Dalam politik identitas, sebuah identitas yang dimiliki secara bersama dibajak oleh sedikit orang kemudian ditafsirkan secara politik menurut kehendaknya.
Tafsir yang sudah dibuat ini kemudian dikondisikan sebagai satu-satunya tafsir yang sah dalam suatu kelompok identitas. Konsekuensinya semua orang yang seidentitas harus mengikuti tafsir itu. Sebaliknya yang tidak menyetujui tafsir itu dikeluarkan dari kelompok identitas tsb.
Identitas itu tidak mesti agama. Bisa juga suku, kelompok, atau bahkan komunitas hobi.
Contohnya, fans Rhoma Irama adalah harus memilih calon X, bila tidak memilih calon X maka dianggap bukan fans, atau dianggap fans yang berkhianat.
Contoh lain misalnya alumni PII harus memilih cagub X, bagi yang tidak memilihnya dianggap khianat.
Contoh lain yang lebih nyata misalnya, orang Minang harus oposisi @Jokowi sehingga bila ada orang Minang yang mendukung Jokowi berarti khianat kepada Minang, hilang Minangnya.
Contoh yang lain yang digunakan dalam pilgub DKI misalnya, Muslim harus anti #Ahok. Muslim yang memilih Ahok dianggap bukan lagi muslim sehingga bila wafat, mayatnya tidak boleh dishalatkan, diperlakukan sebagai kafir.
Tentunya ada peluang yang sama dalam pilpres yang akan datang. Misalnya klaim bahwa aspirasi umat Islam adalah Anies, yang tidak memilih Anies dianggap tidak sejalan dengan aspirasi Islam.
Jadi ada unsur dalam politik identitas. 1. Klaim sekelompok kecil orang terhadap identitas yang lebih besar. Semacam pembajakan identitas. 2. Penyingkiran atau pengucilan bagi anggota identitas yang menolak klaim tersebut.
Lalu apakah misalnya semua yang menggunakan simbol identitas adalah pelaku politik identitas?
Sepertinya tidak. Adakalanya itu hanya dress code. Bila caleg/capres ke mesjid bersarung dan berkopiah, itu bukan politik identitas. Itu dress code.
Baru dianggap politik identitas bila ada : 1. Klaim bahwa semua individu yang bersarung harus memilih si caleg/capres 2. Penyingkiran terhadap orang bersarung yang tidak memilih si caleg. Misalnya dengan tuduhan sebagai pengkhianat sarung.
Apa bahayanya politik identitas? 1. Menafikan keragaman di dalam identitas.
Klaim sekelompok individu yang menjadi "oligarkh" dalam suatu kelompok identitas menafikan bahwa aspirasi dalam kelompok itu sejatinya beragam.
2. Membelah masyarakat dalam kelompok identitas tersebut.
Subset dari sebuah kelompok identitas merasa identitasnya dibajak dan aspirasinya tidak terwakili. Akan terjadi perlawanan yang mendorong polarisasi.
3. Mengalihkan fokus dari substansi ke arah identitas yang tidak relevan
Misalnya identitas agama, suku, hobi, bukanlah indikator utama untuk mengukur kinerja calon. Akan tetapi dengan politik identitas, substansi terlupakan dan pemilih fokus pada simbol2 identitas si calon.