Jadi ada dua kondisi selain diabetes -yang juga merupakan dampak kelebihan konsumsi gula- yang sebenarnya sangat merugikan "tabungan" kesehatan masyarakat kita (dan menambah beban biaya layanan kesehatan) :
Ini bisa kejadian pada orang2 yang diabetes mellitus, bisa juga non-DM. Gula darah orang ybs saat di-tes 1-2 jam setelah makan (atau minum gula) didapatkan hasil >180 mg/dL.
Bisa karena stres fisik/emosional berat. Dan ya, konsumsi gula dalam jumlah besar.
Resistensi Insulin.
Ini salah satu faktor DM, sekaligus sebagai proses menuju DM.
Tubuh perlu insulin lebih banyak untuk memasukkan gula ke dalam sel. Kadar gula masih normal, tapi sel2 penghasil insulin bekerja ekstra untuk itu.
Sebagian pasien bisa "reverse" di titik ini.
Anyway, untuk ngejelasin soal gula, kelebihan gula, dan dampaknya ke kesehatan itu panjang banget.
Berjilid buku aja ga abis2. Tapi coba saya kasih poin2 singkatnya saja.
Ini kalo ada yang mau ngadain webinar juga boleh. Saya sempatin waktu sekitar 1 jam ngobrol lgsg ke teman2.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Jawaban ringkas : 1. Vaksin melatih sistem kekebalan kita. 2. Diharapkan dengan latihan itu maka jika patogen aslinya masuk, respon imunitas kita lebih cepat.
"Jika api cepat dipadamkan, maka kebakaran tidak meluas".
Tapi... (1)
...(2)
Bicara imunitas, tidak ujug2 kekebalan kita jadi. Kenapa?
1. Ada faktor efikasi vaksin 2. Sistem pertahanan kita sebenarnya punya kapasitas yang berbeda-beda. Ada yang kecukupan nutrisinya bagus, ada yang stresnya terkelola dgn baik, dst. 3. Kadang2 imunitas kita lelah.
Sudah sejak awal disampaikan para dokter & ilmuwan, vaksin bukan "peluru perak" kita untuk selesaikan pandemi ini.
Sebagai upaya agar penerima vaksin itu menjadi lebih ringan gejalanya saat terinfeksi, iya.
Semoga sudah clear. Kalau ditanyakan lagi tinggal merujuk ke twit ini.
Siang tadi ditanyakan soal #VaksinUntukKita. Coba saya buat thread ringkas malam ini perkembangannya sudah sejauh apa.
1. Sebagaimana yang sudah sering saya sampaikan. Vaksin bukanlah silver bullet. Tapi vaksin adalah satu elemen penting untuk mencapai kekebalan kelompok yang jika nanti tercapai maka kita akan lihat perbaikan yang signifikan. #VaksinUntukKita
2. Saat ini, kita sedang berlomba-lomba meneliti dan mengembangkan vaksin. Saya melihatnya dari perspektif upaya untuk menjaga kesehatan manusia dari dampak wabah Covid19. #VaksinUntukKita
Jadi begini timelinenya kisah perjalanan telemedicine di Indonesia.
Gw itu sejak 2007 sering keliling Indonesia. Gak lama setelah selesai kuliah. Menemukan fakta ada banyak informasi kesehatan yang tak sampai dari pusat ke daerah. Berpikir bagaimana caranya? IoT adalah kunci.
Tak semua daerah di Indonesia punya dokter. Tak semua puskesmas terisi dokter. Tak semua rumah sakit punya dokter spesialis. Itu situasinya.
Bagaimana caranya agar Guru2 kami ilmunya bisa sampai ke dusun2? Gw liat tuh tower listrik, transducer sinyal, dan juga satelit2. Hmm...
Maka harus ada Narasumber & ada yang menangkap pesan dari Narasumber untuk kemudian diaplikasikan langsung ke masyarakat.
Karena boleh dibilang 100% dokter itu gak bisa lepas dari peran & kontribusi sosialnya, maka insyaAllah ada 1 problem yang solved. Masih ada 1 problem lagi.
Internet, gadget, warganet. Kini lazim terjadi, saat seseorang merasakan sebuah keluhan (semisal demam) ---> ambil gadget ---> search internet ---> ketik demam ---> muncul ribuan hingga jutaan kisah mengenai demam ---> ada yang panik sendiri, parno sendiri.
Self diagnosis (2)
Setelah muncul ribuan artikel demam itu, mulai dari common cold hingga kanker ---> klik enter ---> gejala dan tanda muncul, symptom and sign tersaji ---> pasien mulai mencocok2kan dgn kondisi dirinya (harap diingat ini terjadi hitungan menit dan bisa berkali2)
Self diagnosis (3)
Setelah keluhan dicocokkan ---> dapat beberapa "diagnosis" yang "dirasakan" sesuai ---> ada 2 versi yang lazim terjadi ---> versi 1 ---> lanjut klik pemeriksaan lab/penunjang ---> ke lab sendiri ---> minta diperiksa sesuai hasil ngugel ---> hasil lab diterima.