaran terakhir dariku wahai Ratu, sebelum aku menghembuskan napas terakhirku," kata Candra

"jangaan," teriak Indah
Ratu mendorong telapak tangannya & Indah terpental

"Baik, aku terima tawaranmu,” kata Ratu sambil berjabat tangan dengan Candra.
Telapak tangan Ratu diarahkan ke langit & turunlah kabut kluwung

"Aku tepati janjiku, Indah masuklah ke dalam kabut itu, begitu keluar kau sudah di dimensi manusia & kau bisa masuk ke ragamu. Akan aku obati Candra & ia tinggal disini selamanya menjadi suamiku,” kata sang Ratu
ia lalu melayang sambil menggenggam tangan sukmanya Candra, mereka hilang di langit menembus awan.

Yuda, Oki & Damar tiba di belakang pendopo, mengetuk pintu kamar tapi dikunci oleh Candra dr dalam, akhirnya mereka mendobrak & mendapati tubuh Candra
Sudah tengkurap di lantai. Mereka segera membawa tubuh candra ke gunung B.

Indah jatuh lemas & menangis sejadi jadinya, ia tahu dari dulu Candra memang suka padanya, tapi Indah tidak merespon karena Indah selama ini sudah dijodohkan oleh orang tuanya
ternyata Candra tulus mencintainya & berani berkorban tuk keselamatannya.
Tak lama Ki Ndalu Suwira & Eyang Ronggo Wilis sudah naik tangga & muncul tepat dibelakang Indah.

"Indaaah,” kata mereka berdua.

"Mana Candra?" tanya Eyang

Indah lalu menceritakan semua
"Candra mengorbankan dirinya sendiri agar kau selamat," kata Eyang

"Apakah Candra bisa dipulangkan?” tanya Indah

"Tidak bisa, ia sengaja membuat perjanjian," jawab Ki Ndalu Suwira.

"Indah, aku duluan masuk ke dalam kabut kluwung
jika Dewi Nyawang Milir sudah keluar dari ragamu, rasakan tanganmu. Jika aku tepuk tangan kanan artinya ragamu sudah aman & masuklah ke kabut kluwung itu," pesan Eyang

Eyang Ronggo Wilis masuk duluan, begitu keluar sukmanya kembali ke raganya dia sendiri
Raga Eyang Ronggo Wilis membuka mata, ia memeriksa ternyata di luar sendhang mumur aji, Indah sudah pingsan, tidak ada Dewi Nyawang Milir di dalam tubuh Indah

Ia menepuk tangan kanan raga indah. Sukma Indah merasakan, lalu ia & Ki Ndalu Suwira
masuk ke kabut kluwung, begitu keluar sukma Indah masuk ke dalam raganya sendiri & begitupun Ki Ndalu Suwira.

Indah membuka mata & mendapati dirinya basah kuyup di luar sendhang mumur aji.

Tak lama Yuda, Damar & Oki baru tiba sambil menggendong
tubuh Candra, tubuh Candra yg terbaring pingsan.

"Candraaaaa," teriak Indah sambil berlari & memeluk tubuh Candra yg pingsan.

"Indah, sebelum kau pulang, ada satu ritual yg harus kau lakukan agar terlepas dari jejak mereka." pesan Eyang

"Apa itu?" tanya Indah
"Kita akan melakukan ritual girah mbathin di telaga" (telaga yg sama tempat ibu indah membuang dewi nyawang milir)

Mereka & warga yg hadir lalu turun tapi tidak lewat jalan ketika naik, mereka turun ambil jalan pintas lewat perkebunan kelapa
jalan pulang itu menurun, lalu saat menemui pertigaan, jika ke kiri kembali ke dusun, nah mereka ambil jalan kanan

"Eyang, tadi aku dengar Nyai Sigar Getih bilang ke Ki Ndalu Suwira kalau Ki Ndalu Suwira sudah melanggar perjanjian
memangnya perjanjian apa?" tanya Indah

"Sudah, jangan bahas itu, yg penting kini adalah keselamatanmu," jawab Eyang Ronggo Wilis.

Sesampainya di telaga itu, Indah berendam & didoakan Eyang Ronggo Wilis. Tubuh Candra juga dimandikan
tapi tidak terjadi apa apa. Fungsi ritual itu adalah tuk netralisir sisa jejak energi negative

"Bagaimana dengan Andini? Dia belum lakukan ritual ini?" tanya indah

"Dia tak perlu, karna dia hny dijadikan umpan agar kau datang," jawab Eyang
Setelah ritual selesai, warga pulang kerumah masing2 & Indah juga teman2nya beristirahat

Tubuh Candra dibawa ke balai desa, kondisinya seperti koma, saat itu hampir jam 4 pagi & ada tawa cekikikan wanita di atas tempat Candra dibaringkan, tapi orang2 melihat tidak ada apa-apa
Eyang Ronggo Wilis melihat sekitar, tawa wanita itu sudah hilang, ia memastikan tubuh Candra tak hilang, mereka tunggu sampai jam 6 pagi

Setelah itu, Yuda & Damar pergi ke desa x tuk nelpon ortu Candra, siang itu Ortu candra tiba dengan
mengendarai mobil. Pakde lingga dibantu Eyang Ronggo Wilis ceritakan kisah yg sebenarnya.

Ibu Candra menahan marah & justru menyalahkan suaminya akan hal ini.

"Dari dulu ibu gak setuju Candra belajar ilmu begituan, tapi ayah gak pernah dengar
sekarang lihat."
Suaminya hanya terdiam.
Ternyata ortu Candra tahu kalau selama ini Candra suka ngulik “ilmu” perdukunan. salah satunya bawa jimat & cari tempat2 penarikan pusaka.
Mereka tak nyangka Candra akan nekat sejauh ini
Sore itu tubuh Candra dibawah pulang oleh orangtuanya.
Tak lama mobil ortu Indah tiba, mamah & papah Indah keluar dr mobil, mereka lari & meluk Indah.

Indah ikut pulang dengan mobil ortunya sedangkan Pakde Lingga ikut nebeng ke kota
karna Pakde ingin jelaskan kronologi ke pihak kampus.

Hari itulah terakhir kali Indah terlihat di dusun itu.
Saat mobil yg ditumpangi Indah keluar dr dusun & memasuki hutan pinus, mendadak langit mendung & gerimis.

Mobil mendekati tikungan, di pinggirnya ada cekungan diluar trotoar, cekungan itu hanya lahan kosong. Tampak disitu berdiri Ratu Mercu Pati & Candra sambil melambaikan
tangan ke arah mobil. Anehnya Candra memakai pakaian jaman dulu spt jaman kerajaan

"Itu siapa mereka berdua, kok dadah dadah ke mobil kita? kata bapaknya Indah.

"Loh itu seperti Candra" kata Pakde.

"Sudah jalan saja," kata Indah

Mobil mendekati tikungan itu, begitu sampai
Ternyata 2 sosok itu menghilang.
"Loh kok hilang?" kata bapaknya Indah heran

Mobil terus melaju, anehnya ternyata mereka melewati tikungan yg sama & bertemu 2 sosok tadi dengan gerakan yg sama, yaitu melambaikan tangan ke arah mobil.
Mobil terus melaju & mereka melewati tikungan itu lagi
Dengan pemandangan yg sama, yaitu Ratu Mercu Pati & Candra sedang melambaikan tangan

"Loh kan tadi kita sudah lewat sini?" Kata ayahnya Indah dengan heran.

10 menit kemudian mereka lewat tikungan yg sama itu lagi
Anehnya, mereka tidak berpapasan dengan mobil lain, seakan-akan di hutan itu cuma ada satu mobil itu saja

Saat di tikungan itu, hutan juga sunyi & tak ada suara hewan lain.

Keanehan lainnya, jam tangan Pakde Lingga berdetak lambat
"Pah, kan daritadi kita jalan lurus, kok kita kembali ke tempat yg sama ya?" kata mamahnya Indah

"Kita seperti lagi diputerin & dibikin nyasar," kata ayahnya Indah.

"Coba kita semua baca doa," kata Pakde

Mereka lalu nurut & mobil melaju seperti biasa. Kali ini
mereka tak menemui tikungan Itu lagi, TAPI BERTEMU MASJID

Kesal karna tak menemui jalan keluar, mobil menepi di depan masjid, bapaknya Indah langsung keluar.

"Pak, masuk aja, jangan keluar," kata Pakde Lingga. terlambat, bapaknya Indah sdh keluar mobil
"Emang kenapa pak? Itu kan masjid biasa?" tanya mamanya Indah

"Oh ga apa apa," jawab Pakde Lingga
Bapaknya Indah bertanya ke jamaat yg baru keluar dari masjid, jamaat itu seorang kakek yg masih tegap.

Anehnya kakek itu tidak punya garis diatas bibir

"Kek, maaf mau tanya kalau jalan keluar dr hutan ini kemana ya?"
"Saya dibikin nyasar," kata bapaknya Indah

"Itu ulah Dengkiling," jawab kakek itu.

"Dengkiling itu apa?" tanya bapaknya Indah.

Kakek itu cuma mengacungkan jari telunjuk lalu dihadapkan ke bawah & diputar membentuk lingkaran
Bapaknya Indah mengartikan diputar diputar
"Oh ya kek saya dari tadi muter2 kembali ke tempat yg sama, padahal saya cuma jalan lurus," jawab bapaknya Indah.

"Sampean lurus aja ikutin jalan & jangan nengok ke belakang," jawab kakek itu
Bapaknya Indah segera masuk ke dalam mobil & pergi, baru dua puluh meter, mamahnya Indah nengok ke belakang & masjid itu sudah HILANG, disana mamahnya Indah hanya lihat lahan kosong tepi jurang.

"Pah itu masjidnya hilang."
"Aduuuh Mamah kenapa nengok ke belakang?," tanya bapaknya Indah
"Loh emang kenapa?"
"Kata kakek yg tadi, kita jalan lurus aja & dilarang nengok ke belakang," jawab bapaknya Indah
"Lah mana mamah tahu, kan tadi papah begitu masuk mobil ga kasih tahu, langsung tancap gas."
"Itulah bu kenapa saya tadi larang bapak keluar, di hutan ini ga ada masjid," kata Pakde Lingga.

Mobil terus melaju & langit terang kembali, mulai banyak mobil berpapasan.

Tak lama mereka menjumpai bengkel & perumahan warga
Itu tanda mereka sdh keluar dr hutan pinus, tak lama mereka istirahat di pom bensin.

Kembali ke mobil yg ditumpangi Candra & ortunya. Mereka tiba lebih awal di kota. Sesampainya di kota, Candra di bawa kerumah sakit & tp setelah dicek ternyata ia dinyatakan sdh meninggal dunia
Indah sampai di kota & Pakde Lingga diturunkan di rumah adik istrinya karna mau nginap

Indah & Pakde Lingga janjian besok akan ketemuan di kampusnya Indah, malam itu berita meninggalnya Candra sdh tersebar
Pakde Lingga sementara msh di kota, karna mau ikut pemakaman Candra, ia juga nelpon ke desa x & minta utusan ke dusun nggubet sukmo tuk kabari anak2 yg kkn (Yuda, Damar, Esti & Utari) agar disuruh pulang ke kota tuk mengikuti pemakaman Candra.
Sedangkan yg survei (Oki) tetap lanjutkan pekerjaannya tanpa Andini.

Oh ya Andini akhirnya resign dari team survei & ia rehat tuk pulihkan traumanya akibat sukmanya diculik.
Sebelum anak2 kkn pulang, mereka pamit ke pesantren & memberi alamat rumah Candra ke Eyang Ronggo Wilis, katanya Eyang nanti mau melayat.

Pada esok paginya. Pakde lingga ditemani Indah, menghadap dosen
Pakde Lingga ceritakan apa yg sdh terjadi pada Indah & Candra, pihak kampus menganggap itu adalah kecelakaan yg tak disengaja

Tak lupa Indah menunjukan surat rekomendasi dr Pakde Lingga terkait pilihan lokasi alternatif kkn tuk Indah
Dosen pembimbing Indah tak mempermasalahkannya, karna Indah belum lama di dusun itu.

Kesepakatannya adalah Damar, Yuda, Esti & Utari tetap disana menyelesaikan kkn nya hingga tuntas, sedangkan Indah harus mulai kkn dari awal
di tempat baru.
Siang itu, mereka yg dr dusun (Yuda, Damar, Esti & Utari) sudah tiba di rumah Candra.
Mereka salaman & mengungkapkan belasungkawanya.

Disana Indah & Pak Lingga sdh standby.
Mereka lihat jenazah Candra yg sudah dibalut oleh kain kafan
Siang itu saudara dari keluarga Candra belum semuanya datang, tapi bapaknya Candra bersikeras kalau Candra harus segera dikebumikan, akhirnya Candra dibawa ke pemakaman & tukang gali kubur masih bekerja, setelah menungu satu jam akhirnya liang lahat sudah siap
Sebagai penghormatan terakhir, akhirnya Yuda, Damar & Pakde Lingga yg saat itu datang, berniat bantu menurunkan jenazah ke liang lahat.

Jenazah dimasukan ke liang lahat, papan penyangga sudah disiapkan, tapi bantalan pengganjal yaitu bola yg terbuat dari tanah
belum disiapkan karena serba dadakan, mereka pun buat sesuai arahan penggali kubur.

Saat itu gerimis mulai turun. Pakde Lingga, Damar & Yuda mempercepat pekerjaan mereka

Pakde Lingga naik duluan ke atas, sedangkan di dalam liang lahat
tinggal Damar & Yuda
Papan mulai dipasang, namun saat ingin menutup papan di bagian kaki, Yuda & Damar melihat ke dalam liang lahat, kalau kain kafan yg berisi jasad mendadak kempes.

"Loh kok kafan yg tadinya padat karena di dalamnya ada badan, kenapa ini jadi kempes?"
Gerimis mulai membesar & suara petir makin kencang, langit makin menghitam.

Ortu Candra, Pakde Lingga, Esti, Utari & semua yg hadir diatas disana lalu membubarkan diri & milih neduh di shelter di dekat tukang yg jual kembang
jadi di area kuburan itu hanya ada Damar & Yuda saja di dalam lubang galian karna tukang gali kubur sudah pergi saat gerimis awal tiba.

Damar inisiatif mengecek dalam liang lahat, ada apa di dalam kain kafan, tapi tubuh jenazah kan sudah terlanjur masuk ke dalam liang
nah Yuda lalu bongkar kembali papan yg sudah dipasang, setelah terbuka semua, lalu mereka berdua menarik kaif kafan yg sudah berbentuk seperti pocong itu.

Memang berat tapi kain kafannya tidak membentuk tubuh manusia, ternyata di bagian wajahnya terbuka dan dalamnya kosong
alias tidak ada jasad Candra di dalamnya, Damar lalu membuka bagian dada, ternyata di dalam kain kafan itu hanyalah GEDEBONG PISANG
"Kok bisa? Tadi saat jenazah diturunkan kan kita sendiri yg gendong & masukin ke lubang, kerasa kok masih berat & dalemnya ngebentuk badan," kata Yuda

"Iya aku kan nerima bagian bawah, itu masih kerasa aku nyentuh bagian betisnya & lutut Candra," kata Damar
"Pas aku masukin ke liang, aku juga nyentuh bahu & sikutnya, kerasa kok itu dalemnya masih ada Candra." kata Yuda

"Sekarang gimana?" tanya Damar

Dhuaaaaar, petir menggelegar, hujan deras turun dengan disertai angin.

"Aku gak tahu kenapa jasad Candra bisa hilang secepat ini,
pasti ada yg menyembunyikan. Kita harus masukan lagi, ikat tali yg rapi & pasang papannya lagi." kata Yuda

Mereka lalu merapihkan seperti semula & setelah itu Yuda naik duluan ke atas dengan tangan Damar sebagai pijakan, lalu Damar naik dengan ditarik tangannya oleh Yuda
Cangkul sudah siap & mereka menimbun lubang dengan tanah.
Hujan makin membesar, mereka semua basah kuyup.

Sambil menimbun lubang kuburan, Yuda & Damar saling ngobrol.
"Kita lapor ke orangtuanya jangan? Kalau kita lapor nanti kita disuruh cari jasadnya & urusannya panjang."
"Iya diamkan saja, kita tak usah ikut campur, kejadian tadi pasti ulah Ratu Mercu Pati, karena tak mungkin manusia curi jasad yg sudah masuk liang tanpa ketahuan oleh kita." kata Damar

"Betul, waktu di dusun jasad Candra diketawain suara wanita, pasti
tubuh Candra sudah diincar.
Setelah pekerjaan mereka selesai, mrk bergabung ke shelter itu, ortu Candra berterima kasih.

Setelah hujan reda, Eyang Ronggo Wilis tiba, ia baru saja tiba di kota, kemudian bersalaman dengan
ortu Candra sambil minta maaf kalau datangnya telat sehingga tak bisa ikut pemakaman Candra, justru ayahnya Candra yg minta maaf karna proses pemakaman dipercepat secara dadakan.

Pakde Lingga menemani Eyang berdoa di kuburan, sedangkan ortu Candra sudah duluan pulang
Yuda & Damar menghapiri Eyang Ronggo Wilis & Pakde Lingga,

Yuda & Damar bisik bisik & bilang kalau jasad Candra berubah jadi gedebong pisang

Semua terdiam & merahasiakan hal ini dari orang tua Candra
"Saat ada suara tawa wanita diatas tubuh Candra, itu tanda ia sudah diincar & tubuh itu ditukar dengan gedebong pisang saat tubuh Candra di dalam mobil sesa'at meninggalkan dusun" kata Eyang

"Jadi waktu di rumah saat melayat, yg kita lihat jenazah Candra sebenarnya
adalah gedebong pisang?" tanya Damar

"Benar," jawab Eyang

"Bagaimana bisa?" tanya Yuda

"Ini ulah Ratu Mercu Pati yg menukar jasad Candra dengan gedebong pisang menggunakan ajian Ngalih Rupo," jawab Eyang Ronggo Wilis
"Jadi gedebong pisang itu diserupakan menjadi tubuh palsu Candra, sehingga orang yg melihat akan mengira itu tubuh Candra yg asli, benar begitu Eyang?" tanya Pakde Lingga

"Benar"

"Lalu mengapa di dalam liang lahat, bentuknya kembali jadi gedebong pisang? tanya Yuda
"Efek Ajian Ngalih Rupo akan netral jika benda yg disihir terkena tanah, jadi setelah terkena tanah, maka akan kembali ke bentuk semula
"Jika kita tahu yg dikuburkan itu bukanlah tubuh Candra, lantas dimana tubuh Candra yg asli?" tanya Damar
Dalam penglihatan batinnya, Eyang Ronggo Wilis menerawang Candra saat ini baik tubuh maupun sukmanya

Ternyata Candra ada di alam alas pisanan, Eyang melihat tubuh Candra
disatukan dengan sukmanya sehingga Candra hidup di alam alas pisanan dengan raga manusianya lengkap dengan sukmanya yg masih punya kesadaran & ingatan.

Disana Candra menjadi suami dari Ratu Mercu Pati
Apa yg terjadi selanjutnya dengan Candra di alas pisanan? & apa yg akan dilakukan oleh Candra disana?

Perjanjian apa yg dulu dibuat oleh Nyai Sigar Getih dengan Ki Ndalu Suwira?

Siapa Mogosidhi, teman Eyang Ronggo Wilis yg ditemuinya di Grojogan Kobong Nyowo?
Itulah kisah yg bisa saya sampaikan.

Terima kasih sudah baca hingga tuntas & semoga teman2 bisa ambil pelajaran dari kisah diatas ya.

Salam & saya larikjiwo404 pamit.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with kisah malam seram

kisah malam seram Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(