Lakon Story Profile picture
Aug 26, 2022 316 tweets >60 min read Read on X
DESA PUTUK WETAN

A THREAD.

@bacahorror_id

#lakonstory #ceritaserem #horor Image
2 sah...
2 sah...
2 sah...

"Pak sepertinya bapak akan menang, selisih suaranya sudah 3 ribu suara" ucapku pelan sambil berbisik ketelinga bapakku yang saat itu duduk tepat disampingku.
"Iyo nduk berdoa saja ya, semoga perjuangan kita membawa hasil" sahut bapakku dengan raut wajah yang terlihat cukup tenang.
Namun anehnya, ditengah-tengah kami masih menunggu surat suara selesai dihitung. Sore itu tiba-tiba kami berdua dihampiri oleh Yai Bahri yang kutau, beliau adalah salah satu sesepuh yang ada didesa ini.
" Selamat ya le, tanggung jawab deso iki mariki ono ndek pundakmu. ( Selamat ya nak, setelah ini tanggung jawab desa ini, ada di pundakmu " ucap yai Bahri sambil duduk dibarisan kursi yang berada tepat dibelakangku.
Mendengar hal itu, bapakkupun seketika menunduk sembari mencium tangan yai Bahri seraya menghormati sosok beliau yang juga memang kukenal sebagai guru spiritual bapakku dan keluargaku tersebut.

" Injih bah, nedi pangestune. ( Iya bah, minta restunya ya ) " jawab bapak.
Tapi anehnya, bukannya membalas ucapan bapak, yai Bahri sore itu malah terlihat cemas melihat bapakku yang waktu itu tinggal selangkah lagi akan menjadi pemimpin desa ini.
Mengetahui hal itu, akupun hanya diam sambil merasa aneh dengan tingkah yai Bahri yang terlihat sangat berbeda dari biasanya.
Yai Bahri, yang biasanya kulihat selalu murah senyum dengan wibawanya, sore itu beliau sepertinya benar benar terlihat kecewa dengan apa yang terjadi didesaku waktu itu.
Dan tidak lama setelah itu, beliaupun juga tiba tiba terlihat berdiri dan pergi meninggalkan tempat duduknya dan berjalan kebelakang entah kemana.
Singkat cerita, sekitar pukul 16.00 Waktu setempat, bapakku akhirnya dinyatakan telah memenangkan pemilihan kepala desa yang waktu itu hanya diikuti oleh 2 orang saja.
Pak Tarjo, yang menjadi satu satunya lawan bapakku saat itu, tiba tiba juga terlihat pergi meninggalkan tempat perhitungan suara dengan tidak sekalipun menegur bapakku.
Sore itu, suasana desaku seketika riuh dengan suara pendukung bapak yang terlihat bergembira dengan hasil perhitungan surat suaranya.
Dan berbanding terbalik dengan para pendukung pak Tarjo, waktu itu mereka terlihat seketika pergi diiringi dengan suara suara umpatan yang saat itu terdengar dengan sangat keras.
" Kowe mariki ajur. Tak rusak deso iki, delok en ae. ( Kamu habis ini hancur, aku akan merusak desa ini, lihat saja, tunggu saja waktunya ) " ucap salah satu pendukung pak Tarjo dengan disahuti suara pendukung bapakku yang saat itu terus bergembira karena kemenangan bapak.
" Kalah yo kalah, ra usah ruwet ( kalau kalah ya kalah saja, gak usah sok keras ) " sahut pendukung bpk.

Karena aku menganggap jika hal sperti itu sudah biasa dlam berdemokrasi, akhirnya akupun tdk mnghiraukannya sambil ikut terus berjabat tngan dg warga desa ini satu persatu.
Dan singkat cerita, setelah semuanya selesai, sore itu bapakkupun diarak keliling desa yang akhirnya sampai dirumahku sekitar malam hari.

Malam harinya, dirumahkupun terus berdatangan tamu yang ingin mengucapkan selamat kepada bapakku.
Saudara, tetangga hingga perangkat desa yang sebelumnya, malam itu juga silih berganti mengunjungi rumahku.

Hingga akhirnya, waktupun berlalu begitu saja.

Kini, bapakku telah resmi dan dilantik sebagai kepala desa baru diusianya yang sudah menginjak 55 tahun.
Desaku ini, terletak disalah satu kabupaten yang ada di jawa timur, terletak jauh diperbatasan antar kota yang juga jauh dari jalan raya.

Akses menuju desaku, memang bisa dikatakan masih sangat sulit dengan hanya bisa dilalui oleh kendaraan kecil saja.
Dan tidak hanya itu, aliran listrik yang belum sepenuhnya merata ditambah dengan sumber air utama desa yang sering tercemar, menjadi salah satu pekerjaan rumah yang diemban bapakku dalam menjabat sebagai kepala desa yang baru.
Begitu juga dengan aku, kini, waktu demi waktu kulalui dengan membantu pekerjaan bapakku, atau bisa dibilang, waktu itu aku menjadi salah satu kaki tangan beliau mengingat akulah anak bapakku satu satunya yang saat itu memang diharapkan bisa membantunya.
Namun sayangnya, semuanya malah menjadi tidak terduga, masih sekitar 3 Bulan bapakku menjabat sebagai kepala desa yang baru, tanpa disangka sangka, waktu itu tiba tiba keluargaku mulai mengalami hal hal yang sangat tidak masuk kedalam akal dan logika.
Masih sangat teringat jelas dikepalaku,

Malam itu, aku masih berjalan pulang dari kantor kepala desa dan menuju kerumahku.
Namun anehnya, masih sampai aku di depan rumahku, malam itu pandanganku tiba tiba teralihkan dengan adanya taburan bunga melati yang saat itu terlihat tercecer disepanjang teras rumahku.
Dan tidak hanya itu, tepat disalah satu bagian teras rumah, malam itu aku juga melihat adanya dupa menyala yang hanya tersisa setengah bagian saja.
Mengetahui hal itu, akupun seketika terkejut bukan main dengan aku yang segera berjalan menuju dupa tersebut dan seketika mematikannya.
" Ya allah, ulah siapa sih, ada ada saja,,,buat apa coba kayak gini segala " ucapku sambil menginjak dupa yang saat itu memang tertancap kuat dipojokkan teras rumahku.
Dan setelah semuanya kupastikan sudah tidak ada apa apa, akhirnya akupun seketika masuk kerumahku dengan badan yang mulai lelah saja.
Tapi sayangnya, belum sempat aku beristirahat, malam itu tiba tiba aku mendengar suara orang yang sedang mengetuk pintu rumahku dengan ketukan yang sangat keras.

" Tok.tok.tok.tok "

" Pak, pak,,, pak lurah,,," teriakknya.
Mendengar hal itu, akupun seketika kembali kearah pintu rumah sambil sedikit berteriak seraya menjawab panggilannya.

" Siapa ya " sahutku sambil membukakan pintu.

" Bapakmu mana " jawab orang tersebut yang ternyata, beliau adalah pak Waringin.
" Bapak masih di kantor desa pak, ada apa ya pak ". tanyaku heran.

" Si Ajis mbak, anaknya bu Siti, dia jatuh di jembatan desa, kondisinya kritis " ucap pak Waringin dengan raut wajah yang terlihat sangat gugup.
" Ya allah, ayo ayo saya antar ke kantor desa pak, eh tapi sebentar dulu ya pak, saya nyalain dulu semua lampu rumahku biar gak gelap " sahutku.
Dan tanpa lama lama lagi, malam itupun aku segera pergi bersama pak Waringin kembali menuju kantor desa untuk segera memberi tahu bapakku tentang kejadian yang telah menimpa salah satu warganya tersebut.
Sesampainya kami dikantor desa, Pak Waringinpun seketika menceritakan semuanya kepada bapakku yang akhirnya, kami bertigapun bergegas menuju rumah bu Siti yang ada tepat dipojokkan desa ini.
Namun sayangnya, sesampainya kami dirumah bu Siti, Ajis malam itu ternyata sudah dalam keadaan tidak bernyawa.

Dia menghembuskan nafas terakhirnya tepat hanya sekitar beberapa menit sebelum aku dan bapakku datang.
Dirumah itu, akhirnya semuanya menangis karena sepertinya pihak keluarga Ajis masih tidak percaya dengan kepergian Ajis yang memang masih perjaka.
Bu Siti, yang kutau beliau adalah orang tua Ajis, malam itu tiba tiba malah kesurupan tidak karuan dengan mengacak acak semua perabotan rumah.
Mengetahui hal itu, aku dan semua orang yang ada dirumah itupun seketika menenangkan bu Siti sambil terus memegang tangan dan kakinya yang saat itu masih meronta ronta.
Dan tidak berhenti disitu saja, ditengah tengah bu Siti masih ditenangkan, malam itu tiba tiba pandanganku teralihkan dengan adanya sosok wanita tua yang terlihat duduk di kursi goyang yang ada didalam rumah bu Siti tersebut
Sosok tersebut, terlihat duduk tenang sambil menatap keadaan bu Siti yang malam itu bisa dikatakan sudah semakin tidak terkendali.
" Pak..nenek itu siapa ya pak, kok aku gak pernah lihat sih pak, aneh banget loh wajahnya " bisikku sambil sedikit menarik Baju bapakku dari belakang.

" Udah nanti saja, ini bu Siti masih mengamuk " sahut bapakku tegang.
Dan tidak lama setelah itu, akhirnya bu Siti bisa dikendalikan meskipun masih belum sadar dari kesurupan.

Dan anehnya, ditengah tengah bu Siti masih mengamuk, malam itu tiba tiba beliau terlihat berbicara keras kearahku dan kearah bapakku.
" Huahhahahahahaha,, kabeh iki gara gara kowe ( hahaha ini semua gara gara kamu ) " teriak bu Siti histeris sambil melihat kearah bapakku yang saat itu baru sampai didepan ruang tamu rumahnya.
Mendengar hal itu, akupun seketika terkejut bukan main sambil melihat kearah bapakku yang sepertinya juga kebingungan dengan apa yang barusan bu Siti bilang.
Dan tidak hanya itu, bersamaan dengan itu, malam itu aku masih sempat melihat sosok nenek nenek yang sebelumnya kulihat duduk tidak jauh dari tempatku tersebut, beliau terlihat berdiri dan berjalan kearahku dengan langkah kaki yang sedikit pincang.
" Lo, nenek itu pincang to " fikirku dalam hati sambil tubuhku yang sedikit bergeser lebih mendekati bapakku.
Namun anehnya, sesampainya nenek nenek tersebut tepat didekatku, beliau terlihat tidak berhenti dan terus saja berjalan keluar dari rumah bu Siti dengan tidak sekalipun menghiraukan keadaan Bu Siti yang waktu itu masih tidak terkendali.
Bahkan, akupun juga masih ingat, malam itu aku masih sempat menoleh dan melihat kemana arah nenek tersebut pergi, karena aku masih sangat penasaran karena aku sama sekali tidak pernah melihat nenek tersebut sebelumnya dan besar kemungkinan nenek tersebut bukanlah warga desa ini.
Dan setelah nenek tersebut pergi meninggalkan rumah ini, tiba tiba bu Siti pingsan dengan sendirinya padahal tidak ada yang menyembuhkannya.
Bapakku, pak waringin dan beberapa orang yang ada dirumah bu Siti, waktu itu memang tidak ada satupun yang bisa mengobati orang yang kesurupan, namun nyatanya, Bu Siti malam itu tiba tiba pingsan dan sembuh dengan sendirinya.
Mengetahui hal itu, akhirnya semua orang yang ada dirumah itupun seketika lega dan membawa bu siti masuk kedalam kamarnya dan selanjutnya perlahan dibangunkan dari pingsannya.

Syukurnya, sekitar pukul 23.30 malam, akhirnya Bu Siti pun sadar dan berhasil ditenangkan.
Setelah bu Siti sadar dan keadaan sudah bisa dikatakan aman, akhirnya semua orang yang ada dirumah bu siti terlihat satu persatu mulai mengeluarkan meja, kursi dan sebagainya untuk mempersiapkan pemakaman jenasah Ajis yang rencananya akan dimakamkan keesokan harinya.
Dan karena badanku yang sudah sangat lelah, akhirnya akupun berpamitan untuk pulang terlebih dahulu.

" Pak aku pulang dulu gak papa ya pak, rumah kita sepi gak ada yang nunggu lo, lagian badanku juga sudah capek semua " ucapku.
" Iyo wes, mulih o, bapak ndek kene sek yo, melek an, engkok lawang e ojo dikunci ( iya sudah, bapak disini dulu ya nduk, mau bantu orang orang,. Kamu pulang saja, nanti pintunya jangan dikunci loh ya ) " jawab bapakku.
Mendengar hal itu, akupun seketika berpamitan pergi sambil mencium tangan bapakku.

" Ya sudah assalamualaikum " ucapku.

" Eh, mbak Putri kuantar ya, jalannya gelap lo, ini sudah tengah malam, apa gak takut " teriak mas Doni yang saat itu juga kebetulan ada Di Rumah Bu Siti.
" Enggak usah mas, hehehe aku berani kok " jawabku sopan.

Dan setelah semuanya selesai, akupun malam itu pergi meninggalkan rumah bu Siti dan berjalan kaki menuju kembali ke rumahku.
Di desaku ini, letak rumah warga memang saling berjauhan, jarak antar rumah memang selalu dipisahkan dengan kebun pribadi milik warga, mulai kebun kopi, kebun pisang hingga kebun kebun yang tidak terawat.
Hal itulah yg akhirnya membuat kondisi desaku bisa dikatakan sangat sepi jika sudah malam hari, dan tidak brhenti disitu saja, lampu pnerangan yg memang masih jarang sekali ditambah dg jlanan yg masih blm diaspal, sudah mnandakan jika desaku ini bnar2 berada di pelosok kota ini.
Dan singkat cerita, malam itupun aku pulang dari rumah bu siti dengan berjalan kaki.

Ketika masih ditengah tengah perjalanan pulang, malam itu kembali melihat adanya sosok nenek nenek pincang yang sebelumnya berada dirumah bu Siti tersebut.
Nenek2 tersebut terlihat duduk didepan salah satu rumah warga yang kutau, rumah warga tersebut adalah rumah dari pak Ilham.

Mengetahui hal itu, akupun seketika mengira jika nenek2 tersebut adalah keluarga pak Ilham.

" Oalah,nenek pincang itu kluarganya pak Ilham to " fikirku.
Karena jarak jalan desa dengan rumah pak Ilham yang tergolong dekat, malam itupun aku seketika menyapa nenek tersebut dengan senyuman karena akupun tau, sejak dari kejauhan tadi nenek tersebut memang terus saja memandangiku tidak berhenti.

"Nekkk" sapaku.
Namun anehnya, bukannya membalas senyumanku, nenek tersebut malah terlihat acuh dan berdiri kemudian masuk kedalam rumah pak Ilham.

" Buset, cuek banget tuh nenek nenek " ucapku.
Dan dengan tidak menghiraukan semua itu, akhirnya akupun terus melanjutkan langkahku menuju ke rumahku yang memang masih berjalan sekitar 200 meter jauhnya.

Tapi sayangnya, semuanya tidak berhenti disitu saja, belum lama aku melewati depan rumah pak Ilham,
Malam itu aku kembali merasakan keanehan ditengah jalan.

Benar, malam itu aku tiba tiba mencium aroma kemenyan yang entah dari mana asalnya.

Aroma tersebut tercium kuat dengan diiringi hembusan angin yang waktu itu juga tiba tiba menerpa tubuhku dari belakang.
Merasakan hal itu, tentu saja akupun seketika berlari dengan melihat kearah jam tanganku yang ternyata, malam itu waktu sudah menunjukan pukul 00.15 dinihari.

" Waduh, Bau kemenyan ,, " ucapku kaget,
Dan akhirnya, setelah beberapa saat kemudian, akupun sampai dirumahku dengan nafas yang ngos ngossan.

Sesampainya didepan rumah, bukannya tenang, malam itu aku malah melihat pemandangan yang sangat membingungkan.
Bagaimana tidak,

Rumah yang sebelumnya kutinggalkan dalam keadaan lampu yang masih menyala, ketika aku kembali, semuanya malah terlihat sudah gelap gulita dengan keadaan pintu yang tiba tiba sudah terbuka.
" Loh, perasaan tadi semua lampu rumah sudah kunyalakan deh, ini kok jadi gelap gini sih, jangan jangan habis ada orang masuk " fikirku dengan seketika berjalan masuk kedalam rumahku dengan perasaan yang sudah sangat kebingungan.
Dan sesampainya aku didalam rumah,akupun seketika menyalakan semua lampu rumahku dengan memeriksa seluruh bagian rumah karena khawatir jika ada orang didalamnya.

Tapi untungnya,malam itu aku tidak melihat siapapun ada didalam rumahku,kondisi rumah tetap sepi seperti sebelumnya.
Mengetahui hal itu, akupun seketika tenang dan kembali menutup pintu rumahku dan selanjutnya akupun masuk kedalam kamar tidurku agar aku bisa segera beristirahat.
Dan hingga akhirnya, sekitar pukul 04.00 dini hari, aku yang sebelumnya tertidur lelap, pagi itu tiba tiba terbangun karena mendengar suara pintu rumahku seperti sedang dibuka oleh seseorang.
Suara tersebut terdengar jelas ditambah pintu dirumahku ini memang selalu mengeluarkan bunyi setiap digunakan sehari hari.

" Kreeeeeekkkkk "
Mendengar hal itu, akupun seketika membuka mataku dan memanggil nama bapakku karena kufikir, malam itu bapakkulah yang masuk kedalam rumahku.

" Paaaaak...pakkkkkk " Teriakku.
Dan setelah beberapa kali aku memanggil nama bapakku, akhirnya akupun sedikit lega karena waktu itu aku mendengar suara bapakku menjawab panggilanku.

" Opo,,ndukk " jawab bapakku keras.
Karena kufikir bapakku sudah pulang, akupun seketika tenang dan kembali melanjutkan tidurku karena rasa ngantuk yang saat itu masih menyelimutiku.

Dan singkat cerita pagipun tiba.
Pagi itu, setelah aku bangun dari tidurku, tentu saja akupun seketika mempersiapkan sarapan untuk aku dan bapakku seperti biasanya.

Dan tidak hanya itu, setelah masakanku telah matang, pagi itu aku juga langsung mandi karena waktu itu aku hendak melayat kerumah bu Siti.
Hingga akhirnya, tepat pukul 07.30, pagi, aku sudah selesai dengan semua aktifitasku dan bersiap untuk menuju rumah bu Siti.

Sebelum berangkat ke rumah Bu Siti, aku juga masih sempat mengetuk pintu kamar bapakk yang pagi itu masih dalam keadaan terkunci rapat.
" pak,,aku berangkat dulu ya, sudah jam 7.30 lo,,,cepet bangun, sarapannya sudah siap dan jangan lupa mandi dulu sebelum berangkat ngelayat ya pak " teriakku.

" Iyo, nduk " jawabnya keras dari arah dalam kamarnya.
Dan karena kufikir pagi itu bapakku masih kelelahan karena semalam belum tidur, akhirnya akupun memutuskan untuk berangkat melayat terlebih dahulu mengingat waktu yang saat itu sudah semakin siang.
Sesampainya dirumah bu Siti, tentu saja waktu itu rumah bu siti sudah dipenuhi banyak orang yang ikut berbela sungkawa.
Dan tidak hanya itu, hampir semua warga yang ada didesaku, waktu itu terlihat hadir dikediaman bu Siti karena akupun tau, rasa toleransi yang ada didesaku ini memang benar benar masih sangatlah tinggi.
Disitulah, pagi itu aku kembali melihat pak Tarjo dan beberapa rekannya yang terlihat duduk disalah satu kursi yang ada di rumah bu Siti dengan terus menatapku dengan tatapan yang hingga kini masih tidak bisa kulupakan.
Tatapan dendam dan kekecewaan karena kalah dalam pemilihan, pagi itu benar benar nampak dari raut wajah pak Tarjo yang saat itu terus memandangiku.
Namun karena aku menganggap jika semuanya sudah berlalu, akhirnya akupun mencoba tidak peduli dengan tatapan pak Tarjo tersebut dan memilih untuk tidak terlalu memikirkannya.
Dan anehnya, ditengah tengah aku masih berdiri ditengah tengah kerumunan orang, pagi itu tiba tiba aku mendengar suara teriakkan seseorang yang telah memanggil namaku.

" Put........"
Mendengar hal itu, akupun seketika menoleh dan mencari dimana sumber suara tersebut yang ternyata, sumber suara tersebut adalah suara bapakku sendiri yang pagi itu terlihat berdiri tepat dipinggir rumah Bu Siti.
Mengetahui hal itu, akupun tentu saja bergegas berjalan mendekati bapakku yang pagi itu terlihat melambai lambaikan tangannya kearahku.
Dan sesampainya aku dihadapan bapakku, pagi itu tentu saja akupun seketika menegur bapakku karena beliau terlihat pucat seperti orang yang kurang istirahat.
" Bapak Tadi gak mandi ya,. Hadeehhh kusem banget tuh wajahnya,,,,mana gak ganti baju lagi, hidih jorok, bau tau pak " ucapku kesal.

" bapak gak kamu bawakan ganti baju nduk ?..." Ucap bapak pelan.
" Ya enggak lah pak, la ngapain, kan bapak bisa ganti baju sendiri to ? " Sahutku.

" Oalah put, kan seharusnya kalau kamu tau bapak gak pulang, seharusnya kesini tadi bawain baju ganti bapak. Lihat tuh, banyak orang disini, kan gak enak bapak gak ganti baju " ucap bapak.
" Hah, gak pulang ?..terus yang tadi pagi pulang siapa ?..ngarang, orang bapak tadi pagi pulang, terus tidur gak bangun bangun kok bilang gak pulang, aneh " imbuhku kesal.
" Bapak gak pulang put, kalau gak percaya, tanya tuh semua orang yang ada disini, bapak semalaman ditemani pak RW dan yang lainnya. Kami ngobrol terus sambil bantu memahat nisan buat si Ajis " terang bapak.
Mendengar hal itu, jantungku yang sebelumnya berdetak pelan, pagi itu seketika berdetak kencang dengan diringi tubuh yang juga ikut gemetaran tidak karuan.

Bagaimana tidak,
Bapakku yang jelas jelas sebelumnya kudengar membuka pintu rumahku dan menjawab teriakanku, pagi itu dengan santainya berkata jika beliau tidak melakukan semua itu.

" Yasudahlah, mau gimana lagi pak, pakai baju itu aja, tuh jenazahnya sudah mau berangkat kayaknya " ucapku.
" Iya, bapak bantu bantu dulu ya " sahut bapakku sambil berjalan kembali kearah jenazah Ajis yang waktu itu sepertinya sudah siap untuk diberangkatkan.
Namun anehnya, setelah kepergian bapakku waktu itu, aku tiba tiba kembali dikejutkan dengan adanya sosok nenek nenek yang sebelumnya kulihat berada didalam rumah bu Siti.
Sosok nenek nenek tersebut, terlihat berada jauh dari kerumunan orang dan terlihat duduk sambil menatap kearah jenazah Ajis yang saat itu siap untuk diberangkatkan.
Bahkan, hingga cerita ini ditulis, aku masih bisa mengingat dengan sangat jelas bagaimana wajah dan pakaian yang dikenakkan oleh nenek2 tersebut.

Rambut putihnya dan baju coklat khas nenek nenek tua yang dikenakannya, hingga saat ini benar benar tidak akan pernah bisa kulupa.
Namun anehnya, belum selesai aku memandangi wajah nenek nenek yang berada dikejauhan tersebut, waktu itu tiba tiba aku mendengar suara obrolan dari ibu ibu yang berada tidak jauh dari tempatku berdiri saat itu.
" Kasian ya Ajis, dia masih perjaka sudah meninggal dunia, bu Siti sekarang dirumah sendirian deh " ucap salah satu ibu ibu mengagetkanku.
" Hssst,, diem bu, katanya Ajis meninggal karena jadi tumbal pak Lurah " jawab ibu ibu lain yang waktu itu terdengar lirih ditelingaku.
Mendengar hal itu, akupun seketika mencoba mendengarkan dengan lebih dalam lagi apa yang ibu ibu tersebut bicarakan dengan tidak sekalipun menoleh kearah mereka agar mereka tidak mengetahui, jika aku adalah anak dari Lurah yang sedang mereka bicarakan tersebut.
" Iya bu, katanya minta tumbal 7 Perjaka " sahut ibu ibu lain yang juga terdengar oleh telingaku.
Tapi sayangnya, belum selesai aku mendengarkan semua itu, tiba tiba salah satu dari ibu ibu tersebut sadar dengan keberadaanku dan akhirnya merekapun pergi dan berhenti membicarakan orang tuaku.
Mengetahui hal itu, akupun mencoba tetap bersikap biasa biasa saja dengan tidak memperdulikan semua omongan warga.
Dan singkat cerita, setelah jenazah Ajis berangkat ke pemakaman, akhirnya kami semua yang sebelumnya berkumpul dihalaman rumah bu Siti, waktu itu perlahan mulai bubar dan hendak pulang kerumah kami masing masing.
Namun anehnya, belum sampai aku pulang kerumahku, tiba tiba waktu itu aku kembali mendengar pengumuman dari salah satu warga tentang adanya orang yang kembali meninggal dunia.
Suara pengumuman tersebut, terdengar jelas berasal dari arah masjid yang berada tepat ditengah tengah desaku ini.

Cahyo, anak satu satunya pak Ilham yang baru saja lulus SMA, pagi itu telah dinyatakan meninggal dunia entah kenapa.
Mendengar hal itu, akhirnya akupun seketika terkejut bukan main karena beberapa hari sebelum hari itu, aku masih sempat bertemu dengan Cahyo dikantor balaidesa.
Dan akhirnya, tanpa lama lama lagi, akupun langsung menuju kerumah pak Ilham, untuk melanjutkan berbela sungkawa seperti biasanya.

Disaat itulah, pandangan warga terhadapku perlahan sudah mulai berubah.
Warga desa yang sebelumnya selalu terlihat ramah, waktu itu perlahan mulai berubah menjadi semakin aneh, bahkan ketika melihatku, raut wajah mereka seolah olah terlihat dendam dengan penuh amarah.
Dan akhirnya, gosip tentang bapakkupun semakin kencang dikalangan masyarakat yang tinggal didesaku ini.

Ternyata banyak yang beranggapan, jika bapakku memenangkan pilihan kepala desa dengan cara bersekutu dengan setan.
Hal itu dikuatkan dengan adanya kematian beberapa perjaka yang waktu itu sudah menjadi tanda jika semua gosip tersebut memanglah benar adanya.
Namun, karena aku merasa jika semuanya adalah fitnah yang belum tentu kebenaranya, akupun akhirnya hanya diam dengan sama sekali tidak memperdulikan semua omongan warga meskipun sebenarnya,
akupun tidak bisa memungkiri, jika waktu itu dalam kurun waktu 14 hari saja, didesaku ada 7 orang meninggal dunia yang semuanya adalah pemuda yang masih perjaka.
Hingga akhirnya, karena gosip yang semakin lama terdengar semakin panas ditelinga, waktu itu akupun berniat menanyakan kepada bapak apakah yang selama ini digosipkan oleh warga tersebut memang benar adanya .
Dan setelah beberapa hari kemudian, akhirnya akupun mendapatkan kesempatan untuk menanyakan hal tersebut secara langsung kepada bapakku.
Siang itu, ketika aku dan bapakku kebetulan sedang duduk bersama dikantor desa, akupun seketika memulai obrolan yang memang sudah lama aku nanti nantikan tersebut.
" Pak, apakah bapak denger omongan orang orang tentang bapak ? " ucapku memulai percakapan.

" Omongan opo ( omongan apa ) " jawab bapak singkat.
" Kata orang orang, semua kejadian aneh yang akhir akhir ini terjadi didesa ini, katanya bapak yang menjadi penyebabnya. Bapak pahamkan maksudku gimana " ucapku jelas.
" Iyo ( Iya ) " sahut bapakku sambil tiba tiba berdiri kearah lukisan yang kutau, lukisan tersebut adalah lukisan yang menampilkan wajah dari kepala desa ini sebelumnya.
" Semua itu apa benar pak, bapak bersekutu dengan setan demi memenangkan pilihan kepala desa kemarin ? " Tanyaku.

" Menurutmu piye ( menurut kamu bagaimana ) " sahut bapak dengan tidak sekalipun menatap wajahku.
" Ya allah pak, apa yang bapak lakukan, aku benar benar kecewa sama bapak " sahutku keras.
" kowe ra ngerti opo opo, suk lek wes wayahe, kabeh bakal tak jelasne. Saiki ayo ngurus deso iki ae, ora usah mikir liane . ( Kamu tidak mengerti apa apa, nanti kalau sudah waktunya,
bapak akan jelaskan semuanya, sekarang jangan mikir kemana mana, kita fokus benahin desa ini dulu saja, gak usah mikir hal yang tidak penting ) " jawab bapakku sambil berjalan pergi meninggalkanku.
Namun sayangnya, belum selesai aku merasa kesal dengan bapakku, waktu itu tiba tiba aku kedatangan tamu yang kutau beliau adalah pak Burhan salah satu warga desaku.

" Selamat siang mbak,. Pak lurah wonten ? " ucap pak Burhan.
" O ada pak,silahkan sebentar saya carikan, barusan bapak keluar, ada apa ya pak, mau ngurus KTP apa surat pindah pak " sahutku.

" Ini mau minta solusi ke pak Lurah mbak, tentang warga RW 07 " jawab pak Burhan.
" Oh iya pak, ada apa ya pak kalau boleh tau " tanyaku sopan.

" Warga RW 07 kan banyak yang kurang mampu mbak, sekarang mereka terkena penyakit aneh " terang pak burhan sambil duduk disalah satu kursi yang ada diruang tamu kantor desa.
"Penyakit aneh gimana pak maksudnya" sahutku kaget.

"Hampir seluruh warga RW 07 saat ini mngalami cacar kulit mbak, tubuh mereka bentol2 seperti penyakit kulit, dan tiap maghrib tiba, semua orang pada kesakitan tidak karuan dan Kami mau berobat tidak ada biaya" ucap pak burhan.
Tapi untungnya, belum selesai aku mendengar penjelasan pak Burhan, Waktu itu bapakkupun tiba tiba datang dan mengajak pak burhan untuk mengikutinya.
" Ada apa pak, ayo masuk ke ruangan saya saja, jangan ngomong disini " ajak bapakku yang saat itu masih terlihat tidak memperdulikanku.
Dan singkat cerita, pak Burhan yang sebelumnya duduk didepankupun saat itu seketika mengikuti ajakan bapakku untuk masuk kedalam ruangannya yang tidak jauh dari tempatku duduk saat itu.
Disitu, karena aku masih penasaran dengan isi pengaduan pak Burhan, akhirnya akupun menguping pembicaraan mereka.

Dan disaat itulah, aku sangat terkejut tidak karuan karena aku mendengar, jika saat itu ternyata ada semacam penyakit aneh yang sedang melanda warga desa.
Namun anehnya, obrolan mereka yang awalnya pelan, waktu itu tiba berubah menjadi panas karena kudengar pak Burhan yang ikut berpendapat jika semua yang terjadi memang ada hubungannya dengan terpilihnya bapakku menjadi kepala desa di desa ini.
" Semua ini sama sekali tidak ada urusannya dengan terpilihnya saya, kalau pak burhan menuduh saya jika semua yang terjadi didesa ini gara gara terpilihnya saya, silahkan bapak keluar dari desa ini "
ucap bapakku tiba tiba yang terdengar keras hingga membuat aku waktu itu seketika ikut masuk kedalam ruangan bapakku karena aku menganggap jika mereka sedang bertengkar hebat.
" Sudah2 pak, mending kita sekarang pergi ke RW 07 saja, kita lihat bgmn keadaan mreka. Kalau ribut terus tidak akan ada solusinya " ucapku mnenangkan.

Hingga akhirnya, setelah obrolan waktu itu, kami bertigapun pergi ke wilayah RW 07 yg letaknya di salah satu pojok desa ini.
Sesampainya aku di RW 07, sore itu akupun seketika disambut oleh yai Bahri yang waktu itu terlihat duduk diteras salah satu rumah warga.
" Sakjane kowe ora usah mrene, mengko tambah rame. Koyok e iki kabeh awal teko opo seng tak khawaterne ( seharusnya kamu tidak usah kesini, nanti keadaanya malah semakin runyam, sepertinya semua yang saya khawatirkan akan terjadi ) " ucap yai Bahri.
" Kulo siap bah " sahut bapakku yg saat itu terlihat mantap dan terus mlangkahkan kakinya menuju rumah salah satu warga yang sedang terkena penyakit aneh tsbt.

Disitu, sebenarnya sejak awal aku sama sekali tidak mengerti apa yg sedang dibicarakan oleh yai Bahri terhadap bapakku
Bahkan, sejak bapak mencalonkan diri sebagai kepala desa, yai Bahri sering sekali terlihat berbicara dengan bapakku dengan kata kata yang tidak bisa aku mengerti.
" Yai Bahri dan bapak ini sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu, tapi apa ya kok aneh banget " ucapku dalam hati sambil mengikuti ayahku berjalan tidak berhenti.
Waktu itu aku juga sempat melirik kearah yai Bahri yang lagi lagi terlihat kecewa dengan keputusan ayahku.

Dan singkat cerita dengan tidak memperdulikan semua itu, akhirnya akupun sampai dirumah warga yang sedang sakit tersebut.
Dirumah warga desa tersebut, jantungku yang sebelumnya berdetak tenang, waktu itu tiba tiba berdetak kencang dengan diringi tubuh yang gemetaran.

Bagaimana tidak, waktu itu aku melihat kondisi warga tersebut benar benar sangat memprihatinkan.
Seluruh wajah dan tubuh yang dipenuhi cacar membuat warga tersebut hampir tidak bisa dikenali.

Dan tidak hanya itu, warga tersebut benar benar mengeluarkan bau yang sangat tidak sedap.
" Ada berapa warga yang seperti ini pak " tanya bapakku kepada pak Burhan yang waktu itu menemaniku.

" Ada sekitar 15 warga pak " ucap pak Burhan.
Namun anehnya, ditengah tengah aku masih didalam rumah warga tersebut, tiba tiba pandanganku teralihkan dengan adanya nenek nenek yang sudah beberapa kali kulihat sebelumnya.
Nenek nenek tersebut, terlihat duduk disalah satu kursi yang ada dirumah itu dengan tidak sekalipun mengeluarkan suara.

Mengetahui hal itu, akupun seketika hendak menghamipri nenek nenek tersebut karena kurasa ada yang aneh dengan nenek nenek tersebut.
Tapi sayangnya, masih beberapa meter aku melangkah masuk, tiba tiba tanganku ditarik oleh pak Burhan.

" Jangan mendekat mbak, penyakitnya menular " ucap pak Burhan.

" Aku mau ngobrol sama nenek nenek itu pak " tanyaku.
" Nenek nenek siapa, dirumah ini tidak ada orang tua mbak " sahut pak burhan.
Mendengar hal itu, pandangankupun seketika kuarahkan kembali kearah nenek nenek tersebut sembari memberitahu kepada pak Burhan jika yang kumaksud adalah nenek nenek yang duduk disalah satu kursi yang ada dirumah itu.
Namun anehnya, ketika aku memalingkan kembali pandanganku, sosok nenek nenek yang sebelumnya kulihat tersebut, waktu itu tiba tiba menghilang entah kemana.

Mengetahui hal itu, jantungkupun kembali berdetak kencang dengan perasaan yang sangat kebingungan tidak karuan.
Dan tidak berhenti disitu saja, belum selesai aku kebingungan, malam itu tiba tiba aku dikejutkan dengan Pak Burhan yang sebelumnya terlihat tenang, waktu itu tanpa disangka sangka beliau tiba tiba menjerit tidak karuan.
Benar, sore itu pak Burhan tiba tiba kesurupan dengan seketika membanting bantingkan tubuhnya kearah meja dan lantai rumah tersebut.

Mengetahui hal itu, akupun seketika menjerit kencang dan berlari keluar rumah.

" Aaaaaaaaaaaaaaaaa "
Dan karena mungkin ada beberapa warga yang mendengar teriakanku, akhirnya tidak butuh waktu lama.

Rumah warga tersebut akhirnya dipenuhi orang orang yang berusaha membantu menenangkan pak Burhan.
Dan setelah dibantu juga oleh Yai Bahri yang juga datang, akhirnya pak Burhan pun bisa sedikit tenang dan bisa diajak untuk berkomunikasi.

Sore itu, suara pak Burhan benar benar berubah menjadi lebih kecil dari sebelumnya
dan tidak hanya itu, setelah kudengar dengan seksama, suara pak burhan waktu itu berubah menjadi suara seorang nenek nenek tua dengan suara serak serak khasnya.
" PAGEBLUK, Deso iki kenek Pagebluk, kabeh iki gara gara pimpinan e ( Pagebluk, desa ini terkena Pagebluk. Semua ini gara gara pemimpinnya " ucap pak Burhan pelan dengan terus menggaruk nggarukkan tangannya ketanah.

"Ojo fitnah ( jangan suka memfitnah) " sahut yai Bahri pelan.
" Delok en wae, kabeh seng manggon nok deso iki pasti bakal e mati (Lihat saja, semua yang tinggal di desa ini pasti akan mati)." imbuh pak Burhan dengan sesekali membentur benturkan kepalanya kearah tanah.
Dan untungnya, tidak butuh waktu lama, yai Bahri yang memang dikenal sebagai orang yang memiliki ilmu tinggi, akhirnya dapat seketika menenangkan pak Burhan dan kembali menyadarkannya.
Namun anehnya, ketika pak Burhan sudah tersadar dan keadaan sudah kembali normal,. Para warga yang sebelumnya berkumpul dirumah tersebut, satu persatu perlahan mulai pergi meninggalkan rumah tersebut tanpa berpamitan.
Mereka semua terlihat acuh bahkan tatapan mata mereka terhadap bapakku malam itu seolah sudah diselimuti kebencian.

Benar sekali,

Kurasa semua warga tersebut, terprovokasi dengan ucapan pak Burhan yang baru saja kesurupan.
Kini, mereka semakin yakin dan menganggap jika bapakku lah yang menjadi sumber kekacauan yang ada didesa ini.
Dan dengan tidak memperdulikan hal itu, akhirnya sekitar pukul 20.00 malam, akupun diajak kembali pulang kerumah dengan bapakku yang waktu itu mulai terlihat lebih diam daripada sebelumnya.
Dan tidak hanya itu, waktu itu bapakkupun terlihat susah.

Semua itu, dapat kulihat dari raut wajahnya yang Semakin lama sudah semakin muram saja.
Hingga akhirnya, setelah beberapa lama kemudian, akupun sampai kembali dirumahku dan akupun seketika masuk kedalam kamar tidurku.

" Pak aku tidur njih, badanku capek semua " ucapku dengan kakiku yang terus melangkah maju kedalam kamar tidurku.
Namun anehnya, bukannya menjawab perkataanku, malam itu bapakku terlihat duduk diruangan tengah rumahku sambil mulai menyalakan rokok yang dari tadi sudah ada ditangannya.

Dan tanpa memperdulikan hal itu, akupun seketika mengunci pintu kamarku dan berbaring diatas ranjangku.
Namun anehnya, masih beberapa saat aku hendak memejamkan mataku, tiba tiba aku mendengar suara ketukan pintu yang kudengar suara ketukan tersebut adalah suara dari bapakku.
" Ojo turu sore sore yo nduk, koyok e mariki kate ono opo opo ( jangan tidur dulu ya nak, sepertinya habis ini akan ada sesuatu yang terjadi ). " Teriak bapakku jelas.
Mendengar hal itu, aku yang sebelumnya hanya berbaring sambil melamun, malam itupun seketika membuka pintu kamarku lalu berjalan pelan keluar kearah bapakku yang waktu itu masih duduk di kursi kayu yang ada diruang tengah rumahku.
" Wonten nopo pak ( ada apa pak ) " ucapku sambil mulutku yang sedikit menguap karena rasa kantuk yang memang sudah semakin kuat.
" Ning kene sek lu nduk, lungguh seng penak, ngkuk lek bapak mati, samean cek eroh ( disini dulu lah nak, duduk yang tenang, nanti kalau bapak meninggal, kamu biar tau ) " jawab bapakku sambil terlihat santai menikmati sebatang rokoknya.
" Hus..pancet ae lek ngomong senengane ngawor ( hus, kalau ngomong suka ngawur nih bapak ) " sahutku sambil sedikit membentak bapakku sambil aku yang mulai duduk tidak jauh dari tempat duduknya.
" Dadi lurah iku abot nduk, ora gampang, salah titik akeh seng ngilokno. Tapi lek bener genok seng nggatekno. Sesuk aku te nang omah e yai Bahri njauk solusi lan takon kok iso kabeh iki dadi koyok ngene ( Jadi lurah itu berat nak, tidak mudah,
salah sedikit saja sudah banyak yang ngatain, tapi kalau benar gak ada yang memperhatikan, besuk aku mau kerumah yai Bahri, mau minta solusi dan bertanya kenapa semua ini bisa terjadi ) " ucap bapakku sambil meminum sedikit kopi yang ada didepannya.
" Halah ra usah dipikir pak, seng penting niat bapak ngabdi lak uwes..nd kene seng bener bener ngabdi yo mek awakke dewe..ndahne seng dadi pak Tarjo, opo gak tambah ajor deso iki..wonge seneng medok, main, mabok mbek sombong e gak ketulungan
( halah, sudah gak usah difikir, yang penting niat bapak kan benar benar mengabdi. Coba bapak lihat, disini yang benar benar mengabdi ya cuma kita loh pak, andai yang jadi lurah pak Tarjo, pasti desa ini tambah hancur.
Kita semua juga tau kalau pak Tarjo suka main perempuan, suka berjudi, mabuk mabukan dan sombongnya minta ampun ) " imbuhku.

" Iyo tapi lak sogeh hehehe, ( iya sih, tapi kan pak Tarjo kaya raya ) " jawab bapak sambil tersenyum pelan.
Namun anehnya, belum selesai kami berbincang bincang malam itu, tiba tiba aku dikagetkan dengan suara ledakan yang terdengar dengan sangat keras.

Suara tersebut, terdengar kencang seperti petasan yang sengaja dilemparkan kearah samping rumahku.
" Dyarr "

Mendengar hal itu, akupun seketika terkejut bukan main sambil seketika berlari keluar yang selanjutnya disusul oleh bapakku yang waktu itu juga terlihat juga sangat terkejut.

" Ya allah pak,,,apa itu " teriakku sambil berlari keluar dari rumahku.
Namun anehnya, setelah aku keluar dari rumah dan mencari dimana sumber ledakan tersebut, tiba tiba pandanganku teralihkan dengan asap kecil yang bersumber tepat dari arah samping rumahku.
Dan tanpa lama lama lagi, akupun akhirnya menuju sumber ledakan tersebut untuk melihat apa yang sebenarnya barusan menghantam dindingku.

" Santet iki " Ucap bapakku tiba tiba.
Mendengar hal itu, akupun terus saja mencari sumber ledakan tersebut dengan jantung yang sudah berdetak dengan sangat kencang.

Dan sesampainya disumber ledakan tersebut,akupun kembali terkejut tidak karuan dg mataku yang terbelalak seolah tidak percaya dengan apa yg aku lihat.
Malam itu, tepat disamping rumahku, aku melihat bungkusan kain yang sepertinya berisikan garam kasar, kemenyan dan lain lain..

Bungkusan tersebut terlihat berurai dengan mengeluarkan asap hitam.
Mengetahui hal itu, tubuhkupun seketika lemas sambil mundur beberapa langkah yang akhirnya tubuhku dipeluk dari belakang oleh bapakku yang terlihat juga masih tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Dan tidak berhenti disitu saja, belum lama kami masih kebingungan dengan ledakan tersebut, tiba tiba aku kembali dikejutkan dengan suara syair jawa halus yang terdengar lirih dari arah samping rumahku.
Suara syair tersebut, terdengar jelas berisikan seperti ancaman dan peringatan yang akupun sempat kesulitan mengartikannya karena suara tersebut terdengar bercampur dengan suara angin yang juga tiba tiba berhembus dengan sangat kencang.
" Broto, tembung waseso, madep dateng, manungso ora ijobo sok kuat lan sok panguoso "

Mendengar hal itu, aku dan bapakkupun menoleh kekanan dan kekiri sembari mencari dimana sumber suara yang terdengar semakin lama memang semakin kencang tersebut.
" Pak, bapak dengar suara ini kan " tanyaku

" Hustt,,, ayo mlebu wae. ( Hust diam, ayo masuk rumah saja ) " ajak bapakku sambil memegang pundakku dan mengajakku masuk kembali kedalam rumah.
Dan ssampainya aku didalam rumah, tentu saja akupun semakin kebingungan dg tingkah bapak yg semakin terlihat tidak masuk diakal krn saat itu, bukannya masuk kdlm kamar, malam itu bpk malah terlihat mengeluarkan bantal dan guling dan ditatanya diatas lantai ruang tengah rumahku.
Mengetahui hal itu, akupun hanya diam sambil terus memperhatikan tingkah bapak yang terlihat semakin lama sudah semakin aneh saja.
" Ayo nduk ndang turu kene mbek bapak ( ayo nak cepat kita harus segera tidur, tidur sini ya sama bapak ). " Ucap bapakku sambil mulai berbaring diatas lantai.
" Loh, kok dilantai sih pak, enggak ah nanti aku masuk angin " jawabku singkat.

" Sudah nurut saja " sahut bapakku sambil mulai menarik tubuhku dan diarahkan untuk tidur dilantai tepat disamping tubuhnya.
Hingga akhirnya, setelah beberapa saat kemudian, akhirnya akupun tertidur bersama bapak tepat dilantai ruangan tengah rumahku.
Tapi anehnya, masih belum lama aku tertidur lelap, malam itu aku tiba tiba terbangun karena aku mendengar suara gemerincing lonceng yang setelah kudengar lebih teliti lagi, suara gemerincing lonceng tersebut seperti sedang berjalan dan mengitari rumahku berkali kali..
Mendengar hal itu, jantungkupun seketika berdetak dengan sangat kencang dengan diiringi nafasku yang seolah olah tiba tiba sulit untuk kuhembuskan.

"Klinting, klinting, klinting"
Dan tidak berhenti disitu saja, malam itu aku tiba tiba mencium aroma bunga melati yang tercium dengan sangat kuat.

" Pak...." Ucapku lirih sambil menoleh kearah bapakku yang malam itu terlihat menatapku sambil tersenyum lesu.
" Jogo en kabeh yo nduk, samean ojo wedi, samean ora dewean, ibukmu ayu. ( Jagain semua ya nak, kamu jangan takut, kamu gak sendirian, ibumu cantik ) " ucap bapakku lirih yang malam itu malah membuat keadaan terasa semakin tidak mengenakkan.
Bapak ngomong apa sih..." Ucapku sambil seketika memejamkan mataku dan berlindung dibagian perut bapakku karena malam itu, suara gemerincing tersebut sepertinya sudah semakin kencang terdengar.

"Klinting, klinting, klinting, klinting"
Dan anehnya, belum lama aku berlindung di perut bapakku, tiba tiba tubuh bapak yang sebelumnya berbaring dengan tenang, malam itu tiba tiba memberontak dan kejang kejang.
Dan tidak berhenti disitu saja, wajah bapak malam itu juga terlihat menguning dengan lidahnya yang juga terlihat menjulur keluar.
Mengetahui hal itu, akupun seketika terkejut bukan main sambil berteriak histeris dan menggoyang nggoyangkan tubuh bapak yang malam itu benar benar terlihat kaku.
" Pak ya allah pak...sadar pak " teriakku kencang dengan sesekali menoleh kekanan dan kekiri karena malam itu aku merasakan tiba tiba seperti sedang banyak orang yang berada didalam rumahku.
Semua itu tentu saja bukanlah tanpa alasan,
Karena malam itu, aku tiba tiba seolah berada ditengah tengah kerumunan orang.

Padahal nyatanya, malam itu keadaan rumahku sangat sepi dengan hanya ada aku dan bapakku seorang diri.
Dan belum lama setelah itu, bukannya mendapat pertolongan, malam itu perutku tiba tiba terasa bergejolak dengan aneh.
Didalam perut, aku merasakan ada sesuatu yang bergerak gerak, bahkan selain merasakan, aku juga sempat melihat kearah perut ada seperti benjolan sebesar kelereng yang bergerak tidak beraturan ditambah dengan rasa sakit yang sepertinya sudah tidak lagi bisa kutahan.
" Ya allah,,,,apa ini " teriakku.

Dan tidak hanya itu, ketika kami masih dalam keadaan mencekam,
tiba tiba pandangannku teralihkan dengan adanya sosok hitam besar tinggi yang terlihat diam disalah satu sudut rumahku menatapku dengan tatapan yang sepertinya hingga kini tidak akan pernah bisa kulupakan.
( Malam itu, kami benar benar diserang habis oleh sesuatu yang tidak bisa dijelaskan secara logika, tubuhku dibanting, bapakku di seret dan banyak benda rumahku yang terlihat bergerak gerak dengan sendirinya.
Dan tidak berhenti disitu saja, meski keadaan sangat sepi, tapi aku benar benar merasakan jika dirumahku malam itu sedang dipenuhi banyak sekali orang, tapi nyatanya, semuanya benar benar tidak ada siapa siapa.
Dan untungnya, semua itu tidak berjalan dengan lama, sekitar 10 menit aku mengalami semua itu, pandanganku tiba tiba kabur, kepalaku pusing dengan perut yang juga tiba mual dan bergejolak.
Hingga akhirnya, sesaat setelah itu akupun sudah tidak lagi bisa mengingat kejadian selanjutnya.

Semuanya nampak gelap dengan perasaan yang aneh seperti seseorang yang sedang tidur dan bermimpi )." Ucap narasumber
Dan Singkat cerita, akhirnya malam itupun berlalu begitu saja.

Keesokan harinya, semuanya malah semakin aneh saja, bukannya membaik, pagi itu aku melihat bapakku sudah dalam keadaan yang sangat memprihatinkan.
Wajahnya pucat, tubuhnya kaku dengan tatapan matanya yang terlihat sangat kosong, membuat perasaanku saat itu sudah tidak bisa lagi dijelaskan dengan kata kata.
Dan tidak berhenti disitu saja, pagi itu aku juga melihat bagian rumahku yang berantakan ditambah dengan adanya bekas bunga melati yang terlihat berceceran, membuat perasaanku waktu itu sudah sangat kebingungan tidak karuan.
Dan tanpa memperdulikan keadaan rumahku, akupun mendekati tubuh bapakku dan seketika berteriak sekuat tenaga dengan tangisan yang sudah tidak lagi bisa kutahan.

" Ya allah pak, bapak kenapa,,,pak...." Rintihku sembari menggoyang nggoyangkan tubuh bapakku.
Karena tak kunjung mendapatkan respon dari bapakku, akupun akhirnya berlari keluar rumahku dan segera mencari pertolongan kepada tetanggaku yang berada tidak jauh dari rumahku.
Dan singkat cerita, setelah mendapatkan pertolongan dari tetangga kanan kiriku, akhirnya bapakkupun bisa segera dilarikan ke puskesmas terdekat yang ada didesaku.
Dan singkat cerita, setelah berhasil mendapatkan pertolongan, bapakkupun dirawat dipuskesmas tersebut hingga beberapa hari lamanya.
Menurut keterangan dokter, luka yang dialami oleh bapakku, adalah murni adalah luka penganiayaan yang dilakukan oleh seseorang.
Tidak ada bukti, jika bapak memiliki penyakit dalam atau penyakit bawaan, bahkan yang membuat aku terkejut adalah,
keadaan bapak yang kaku dan melotot, menurut dokter waktu itu dikarenakan shock dan kaget yang sangat berlebihan hingga akhirnya membuat syaraf yang ada didalam tubuh bapak mengalami gangguan.
"Bapak kamu ini mengalami shock berat seperti melihat sesuatu yang sangat menakutkan dan tidak hanya itu, sepertinya beliau juga habis dianiyaya oleh seseorang.
Kemarin malam masak sih kamu gak ingat apa apa ? "tanya dokter puskesmas tersebut dengan tatapan matanya yang seperti sedang mencurigaiku.
Dan tanpa menjawab perkataan dokter tersebut, akupun masuk begitu saja ke ruang perawatan dan duduk disamping bapak yang waktu itu memang masih belum saja siuman.
Disitu, tentu saja perasaanku sudah campur aduk tidak karuan. Selain masih kebingungan dengan apa yang sudah kualami semalam, dibenakku waktu itu benar benar memiliki banyak sekali pertanyaan.
Apa yang kualami, apa yang menyerang kami hingga kenapa semua ini bisa terjadi, semuanya benar benar hanya berputar putar didalam fikiranku dengan tidak ada satupun teman atau kerabat yang waktu itu datang menjenguk keadaan bapakku.
Hingga akhirnya, belum selesai aku memikirkan semua itu dengan tetap menatap wajah bapakku, aku tiba tiba dikejutkan dengan kedatangaan pak Qomar dan yai Bahri yang waktu itu datang mengunjungiku dipuskesmas tersebut.
" Yai arep ngomong ( yai mau bicara ) " ucap Yai Bahri sambil mengajakku keluar dari ruang perawatan puskesmas dengan maksud sepertinya, yai Bahri hanya ingin berbicara berdua saja denganku.
Mengetahui hal itu, akupun seketika menuruti ajakan yai Bahri dan pak Qomarlah yang waktu itu bergantian denganku untuk menjaga bapakku diruang perawatan rumah sakit tersebut.

" Enggeh yai ( baik yai ). " Jawabku pelan dengan langkahku menyusul yai Bahri.
" Bapakmu gak iso ditambani ndek kene, yokpo yokpo, seng wes kadung, kudu tetep dimarekne. Iki seng iso mbenakno kabeh iki koyok e awakmu nduk. Awakmu gak lombo, ibukmu melok njogo.
Rupane iku satu satune kesempatan e awak e dewe mbenakne kedadean seng wes kadung ( bapakmu gak bisa diobati di puskesmas ini, apapun yang terjadi, semuanya harus tetap diselesaikan. Yang bisa menyelesaikan semua ini sepertinya cuma kamu.
Karena akupun tau, dirimu ada yang jaga, yaitu almarhumah Ibumu. Sepertinya hanya itu satu satunya kesempatan kita untuk menyelesaikan semua ini ) " ucap yai Bahri memulai obrolan.

"Ngapunten yai, kulo mboten paham blas (maaf yai, saya gak faham sama sekali )". Sahutku bingung.
" Wes ngene ae, mben ae kabeh tak jelasne lek bapakmu wes waras wae. Sementara iki, bapakmu gowoen moleh ae. Lek wes anjok omah, ojo sampek lali bendino gae among. Khusus awakmu Ojo turu ndek amben ambek ojo lali gae pediangan yo nduk. Kabeh cek aman.
( Sudah begini saja, semuanya kujelaskan nanti saja kalau bapakmu sudah sembuh. Sementara ini, bapakmu kamu bawa pulang saja. Kalau sudah sampai rumah, jangan sampai lupa buat sesajen. Khusus kamu, jangan tidur dikasur dan jangan sampai lupa buat api didepan rumah ya nak,
biar semuanya tetap aman) " tutup yai Bahri sambil melangkahkan kakinya pergi meninggalkan puskesmas tersebut dengan diiringi pak Qomar yang terlihat menyusul berjalan pulang.
Hingga akhirnya, setelah obrolanku waktu itu, akupun seketika membawa bapakku pulang kerumah dan selanjutnya tidak lupa aku menuruti semua perintah yai Bahri untuk tidak tidur dikasur, membuat sesajen dan menyalakan bara api tepat didepan pintu rumahku.
Dan tidak hanya itu, kini aku harus merawat bapakku seorang diri, bapak yang sebelumnya tidak sadarkan diri, waktu itu juga sudah sadarkan diri namun keadaan bapakbisa dikatakan jauh dari kata baik baik saja.
Kini, bapak hanya ada diam diranjang dengan tidak sekalipun mengeluarkan kata kata.
Wajahnya pucat dengan tubuh yang sepertinya sudah sulit sekali untuk digerakkan.
Mengetahui hal itu, aku mencoba tabah dan tetap merawat bapakku apapun dan bagaimanapun keadaannya. Semua cara medis dan non medis waktu itu benar benar sudah kucoba, namun hasilnya tetaplah sama.
Dan tidak berhenti disitu saja, dengan sangat cepat, kabar tentang sakitnya bapakkupun akhirnya terdengar ditelinga warga desa.
Kepala desa yang seharusnya melayani dan mengayomi masyarakat, waktu itu bisa dikatakan sudah tidak lagi ada mengingat keadaan bapakku waktu itu yang memang sudah tidak baik baik saja.
Tapi anehnya, disitu semua staf dan wakil kepala desa seolah olah juga tidak mau peduli dengan keadaan bapakku.

Semuanya nampak diam dengan tidak sekalipun berkunjung kerumahku.
Mengetahui hal itu, perlahan aku mulai mencurigai jika semua yang terjadi dengan bapakku ada hubunganya dengan semua sikap wargaku.

Bapak, sepertinya sengaja diganggu dengan cara halus agar bisa digeser posisi dan jabatannya.
Dan tidak berhenti disitu saja, waktu itu aku juga menjadi lebih sering melihat aktifitas pak Tarjo yang terlihat seperti mencari perhatian kepada masyarakat.

Pak Tarjo yang sebelumnya dikenal sebagai orang yang sombong dan pelit, waktu itu tiba tiba berubah menjadi baik.
Hingga akhirnya, setelah 3 bulan lamanya karena keadaan bapakku yang juga tidak kunjung membaik, masyarakatpun secara sepihak akhirnya mengganti posisi bapakku dengan dipilihnya pak Tarjo sebagai kepala desa yang baru.
Disitu, dalam sekejap akhirnya semua urusan desa serta jabatan yang sebelumnya adalah milik bapakku, waktu itu berpindah ke tangan pak Tarjo.

Tapi sayangnya, masalah desa yang sebelumnya sudah ada, dibawah kepemimpinan pak Tarjo, semuanya semakin hancur saja.
Keadaan desa waktu itu benar benar kacau dengan semakin mewabahnya penyakit aneh yang sama seperti sebelumnya, Waktu itu sudah bisa dikatakan telah Menyerang hampir semua warga.
Dan tidak hanya itu saja, angka kematian yang semakin meningkat ditambah tingkat pencurian yang semakin tidak terkendali, membuat keadaan desaku waktu itu bisa dikatakan sudah berada diujung tanduk dan tidak layak dihuni.
Waktu itu, sudah jarang sekali orang luar daerah yang datang untuk memutar roda perekonomian.

Para pedagang yang sebelumnya datang membawa sayuran dan bahan makanan, waktu itu juga perlahah sudah jarang sekali kutemukan.
Hingga akhirnya, para wargapun satu persatu mulai pergi meninggalkan desaku ini karena mereka menganggap, jika desaku adalah sebuah desa yang telah terkutuk.
Mengetahui hal itu, akupun tetap bertahan dengan tidak pergi kemanapun karena akupun tau, rumah yang kutinggali tersebut adalah harta satu satunya yang kumiliki ditambah keadaan bapak, yang waktu itu bisa dikatakan sudah tidak bisa lagi jika harus kutinggal sendiri.
Sebenarnya, semua itu tidak menjadi masalah bagiku, karena selama hidup didesa tersebut, keadaanku tetap baik baik saja. Meskipun semua orang yang ada didesa sudah terjangkit wabah penyakit aneh yang sama.
Dan hingga akhirnya, semua penderitaan dan cerita inipun sampai pada puncaknya.

Masih sangat teringat jelas dikepalaku.

Waktu itu, genap 1000 Hari setelah kejadian yang menimpaku dan menimpa bapakku malam itu.
Desa yang sebelumnya masih terlihat adanya orang yang wara wiri, waktu itu benar benar sudah berubah menjadi sepi seperti desa tidak berpenghuni.
Jangankan penduduk desa, para pemimpin desa yang sebelumnya berebut kekuasaan, waktu itu juga sudah tidak ada lagi karena pak Tarjopun sepertinya juga sudah dianggap gagal membawa desa kearah yang lebih baik lagi.
Dan puncaknya, siapa sangka, semua cerita tentang desaku ini ternyata memang berhubungan erat dengan keadaan bapakku.
Semua kenyataan itu, akhirnya terungkap setelah aku mengalami hal yang bisa dikatakan menjadi sebuah awal dimana perubahan dan keadaan desa akhirnya bisa mendapatkan jalannya.
Siang itu, seperti biasanya, aku baru saja pulang dari pasar yang ada didesa sebelah yang memang berada cukup jauh dari rumah.

Karena belum ada kendaraan, berangkat pagi buta, waktu itu aku sampai dirumah sudah tengah hari dengan membawa keperluan yang memang kubelanjakan
hanya satu bulan hanya satu sekali.

Namun anehnya, ketika aku sampai dirumah waktu itu, aku tiba tiba terkejut bukan main karena siang itu, aku melihat bapakku yang sebelumnya hanya berbaring diatas ranjang, waktu itu tiba tiba terlihat sudah duduk diruang tamu
dengan tatapan matanya yang sudah terlihat sangat kosong akan tetapi mulutnya terdengar sedang bersenandung dengan bahasa jawa halusnya.

" Tak lelo, lelo, lelo ledung..jumeneng o, anakku cah Ayu, anakku, seng ayu Rupane "
Mendengar hal itu, perasaankupun seketika terkejut bukan main karena selama aku merawat bapakku, itu adalah kali pertamaku melihat bapakku, berbicara dan turun dari ranjangnya tanpa bantuanku.
"Pak...loh, bapak sudah sembuh" ucapku pelan sambil aku yang menyusulnya duduk tepat disampingnya.

Tapi anehnya, bukannya menjawab perkataanku, bapakku terus saja bersenandung dengan sesekali tertawa tawa dengan sendirinya
seolah olah siang itu beliau sedang berbicara dengan seseorang yang berada didepannya.

" Ya allah, sepertinya aku harus kerumah Yai Bahri deh, bapakku kok tiba tiba seperti ini sih " fikirku dalam hati dengan seketika aku beranjak dari tempat dudukku
dan mulai kembali mengunci semua pintu yang ada dirumahku agar selama kutinggal pergi kerumah yai Bahri, bapakku tetap didalam rumah dan tidak pergi.
Singkat cerita, sekitar pukul 14.30, akupun akhirnya sampai dirumah Yai Bahri dan langsung menceritakan semua yang sedang bapakku alami.
Namun sayangnya, belum selesai aku menceritakan semuanya, waktu itu yai Bahri tiba tiba seketika berdiri dan keluar dari rumahnya yang waktu itu aku kunjungi.

Dan tidak berhenti disitu saja, beberapa saat setelah itu, Yai Bahripun terlihat berteriak memanggil manggil
beberapa warga yang memang masih tersisa.

" Ayo ayo.seng awakke enten entei saiki, wes wayahe. ( Ayo ayo, yang selama ini kita tunggu, sekarang sudah saatnya )."teriak yai Bahri.

Dan tanpa mengerti apa yang dilakukan yai Bahri, akupun waktu itu hanya duduk diam di
ruang tamu yai Bahri dengan perasaan yang masih kebingungan dengan apa yang baru saja beliau teriakkan dengan lantang.

Hingga akhirnya, beberapa saat setelah itu, hanya ada sekitar 3 orang Warga, yang terlihat datang dan berkumpul karena pada dasarnya,
para penduduk didesaku, waktu itu benar benar sudah sangat jarang.

" Wes, ayo ditulungi sak kuat e.. ngkuk tak kandani kabeh, wes wayahe awakmu ngerti nduk. (Sudah, ayo bapakmu kita tolong sebisanya. Nanti kamu kuberitau apa yang terjadi semuanya.
Sepertinya sudah saatnya kamu mengetahuinya)." Ucap yai Bahri sambil terlihat berjalan cepat kearah jalan yang menuju kearah rumahku tersebut.

Dan singkat cerita, akhirnya kami semuapun sore itu menuju kerumahku dengan langkah kaki yang terlihat terburu buru.
Sesampainya dirumahku, waktu itu yai Bahri seketika menghampiri bapakku yang waktu itu masih berada diposisinya yaitu diruang tamu.

Tanpa lama lama lagi, yai Bahripun seketika memerintahkanku untuk segera membuat kopi pait dan beberapa warga lainnya yang juga terlihat segera
membakar dupa yang ternyata, dupa dupa tersebut sudah dibawa dari rumah mereka masing masing.

Dan dengan tidak terlalu banyak tanya, akupun langsung menuju kearah dapur dengan mataku yang sempat melirik kearah bapakku yang ternyata, waktu itu bapakku sedang berbicara
dengan yai Bahri dengan bahasa logat jawa yang akupun sama sekali tidak bisa memahaminya.

Dan puncaknya, setelah berbicara beberapa lama, bapakku tiba tiba terlihat berjalan diantar oleh yai Bahri menuju kekamar tidurnya dengan langkah kaki
yang seperti langkah kaki orang sehat seperti pada umumnya.

Mengetahui hal itu, jantungkupun seketika berdetak kencang dengan perasaan yang sudah campur aduk tidak karuan.

Bapakku, yang sebelumnya kurawat bertahun tahun karena tidak bisa bangun dari tidurnya,
waktu itu benar benar terlihat berjalan dengan sangat santainya.

Dan belum selesai aku kebingungan dengan keadaan yang ada, tanganku tiba tiba ditarik oleh yai Bahri sembari memberi tanda, jika yai Bahri ingin mengajakku untuk duduk dan berbicara.
" Aku asline wes eroh lek bakal e koyok ngene. Bapakmu kaet biyen wes tak elengno, tapi gak gelem manut. Bapakmu wong apik nduk, insyaallah amal e kabeh bakal dicatet malaikat. (Aku sebenarnya sudah mengetahui jika akhirnya akan seperti ini. Bapakmu dari dulu sudah kuingatkan,
tapi sayangnya dia tidak mau nurut karena akupun tau, bapakmu memang orang yang baik. Insyaallah, semua amal dan ibadahnya diterima disisi tuhan yang maha esa). " Ucap Yai Bahri tanpa basa basi.

" Hah maksudnya " sahutku terkejut.
( Auto translate ).

" Cerita tentang bagaimana keadaan bapakmu sekarang ini, memang berhubungan erat dengan sejarah desa ini. Meskipun aku tidak bisa memastikan kebenarannya, tapi para tetua desa ini meyakini jika cerita tentang hal tersebut memang benar benar ada.
Awalnya, aku dulu juga belum terlalu percaya dengan semua ceritanya, tapi setelah aku melihat keadaan bapakmu, akhirnya akupun siap bersaksi jika cerita tersebut sepertinya memanglah benar adanya.
Dulu, ketika desa ini baru dibangun, ada sebuah pohon besar yang tumbuh tepat dipojok balaidesa. Mungkin kamu sekarang juga masih bisa melihat bekas pohonnya yang juga memang masih ada.

Pohon tersebut, dulunya benar benar dikeramatkan karena menurut warga,
pohon tersebut dihuni oleh penunggu yang menjaga area ini.

Namun sayangnya, pada masa kepemimpinan lurah Mangun, Pohon tersebut ditebang dengan alasan perluasan area bangunan balaidesa.

Disitu, mbok Marini yang waktu itu menjadi salah satu tetua yang ada didesa ini,
menolak keras keputusan lurah Mangun karena mbok Marini menganggap, jika pohon tersebut ditebang, bisa menimbulkan bencana besar yang bisa membahayakan seluruh warga.

Dan anehnya, bukannya mendengar perkataan mbok Marini, waktu itu pohon tersebut benar benar ditebang
yang akhirnya, setelah penebangan waktu itu, warga desa benar benar mengalami bencana seperti yang kita sedang alami saat ini.

Wabah penyakit, kematian mendadak, hingga kejadian diluar akal sehat manusia, waktu itu benar benar terjadi hingga beberapa tahun lamanya.
Dan puncaknya, semua musibah tersebut berakhir setelah desa ini kedatangan seseorang yang akhirnya, orang tersebut mampu menghilangkan musibah didesa ini dengan cara membuat perjanjian dengan penunggu didearah ini.

Yang akhirnya, isi perjanjian tersebut dikenang sebagai
salah satu sejarah kelam yang ada didesa ini." Terang Yai Bahri menerangkan.

" Terus isi perjanjiannya apa yai " sahutku jelas.

" Desa ini harus melakukan selamatan disetiap tahunnya. Dan tidak hanya itu, dibekas pohon yang ditebang, wajib diberikan sesajen
sebagai bentuk penghormatan kepada para leluhur. Dan yang terakhir, desa ini tidak boleh dipimpin oleh keturunan lurah mangun sampai kapanpun " imbuh yai Bahri sambil duduk dan terlihat kecewa menatap wajahku.

" Terus apa hubungannya dengan bapakku yai " jawabku singkat.
" Lurah Mangun itu adalah buyut dari kakekmu. Jadi sebenarnya, bapakmu ini masih dalam garis keturunan lurah Mangun " sahut yai Bahri Lesu.

Mendengar hal itu akupun seketika terkejut bukan main dengan perasaan yang benar benar masih tidak percaya
dengan apa yang baru saja Yai Bahri katakan.

" Maaf yai, aku masih belum percaya jika bapakku ada hubungannya dengan cerita itu. Jika bapak tau bahwa bapak punya garis keturunan, bapak tidak mungkin berani mencalonkan diri sebagai pemimpin desa ini " terangku membela diri.
" Bapakmu maju sebagai pemimpin desa ini karena sudah tidak ada pilihan lain. Bapakmu tidak rela jika pimpinan desa ini jatuh ditangan pak Tarjo, oleh sebab itu bapakmu bersikukuh maju sebagai kepala desa dengan mencoba tidak mempercayai mitos yang ada.
Namun sayangnya, semua cerita itu ternyata benar benar ada. Kini bapakmu telah menjadi korban dan sepertinya semuanya sudah sampai pada puncaknya. Sebenarnya dalam kasus ini, bisa dibilang kamu juga dalam bahaya, tapi karena kamu dilindungi oleh almarhum Ibumu,
akhirnya kamu tetap baik baik saja " imbuh yai Bahri.

Mendengar hal itu, akupun seketika lemas dan tidak lagi menjawab ucapan yai bahri sedikitpun, karena dalam hatiku aku masih berusaha untuk terus tidak percaya meski pada kenyataanya, sepertinya semuanya memang benar adanya.
" Malam ini sepertinya akan menjadi malam yang sangat berat bagimu. Kuatkanlah imanmu ya nak. Besuk pagi saya akan kesini lagi " terang yai Bahri sambil mulai berdiri dan pergi meninggalkanku yang saat itu masih duduk melamun seorang diri.
Dan singkat cerita, setelah kepergian yai Bahri, akupun kembali masuk kedalam kamar bapak dan menatap bapakku yang saat itu tertidur dengan terus memikirkan semua perkataan yai Bahri barusan.

.....

Hingga akhirnya, malampun tiba.
Masih sangat jelas dikepalaku,
Malam itu, hawa dirumahku terasa lebih dingin dari sebelumnya.
Meski semua pintu dan jendela yang malam itu sudah kututup rapat, waktu itu suhu dirumahku benar benar tidak seperti biasanya.

Hingga akhirnya, karena aku sudah tidak kuat lagi
menahan semuanya, akupun memutuskan untuk segera beristirahat dengan mengambil selimut besarku dan mulai beristirahat tepat dibawah ranjang tempat bapakku beristirahat malam itu.

Namun sayangnya, sekitar pukul 23.00 malam dan belum sampai aku tertidur pulas,
malam itu aku dikejutkan dengan suara pintu yang tiba tiba terbuka dengan sendirinya dengan disertai suara benturan yang sangat keras terdengar.

"Braaaaaaaaak...."

Mendengar hal itu, akupun seketika menyalakan semua lampu dan berlari keluar dari kamar bapakku karena aku
berfikir, jika malam itu ada seseorang yang datang.

Tapi anehnya, setelah aku sampai diruang tamu rumahku, perasaakupun semakin kebingungan karena didepan mataku, aku sama sekali tidak melihat adanya siapapun yang datang.
Namun disitu, Pintu utama rumahku sudah dalam keadaan terbuka lebar dengan angin malam yang juga terlihat masuk dengan sangat kencang.

" Perasaan tadi pintu utama ini sudah kukunci rapat deh " fikirku dalam hati dengan aku yang mulai mengunci pintunya kembali.
Dan tidak berhenti disitu saja, belum selesai aku menutup pintuku dengan rapat, pandanganku tiba tiba teralihkan dengan adanya bapakku yang terlihat berjalan pelan kearah dapur dengan langkah kaki yang terlihat sangat cepat.
Mengetahui hal itu, akupun seketika terkejut dan berjalan cepat menyusul langkah bapak sambil berteriak memanggil manggilnya.

" Loh pak, mau kemana " teriakku dengan langkahku yang juga kupercepat agar aku bisa segera menyusul bapakku yang malam itu
berjalan kearah dapur rumahku.

Namun anehnya, sesampainya aku diarea dapur rumahku, waktu itu aku tidak melihat adanya siapapun selain hanya ada ruangan yang terlihat kosong melompong.

Mengetahui semua itu, akupun melanjutkan langkahku mencari dimana keberadaan bapakku
dengan terus saja mulutku yang berteriak memanggil manggil nama bapakku.

" Pak...bapak..."

Dan puncaknya, belum berhasil aku menemukan bapakku diarea dapur, malam itu pandanganku teralihkan dengan adanya sosok nenek nenek yang sama dengan yang pernah kulihat sebelumnya.
Sosok nenek nenek tersebut, terlihat berdiri disalah satu sudut ruangan rumahku dengan tangannya yang terlihat membawa wadah air yang berisikan potongan potongan bunga melati.

Dan tidak hanya itu, disudut lain, aku juga melihat adanya sosok perempuan yang tinggi badannya
melebihi tinggi almari baju yang ada dirumahku.

Asal kalian tau, tinggi almari dirumahku saat itu mencapai 2.5 meter.

Bahkan, bukan cuma 2 sosok aneh, waktu itu aku melihat ada banyak sekali sosok yang malam itu terlihat ada didalam dan disetiap sudut sudut rumahku.
Mulai sosok nenek nenek, beberapa sosok laki laki tidak berbusana, sosok perempuan besar hingga sosok kakek kakek berwajah rata, malam itu benar benar ada dan seolah olah semuanya sedang mendatangi rumahku.

Mengetahui hal itu, mataku terbelalak, tubuhku tiba tiba
tidak bisa bergerak dengan mataku yang akhirnya kembali berkunang kunang dengan kepalaku yang waktu itu juga tiba tiba sakit tidak karuan.

Namun untungnya, malam itu aku masih sempat mendengar suara teriakan bapakku yang pada akhirnya, suara teriakan tersebut
adalah suara teriakan bapakku yang kudengar untuk terakhir kalinya.

Dan puncaknya,

Tepat sekitar pukul 00.00 malam hari, bapakku sepertinya menghembuskan nafas untuk terakhir kalinya dengan diringi aku yang waktu itu sudah tidak lagi bisa mengingat apa apa.
Yang jelas, sebelum aku pingsan waktu itu, aku masih sempat mendengar suara jeritan bapakku.

. ...

Keesokan harinya, ketika aku membuka mata, bapakku sudah dalam posisi disholati hanya oleh sekitar 3 - 4 orang saja.
Hal itu tentu saja bukanlah tanpa alasan, karena selain sudah tidak adanya penduduk, kematian bapakku waktu itu bisa dibilang cukup aneh yang akhirnya membuat para warga ketakutan.

Disitu, jangankan berteriak dan menangis, berbicara saja rasanya aku sudah tidak mampu
karena aku yang masih tidak percaya dengan kepergian bapakku.

Hingga akhirnya,
seiring berjalannnya waktu,
Karena yai Bahri menganggap jika aku butuh perawatan lebih lanjut, akhirnya beliau membawaku kesalah satu rumah sakit yang ada dikota yang jauh
dari desa tempat tinggalku agar keadaanku bisa lebih baik daripada sebelumnya.

Semua itu bisa dibilang cukup wajar, karena asal kalian tau, sejak kematian bapakku, hari hariku hanya kuhabiskan dengan berdiam diri didalam rumah.
Aku tidak makan, aku tidak mandi dan aku hanya diam melamun saja disepanjang hari.

Tubuhku kurus semakin habis, rambutku acak acakkan dan bahkan, jika ada orang lain yang sedang melihat bentuk tubuh dan wajahku waktu itu, maka sudah dipastikan mereka pasti akan ketakutan.
Dan puncaknya, setelah melakukan proses pengobatan yang cukup panjang, akupun waktu itu berhasil disembuhkan dan perlahan mulai bisa menerima kanyataan.

Kini, setelah semua cerita ini berakhir, aku memutuskan untuk hidup keluar jauh dari desa tersebut agar aku bisa melupakan
semua kejadian yang pernah kurasakan.

Hal itu kulakukan karena aku tidak mau mengingat masa laluku didesa tersebut yang memang bisa dikatakan sudah cukup mengerikan.

Dan akhir cerita.

Aku tidak tau lagi bagaimana kondisi desa tersebut. Terakhir, aku mendengar kabar bahwa
desa tersebut kini sudah tidak lagi ada mengingat bencana gunung meletus tahun itu, juga membuat pemerintah menutup akses kesana dan membuat desa tersebut akhirnya hanya tinggal sebuah cerita saja.

Terimakasih teman teman, semoga cerita ini menemani hari hari kalian.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Lakon Story

Lakon Story Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @Lakonstory

Nov 16
BAHAYA !

sdah bnyk DM masuk cerita seperti ini.

Akibat "SIHIR PEMISAH" rumah tangga mereka hancur. Setiap hari di tiduri rekan kerja.

A Thread 21+ Image
Sihir,

Ya kalau kita bahas sihir mungkin hingga detik ini masih banyak menimbulkan kontroversi, ada yang percaya, ada juga yang tidak percaya.
Namun semua itu sah sah saja karena setiap orang memang memiliki hak nya masing-masing untuk percaya atau tidak dengan suatu hal.
Read 101 tweets
Nov 14
Asal Usul Rumah Hantu Darmo,

Rumah paling angker di surabaya yang pernah diangkat ke layar lebar.

A Thread. Image
Jika kita mendengar nama rumah Hantu Darmo, mungkin seketika fikiran kita akan mengarah ke rumah terbengkalai yang ada di surabaya. Image
Hal itu memang bisa dibilang wajar karena angkernya rumah hantu darmo memang sudah terkenal hingga kemana mana. Image
Read 17 tweets
Nov 11
BERDASARKAN KISAH NYATA !

Gara gara lupa lepas tali pocong, 2 daerah di kabupaten malang ini di terror pocong keliling.

Ngeri !

Cong culi den

A Thread Image
Cong culi den, cong culi den,

Pocong uculi moden.
(Lepaskan tali pocong ku pak Mudin )

Bagi warga kota Batu, kota Malang hingga kabupaten Malang,mungkin kalian sudah tidak asing dengan terror pocong yang saat itu pernah menggemparkan warga desa
Tidak sekedar mengganggu, sosok pocong tersebut benar-benar mendatangi rumah warga satu persatu dengan cara mengetuk pintunya sembari berkata

"Cong culi den" yang jika diartikan, (saya pocong dan tolong lepaskan tali pocong saya wahai pak mudin ).
Read 72 tweets
Oct 17
KOTA SANTET BANYUWANGI !.

Minimal baca ini biar tau kalau suku osing memang terkenal sakti sudah dari dulu

Sebuah utas

#lakonstory Image
Ya kalau ngomongin banyuwangi, pasti seketika fikiran kita akan mengarah ke sebuah kota yang ada di ujung pulau jawa.

Selain terkenal dengan keindahan alamnya, Banyuwangi juga dijuluki sebagai kota santet loh, kok bisa sih,
Ini penjelasannya.

Sejak dulu, Banyuwangi ini memang kental dengan budaya Mistisnya, bahkan disana, juga ada perkumpulan dukun, perkumpulan ahli spiritual ataupun semacamnya.
Read 18 tweets
Oct 12
KISAH NYATA !

Bukti dan dokumentasi lengkap.

Sampai Thread ini sya tulis semua ini masih terjadi, Ini bukan setan, tapi iblis.

lukisan Baphomet,bntuk dlm rumah sprti rumah pemujaan.

(Slruh keluarga twas, bundir di sumur, kebakaran, Dihuni puluhan setan)

..
Sebuah utas. Image
RUMAH GENTENG IJO.

Benar, rumah yang akan kami ceritakan kali ini adalah sebuah rumah yang orang2 menyebutnya dengan sebutan rumah genteng ijo.(Hijau).
Disebut demikian, karena rumah ini memiliki genteng yang berwarna hijau.

Dan anehnya, Meski warna genteng sudah di cat bolak balik dan diganti warna apapun, pasti akhirnya kembali lagi ke warna semula yaitu warna hijau.
Read 63 tweets
Oct 5
Ada yang ingat thread tentang rumah tusuk sate yang ramai kemarin ?.

Asi keluar darah.
Hanya kuat tinggal 40 hari.
Tokoh agama muntah darah bunuh diri dan masih banyak lagi.

Setelah kami telusuri ternyta lokasinya di Tulungagung.

Ada dokumenter video

A Thread Image
Ya bagi yang belum baca, cerita tentang rumah tusuk sate yang waktu itu kami bagikan memang paling seram diantara cerita yang lainnya.
Bagaimana tidak, penghuni yang mengaku bernama bu Ningsih Ambarwati tersebut benar2 hanya mampu bertahan 40 hari saja.
Read 21 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(