Bung Karno marah.
Namun, melihat keadaan dan situasi yang panas, Bung Karno tidak mempunyai pilihan lain, kecuali mengikuti kehendak para pemuda untuk dibawa ke Rengasdengklok.
#CelahAwan#ruangbaca
Ibu Fatmawati dan Guntur yang pada waktu itu belum berumur satu tahun, dibawa olah Bung Karno dengan banyak pertimbangan.
Peristiwa ini terjadi pada 16 Agustus 1945 pukul 03.30 WIB, Soekarno dan Hatta dibawa ke Rengasdengklok...
#CelahAwan#ruangbaca
oleh golongan pemuda yg mendesak Bung Karno mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia
Peristiwa ini diawali golongan pemuda yang dipimpin Chaerul Saleh mengadakan rapat pada malam hari, tanggal 15 Agustus 1945 di Jakarta.
#CelahAwan#ruangbaca
Disepakati dalam rapat bahwa kemerdekaan adalah hak rakyat Indonesia, yang tidak tergantung dari pihak manapun, termasuk Jepang, dan harus segera diproklamasikan.
Wikana dan Darwis pada pukul 22.00 malam hari itu juga, menjadi utusan..
#CelahAwan#ruangbaca
untuk menemui Bung Karno, di Jl. Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta.
Terjadi perbedaan pendapat antara Soekarno & para pemuda. Para pemuda meminta Soekarno segera meproklamirkan kemerdekaan Indonesia, esok hari, tanggal 16 Agustus 1945.
#CelahAwan#ruangbaca
Bung Karno menolak. Bung Karno ingin membicarakan terlebih dahulu tentang proklamasi kemerdekaan ini dalam rapat PPKI pada 16 Agustus 1945 sambil menanti kabar terbaru dari pemerintah Jepang.
Sedang alasan Bung Karno tidak setuju secara sepihak memproklamasikan kemerdekaan tanpa restu Jepang, karena Jepang bersikap akomodatif dalam menyikapi rapat-rapat BPUPKI dan PPKI. Jadi tidak ada alasan kuat untuk membangkang. #CelahAwan#ruangbaca
#CelahAwan#ruangbaca
Gagal membujuk Bung Karno, para pemuda rapat, pukul 00.30 di Jalan Cikini 71, Jakarta. Dihadiri a.l. : Chairul Saleh, Djohar Nur, Kusnandar, Subadio, Subianto, Margono, Wikrana, Armansjah, Sukarni, Jusuf Kunto, Singgih, dr. Muwardi, dll
#CelahAwan#ruangbaca
Diputuskan bahwa Sukarno dan Hatta akan diamankan ke luar kota demi menjauhkan mereka dari segala pengaruh Jepang, dan pilihan "mengamankan" Soekarno jatuh pada Rengasdengklok, di rumah saudagar Djiaw Kie Siong.
#CelahAwan#ruangbaca
Di Jakarta, Achmad Soebardjo dari golongan tua mengetahui peristiwa ini, segera menemui Wikana, salah satu tokoh pemuda. Pembicaraan dilakukan & disepakati kemerdekaan harus segera dideklarasikan di Jakarta,
Oleh karenanya, Bung Karno dan Bung Hatta harus secepatnya kembali ke Jakarta.
Pukul 16.00, Achmad Soebardjo, bersama Sudiro dan Jusuf Kunto, melacak jejak Bung Karno dan Bung Hatta sampai ke Rengasdengklok.
#CelahAwan#ruangbaca
Di Rengasdengklok, terjadi perdebatan antara Achmad Soebardjo dengan para pemuda, yg meminta agar diperbolehkan membawa kembali Bung Karno dan Bung Hatta ke Jakarta.
#CelahAwan#ruangbaca
Salah satu argumennya adalah mustahil memproklamasikan kemerdekaan tanpa keterlibatan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), yang pada akhirnya Achmad Soebarjo diperbolehkan membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Jakarta.
#CelahAwan#ruangbaca
Sesampai di Jakarta Soekarno, Hatta dan Ahmad Soebardjo menemui Mayor Jenderal Otoshi Nishimura Kepala Departemen Urusan Umum Pemerintahan Militer Jepang. Namun ternyata tidak diijinkan untuk melakukan proklamasi kemerdekaan dengan...
#CelahAwan#ruangbaca
alasan karena perjanjian Jepang dengan sekutu yang harus menjaga status quo di wilayah jajahan.
Akhirnya mereka menuju ke rumah Laksamana Tadashi Maeda Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang.
#CelahAwan#ruangbaca
Di rumah Laksamana Maedalah, Soekarno, Hatta,& Achmad Subardjo merumuskan naskah proklamasi yg atas usul Sukarni ditandatangani atas nama bangsa Indonesia, & teks proklamasinya diketik Sayuti Melik.
#CelahAwan#ruangbaca
17 Agustus 1945, dalam kondisi Bung Karno yg demam karena malarianya sedang kambuh, bertempat di Jalan Pegangsaan Timur No. 56, Jakarta, dibacakanlan teks proklamasi kemerdekaan Indonesia.
(Diolah dari berbagai sumber)
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Tulisan ini saya buat sebagai support untuk teman² proNKRI khususnya dari #GerakanMERAHPUTIH yang tetap setia menancapkan "merah putih" di dada dan cuitannya.
Semoga #GerakanMERAHPUTIH tetap kompak dan utuh membentengi NKRI dengan cuitan² penyejuk hati dan pemersatu anak negeri.
Kedua, menulis untuk memeriahkan event lomba ulang tahun GMP dan Kemerdekaan RI ke 77.
#GerakanMERAHPUTIH
sama sekali tidak bertujuan menang, mengapa? Saya bukan penulis yang kredibel. juga kebetulan tahun ini saya tidak memiliki bahan apapun tentang "Kemeriahan Warga dalam menyambut HUT RI,"
¹Kumpulan cerpen Pertempuran & Salju di Paris (Hadiah Sastra Nasional BMKN 1955/1956) ²Kumpulan sajak Peta Perjalanan (Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta 1976)
³ SEA Write Award 2006.
#CelahAwan#ruangbaca
Buku himpunan puisinya antara lain: Surat Kertas Hijau (1954), Dalam Sajak (1955), Wajah Tak Bernama (1956), Zaman Baru (1962), Bunga di Atas Batu (1989), Bloem of Een Rots (1990), Rindu Kelana (1994), & kumpulan sajak lengkap (2016).
Tentunya (sebagian) sudah mendengar "sikap" orang jawa dalam menghadapi masalah, yakni "ngalah, ngalih, ngamuk"
Sikap ini bukan sekedar jargon. Lihat keris selalu diselipkan di belakang. Kenapa?
#CelahAwan#ruangbaca
Karena kekerasan bukan jalan utama & pertama dalam menyelesaikan masalah. Senjata adalah cara penyelesaian masalah paling akhir.
Dan seperti senjata tradisional (di Indonesia) pada umumnya, pasti ada keunggulan yg layak diperhitungkan
#CelahAwan#ruangbaca
Iya, meskipun keris bukan senjata perang, kecuali perang tanding satu lawan satu, dan meski bentuknya tidak tajam seperti pedang, namun ujungnya runcing. Dan satu goresan, iya hanya dengan satu goresan (bukan tusukan bertubi-tubi)...
Bagi pecinta bunga, memandang dan menikmati keindahannya adalah anugrah luar biasa. Memetikpun enggan karena akan merusak keindahan, apalagi sengaja merusak bunga dan pohonnya
#CelahAwan#ruangbaca
Juga tak dapat disalahkan, bagi pecinta bunga untuk memetik bunga liar. Ia menikmati keindahan dengan cara mengambil dan menempatkannya pada vas di atas meja. Tak ada yang salah bukan?
Bbrp waktu lalu, saya jalan² dengan anak². Sekedar melepas penat, sekaligus memanfaatkan waktu kebersamaan. Menengok kebun bunga matahari yang katanya indah.
Benar saja, indah dipandang, bagus untuk selfi pula...
#CelahAwan#ruangbaca
Sengaja anak² dan keponakan yang ikut saya biarkan bebas menikmati keindahan suasana.
Mereka menikmati suasana dan pemandangan dengan gembira. Berlarian, bermain dan berfoto.
Sedang saya menikmati kegembiraan mereka sembari ngopi
#CelahAwan#ruangbaca
Cukup lama mereka bercengkerama dengan alam indah yang tersaji di depan mata.
Cangkir kopi kedua, hendak saya seruput tapi tidak jadi karena salah satu keponakan datang. Duduk disebelah saya.
Saya tanya, "puas mainnya?"