Indonesia bagian Timur itu spt Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Papua.
Candi di Bali dan Nusa Tenggara Barat berbentuk rock-cut architecture atau bangunan suci yang dipahatkan di tebing
sebagaimana Petra maupun membuat gua buatan untuk tujuan pemujaan. Bangunan semacam itu sebenarnya tidak hanya di Bali, namun ada pula di Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Timur yg berbentuk cave temple atau gua kuil. Bentuk cave temple ini juga banyak ditemukan di India Selatan.
Bentuk candi rock-cut architecture di Bali dan Nusa Tenggara Barat tidak hanya sebatas bentuk fasad candi, namun juga meliputi gua kuil (cave-temple), hunian, petirthaan, gapura, pertapaan dan fasad stupa. Jika ditotal jumlahnya ada belasan.
Candi semacam itu di Bali yang paling tua ditengarai adalah Candi Pahat Gunung Kawi yang dibangun oleh Raja Anak Wungsu pada abad ke-11 Masehi. Selain itu, juga terdapat candi-candi sebagaimana halnya di Jawa yang dibangun pada masa Bali Kuno.
Beberapa candi telah “direkonstruksi” oleh Balai Peninggalan Cagar Budaya. Salah satu contohnya adalah Candi Wasan yang terdapat di Gianyar.
Beralih ke timur di Nusa Tenggara Barat terdapat situs Wadu Pa’a. Situs yang berlokasi di Kabupaten Bima ini telah ada sejak abad ke-8 Masehi. Candi Wadu Pa’a ini merupakan bentuk rock-cut architecture sebagaimana di Bali.
Hal yang menarik adalah Wadu Pa’a merupakan situs agama Hindu dan Buddha sekaligus. Situs Wadu Pa’a ini dibagi dalam dua sektor yang mencerminkan peninggalan kedua agama tersebut.
Sementara itu, peninggalan arkeologi masa kerajaan-kerajaan kuno Hindu-Buddha di Sulawesi dan Maluku hanya menyisakan temuan arca saja. Hingga kini belum ditemukan struktur candi di sana. Di wilayah Sampaga di Mamuju pernah ditemukan arca Buddha Dipangkara bergaya seni Amaravati.
yang berasal dari abad ke-2 sampai 5 Masehi. Arca Buddha ini kini disimpan di Museum Nasional. Arca ini juga rusak karena ulah Belanda saat paviliun Hindia Belanda dalam Pameran Kolonial di Paris terbakar.
Peninggalan di Maluku adalah keberadaan arca dewi Parwati dan arca lain yang berasal dari Ternate. Kedua arca ini mewakili gaya Majapahit dan kini disimpan di Museum Siwalima, Ambon. Arca ditemukan saat pelebaran Bandara Sultan Baabulah di Ternate.
Jadi kemungkinan pada zaman dahulu terdapat candi di Ternate yang mungkin kini sudah terkubur oleh kompleks bandara. Ternate pada masa Majapahit disebut Maloko berdasarkan uraian Nagarakrtagama
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada masa lalu memang ada candi di Indonesia Timur. Akan tetapi, candi di sana sudah sedemikian hancur. Beberapa candi yang tersisa seperti Situs Aimoli di Alor hanya menyisakan bagian strukturnya saja.
Selain itu, temuan arca di Maluku Utara juga mengindikasikan pernah ada candi yang berdiri di sana. Keberadaan pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia Timur tidak dapat dilepaskan dari ekspansi Majapahit. Pulau Halmahera di Maluku Utara sendiri berdasarkan keterangan Nagaratagama
disebut dengan Maloko. Daerah lain di sana yang disebut juga oleh Prapanca adalah Wandan alias Banda, Ambwan alias Ambon, Seran alias Seram, sampai Wwanin atau Onin di Kabupaten Fakfak, Papua.
Gubernur Jenderal Nederland Indie Bonifacius Cornelis de Jonge ketika diwawancara oleh jurnalis Inggris Bruce Lockhart. de Jonge
🇳🇱 "Als ik met nationalisten praat, begin ik altijd met de zin:
Wij Nederlanders zijn hier al 300 jaar geweest en we zullen nóg minstens 300 jaar blijven. Daarna kunnen we praten”
🇮🇩 Apabila saya berbicara dengan para nasionalis, saya selalu memulai dengan kalimat: Kami Nederland telah di sini selama 300 tahun
dan kami bahkan akan tinggal paling sedikit 300 tahun lagi. Lalu kita bisa bicara.
G.J. Resink (peneliti, sastrawan & sejarawan) meneliti dokumen-dokumen hukum dari era VOC dan Nederland Indie. Hasil yang ia dapat bahwa Indonesia tidak dijajah Belanda selama 350 tahun.
Bapak di atas dapat dikatakan salah satu tokoh yang kejam di dunia dan berasal dari Indonesia. Bagi keluarga korban peristiwa 65–66, DOM Aceh dan Papua, Invasi Timor Leste, dan pelanggaran HAM lain,
Soeharto adalah dalang dari jutaan orang yang meninggal di Indonesia serta Timor Leste. Kekejaman Soeharto dimulai dari tahun 1965–1966 terhadap orang-orang yang dituduh komunis atau kiri. Pembersihan orang yang dituduh kiri ini menelan korban 500 ribu sampai 1,2 juta orang.
Berkuasa selama 32 tahun, Soeharto juga tanggungjawab pada ratusan ribu orang yg menjadi korban pelaksanaan DOM di Aceh dan Papua serta invasi ke Timor Leste maupun kerusuhan Mei 98. Selama menjabat itulah Soeharto bertanggungjawab atas hilangnya nyawa jutaan orang Indonesia.
Puputan Bayu merupakan aksi perjuangan rakyat Blambangan melawan penjajahan Belanda pada 1771. Perang ini menjadi cikal bakal berdirinya Kabupaten Banyuwangi.
Sebanyak 60 ribu rakyat Blambangan gugur dalam perang ini.
Bahkan, akibat perang ini, dari 65 ribu total penduduk Blambangan kala itu, tinggal menyisakan 5 ribu jiwa saja.
Meski telah menghimpun kekuatan, namun pasukan Blambangan di bawah pimpinan Wong Agung Wilis tetap belum mampu mengungguli Belanda yg dipersenjatai alat-alat mutakhir.
Wong Agung Wilis dan pengikutnya akhirnya tertangkap dan diasingkan ke Banda, Kepulauan Maluku, pada 1768. Sementara Pangeran Rempeg Jagapati berhasil menyelamatkan diri dan menempati daerah bernama Bayu di lereng Gunung Raung.
Tukar guling pulau Run di Maluku dengan pulau Manhattan, 31 Juli 1667 melalui Perjanjian Breda[1]
Tidak banyak orang tahu bahwa ada sebuah pulau di Indonesia yang ditukar dengan pulau di Amerika.
Kisah ini sendiri merupakan suatu kisah ironi sejarah, jika kita membandingkan situasi pulau Run dewasa ini dengan pulau Manhattan sekarang.
Pulau Run dewasa ini hanyalah sebuah pulau sangat terpencil, yang harus dicapai dengan transportasi laut selama paling sedikit 12 jam,
ada puskesmas tapi sering tidak ada dokter, listrik hanya menyala di jam tertentu. Gambaran khas situasi daerah terpencil kebanyakan di Indonesia.
Melalui bukunya yg berjudul “Sarinah, Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia,” Soekarno menjelaskan arti Sarinah bagi dirinya.
“Pengasuh saya bernama Sarinah, ia “mbok” saya. Ia membantu ibu saya, dan dari dia saya menerima banyak rasa cinta dan rasa kasih.
Dari dia saya banyak mendapatkan pelajaran mencintai “orang kecil”. Dia sendiri pun “orang kecil”, tetapi budinya selalu besar,” tulis Soekarno.
Dikisahkan, Soekarno kecil pindah dari Surabaya ke Mojokerto bersama orangtuanya. Saat itu ia berumur enam tahun.
Sang ayah Raden Sukemi Sosrodiharjo menjadi guru di Mojokerto. Ia pun mengajak sang istri, Idayu dan dua anaknya Sukarmini dan Kusno (nama Soekarno kecil).
Di Mojokerto, keluarga Sukemi bertemu Sarinah, seorang gadis yang kemudian menjadi asisten keluarga mereka.
Kartini menulis sebuah buku yang merupakan bunga rampai korespondensinya dengan teman – teman Belanda-nya. Buku tersebut diberinama Habis Gelap Terbitlah Terang.
Kumpulan surat Kartini awalnya dibukukan dan diterbitkan di Belanda pada 1911 oleh Mr JH Abendanon dengan judul Door Duisternis tot Licht. Kemudian Diterjemahkan ke bahasa Indonesia oleh sastrawan pujangga baru Armjn Pane pada 1922 dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang.
Hal yang menarik dari Kartini perihal agama terakhir yang ia anut. Ternyata, setelah sembuh dari sakit keras berkat air hasil bakaran kertas yang dilakukan oleh seorang topekong, Kartini memilih mengimani Budha dan memilih menjadi vegetarian.