Bagi Hayu, Jogja tak terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan. Melainkan terbuat dari siasat untuk mengakali hidup dengan upah murah, sekalipun kerja keras telah dilakukan. Di kota Ini juga, cita-citanya terkubur.
Hayu adalah wajah lain dari Gen Z di Yogyakarta. Himpitan ekonomi dan kerasnya hidup melempar Hayu dari gambaran ideal gen z yang selama ini digaungkan oleh pemerintah. Sukses di usia muda, kaya raya, dan punya gelar sarjana dari universitas ternama.
Hayu berdecak-decak ketika menceritakan adegan paling tak masuk akal di tempat kerjanya. Bertolak belakang dengan kehidupannya. Maklum, berutang atau menggadaikan barang sudah jadi strateginya untuk bertahan hidup.
Jerat kemiskinan dan pernikahan di usia muda, bisa jadi itulah yang membuat hidup ibunya dan Hayu bertambah susah. Mimpi menjadi Polwan jadi hal yang muskil terwujud.
“Sempat berdoa juga semoga dikasih jalan sama Allah, kayaknya aku halu, ya?”
Triliunan rupiah dana keistimewaan yang mengucur ke Yogyakarta setiap tahun belum benar-benar bisa dinikmati oleh masyarakat. Kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin justru semakin lebar. Orang seperti Hayu semakin jauh tertinggal di belakang.
Perjalanan hidup Hayu adalah realitas lain Gen Z. Memang ada perwakilan Gen Z yang memiliki privilese kehidupan yang nyaman. Namun itu tak lantas mengaburkan kenyataan pahit yang dialami oleh sebagian besar Gen Z.
Sebuah program pelatihan dan beasiswa peliputan bagi jurnalis dan content writer perempuan yang ingin menghadirkan keadilan gender baik di karyanya, redaksi dan lingkungan kerjanya.
Kami mencari 30 peserta untuk mengikuti pelatihan, dan 15 peserta dengan ide peliputan terbaik yang akan mendapatkan beasiswa peliputan, serta bimbingan dari mentor.
Selama ini hukum di Indonesia dan aparatnya tidak punya kosakata pelecehan sebagai sebuah kejahatan. Namun, kini kita punya UU TPKS yang berpihak pada korban.
Selamat untuk semua penyintas. Kamu, saya, kita, tidak sendirian!
Dalam tulisannya, Devina Heriyanto mengisahkan tentang dirinya sebagai seorang penyintas dan bagaimana ia mengkritisi kondisi hukum yang tidak mampu memiliki perspektif yang baik terhadap korban.
Apakah kamu ingat pertama kali mengenal kata pelecehan? Apakah saya berhak marah? Apakah saya hanya terlalu sensitif? Apakah sebenarnya apa yang dilakukan ini biasa saja dan tidak usah dibesar-besarkan?
Bank tempat kamu menyimpan uang, dananya dialokasikan untuk membiayai perusahaan tambang batubara. Uang iuran BPJS Ketenagakerjaan juga demikian. Sementara itu, dampak tambang batubara ditanggung sendiri oleh rakyat.
Laporan yang ditulis oleh Meidella Syahni, membuat kita tahu bahwa selama ini dana para nasabah dialokasikan untuk perusahaan batubara yang merusak lingkungan dan memperparah krisis iklim.
Pengawasan dan kritik nasabah bank telah dimulai oleh anak-anak muda. Mereka punya keyakinan penuh, penghentian dukungan bank terhadap industri batubara tak bisa ditunda lagi.
Melewati Tsunami, operasi militer, tragedi Biak Berdarah. Kini masyarakat masih menyisakan satu perjuangan, mempertahankan tanah ulayat dari klaim LAPAN.
Transaksi bersifat satu arah: Pihak Jakarta bersama aparat keamanan mengumpulkan warga untuk membeli tanah warga. Dan dengan intimisasi, meminta warga membubuhkan tanda tangan.
Kami menyarikan data hasil survei mahasiswa peserta magang, lalu merangkum cerita mereka. Jam kerja berlebih, upah tak layak, tak ada kontrak kerja, dll.
Ditulis oleh Permata Adinda
Ilustrasi oleh sekarjoget
Survei ini sudah berlangsung sejak Oktober 2021. Beberapa reportase juga telah telah kami sajikan, dan dapat dibaca di projectmultatuli.org dengan tagar #GenerasiBurnout.