Thread by @budimandjatmiko

Membujuknya? Lebih baik CARI TAHU dulu apa yg paling menggelisahkannya. Ajak ngobrol hal sehari2 & ajak ke desa (apa komentarnya), ke warung (apa komentarnya), nonton (apa komentarnya), ke bengkel (apa komentarnya).
Setelah itu kita ngobrol lagi di twitter😊

https://twitter.com/iskaksugiyarto/status/1565219541491515392

Itu yg kulakukan saat putriku masih SD. Kurang lebih 3 tahun kuketahui dia suka sains & matematika. Momentumnya adalah meninggalnya neneknya & orang2 yg dicintainya. Dia gelisah ttg kematian, lantas ttg kehidupan, bgm benda2 mati bergerak & asal usulnya

Mediumnya? Diawali kursus critical thinking, diskusi2 ilmiah & film2 dokumenter sains teknologi di @youtube, kuajak ke kantor @facebook, ke kampus2 dunia, lama2 baca buku & akhirnya kursus matematika & fisika.

Yg saya luput adalah melatihnya menulis..sebab terlalu fokus pd kursus2 yg matematis. Kini kuserahkan ke pendidik2 di kamp beasiswa #IndonesiaMaju. Berlatih juga u/ menulis essays singkat tentang problem2 sosial & global.
Belajar narasi, bukan cuma komputasi

Belajar bermarasi itu penting lewat penulisan essay. Dunia butuh generasi baru yg bernuansa, bukan cuma berdata. Itu yg kini dicari kampus2 negara2 maju.
Bermatematika & membaca Shakespeare (itu kata guru matematika SD ke temanku yg anaknya sekolah di London)

Kampus2 top dunia, khsusinya AS, hanya mengandalkan nilai rapot selama SMA. Selebihnya mereka ingin tahu: apa yg kamu kenal ttg dirimu, lingkunganmu, masa lalumu, masa depanmu, yg kamu suka & tak kamu suka serta apa argumenmu.

Secara singkat & jujur

Itu tantangan tersendiri bagi anak2 Indonesia yg sering dianjur2kan "jangan menonjolkan diri", "jangan pamer", "jangan tunjukkan kelebihanmu".
Ini juga kata mentor essay putriku sekarang. "Berpikirnya Puti 'out of box' tp ide2nya kurang emosional", katanya

Harus diakui penjarakan fisik gara2 pandemi memang menyulitkanku utk mengenalkan lingkungan sosial yg luas. Tp tentu kesalahanku juga. Membiarkannya asyik dgn presisi & matematika, kurang narasi & nuansa u/ menjawab kegelisahan2nya.

Jangan ditiru ya, tuips

Kesalahanku juga tak banyak kuceritakan aktivitasku yg berkait isu2 sosial. Alam bawah sadarku bilang "Jauhkan dia dr godaan2 politik..Biarkan dia jawab tantangan2 kemajuan lewat sains. Nanti biar generasi anaknya saja yg menjawab dunia dgn seni & filsafat"

Tp rupanya dunia berubah lebih cepat. Saat awal2 merangsangnya belajar saat dia masih SD, dunia baru mengenal ledakan pengetahuan lewat #Revolusi40. Saat dia SMA, dunia mengalami ledakan virus. Makin meyakinkanku u/ dia fokus di sains & teknologi.

Tapi..

..aku melupakan diktum penting "sejarah berulang". Setelah revolusi industri yg diikuti pandemi, selalu diikuti perang besar (ledakan peluru). Ini mempercepat perubahan kesadaran sosial manusia. Manusia butuh nilai2 & cara2 baru.
Anak2 perlu disiapkan utk itu

Hari ini aku sedang menyusun2 lagi materi2 sejarah & sosial ekonomi politik u/ kujadikan bahan OBROLAN BARUKU dgn putriku.

Menjadikan semua itu sbg PROBLEM PRIBADINYA (spt aku dulu saat seusianya), adalah tantangan tersendiri untukku.

Moga2 tak terlambat

Akan kukrim thread-ku ini ke putriku sebagai evaluasi kekuranganku & moga2 dia mau memaafkanku...