CERITA SISKA Profile picture
Aug 3, 2022 129 tweets 17 min read Read on X
RUMAH BEKAS MAKAM
Based On True Story

"Ojok wani melbu omahku lek gak nyowomu dadi taruhane"
(Jangan berani masuk rumahku kalau tidak nyawamu jadi taruhannya)

@bacahorror @IDN_Horor @threadhororr @ceritaht @P_C_HORROR
#bacahorror #bacahoror #horor #horror

*** Image
Ratih mencoba berlari ke lantai atas. Nafasnya yang sudah tidak bisa dikontrol lagi membuatnya sedikit kehilangan rasa sadar.

Namun, ada yang membuat ratih takut malam itu. Entah apa yang membuatnya berlari sehingga dia tidak memperhatikan langkah kakinya kembali.
Ratih berjalan mendekati pintu lantai rumahnya. Seolah ada yang ingin dia perhatikan dari atas lantai itu.

Benar saja tatapan ratih menjadi takut dan juga sangat tajam dengan apa yang dilihatnya dibawah, dihalaman rumahnya.
Ternyata telah berjejer rapi beberapa makhluk yang rupanya sangat menyeramkan sekali. Dalam dia dia mencoba untuk menahan suara dari mulutnya, namun hal itu tidak bisa dia kendalikan. Ratih menjerit sekencang-kencangnya.
Pak lana baru saja membeli tanah yang letaknya berada diperbatasan antara Kota dan Kabupaten. Tanah itu sangat murah sekali dengan ukuran sekian untuk harga tanah yang sudah sangat mahal sekali dari tahun ke tahun.
Dengan surat yang sudah hak milik. Seperti kejatuhan emas sekali pak lana bisa mendapatkan tanah dengan lebar sekian dan harganya dibawah 100jt.
“ini sebelumnya dibangun apa pak ?” tanya pak lana
Pemilik tanah tersenyum dan melihat pak lana dengan tatapan yang sangat amat serius.
Pak lana hanya bisa diam saja kala pemilik tanah tersebut yaitu pak bagus hanya tertawa melihat dirinya bertanya seperti itu.
“sebenarnya apa pak yang membuat njenengan (kamu) berniat sekali membeli tanah ini. Jauh loh pak dari pemukiman atau rumah warga lainnya.

Coba samean lihat. Jauh toh. Pak lana yakin mau membeli tanah ini ?” tanya pak bagus.
Pak lana yang mendengar pertanyaan pak bagus semakin heran dan bertanya-tanya. Jelas, dirinya sangat berniat sekali untuk membeli tanah itu lantaran posisi tanah yang berada di pojok dan juga akses jalan yang lumayan lebar.
“jelas toh pak, keputusan saya sudah bulat. Saya sangat tertarik dengan tanah ini dan memang berniat untuk membeli tanah tersebut.” Ucap pak lana. Kemudian pak lana pamit kepada pak bagus dengan membawa senyum yang sangat puas.
Pak bagus hanya bisa menatap diam. Seperti ada sesuatu yang dia pendam dalam hatinya.

Suara klakson mobil terdengar dari kejauhan. Bu sri istri pak lana segera keluar dan melihat apakah suara klakson tersebut berasal dari suara mobil milik suaminya.
Suara klakson itu semakin nyaring terdengar ketika bu sri keluar dan mendekati pagar rumah. “pagere bukakno bu (pagarnya tolong dibuka bu)” ucap pak lana.

Bu sri yang membalas dengan senyuman kemudian mengangguk dan segera membuka pintu gerbang rumahnya.
Pak lana turun dari mobilnya dan menghampiri istrinya yang sudah berharap kepulangan pak lana membawa berita yang ditunggu-tunggu.
“gimana pak ? sudah ketemu sama yang punya tanah ?” ucap istrinya.
Pak lana kemudian langsung mengangguk. “tadi juga sudah berembuk bu, soal harga juga bapak sudah cocok. La oleh murah tah bu, lemah rego semono.

(ya, dapet murah tah bu, tanah harga segitu)” jelas pak lana.
Bu sri kemudian mengangguk dan tersenyum lega. Memang, selama ini mereka masih menetap dengan orang tua pak lana. Maklum, mereka berdua sudah sangat sepuh (tua) jadi tidak tega rasanya bu sri dan juga pak lana meninggalkan orang tua mereka seorang diri dirumah
yang sangat jauh sekali. Namun, beberapa bulan yang lalu ayah pak lana meninggal dunia. Beliau memang sudah sangat lama sekali pengidap sakit diabetes. Hingga akhirnya beliau dipanggil oleh Allah SWT untuk kembali.
Keesokan harinya, pak lana bergegas ke rumah pak bagus. Saat itu pak lana sangat pagi sekali berangkat lantaran pak lana harus pergi ke bank terlebih dahulu untuk mengambil uang. “jangan lupa nanti loh pak sama berkas-berkas yang harus disiapkan.
Nanti lupa, biar gak riwa-riwi di jalan.” Ucap bu sri. Pak lana tidak menjawab dan hanya mengangguk pelan dan kemudian mengambil tas yang sudah disiapkan bu sri diatas kursi. “aku berangkat buk. Pagar depan jangan lupa ditutup.” Ucap pak lana. “iya pak.” Ucap bu sri pelan.
Setelah mengambil uang pak lana kemudian bergegas keluar bank dan kemudian menuju ke rumah pak bagus. Ditengah perjalanan, pak lana melihat seseorang berpakaian aneh ditengah jalan.
Rambut putih yang tidak teratur membuat pak lana bertanya-tanya mengapa orang gila dibiarkan begitu saja ditengah jalan dan tidak ada yang menyelamatkan dirinya karena posisinya sangat berbahaya sekali. Akhirnya,
pak lana meminggirkan mobilnya dan kemudian berjalan mendekati laki-laki tersebut dan berniat untuk menolongnya berjalan ke pinggir jalan.
Saat pak lana mencoba menyeberang. Dia terkejut lantaran orang yang dilihatnya tadi sudah hilang dan tidak ada. Pak lana kebinguna dan sibuk mencari hingga dia tidak menyadari bahwa posisi dirinya berdiri itu berada di tengah jalan raya.
Suara klakson terdengar dari belakang tubuhnya, ingga dia sadari bahwa sebuah mobil sudah hampir menambraknya. Untung saja mobil itu segera berhenti dan tidak melukai dirinya.
Pak lana terlihat digandeng oleh seorang laki-laki ke pinggir jalan. Pak lana masih dengan tangan bergetar dan tidak bisa berpikir tenang. “Njenengan (kamu) kok jalan ke tengah jalan toh pak ?” ucap laki-laki yang menolongnya.
Pak lana yang mendengar pertanyaan laki-laki itu hanya bisa menghela nafas yang panjang. “tadi saya melihat orang gila ada ditengah jalan. Orang berambut putih tidak teratur dan memakai baju serba hitam.
Kupikir kasian sekali tidak ada yang menolong orang itu untuk berjalan kepinggir. Jadi saya berinisiatif untuk menolongnya.” Jelas pak lana.
Setelah meminum sebotol air putih, pak lana berpamit ke pada laki-laki yang menolongnya dan kemudian berjalan menghampiri mobilnya.

Pak lana kemudian tancap gas ke rumah pak bagus. Sudah sangat siang sekali dan molor beberapa jam dari jadwal janji untuk bertemu.
Setelah sampai di rumah pak bagus. Pak lana menceritakan apasaja yang sudah terjadi ketika berjalan menuju ke rumahnya. Pak bagus hanya terdiam saat mendengar cerita dari pak lana. “Njenengan saestu kajenge tumbas tanah itu a pak ? (kamu beneran mau membeli tanah itu kah pak ?)
tanya pak bagus. Mendengar pertanyaan dari pak bagus seperti itu lag pak lana kemudian memasang wajah yang sangat serius. “saya sungguh ingin membeli tanah itu pak. Sudah saya niati dengan istri. Juga, istri saya sangat suka sekali dan jatuh hati dengan tanah itu.
Saya tidak bisa memurungkan niat.” Jelas pak lana.

Pak bagus yang mendengar perkataan pak lana yang sangat yakin untuk membeli tanah itu akhirnya bercerita tentang rumor warga sekitar sana bahwa tanah yang akan dibeli pak lana tersebut ada makam.
Entah dari mana awal dari cerita tanah tersebut terdapat makam yang tidak diketahui jelas siapa dan darimana orang yang dikubur disana.

Namun, menurut pengakuan warga dahulu banyak korban tabrak lari yang katanya kebanyakan orang gila dan tanpa identitas dikubur ditanah
tersebut oleh orang yang tidak bertanggungjawab. Mengapa demikian ? warga sering sekali melihat galian tanah yang masih basah diarea tanah tersebut. Setelah mendengar penjelasan dari pak bagus. Pak lana tertawa terpingkal-pingkal.
“Samean ini pak, jgn terkecoh dgn rumor warga yg seperti itu. Bisa jadi mereka berkata seperti itu karena tidak ingin saja tanah milik samean cepet payu (cepat laku). Sudah, Saya gak keberatan semisal tanah itu sudah punya cerita jelek apapun sama warga sana.” Jelas pak lana.
Akhirnya tanah itu milik pak lana. Bu sri sangat senang sekali saat itu lantaran para tukang sudah lalu lalang memikil kayu dan juga semen untuk membuat pondasi rumah impiannya yang akan segera terwujud. Pak lana memperhatikan tukang yang bekerja sangat aktif sekali saat itu.
Tiba-tiba terdengar suara yang memanggil pak lana dari kejauhan. Ternyata pak jali, beliau tukang yang sangat ramah sekali. Sangat humble sekali. Pak lana sangat menyukai beliau. “Pak lana, pak… njenengan coba teng mriki. Wonten niki loh.. anu..
(Pak lana, pak.. kamu coba kesini. Ada ini loh.. anu..)” ucap pak jali yang sedikit gugup dan bingung.
Pak lana melihat dengan wajah yang sedikit khawatir. Pikirannya mulai kalang kabut. Pak jali yang berada dibawah kemudian mengambil tulang belulang yang banyak sekali di area itu. “mpun mboten usah dipikir pak, insyaAllah niki belung e kewan.
Biasa tiang katah seng ngubur kucing kaleh kewan liane seng mati nok tengah dalan. (sudah jangan dipikir pak, insyaAllah ini tulang hewan. Biasa orang banyak yang mengubur kucing sama hewan lainnya yang mati ditengah jalan).
Pak jali mencoba utk membuat perasaan pak lana tenang dan tidak perlu memikirkan kejadian itu. Pak lana dari kejauhan melihat istri dan anaknya yan sedang berdiri dibawah pohon. Nampak raut wajah pak lana yg khawatir dan sudah menyimpan perasaan tidak enak akan aura tempat itu.
Namun bagaimana lagi ? semua sudah terlanjut dan dia tidak ingin sekali mengecewakan sang istri.
Nampak anak pak lana, Ratih terdiam dan terpaku dengan apa yang dia lihat saat itu. Ratih melihat seseorang yang berada di dekat ayahnya yang berdiri memandangnya. Laki-laki yang berambut putih berantakan dan memiliki muka wajah yang sangat menakutkan sekali.
Tak henti-hentinya ratih melihat laki-laki yang penampilannya sungguh sangat berbeda sekali dengan orang-orang disekitarnya termasuk ayahnya. Kemudian jeritan ratih terdengar keras lantaran laki-laki tersebut tersenyum dan kemudian menganga sangat lebar.
“ibukkkkkk….. wong iku medeni ibukkk… (ibu, orang itu menakutkan ibuk)” ucap ratih ketakutan dan kemudian memeluk ibunya. Pak lana yang mendengar jeritan ratih segera berlari menghampiri anaknya dan melihat apa yang sedang terjadi.
Ratih tetap menutup wajahnya dipelukan ibunya. Pak lana yang melihat anaknya seperti itu kemudian mencoba memastikan bahwa tidak ada hal yang menakutkan terjadi. Namun, ketika melihat wajah ratih yang memerah dan juga penuh dengan air mata.
"Knopo toh duk ? Kok bengok sampek koyok ngunu ? (Kenapa sih nak ? Kok teriak sampai seperti itu ?)" Tanya pak lana.

Pak lana mencoba untuk membuat ratih untuk tenang dahulu dan menjelaskan mengapa dia bersikap seperti itu.

"Ndek kunu maeng onok wong wajah e medeni pak.
Ndek pinggir e samean. (Disitu tadi ada orang wajahnya menakutkan pak. Disebelah bapak)" ucap ratih yg menunjuk ke arah pak lana tadi berdiri.

Namun, anehnya pak lana tidak melihat ciri² orang yg dimaksud oleh ratih. Hanya terlihat tukang yg semua memakai celana dan kaos pendek.
Pak lana memikirkan kejadian itu dan mulai merasa ragu-ragu untuk tinggal disana jika rumah tersebut sudah jadi. Apa tidak mengerikan ? jika sudah terlihat tanda-tanda yang sangat seram seperti itu disana. Entah, mengapa hati pak lana menjadi selemah ini sekarang.
Mengapa kemaren dia tidak merasakan hal itu ? sebenarnya pertanda apa ini ? mengapa terdapat tulang belulang ditanah itu ? apakah yang diceritakan oleh pak bagus itu benar adanya ? apakah rumor yang diceritakan warga sekitar mengenai tanah itu kepada pak bagus itu memang nyata ?
pak lana sedang dalam pilihan yang berat. Disatu sisi dia tidak tega jika memurungkan niat untuk menjual lagi atau membiarkan bangunan itu tidak rampung. Semua itu karena sang istri memang sudah jatuh hati kepada tanah itu.
Tiba-tiba terdengar suara cangkir yang diletakkan pada meja disampingnya. “Alhamdulillah ya pak, rumah yang kita idam-idamkan akan segera rampung.” Ucap bu sri. Pak lana dengan diam dan gaya tenangnya mengambil cangkir itu dan meminum teh yang berada didalamnya.
“bu, gak tau kenapa kok perasaanku gak enak ya soal rumah baru kita.” Ucap pak lana. Bu sri yang mendengar suaminya tiba-tiba berkata seperti itu membuat wajahnya yang awalnya ceria menjadi terdiam dan sedikit terlihat kecewa.
“kenapa kok tiba-tiba berkata seperti itu pak ?” ucap bu sri. Pak lana yang mendengar suara datar istrinya hanya mengeluarkan nafas pelan dan Nampak rasa menyesal sudah keluar dari mulutnya. “bukan begitu bu, takutnya misal kamu jauh sama ibuk trus jadi gak krasan.
Kan sudah lama tinggal sama ibu.” Ucap pak lana. Meskipun dia memberikan penjelasan yang sedikit aneh dan tidak masuk akal seperti itu dia mencoba bersikap seolah-olah ingin juga segera memiliki rumah sendiri.
Semenjak ucapan pak lana yg merasa tidak nyaman dengan adanya rumah impiannya, bu sri Nampak muram sekali. “Bapak berangkat dulu bu, besok jangan lupa pindahan.” Ucap pak lana. Bu sri hanya mengangguk pelan. Pak lana paham sekali dgn sikap istrinya yg kemudian dingin seperti itu.
Haripun berlalu, tiba waktuya mereka untuk mendiami rumah yang sudah mereka bangun selama ini. “bu, sri pamit ya. Ibu disini baik-baik. Sudah ada dika besok nemenin ibu disini. Ibu gak akan sendiri.” Ucap sri kepada ibu mertuanya.
Ibunya yang duduk seperti tidak mendengarkan perkataan bu sri saat itu. ibunya sedang menatap sesuatu dibalik pagar.

Bu sri yang penasaran apa yang dilihat oleh ibunya kemudian menoleh dan melihat barang kali ada tetangga yang datang dan dirinya tidak tahu.
Namun, saat bu sri menoleh dan melihat ke arah pagar dia tidak melihat siapapun yang berada disana. Karena takut lama, akhirnya bu sri mengabaikan hal itu. Dia kemudian memanggil suaminya yang masih berada didalam.
“pak, ayo.. ratih.. ndang salim nang uti nakk.. ayo ndang pamitan.. ndang budal. (pak, ayo.. ratih.. cepat pamit kepada nenek nak.. ayo segera berpamitan.)” ucap bu sri. Kemudian pak lana dan ratih keluar dan ratih berpamitan kepada neneknya.
Bu sri turun dari mobil dengan sangat senang. Melihat rumah barunya sudah jadi dan hawa sejuk juga ketenangan menyelimuti dirinya. “MasyaAllah, tabarakAllah.. akhirnya, rumah yang selama ini aku inginkan sudah terwujud.
Matur suwun gusti. Paring lancar lan betah kulo kaleh keluarga kulo manggon teng mriki. (kasih kelancaran dan betah saya dan keluarga saya tinggal disini.)” ucap bu sri sangat semangat sekali. Namun, ketika hendak berjalan cepat menuju kearah pintu rumahnya.
Kaki bu sri terperosok kedalam tanah yang lumayan dalam. Jika diukur dalamnya hampir sepanjang sikut tangannya. Pak lana yang melihat istrinya terjatuh sontak langsung berlari menghampiri.
“mbok alon-alon bu, kok lek mlaku gak didelok-delok. (pelan-pelan bu, kalau jalan kok gak dilihat-lihat.)” ucap pak lana.
Pak lana menyadari bahwa ratih belum juga turun dari mobil. Dirinya kemudian mendekati mobilnya dan melihat dari luar kaca. “gak mudun nduk ? (tidak turun nak ?)” tanya pak lana. Ratih hanya menggelengkan kepala. Raut wajah yang sangat takut terlihat semakin keluar dari wajahnya.
Dia tetep menggelengkan kepala dan menolak untuk turun dari mobil. Pak lana yang melihat anaknya bertingkah seperti itu hanya bisa memaklumi dan membiarkan ratih berada didalam mobil. Pikirnya, nanti juga ratih akan turun sendiri.
Bu sri kemudian membuka pintu rumah barunya. Namun, belum juga di melangkahkan kaki kedalam rumah, tercium bau bangkai yang sangat busuk sekali. Tak hanya bu sri yang menciumnya, pak lana yang baru saja melihat pintu rumah terbuka mencium
bau bangkai sesuatu yang sangat menyengat sekali. Pak lana segera masuk dan melihat apakah ada bangkai tikus atau binatang lainnya didalam rumah. Aneh sekali, karena sebelum mereka pindah,
selama dua hari penuh pak lana sudah menyuruh orang untuk membersihkan rumahnya sebelum mereka tinggali. Namun, mengapa rumah yang katanya sudah bersih tercium bau bangkat yang sangat tidak enak sekali.
Bau bangkai yang sudah berbulan-bulan sampai bu sri yang mencium bau tersebut menjadi mual dan tak bisa menahan untuk mutah.
Kebetulan dua hari berturut-turut pak jali dan juga rochim ditugaskan untuk membersihkan rumah itu terlebih dahulu. Pak lana dengan cepat mengambil handphone dari kantong celananya.

Hendak menghubungi pak jali untuk menanyakan sebenarnya rumah mereka dibersihkan atau tidak.
Pak lana kemudian menghubungi pak jali, namun tidak ada balasan dari sana meskipun panggilan suda tersambung. Akhirnya, pak jali mencoba menelpon rochim. Tersambung, namun belum juga ada balasan. Pak lana mencoba menelpon rochim sekali lagi.
Kemudian suara balasan terdengar dari sana. Suara rochim yg sedikit bergetar dan tak kuat utk menjawab salam dr pak lana. “Pak jali sedo pak. (pak jali meninggal pak.)” ucap rochim menahan tangis. Pak lana dan bu sri yg mendengar kabar itu segera mereka bergegas kerumah pak jali.
Nampak istri dari pak jali menangis tak tertahan. Tentu saja, pak jali adalah suami yang sudah menemaninya selama kurang lebih 5 tahun lamanya. Dari pernikahan itu mereka belum dikarunia seorang anak.
Namun, karena semangat pak jali yang besar bahwa tetap ikhtiar dan selalu berdoa selama ini, hal itu bukan menjadi halangan bagi mereka berdua untuk tetap harmonis selama itu. Hingga takdir berkata lain.
Pak jali dipanggil lebh dulu untuk menghadap yang kuasa. “apa slama ini pak jali mengeluhkan sakit bu ?” tanya bu sri kepada istri pak jali. Istri pak jali hanya menoleh dan mennagis sembari menggelengkan kepala.
Nampak, pak lana yang sedang berbicara serius dengan rochim diluar rumah.

“apa yang sebenarnya terjadi chim ? kenapa kamu tidak bilang kalau jali sakit ?” tanya pak lana serius.

Rochim hanya menunduk, seperti tersimpan rasa sungkan akan berbicara sesuatu kepada pak lana.
“anu pak, sebenarnya jali tidak sakit. Namun, ada kejadian yang menurut saya terasa aneh dan tidak bisa dipikir dengan logika.” Jelas pak rochim.

Pak lana yang mendengar perkataan dari rochim menjadi penasaran dan juga agak aneh dengan perkataan tukang kepercayaannya itu.
“yowes kari crito chim (yasudah tinggal cerita chim) mau nunggu aku mati juga ? baru mau cerita ?” tanya pak lana. Rochim segera menggelengkan kepala. Pak lana menatap mata rochim dengan tajam.
“jadi begini pak, sebenarnya jali tidak sakit. Tapi dia langsung ambruk pas kemarin sore bebersih rumah njenengan (kamu).” Jelas rochim. Pak lana semakin serius menatap mata rochim. Entah, ada perasaan yang muncul dan menduga hal yang dirasakannya selama ini ada sangkut pautnya.
“trus pak, pas sore. Saya ada didepan. Trus jali teriak-teriak gak karuan dibelakang. Kebetulan saya saat itu kebagian berish-bersih didepan.” Lanjut rochim.

Pak lana semakin dalam mendengarkan penjelasan dari rochim.
“Terus karena saya mendengarkan teriakan jali, saya langsung lari pak. Saya sudah menemukan jali dengan kondisi tergeletak dilantai sambil memegangi lehernya. Katanya lehernya terlilit ular besar. Tapi, aku tidak melihat apapun melilit lehernya.
Tapi jali tetap teriak kesakitan pak. Karena saya semakin takut terjadi sesuatu kepadanya. Jadi dia saya langsung bawa ke puskesmas terdekat.” Jelas rochim. Pak lana tertunduk serius setelah mendengarkan penjelasan dari rochim.
Dirinya hanya memastikan ini hanya kebetulan dan bukan salah-satu kejadian janggal yang sudah dialami oleh istrinya tadi pagi. “sebenarnya aku ini agak kurang setuju dengan rumah itu chim. Tubuhku seolah tidak ingin dan menolak untuk tinggal dirumah itu.” ucap pak lana.
Proses pemakaman pak jali selesai. Nampak pak lana sangat sedih sekali dengan kematian pak jali. Beliau adalah orang yang sangat lama sekali dia kenal.

Kebaikannya yang selalu dituang kepada keluarga pak lana membuat mereka sangat amat merasa kehilangan.
Apalagi, selama ini jika keluarga pak lana sedang tertimpa musibah, masalah dan juga butuh pertolongan pak jali orang pertama yang ada dan memberi semangat kepada mereka.

Pendengar yang sangat peka sekali dan juga tidak pernah sekali menyalahkan oranglain.
“Pak, ini saya dapet titipan dari jali semalam sebelumnya.” Ucap istri pak jali. Pak lana dan bu sri sangat keheranan dan juga penasaran apa yang ingin pak jali jelaskan saat itu. Pak lana kemudian mengambil kertas kecil yang diberi oleh istri pak jali.
Sepanjang perjalanan pak lana melihat ratih anaknya yang sama sekali tidak mau turun dari mobil. Bahkan dirumah pak jali tadi pak lana melihat ratih hanya melihat ratih mengintip dari balik kaca mobil. Seperti wajah ketakutan terlihat jelas diwajah ratih.
Namun, pak lana tetap bersikap biasa saja dan menganggap tidak ada apa-apa. “kita balik ke rumah itu tadi pak ?” tanya ratih. Pak lana dan bu sri yang tiba-tiba mendengar ratih berkata demikian tiba-tiba terkejut.
Bu sri yang mendengar anaknya berkata seperti itu kemudian membalikkan badan.

“itu rumah kita nduk, kok ratih ngomongnya begitu ?” ucap bu sri.

Ratih melihat ibunya yang sedang melihatnya dengan serius hanya bisa membalas dengan tatapan yang malas.
“omah akeh setan e. (rumah banyak setannya.)” ucap ratih santai.
Bu sri yang mendengar anaknya mulai berbicara ngawur seperti itu hanya bisa mendengus dan melihat pak lana dengan tatapan yang sangat sebal. Pak lana hanya membalas dengan senyuman ringan dan tidak banyak bicara.
Ucapan dari ratih itu hanya menambah beban pikirnya. Entah mengapa, ucapan ratih itu membuat rasa yakindalam hati pak lana semakin kuat.
Sesampainya di rumah, pak lana membuka pintu mobilnya. Bu sri terdiam sepanjang perjalanan dan tidak banyak bicara setelah mendengar perkataan dari ratih. “ndak perlu dipikir sampek serius begitu buk. Namanya juga anak kecil.
Kalau ngomong asal jeplak (suka sembarangan).” Ucap pak lana. Bu sri hanya mengangguk dan membalas dengan senyum yang malas. Mereka bertiga berjalan dan hendak masuk ke rumah. Pak lana yang merasa aneh dengan ratih hanya bisa melihat dengan tatapan aneh.
Ratih cukup tenang dan santai sekali raut wajahnya saat itu. tidak ada tanda-tanda ketakutan dan juga khawatir akan sesuatu yang ada disekitarnya.
“alhamdulilah, sudah sampai. Eh tapi kok baunya wangi begini ya ? perasaan tadi pagi baunya gak enak banget.” Ucap pak lana. Bu sri yang merasa ada yang aneh juga terkejut dengan bau banngkaipagi tadi yang hilang. Tidak tercium aroma yang menyengat sedikitpun.
Bau yang membuat dirinya tadi mutah sekarang menjadi wangi sekali dan sangat manis. Aroma bunga menyelimuti setiap ruangan yang ada dirumah tersebut. Entah mengapa, bu sri seketika bahagia dan merasa tenang.
Pak lana dan juga bu sri berjalan menuju kamar tidur mereka. Begitu juga ratih. Saat ratih berjalan menuju kamar tidurnya yang berada diatas. Ratih dengan jelas mendengar suara perempuan sedang menyanyi.
Melantunkan lagu yang mana seperti seorang ibu yang menimang anak kecil untuk tidur. Merdu sekali, dia melihat ibunya yang raut wajahnya tidak memunculkan sedikit curiga. Namun, ratih tetap memeberi isyarah wajah kepada ibunya
bahwa sedang ada tanda yang tidak beres yang dirasakan olehnya. Hal itu tidak ditanggapi serius oleh ibu ratih. Bu sri lantas membuang muka dan kemudian masuk kedalam kamar dan beristirahat.
Ratih berjalan pelan menuju atas rumah. Suara nyanyian dari seorang perempuan terdengar sangat jelas sekali hingga ratih penasaran siapakah yang sedang bersenandung didalam rumahnya kala menjelang malam.
Mungkin pikirnya, perempuan itu adalah bibi yang akan bekerja disana dan memang ditugaskan untuk menemani ratih dan bu sri dirumah. Tetapi mengapa sang ayah tidak mengatakan
bahwa bibi akan datang lebih dahulu sebelum tanggal kerja ? hal itu menjadi pertanyaan besar oleh ratih ketika berjalan pelan menaiki tangga.
Ratih sudah berada dilantai atas. Dia berjalan menuju kamar tidurnya. Tetapi suara itu terdengar jauh saat ini. Hampir ratih tak mendengar suara seorang perempuan itu. tiba-tiba, suara jeritan sangat cepat terdengar dari arah tangga.
Saat ratih menolehtelah berdiri seorang perempuan yang memakai gaun berwarna merah menyala dan rambut yang panjang hampir menyentuh tanah membuat tangan ratih bergetar. Terlihat sebuah boneka dia peluk dengan kedua tangannya.
Jeritan ratih terdengar melengking ditelinga pak lana dan bu sri. Iya, saat itu ratih ketakutan saat melihat perempuan itu tersenyum kepadanya kemudian hilang.
Pak lana dengan khawatir menunggu ratih siuman. Wajah anaknya yang pucat membuat dirinya dan sang istri ketakutan. Bu sri yang dari tadi sudah menangis tanpa henti hanya bisa memegangi sang anak yang tertidur diatas kasur puskesmas.
Pak lana menungu ratih membuka matanya, berharap menemukan kejelasan mengapa sang anak bisa seperti itu. tiba-tiba terdengar suara rintihan yang didengar oleh bu sri. Rintihan ratih membuat sang ayah yaitu pak lana tiba-tiba berlari menghampirinya.
Pak lana yang mendengar rintihan ratih yang sungguh melirih kesakitan hanya bisa mendekati sang putri dan kemudian mendekatinya pelan-pelan. Sambil melihat wajahnya yang sudah pucat dan tidak kuat untuk mengangkat badannya.
Ratih meminta ibu dan ayahnya untuk membantu badannya agar bisa duduk. Kemudian dengan sigap sang ayah membantu ratih duduk dengan manaruh bantal dibelakang punggung ratih. Ratih kemudian berceritatentang dirinya yang bertemu dengan perempuan yang dilihatnya di tangga rumahnya.
Pak lana dan bu sri yang mendengar anaknya melihat sosok yang aneh dan juga tidak masuk akal itu hanya bisa heran. Mengapa ? karena saat itu dia tidak melihat apapun selain sang anak sendirian sudah terbaring lemas dilantai. “aku ndelok dewe buk, wong iku medeni rupane.
(aku melihat sendiri buk, orang itu menakutkan sekali rupanya)” ucap ratih yang sedikit ketakutan. Bu sri yang melihat ratih ketakutan seperti itu hanya bisa mengusap rambut kepala ratih dan berkata “sudah, kamu hanya ketakutan saja dan belum bisa membaur sama rumah baru itu tih.
Nanti lama kelamaan kamu bisa terbiasah dan tidak takut lagi untuk tinggal disana. Apalagi udah ada bibi minggu depan.” Ucap bu sri. Ratih hanya bisa menangis sesenggukan dan melihat sang ibu yang masih tetap kekeh dengan rumah itu.
Pak lana yang tadi melihat sang anak hanya bisa mendengus pelan dan juga membiarkan ratih yang tenggelam dengan tangisannya. Mungkin hanya ketakutan seorang anak kecil yang tentu saja mencari alasan untuk tidak tinggal disana.
Lagi pula memang ratih sering sekali berbohong ketika dia tidak mau dan tidak sesuai dengan keinginannya. Sang ibu hanya bisa menyuruhnya untuk beristirahat kembali dan tidak perlu memikirkan apapun yang sudah terjadi.
Ratih hanya bisa memandangi sang ibu dengan tatapan kecewa dan juga penuh harap agar sang ibu bisa merubah keputusan untuk tidak tinggal dirumah itu lagi.
Kejadian berlalu dengan begitu saja. Ratih tanpa ringikan kembali ke rumah itu. Tanpa rasa takut yang dia rasakan kemarin, ratih sudah bermain kesana kemari yang sudah ditemani salah satu wanita baru untuk tinggal bersamanya untuk sementara waktu.
Bi ijah yang akan selalu bersama ratih untuk setengah hari senang sekali bisa kenal dengan anak dari pak lana dan bu sri. Pekerjaan yang membuat pak lana selalu pulang malam dan bisa juga larut malam bahkan jika tidak sibuk pak lana bisa pulang sampai dini hari.
Bu sri yg membuka toko baju di ruko yg jarak dari rumah barunya hampir 3km hanya bisa bekerja seorang diri lantara uang yg dia punya hanya cukup utk modal jualan. Untuk memperkerjakan orang karyawan untuk saat ini dia belum mampu dan uang masih dibagi sesuai kebutuhan yg penting.
Dirumah , sangat sepi. Hanya bibi dan ratih yang suaranya memenuhi tiap ruangan di rumah itu. Nampak bibi yang hendak pergi ke dapur untuk menyiapkan makan siang dan juga sebentar lagi akan ada rochim yang akan mengambil titipan bu sri.
Langkah kaki bibi ijah terhenti lantaran mendengar suara seseorang sedang memotong sesuatu di dapur. Karena penasaran, bibi berjalan secepat mungkin ke arah dapur. Semakin dekat semakin terdengar suara potongan pisau tersebut.
Namun, saat berada didapur bibi hanya bisa terkejut lantaran pisau sudah terjatuh ke lantai dan potongan wortel sudah berserakan di lantai meja. Bibi yang keheranan hanya bisa terdiam dan melihat apa yang terjadi disana.
“bi, ada suara pa ?” ucap ratih yang juga terkejut mendengar suara benda terjatuh dari arah dapur. Bibi hanya menjawab dengan sunyumanke arah ratih dan memberitahu bahwa tidak terjadi apapun saat itu di dapur.
Bibi membersihkan potongan wortel yang berserakan dilantai. Serta mengambil pisau yang terjatuh dilantai dan hendak meletakkannya ditempatnya semula. Namun ada kejadian yang membuat bi ijah ketakutan. Dia melihat sepasang kaki yang tegak melayang yang berada disebrang meja.
Saat dia mengambil wortel yang terjatuh di bawah meja, bi ijah terkejut dengan adanya sepasang kaki yang sangat pucat sekali. Tetapi bi ijah sudah berpikir tidak nyaman dan mulai ketakutan lantaran sepasang kaki itu melayang.
Bi ijah yang mulai tidak bisa mengatur nafas mencoba sanat pelan berdiri. Ternyata yang dia takuti benar. Tidak ada bagian tubuh lainnya yang dia lihat saat berdiri.
Karena merasa penasaran, bi ijah kemudian mencoba untuk membungkukkan badan kembali. Namun, sepasang kaki itu dia dapati masih melayang dan posisinya tidak berubah. Karena takut, bi ijah kemudian secepat mungkin berdiri.
Tapi tetap, dia tidak melihat separuh badan bagian atas dari sosok itu. Tiba-tiba, dengan terkejut bi ijah melihat sesuatu yang tak lajim melayang pergi dan menghilang. Separuh badan yang hanya terlihat separh bagian dari panggul sampai kaki saja.
Tidak ada bagian lain yang dilihatnya. Ratih yang tadi kembali kedepan kemudian berlari kembali ke arah dapur lantaran medengar suara sesuatu terjatuh yang cukup keras sekali. Rochim yang hendak menyapa ratih saat itu kemudian terkejut dan juga terkejut.
Hal itu karena dia juga mendengar suara benda jatuh sangat keras sekali dari arah dapur. Mereka berdua berlari dan kemudian mendapati bi ijah sudah terbaring tak berdaya dibawah meja. Bi ijah pingsan.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with CERITA SISKA

CERITA SISKA Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @siskanoviw

Nov 17
RITUAL SANTET YANG PERNAH HEBOH !!!

Sembilan bangkai ayam yang dibalut dengan kain kafan berbentuk pocong sempat menggegerkan warga desa Bakalan Krapyak, Kudus, Jawa Tengah.

Benarkah semua itu adalah syarat ritual santet ??
#santet
#bacahorror

-Utas- Image
Pada Kamis, 18 Juni 2020. Seorang peziarah mencium bau menyengat di sekitar salah satu makam. Melihat ada yang aneh dengan gundukan tanah di makam itu, peziarah tersebut langsung mengambil cangkul dan mulai menggali.
Peziarah tersebut menduga bahwa bungkusan itu berisi jasad bayi. Bau yang sangat menyengat dan juga bercampur hangus itu sangat mengganggu.

Setelah di cangkul di kedalaman 30 sentimeter. Saat dilihat, bungkusan itu sangat mencurigakan.

Akhirnya dengan cepat
Read 17 tweets
Oct 17
BAYANGAN MELATI

A Thread

Melati adalah sosok teman tak kasat mata Kenanga. Selama ini Kenanga selalu ditemani oleh Melati kemanapun dia berada. Entah, dari mana sosok Melati ini muncul. Namun, Melati akan menjadi sosok yang akan menyeramkan jika semerbak bunga Melati hilang di sekitarnya.
#bacahorror @bacahorrorImage
Hidup seorang anak perempuan bernama Kenanga. Dia memiliki kebiasaan aneh yakni sering sekali mencium bunga melati. Suatu ketika dia duduk di taman kota menikmati udara dingin dan sunyinya malam saat itu.
Tiba-tiba tercium aroma melati yang sangat pekat sekali. Kenanga sudah menyadari jika datang aroma melati maka temannya telah datang menemuinya. Tiba-tiba sosok perempuan berbaju putih merangkulnya dari belakang.
Read 48 tweets
Aug 29
KISAH NYATA ! KEJADIAN HOROR DI SEBUAH APARTEMEN DI JAKARTA PUSAT.

- UTAS -

Aku kalau jadi beliau langsung segera pindah sih, gak pakek lama. Ternyata di kamar atas nggak ada penghuninya ! Lah ? tiap malam siapa yang selalu rIbut ? #bacahorror Image
Pernah gak sih kalian mengalami kejadian aneh di sekitar tempat kalian tinggal ? Kejadian horror sih lebih tepatnya. Pasti sebagian dari kalian ada ya yang mengalaminya.
Kalau ngomongin tentang tempat tinggal. Aku ingat dengan cerita dari seseorang yang pernah bercerita tentang pengalamannya saat tinggal di salah satu apartemen di daerah Jakarta Pusat.

Ceritanya serem sih, sampek bulu kuduk berdiri semua.
Read 15 tweets
Aug 27
DUKUN

KETIKA DUEL ILMU ANTARA SANG PEMILIK SANTET VS AJIAN WARINGIN SUNGSANG

#bacahorror @bacahorror @IDN_Horor

*** Image
Tetapi thread ini aku up besok yaaak hehehe

Terus dukung aku disini
saweria.co/siskanoviw10
Aku lanjut ceritanya hari ini yaa...

Mon maaf lama karena narsum yang punya cerita baru ngabari hehehe
Read 70 tweets
Aug 20
CERITA HOROR
GLADAK MAYIT

"Banyak warga yang takut ketika melewati jembatan itu. Jembatan itu dikenal angker dan sering meminta tumbal manusia. Pasti tiap rabu pahing di bulan suro, ada yang mati bunuh diri di jembatan serta sosok kebo abang pasti muncul"

#bacahorror @bacahorror @IDN_HororImage
Terus dukung aku yaaa~

Aku lanjut belanja dan beres² rumah dulu. Setelah selesai langsung aku up cerita lengkapnya...
saweria.co/siskanoviw10
Baik~

Selamat siang, semangat menjalani aktifitas yg sangat melelahkan. Kalau sudah istirahat, bisa baca thread horor ini.

Jadi cerita ini berasal dari narasumber aku yaitu ibu dan bapak D. Beliau menceritakan tentang sebuah jembatan yg di sebut dengan "gladak mayit"

apa sih itu ?
Read 25 tweets
Aug 14
CERITA HOROR

KAMPONG SETAN
"Waktu itu aku mengantar ponakan ke salah satu desa di Madura. Jarak antara pintu masuk ke desa sangat jauh sekali ±4km. Namun, ditengah jalan aku menemukan pocongan yang berdiri di pinggir jalan. Aku menyaksikan pemakaman yang panjang sekali seperti tanpa ujung. Desa itu sangat seram"

#bacahorror @bacahorror @IDN_Horor #Thread #Threads

***Image
Mohon maaf ya ini pending dulu. Lupa belum ngasih kabar kalau ceritanya aku up hari ini. Nunggu balasan dulu yaak...

Jangan lupa dukung aku disini
saweria.co/siskanoviw10
Hallo~

Oke aku lanjut ya ceritanya.
Jadi narasumber aku kali ini adalah mas K. Dia punya pengalaman horor yg dibagikan kepadaku.

Ceritanya dia mengalami kejadian mistis saat mengunjungi desa J di Madura. Katanya desa sepi ini di huni banyak hantu sampai orang yg datang kesana
Read 39 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(