Dari riuhnya perbincangan soal IKN, ada kisah tentang Dahlia, perempuan Suku Balik, suku asli di kawasan IKN yang mungkin luput dari perhatian. Kini, ia memperjuangkan: tanah dan rumahnya.
Pertanyaan “bagaimana” nantinya dan “di mana” ia dan anaknya akan tinggal, selalu menari-nari di benak Dahlia saat ia memikirkan nasibnya di ibu kota baru.
Di tengah kesibukannya menari dan mengajar tari, ia resah akan tanah dan rumahnya yang hanya berjarak 6 km dari Titik Nol IKN, sewaktu-waktu bisa digusur oleh proyek IKN.
Sekalipun sejak 2019 kehadiran proyek IKN di Sepaku telah mengantarkan kesempatan Dahlia dan sanggar tarinya diundang menari untuk menyambut para pejabat, akan tetapi proyek itu menghadirkan keresahan-keresahan baru baginya.
Bisnis jual beli tanah menggeliat di kawasan ibu kota baru Indonesia. Harga tanah melambung tinggi, banyak spekulan bermain. Ayah Dahlia jadi korban makelar tanah nakal.
Kini, di tengah megaproyek IKN, Dahlia fokus pada perjuangannya mempertahankan tanah keluarga, sanggar tarinya, dan memberikan hidup yang layak bagi anak-anaknya.
Dana keistimewaan itu nyata.
Ketimpangan itu realita.
Satu dasawarsa sudah Keistimewaan Yogyakarta. Status keistimewaan itu hingga kini belum menunjukkan kata efektif, khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan.
Gelontoran dana keistimewaan dari pemerintah pusat ke DIY diklaim banyak membawa kemajuan wilayah. Sayangnya, ekspektasi besar terhadap status ”Yogya Istimewa” itu ternyata belum sepadan dengan realitas di lapangan.
Pandemi COVID-19 bukan hanya memorak-porandakan kehidupan sosial dan perekonomian Masyarakat Hindu Bali. Ngaben, sebagai prosesi sakral ditiadakan selama pandemi dan digantikan dengan kremasi untuk menghindari kerumunan.
Bagi mereka, pandemi turut mengekang bakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena Ngaben merupakan salah satu dari lima keyakinan masyarakat Hindu Bali, Panca Sraddha, yang tak boleh terlepas selama jantung masih berdetak.
Masyarakat di luar Bali mungkin sukar menemukan perbedaan antara Ngaben dan kremasi, karena sama-sama membakar jenazah. Namun, bagi umat Hindu Bali, Ngaben lebih dari itu.
Megaproyek IKN nan ambisius dari Presiden Jokowi, menyisakan nelangsa yang harus dialami masyarakat Sepaku, sebuah kecamatan di Penajem Paser Utara, Kalimantan Timur.
Mohon maaf, ada salah ketik Penajem Paser Utara seharusnya Penajam Paser Utara. 🙏🏻
Syamsiah hanya satu dari sekian banyak masyarakat Suku Balik yang menjadi korban dan telah berulang-ulang disingkirkan oleh dan atas nama negara. Dia dan warga Suku Balik lainnya tengah berhadapan dengan megaproyek IKN.
Serial reportase terbaru di Project Multatuli: #Siap86
Mereka, para pengguna narkoba yang ditangkap polisi dan dibawa ke panti rehabilitasi, bercerita tentang nasibnya di dalam panti rehab: Tak dapat program rehab dan diperas panti rehab.
Biru merasa tersiksa selama mendekam di panti. Jingga tak mendapatkan program rehab di panti. Mereka bahkan diperbolehkan pulang asal membayarkan uang yang tak sedikit.
Narkoba membuat Biru, harus menerima nasib diperas panti rehabilitasi. Kisahnya berawal pada April 2021, ketika itu ia dijebak temannya hingga akhirnya diciduk petugas dari Polresta Bogor Kota.
Alam di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur dahulu menyediakan berlimpah sumber kehidupan bagi masyarakat Suku Balik. Kini, hutan telah dibabat oleh perusahaan kayu. Kehadiran IKN, semakin melengkapi penderitaan masyarakat Suku Balik.
Masyarakat Suku Baik cuma dilihat sebagai penonton atas beragam proyek raksasa yang menghancurkan ruang hidup mereka. Ladang dan kebunnya yang terletak di hulu sungai sepaku, dirambah, diduduki, dan ditanami paksa.
Bagi Hayu, Jogja tak terbuat dari rindu, pulang, dan angkringan. Melainkan terbuat dari siasat untuk mengakali hidup dengan upah murah, sekalipun kerja keras telah dilakukan. Di kota Ini juga, cita-citanya terkubur.
Hayu adalah wajah lain dari Gen Z di Yogyakarta. Himpitan ekonomi dan kerasnya hidup melempar Hayu dari gambaran ideal gen z yang selama ini digaungkan oleh pemerintah. Sukses di usia muda, kaya raya, dan punya gelar sarjana dari universitas ternama.