Teguh Faluvie Profile picture
Sep 28, 2022 216 tweets >60 min read Read on X
AKAD JIWO

Tidak ada yang bisa lepas dari perjanjian itu,
mereka meminta tumbal nyawa tanpa ada kata akhir.

@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Image
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Dalam sebuah pertanyaan garis takdir yang selalu menjadi misteri, sudah di persiapkan jawaban oleh sang pencipta kehidupan lengkap dengan isinya, terkadang memberikan segala kejutan tanpa mengenal waktu dan keadaan,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id karena selalu menyimpan tujuan penting untuk kehidupan menuju alam kekal kematian. Takala seorang Digjaya Adiguna Gama sedang mengsyukuri hidupnya dengan perasaan tenang dan normal bersama keluarganya,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id karena beberapa tahun kebelakang baru saja bisa lepas dari sebuah cobaan perseketuan keluarga besar (mertua) yang berkaitan dengan alam lain dan “Mereka”.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Terdengar kabar penting dari Kampung Sakalananggor, yang membuat Ki Duduy kakeknya Gama teramat sangat cemas, karena dari kampung tersebutlah tidak jauh terdapat sebuah Rawa Tiwas yang mana Buyut Gama, Ki Adiguna Rusdi Langsamana berasal.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Keadaan membawa Gama harus kembali tanpa adanya sebuah pilihan pada garis takdir hidupnya, apalagi berkaitan dengan sahabat dekat sang istri Halimun Dewi, yang berasal dari Kampung Sakalananggor.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Perlahan Gama dan Budi mengetahui apa yang menjadi kecemasan Ki Duduy pada Rawa Tiwas dan Talaga Cindek, apalagi para lelembut yang berada di Leuweung (hutan) Awikolot sana kembali dihidupkan oleh seseorang yang sudah melakukan “Akad Jiwa”
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id untuk meminta segala keinginannya agar dikabulkan, setelah banyak nyawa di tumbalkan dari mulai binatang sampai nyawa manusia, walaupun pada kenyataannya waktu itu, ada napak tilas Ki Langsamana yang telah mematikan dan menenggelamkan lelembut di leuweung (hutan) Awikolot
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id dan Rawa Tiwas agar hal tersebut tidak terulang, karena akan mengundang malapetaka dari talaga mayit.
Selain untuk menyelesaikan sebuah tanggung jawab dalam hidup, Gama perlahan mengetahui masa lalu sang Buyut yang telah banyak mewariskan segalanya,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id juga harus menjadi saksi, bagaimana butanya seorang manusia pada harta dengan menghalalkan segala cara, bahkan menduakan tuhannya. Gama harus mengesampingkan rasa nyaman dan aman dalam hidupnya, apalagi berbagai ancaman datang pada Halimun Dewi juga keluarganya,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id membuatnya harus berurusan dengan “Mereka” yang memberikan segala misteri di luar nalar manusia, meminta bayaran yang setimpal berupa nyawa.
“Tidak ada yang bisa benar-benar terlepas dari perjanjian itu, mereka meminta tumbal nyawa tanpa ada akhir seperti dahulu kala, -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - mungkin selanjutnya nyawa salah satu diantara keluarga besar kita, akad dan penikahan dengan alam mereka, membangunkan apa yang telah lama mati di talaga mayit”
...
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Saya akan lanjut besok sore atau malam Part 1 – GARIS TALI NYAWA sampai selesai, untuk teman-teman bisa tinggalkan retweet, reply dan like terlebih dahulu, agar yang lainnya ikut membaca.
...
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Part 1 – Garis Tali Nyawa
...

Terkadang sebuah balasan dalam hidup berkerja, tidak pernah ada dalam bayangan kita sebagai manusia, balasan dari kebaikan selalu begitu mengagumkan dan penuh kejutan, begitu juga sebaliknya dari sebuah keburukan,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id teramat sangat menyakitkan dan sulit untuk di jelaskan. Padanganku sekarang menatap lurus pada seorang perempuan yang sedang di tuntun jalannya oleh perawat, agar menemui aku dan Dewi, wajah perempuan itu penuh dengan bedak putih, rambut lurusnya sudah sangat berantakan,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id dengan memegang boneka bayi yang sedang di ayun-ayunkannya, persis sekali seperti anak kecil tingkahnya.
“Itu Teh Lasmi, ayo Gam” ucap Halimun Dewi istriku yang selalu meneteskan air matanya, ketika menjenguk dan melihat kondisi kakak kandungnya itu,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id yang sedang melakukan perawatan di salah satu rumah sakit jiwa di kota ini.
Aku langsung mengikuti langkah Dewi, sambil memperhatikan sekitar ruang jenguk pasien yang mempunyai penyakit gangguan jiwa termasuk Teh Lasmi, setelah di tinggalkan oleh sebuah kematian suaminya
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id dan Pak Suganda Bapaknya dua tahun kebelakang, setelah keluar dari masalah besar keluarga mertuaku dengan sebuah persekutuan dan sekarang mungkin Teh Lasmi sedang menerima balasan yang setimpal atas kejadian tersebut,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id walaupun itu hanya dari pemikiranku sebagai manusia, tidak bisa melebihi kuasa maha pencipta, namun setiap kali ikut menjenguk Teh Lasmi, selalu terdapat rasa iba dalam hati nurani yang aku rasakan, tanpa bisa berbuat apapun.
“Ayo...” ucap Dewi sambil menarik tanganku,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id agar berjalan lebih cepat ke arah Teh Lasmi.
Walaupun biasanya, memang tanpa ada percakapan sama sekali dan lebih pada berbicara panjang dengan perawat, hal itu sudah cukup membuat ikatan batin seorang adik dan kakak terpenuhi,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id itulah yang selalu aku lihat dan rasakan antara Dewi dan Teh Lasmi.
“Gam sudah hampir dua tahun, kondisinya tidak pernah ada peningkatan, apa tidak ada cara lain yah” ucap Dewi perlahan, sambil memegang erat tanganku karena mulai terlihat putus asa akan perkembangan Teh Lasmi.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Wi, sudah berapa kali aku jelaskan...” jawabku sambil melihat mata Dewi, berusaha meyakinkan ucapanku kali ini, karena sudah beberapa kali aku menjelaskan, bahwasanya tidak semua hal bisa aku lakukan dan mempunyai banyak batasan juga pertimbangan.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Iyah sih, memang sudah urusan medis ini, tapi lihat Teh Lasmi kasihan Gam...” ucap Dewi memelas.
Teh Lasmi hanya terus menerus memainkan boneka yang dipegangnya itu, tanpa memperdulikan keberadaan aku dan Dewi,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id tingkahnya persis seperti anak kecil di usianya yang sudah tidak muda lagi.
“Tumben yah Gam, lihat Teh Lasmi tersenyum begitu ke arah kita” ucap Dewi tiba-tiba, ketika perawat merapikan rambut panjang Teh Lasmi, karena tiba-tiba sengaja makin di berantakan secara kasar
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id bahkan sampai menjambak kencang rambutnya sendiri.
“Aneh tidak biasanya” ucapku dalam hati, walaupun senyuman Teh Lasmi kali ini benar-benar terlihat berbeda dari biasanya.
“Lama-lama jadi seram Gam, lihat matanya malah begitu” bisik Dewi pelan memperhatikan ke arah Teh Lasmi.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Sudah dua malam terakhir Ibu Lasmi selalu teriak nama bapak” ucap perawat sambil melihat ke arahku lalu memberikan catatan perkembang Teh Lasmi pada Dewi.
Membuat aku langsung terkaget, apalagi padangan Teh Lasmi kini semakin tajam ke arah Dewi, lalu tiba-tiba tersenyum kembali.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Bukanya sering yah Bu, panggil nama aku juga atau Ibu bahkan Teh Anggit...” sahut Dewi.
“Iyah benar juga Bu tapi baru kali ini panggil nama Pak Gama, walaupun memang kondisinya sudah seperti itu sejak pertama kali datang kesini juga...” jawab perawat
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sambil menjelaskan banyak hal kepada Dewi, karena sampai hari ini Teh Anggit kakaknya dan Ibu Mulyani belum mempunyai keberanian datang menjenguk, karena merasa tidak tega melihat kondisi Teh Lasmi dan hal itu hak mereka walaupun sudah aku berikan penjelasan yang masuk akal.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Terlihat juga Dewi beberapa kali menatap handphone dengan wajah yang cemas, seperti sedang membaca sebuah pesan masuk, namun dengan cepat di masukan ke dalam tas yang dipegangnya itu, walaupun hal itu di luar kebiasaan Dewi dan aku menganggapnya urusan toko saja.
...
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Setelah waktu menjenguk di rasa Dewi cukup dan telah membereskan segala administrasi, aku masih melihat Teh Lasmi yang sekarang tertunduk melihat boneka, namun tiba-tiba malah kembali tersenyum sambil tanganya menunjuk tepat ke arahku, tanpa di sadari oleh Dewi.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Ayo Gam pulang saja ke toko” ucap Dewi.
Setelah menghampiri Teh Lasmi dan mengelus-elus rambutnya, walaupun tidak biasanya kini tangan Dewi di tepis dengan kencang oleh Teh Lasmi, beruntungnya langsung di bantu oleh perawat.
“Hati-hati...” bisik seorang laki-laki tua
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sambil berjalan perlahan, yang biasa aku lihat membersihkan halaman depan rumah sakit, ketika berpapasan denganku, membuatku langsung melihat ke arahnya walaupun dari posisi belakang, kepala laki-laki tua itu terus menganggukan kepalanya berkali-kali.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Kejadian dari tingkah Teh Lasmi cukup menghadirkan hal buruk dari pikiranku saat ini, apalagi ditambah ucapan dari laki-laki tua yang aku takutkan berkaitan dengan pertanda masa lalu, walaupun aku dan Kakekku Ki Duduy, juga Budi, bahkan Mang Idim merasa bahwa s
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id semuanya sudah selesai pada waktu itu.
“Aneh nggak sih Gam barusan tingkah Teh Lasmi... tidak seperti dua minggu kebelakang yah, ketika kita jenguk” ucap Dewi sambil berjalan ke arah dimana mobil terparkir, lagi-lagi Dewi melihat ke handphonenya namun kini tidak di masukan
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id kembali ke dalam tas, bahkan Dewi tidak menyadari kejadian laki-laki tua barusan yang berbisik ke arahku itu.
“Aku tidak paham Wi urusan medis seperti itu, makanya dulu Ibu kamu di rumah menyarankan di bawa ke tempat ini... mereka lebih paham -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - dan mempunyai ilmunya, mudah-mudahan itu bagian dari perkembangannya saja...” jawabku berusaha menenangkan Dewi, walaupun perasaanku sebaliknya sedang merasakan sebuah kejanggalan yang datang begitu saja tanpa alasan.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Bahkan ketika sudah berada di dalam mobil, dalam perjalanan menuju toko sore ini, langit perlahan sudah akan berganti warna dengan kuning keemasan, namun Dewi masih saja sibuk melihat handphone membaca sebuah pesan, walaupun hanya memandangnya tanpa membalasnya,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id karena aku bisa melihatnya dengan jelas dari arah samping.
“Kayaknya aku langsung antar saja Wi bahan makanan sama rokok buat Kakek Duduy yah, toko juga hari ini aman terkendalikan Wi” ucapku berusaha memecah keheningan di dalam mobil.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Dewi tidak berkata apapun hanya mengangukan kepalanya saja, sambil menatap kosong ke arah jalan, seperti memikirkan sesuatu dalam isi kepalanya.
...

“Dari tadi lihat handphone terus, aku tanya soal bahan makanan untuk kakek Duduy sama toko juga nggak di jawab...” ucapku perlahan
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id karena tidak terasa sebuah toko bagunan cukup besar yang dulunya dikelola oleh Teh Lasmi kini berpindah tangan kepada Dewi, sementara urusan usaha peninggalan almarhum Pak Suganda, di kelola oleh Teh Anggit kakaknya Dewi.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Tuhkan benar, sudah di depan toko Gam!” jawab Dewi kebingungan.
“Lah emang siapa Wi, ini sudah mau sore juga, yang mau beli bukan... apa pengen di antar sore ini juga, ada Mang Ade ini belum pulang tuh...” jawabku, semakin mendekat ke arah toko dan sudah terparkir
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sebuah mobil yang sangat mewah tepat di depan toko, mungkin satu-satunya mobil mewah yang pernah datang ke toko bagunan, yang terletak di kecamatan ini.
“Bukan Gama...” jawab Dewi semakin terlihat cemas.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Aku melihat seorang perempuan seumuran Dewi dan seorang lelaki jauh lebih tua dariku sudah berdiri di depan toko bangunan, di temani Mang Ade yang sekarang mengurus toko untuk membantu dan meringankan pekerjaan Dewi.
“Apa tamu? Sudah janjian yah sama kamu Wi” tanyaku,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sambil memarkirkan mobil tepat di depan toko, membuat Mang Ade langsung berdiri dari duduknya, karena menyadari kedatangan aku dan Dewi.
“itu Alda Riani sama suaminya Gam, temen deket waktu kuliah... Rina juga kenal dekat, sahabatan gitu” jawab Dewi sambil membuka pintu mobil
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id dan berjalan menghampiri Alda.
“Apa kecemasan Dewi pada sahabatnya itu” ucapku dalam hati.
Sementara aku butuh waktu untuk memutar ingatan beberapa tahun kebelakang, apalagi bukan waktu yang sebentar, namun setelah beberapa saat baru ingat, walaupun wajah Alda sebenarnya
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id tidak terlalu asing bagiku.
“Gam ini suamiku, pasti baru pertama ketemu, kita pas nikahan kamu sama Dewi lagi hidup di luar kota dan baru tinggal menetap bareng Ibu” ucap Alda sambil bersalaman denganku.
“Ito Kang...”
“Eh iya Kang, silahkan mending di dalam saja -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - tidak enak ngobrol di luar begini...” jawabku, berusaha tenang, walaupun ketika bersalaman dengan Alda ada perasaan lain yang aku rasakan, apalagi kejadian di rumah sakit barusan belum bisa aku lupakan begitu saja.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Aku ajak Alda ke rumah aja yah Gam, tidak enak di dalam toko acak-acakan, kamu mau bawa mobil atau motor atur saja sama Mang Ade” sahut Dewi, karena memang aku dan Dewi semenjak kejadian di rumah pemberian kado pernikahan itu dari Teh Lasmi,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id mengalami banyak kejadian dari buah persekutuan, membuat Dewi berniat menjual rumah beserta kosan di belakangnya itu dan sekarang memilih tinggal bersama Ibu Mulyani dan Teh Anggit, apalagi suami Teh Anggit kerja di luar kota.
“Boleh, nanti aku nyusul... Alda ke rumah saja -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - duluan sama Dewi yah, ada urusan dulu sebentar” ucapku perlahan, walaupun seperti ada kekecewaan dari raut wajah Kang Ito yang aku lihat ketika mendengarkan ucapanku, namun tidak aku pahami maksudnya.
“Alda...” ucapku dalam hati, memperhatikan masuk ke dalam mobilnya
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id di ikuti oleh Dewi.
“Jangan terlalu lama di rumah Kakek Duduy nya Gam...” ucap Dewi membuyarkan lamunanku.
Aku hanya menganggukan kepala saja, sambil terus melihat ke arah Alda dengan heran, walaupun tanpa sebab yang pasti dan terkadang hal seperti menyiksa pikiranku sendiri,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id harus selalu berprasangka baik dan melawan diriku sendiri.
“Pak, Amang turunkan dan siapkan motor buat ke rumah Kakek” ucap Mang Ade dengan sangat sopan, sudah tepat berada di hadapanku.
“Boleh Mang” jawabku, sambil duduk di salah kursi toko, tempat biasa para pembeli untuk duduk
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sambil melihat mobil yang di tumpangi Dewi berjalan semakin menjauh menuju rumah.
“Astagfirullah Pak!” ucap Mang Ade tiba-tiba sambil berjalan ke arahku.
“Ada apa Mang Ade, kaget saya ini” jawabku menatap ke arah Mang Ade.
“Anu Pak, Pak Idim sama orang yang nggak bisa bicara itu-
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - tadi ke toko nanyain Bapak, saya bilang lagi ke rumah sakit jenguk Teh Lasmi...” ucap Mang Ade.
“Budi dan Mang Idim maksudnya? Bisa bicara Budi itu Mang Ade...” jawabku.
“Nah iya betul Pak, sama saya tidak pernah bicara Budi itu, paling hanya mengangguk saja -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - beberapa kali ketemu juga...” jawab Mang Ade, sambil berjalan ke arah mobil, menurunkan semua barang yang akan aku antarkan ke rumah Ki Duduy.
“Tumben... sudah lama juga tidak kesini, jangan sampai...” ucapku dalam hati, malah memikirkan kembali Alda dan kejadian di rumah sakit
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id ke arah yang seharusnya tidak perlu aku cemaskan.
Setelah semua barang-barang yang tidak terlalu banyak Mang Ade naikan ke atas motor yang akan aku gunakan dan menyuruh Mang Ade agar segera menutup toko, lalu menyuruhnya untuk membawa mobil ke rumah Dewi,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id bahkan ketika aku sudah duduk di atas jok motor tetap saja memikirkan segala keanehan yang kini benar-benar ada di dalam pikirkanku.
“Pak maaf, tapi tadi pas temennya Ibu Dewi turun dari mobil, Amang di dalam toko terus perempuan itu bicara sama Amang, Amang malah mencium -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - seperti bau binatang...” ucap Mang Ade tiba-tiba.
“Heh masa bau binatang apa nggak liat mobilnya bagus gitu, Amang kali belum mandi tuh seharian habis kerja...” jawabku sambil bercanda, walaupun aku sepintas mencium bau yang Mang Ade katakan barusan,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id namun tidak mau menjadi Mang Ade berpikiran ke hal yang tidak-tidak pada Alda dan Kang Ito.

***

Hembusan angin yang menerpa wajahku bersamanya secara perlahan awan berganti menjadi kuning keemasan lebih pekat, sebuah pertanda kepastian bahwa sore akan menyambut malam
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id untuk segera tiba, aku sedang berada di atas sebuah jalan yang akan membawaku ke kampung dimana rumah Ki Duduy kakek ku berada, apalagi sudah kurang dari satu jam, aku menikmati perjalanan dengan kecemasan yang ternyata kali ini sangat nyaman diam di dalam pikiranku
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id dan sudah lama juga tidak menikmati perasaan ini, setelah menyelesaikan sebuah masalah yang dialami Arya temanku, di Desa Rangkaspuna tepatnya bernama Kampung Jabang Mayit dengan segala permasalahan masa lalunya itu,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id beruntungnya garisan takdir dan pertolongan pencipta masih memberikan aku jatah untuk hidup.
“Kalau kecemasan ini pada Alda dan Dewi sebuah pertanda, tunjukkanlah...” ucapku perlahan, berusaha untuk pasrah, sambil terus mengendarai motor, apalagi tidak akan lama sampai
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id di kampung halaman Ki Duduy.
Sebuah rumah tua sudah terlihat semakin mendekat oleh kedua mataku, setelah menarik nafas cukup dalam dan mengeluarkan secara perlahan, aku sudah membawa beberapa barang melalui samping rumah, walaupun aku langsung kaget karena melihat motor Mang Idim
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sudah terparkir rapi sekali menempel ke tembok samping rumah.
“Mang Idim...” ucapku, sambil terus berjalan menuju dapur rumah Ki Duduy dan langsung teringat pesan dari Mang Ade dan pasti bersama Budi, walaupun hal seperti ini jarang sekali terjadi dan sudah lama juga Mang Idim
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id tidak berkunjung ke rumah Ki Duduy.
“Assalamualaikum Kek” ucapku di depan pintu dapur, namun aku melihat sama sekali tidak orang, membuatku mengambil semua bahan-bahan makanan yang aku bawa, walaupun harus bolak-balik.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Sambil mengatur nafas yang sudah ngos ngosan aku duduk di kursi teras dapur, sambil melihat cahaya kuning keemasan itu sudah hampir berganti dengan gelapnya malam yang akan datang, apalagi anehnya pintu dapur terkunci tidak biasanya.
“Oh paling urusan kelapa saja, mau panen...”
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id ucapku sambil tersenyum baru ingat kebiasaan Mang Idim sering membantu menjual hasil panen kelapa muda, di kebun punya Ki Duduy, membuatku sedikit tenang dari apa yang aku pikirkan tentang Dewi dan Alda tamunya itu, yang sekarang berada di rumah.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Baru saja aku mengeluarkan handphone di dalam saku celana, sudah masuk pesan dari Dewi, walaupun di kampung Kakek ini sinyal yang aku dapatkan hanya sedikit.
“Gama, cepat pulang yah aku tunggu Gam” isi pesan dari Dewi, walaupun ketika membaca pesan singkat itu membuatku
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id langsung berdiri dan berjalan ke tempat biasa aku gunakan untuk telpon.
“Alhamdulillah masuk” ucapku melihat panggilan ke nomor telpon Dewi, sementara aku sudah berdiri tidak jauh dari teras dapur, bersebelahan dengan pohon sirsak satu-satunya di kebun belakang,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sambil berharap cemas pada Dewi, apalagi waktu adzan magrib sebentar lagi akan berkumandang ketika melihat jam yang menempel di tangan, bahkan Ki Duduy, Mang Idim dan Budi belum juga pulang.
“Halo Gam...” ucap Dewi dengan sedikit kurang jelas suaranya,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id karena keterbatasan sinyal dari tempatku.
“Wi kenapa, ini Ki Duduy kayaknya lagi di kebun kelapa, ada Mang Idim sama Budi juga, aku masih nunggu, baik-baik sajakan...” jawabku perlahan.
“Oh pantesan, nggak cuman mau ingetin kan besok kamu ke sekolah juga, -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - jangan terlalu larut malam saja, ini Alda sama Kang Ito masih ada di rumah kok” jawab Dewi menjelaskan.
“Kirain ada apa malah aku yang cemas saja, jadi berlebihan” ucapku makin merasakan kecemasan, apalagi mendengar Alda masih berada di rumah.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Namun tiba-tiba terdengar suara benda seperti kaca, terjatuh di dekat di Dewi sangat jelas sekali.
“Wi! Dewi! Halo!” ucapku mulai panik.
“Dewi! Jawab!” bentaku.
“Gam halo, tenang itu suara gelas saja terjatuh, sudah tenang-tenang... yasudah tunggu dulu saja Kakek pulang, -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - sekalian magriban di situ yah, aku baik-baik saja” jawab Dewi menjelaskan.
“Sssstttt....”
Tiba-tiba telpon terputus begitu saja, membuatku langsung terdiam dengan handphone masih berada di telinga kananku dan bulu di pundak berdiri begitu saja.
“Tidak mungkin masalah sinyal, -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id -suara itu jelas sekali...” ucapku perlahan, sambil melihat ke arah dapur, sudah terlihat kucing hitam yang sudah cukup lama tidak aku lihat, sedang duduk dan melihat ke arahku.
“Apa lagi ini...” ucapku sambil berusaha mengatur diriku agar tenang, apalagi adzan magrib
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id baru saja berkumandang, membuatku berjalan ke arah kucing hitam, walaupun terlihat langsung berjalan terpincang-pincang dengan sangat cepat, membuatku semakin yakin bahwa ada sebuah pertanda.
Dari kejauhan barulah terlihat Ki Duduy, Mang Idim dan Budi berjalan semakin mendekat
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id ke arahku yang sedang duduk, sambil mencari keberadaan kucing hitam itu, walaupun yang aku lihat malah kucing biasa yang berjalan dari arah samping rumah sambil mengeluarkan suara khasnya itu.
“Assalamualaikum, lama yah Gam menunggu” ucap Kakek sambil mengatur nafasnya,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id terlihat seperti sangat kecapean.
“Waalaikumsalam... lumayan Kek, biasa ini nganterin bahan makanan sama rokok” jawabku, Segera aku mencium tanganya, sambil Kakek menepuk pundakku berkali-kali, lalu menghampiri Mang Idim yang selalu menundukan kepalanya sama denganku,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id ketika bersalaman dan berusaha mencium tanganya itu, begitu juga dengan Budi yang selalu menunduk jika bersalaman denganku.
“Amang duluan ikut ke kamar mandi, sekalian magriban” sahut Mang Idim.
Ketika pintu dapur dibuka oleh Kakek, tanpa disuruh,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Budi langsung memasukan barang-barang yang aku bawa semuanya.
“Kakek habis dari mana, tumben panen kelapa sampai sore...” ucapku duduk di sebelahnya.
“Tidak ada yang panen Gam belum waktunya juga, sudah ayo magriban dulu berjamaah dengan Mang Idim dan Budi” jawab Ki Duduy.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Aku melihat sebuah raut kecemasan yang tergambar jelas dari wajahnya itu, sama dengan apa yang aku rasakan saat ini.
...

Setelah selesai shalat berjamaah magrib, aku melakukan hal yang sudah menjadi kebiasaan lama dan menjadi orang terakhir keluar dari mushola
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id di dalam rumah Ki Duduy, Mang Idim dan Budi sudah terlihat duduk di kursi meja makan sambil merokok, saling berhadapan dengan Ki Duduy.
“Memangnya sudah dari mana Kek, tumben juga kalau bukan panen kelapa Mang Idim sama Budi bisa barengan kesini” ucapku,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sambil duduk di sebelah Ki Duduy.
Budi yang mendengar ucapanku langsung menundukan kepalanya, bahkan rokok yang terjepit di jarinya itu dihisapnya sambil menundukan kepala, terlihat jelas rambut gondrong yang diikat nya dari belakang.
“Amang padahal tadi ke toko dulu -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - bertemu dengan Mang Ade Gam, makanya duluan saja dengar Gama ke rumah sakit sama Bu Dewi, tidak tahu akan kesini juga” sahut Mang Idim.
Aku hanya menganggukan kepala dan selalu percaya pada Mang Ade, selalu menjalankan pekerjaanya dengan baik.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Kakek kira kabar itu tidak terdengar juga sampai telinga Idim Gam...” ucap Ki Duduy perlahan.
Budi tiba-tiba berdiri dan berjalan mengambil teko berisikan air bersama gelasnya, karena melihat Ki Duduy seperti butuh minum dan hal itu memang sering Budi lakukan,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id dengan sikapnya selalu paham akan keadaan.
“Kabar apa memangnya Kek” tanyaku semakin penasaran, apalagi kembali teringat Dewi di rumah.
Ki Duduy tidak langsung menjawab, minum air putih yang Budi berikan lalu membakar rokoknya dengan perlahan.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Darman salah satu warga kampung sini, memang sudah lama mempunyai rakit penyewaan untuk orang-orang memancing di Talaga Cindek, kebetulan tempatnya itu di pesisir Talaga yang dekat dengan Rawa Tilas Gam... tempatnya kalau ke arah Rawa Tilas itu dari sini yah memutar cukup jauh -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - tiga sampai empat jam... beberapa minggu ke belakang ramai di temukan bangkai kambing-kambing di Rawa itu yang jalurnya ke Talaga” jawab Ki Duduy menjelaskan dengan perlahan dengan wajah yang terlihat cemas.
“Sebelum Rawa itu ada leuweung (hutan) Awikolot, -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id -pembatas ujung kampung Sakalananggor, warga sana sudah ramai mencari penyebab hal itu...” sahut Mang Idim, karena Ki Duduy tidak langsung berbicara lagi seperti memikirkan sesuatu, sementara Budi hanya menunduk.
“Sakalananggor baru dengar aku Kek nama kampung itu, -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - bangkai kambing... kok bisa yah” jawabku, semakin penasaran, sambil melihat ke arah pintu, gelap malam sudah tiba dan lampu-lampu di rumah Ki Duduy sudah menyala.
“Bahkan ada orang yang tenggelam juga ketika ngobor simet (belalang) malam hari, beruntungnya dari cerita Darman -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - bisa di selamatkan oleh temanya, walaupun kejadiannya cukup aneh di luar nalar... membuat gempar warga kampung dan sekitaran telaga, dari arah rawa itu...” ucap Ki Duduy.
Aku langsung mengingat nama kampung Sakalananggor dalam pikiranku,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id beradu sengit dengan nama Dewi dalam bentuk kecemasan.
“Lalu Kek apa hubunganya dengan Kakek... kelihatannya cemas sekali, maaf Gama belum paham, walaupun mengerti kabar seperti itu sangatlah aneh dan baru Gama dengar juga” ucapku perlahan.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Tidak ada apa-apa Cuma ketika Kakek telpon Idim sama kabarnya, jadi Kakek suruh datang kesini, sudah lupakan saja kabar tersebut...” jawab Ki Duduy sambil berdiri ke arah tungku untuk menyalakan api, diikuti oleh langkah Mang Idim,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id walaupun semakin jelas aku melihat ada kecemasan dari perkataannya itu, begitu juga dengan Mang Idim.
“Bud...” ucapku perlahan ke arah Budi yang duduk tidak terlalu jauh dariku.
Budi hanya menggelengkan kepalanya berkali-kali tanpa melihat ke arahku dan menundukan kepalanya
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id dengan banyak asap karena sambil merokok, bahkan aku sangat paham dengan gerakan kepala Budi yang seperti itu, berarti ada sebuah kecemasan yang belum bisa Ki Duduy katakan kepadaku, membuatku harus mengerti keadaan, apalagi terlihat seperti masalah yang cukup serius
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id dari kejadian di kampung itu.
“Gam kasihan istri kamu takut menunggu, tadi juga dari kejauhan kakek lihat kamu telpon di dekat pohon sirsak, sana pulang saja, kalau ada apa-apa biar kakek yang datang ke rumah kamu, sekalian datang ke Ibu kamu dan adik-adik kamu juga -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - sudah hampir tiga bulan...” ucap Kakek tiba-tiba sambil berjalan ke arahku dan mengelus rambutku berkali-kali.
Walaupun aku cukup kaget dengan ucapan Ki Duduy yang bisa mengetahui aku sehabis dari pohon Sirsak bahkan menelpon Dewi,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id karena sebelumnya aku tidak melihat Ki Duduy sama sekali bahkan dari kejauhan, walaupun seharusnya hal seperti ini harus terbiasa aku jalani dalam hidup ini, karena bukan kali pertama.
“Bud antarkan aku ke depan...” ucapku perlahan, sambil menepuk pundak Budi,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id membuat Budi langsung berdiri dari duduknya itu, namun anggukan kepala yang sama terlihat dari Mang Idim, tanpa berkata apapun.
Setelah pamit kepada Mang Idim dan bersalaman mencium tangan Ki Duduy langsung terasa sangat panas sekali, walaupun hal itu di sadari oleh Ki Duduy.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Sudah tidak apa-apa Gama, jangan terlalu kamu pikirkan...” ucap Ki Duduy, berusaha meyakinkan bahwa semuanya baik-baik saja.
Beberapa langkah aku keluar dari dapur rumah Ki Duduy terasa sekali sebuah perbedaan yang aku rasakan apalagi ketika teringat nama-nama tempat
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id yang barusan Ki Duduy jelaskan, sementara Budi mengikuti langkahku dari belakang.
“Bud katakan sesuatu, sebelum aku pulang, apapun itu...” ucapku perlahan, sambil menaiki motor.
Budi hanya mengelangkan kepalanya tanpa melihat ke arahku, seperti hal biasa yang di lakukannya itu.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Sepulang dari rumah sakit menjenguk Teh Lasmi sudah banyak kejadian yang takutnya itu adalah pertanda, apalagi barusan Dewi baru saja menerima tamu sahabat perempuannya bernama Alda... dan sekarang masih ada di rumah Bud...” ucapku sangat serius sambil melihat ke arah Budi.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Kepala Budi sedikit terangkat, bahkan aku sangat kaget ketika melihat ke arah leher Budi sudah banyak sekali keringatnya.
“Harusnya salah satu alasan untuk cepat pulang itu... maaf Gam sekali lagi, aku juga belum mengetahui maksud Ki Duduy, maaf sekali lagi...” ucap Budi
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sambil kembali menunduk, ucapanya begitu menusuk ke hatiku, mengaminkan apa yang sedari tadi aku cemaskan.
“Kabari dan datang secepatnya ke rumah, ke toko atau susul aku ke sekolah besok, jika ada hal penting, aku cuma berani mengandalkan kamu Bud...” jawabku,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sambil menepuk pundak Budi dan semakin merasakan ada sesuatu yang menunggu aku di rumah sesuai ucapan Budi yang selalu tepat, apalagi bisikan di suara di telepon ketika berbicara dengan Dewi, sekarang kembali terbayang dalam pikiranku.

***
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Sebuah nama kampung yang menjadikan Ki Duduy terlihat cemas, menemani perjalan pulang di bawah gelapnya langit saat ini, hembusan-hembusan angin yang menerpa seluruh badanku tidak mampu membuat aku merasa tenang, malah sebalik membuat gas motor yang aku genggam perlahan aku tarik
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id agar segera sampai di rumah.
“Kampung Salakananggor...” ucapku mengingat apa yang dikatakan Ki Duduy, sambil terus memperhatikan jalan dengan laju motor yang semakin kencang.
Sulit sekali untuk bisa langsung mengerti apa yang sedang Ki Duduy rasakan saat ini,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id apalagi Budi belum bisa memberikan penjelasan juga kepadaku, apalagi ucapanya cukup membuat aku tidak sabar ingin segera sampai ke rumah.
Dari kejauhan sudah terlihat Mang Ade dan Mang Tahrim penjaga rumah sedang duduk di sebuah pos dekat pintu gerbang rumah,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id ketika melihat sorot lampu motor, Mang Tahrim langsung berdiri dan membuka perlahan pintu gerbang.
“Pak...” ucap Mang Tahrim kebingungan.
“Kenapa Mang Ade, padahal Amang antar pulang kasihan nunggu motor yah” jawabku sambil turun dari motor dan melihat ke arah parkiran mobil,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id tepat di samping mobil Dewi, masih terparkir mobil mewah milik Alda.
“Dari tadi nggak bisa Amang ajak bicara, hanya diam, badannya penuh keringat” ucap Mang Tahrim.
Bahkan tidak biasanya Mang Ade hanya terdiam saja, seperti tidak menyadari kedatanganku malam ini.
“Mang kenapa -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - ini kuncinya” ucapku sambil menepuk pundaknya perlahan.
“Tamu Ibu Dewi Pak, setelah melihat ke Amang matanya malah aneh, jadi kepikiran sama bau binatang yang Amang cium ketika di toko... tadi Amang masuk ke dalam rumah, kasih kunci mobil” jawab Mang Ade,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sambil melihat ke arahku dengan wajah yang sangat panik.
“Perasaan Mang Ade aja itu...” sahut Mang Tahrim.
“Sudah, sudah... Amang sudah pulang, tidak ada apa-apa, jangan di bawa pikirannya ke hal yang tidak-tidak yah, makasih sudah menunggu Mang...” jawabku,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sambil kembali menepuk pundak Mang Ade, anehnya sekarang terasa panas sekali, di balik baju yang dikenakannya.
Mang Ade hanya menganggukan kepalanya saja tanpa mengeluarkan sepatah katapun lagi.
“Sebelum shalat Isya, mandi dulu itu badanya masuk angin Mang...” ucapku.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Tapi emang aneh sih Pak tamu Bu Dewi orang kaya itu, nggak tahu kenapa bawaanya menyeramkan saja...” sahut Mang Tahrim, lalu berjalan ke arah pagar menutupnya kembali, setelah Mang Ade keluar.
Membuat kecemasan yang sedari aku tahan, sudah tidak terbendung lagi,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id langkah kaki menuju rumah begitu cepat aku lakukan.
...

“Tumben ada lagi...” ucapku kaget melihat ke arah kucing hitam yang sedang duduk tepat di sebelah pintu masuk rumah, namun dengan cepat aku abaikan walaupun kehadiran selalu tanpa sebab dan cukup
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id mempunyai ikatan sangat dekat dengan Dewi, apalagi terlihat pintu rumah sudah terbuka lebar setengahnya.
“Assalamualaikum...” ucapku, karena di ruangan tengah Cuma terdapat gelas-gelas yang berjajar saja, pertanda Alda dan suaminya tadi duduk, namun terasa aneh sekali
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id ketika melihat ke arah sofa dan gelas-gelas itu.
“Walaikumsalam... Gam sini, lagi pada makan” jawab Dewi sambil berjalan ke arahku, langsung mencium tanganku.
“Wi! Baik-baik sajakan” tanyaku sangat cemas.
“Baik-baik saja Gam, tapi Gam kucing itu” jawab Dewi
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id melihat lurus ke arah luar.
“Sudah-sudah jangan cemas, gak bakalan terulang lagi kejadian beberapa tahun ke belakang, yuk ke meja makan... jangan buat Teh Angit dan Ibu juga curiga nanti malah berpikir yang tidak-tidak Wi...” jawabku perlahan, sambil menarik perlahan tangan Dewi,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id walaupun aku paham rasa trauma pada sebuah kejadian tidak bisa dilupakan begitu saja, apalagi dengan sebuah ucapan, berdamai dengan diri sendiri perlu kesepakatan yang panjang dengan hati dan pikiran.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Dewi hanya mengangguk perlahan, sambil kembali berjalan ke arah meja makan, beruntungnya setelah lama hidup bersama Dewi, hal-hal seperti barusan sudah membuatnya sedikit tenang, tidak seperti dulu kala.
“Gam, ayo makan bareng...” ucap Ibu Mulyani, ketika melihat kehadiranku.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Baik Bu” jawabku sambil mencium tanganya, dilanjutkan kepada Teh Anggit.
“Maaf Alda, Kang menunggu lama...” ucapku, sambil duduk.
“Tidak apa-apa Pak Gama, ini malah merepotkan padahal niatnya sebentar” sahut Kang Ito suami Alda.
“Lanjut silahkan, lanjut makan...” jawabku
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sambil menerima piring yang sudah Dewi ambilkan berisikan ikan.
“Diluar kucing siapa emangnya Wi” ucap Alda tiba-tiba, melepas sendok dari tanganya, padahal di atas piringnya masih banyak nasi yang sudah tercampur dengan opor ayam.
“Oh itu kucing tetangga, -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - ini aku mau kasih kepala ikannya...” jawabku dengan cepat dan berdiri setelah mematahkan kepala ikan dan dengan cepat berjalan ke arah ruang depan rumah.
Walaupun aku cukup kaget, Alda bisa mengetahui keberadaan kucing hitam di depan rumah,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id namun ketika aku berikan kepala ikan sambil berjongkok, seperti biasanya kucing itu hanya berjalan dengan terpincang sambil menjauh dan kembali terdiam di samping halaman rumah, sambil terus matanya melihat ke arahku.
“Mudah-mudahan bukan jawaban atas kecemasanku” ucapku
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id dalam hati, sambil berjalan kembali masuk ke dalam rumah, bahkan aku sangat kaget ketika tiba-tiba aku penasaran pada satu gelas yang berada di atas meja ruangan tengah, sudah terdapat lendir-lendir, bahkan membuatku langsung mual,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id lendir itu berada di dalam gelas yang sudah hampir habis airnya.
Tiba-tiba terdengar suara piring yang terjatuh dari arah dapur, persis sama dengan kejadian ketika aku menelpon Dewi sore tadi.
“Gam Alda...” ucap Dewi dengan panik, berjalan terburu-buru ke arahku.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Heh kenapa!” jawabku langsung mengikuti langkah Dewi.
Ibu dan Teh Anggit sudah berdiri kursi, sementara Kang Ito sudah memegang tubuh Alda, di mulut Alda sudah banyak sekali nasi bahkan berceceran sampai ke bajunya, apalagi memakai baju berwarna putih membuat bekas opor ayam
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id yang sebelumnya Alda makan terlihat jelas tumpah, dengan mata yang melotot.
“Tumpah...” ucapku perlahan.
“Maaf Pak Gama memang kadang seperti ini, kalau waktu magrib atau sebelum isya...” jawab Kang Ito dengan panik melihat ke arahku, sambil memegang tubuh Alda,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id melihat tajam ke arah Dewi dan aku.
“Sudah tidak apa-apa” jawab Ibu Mulyani, sementara Teh Anggit masih terlihat sangat kaget.
“Saya izin pamit yah Bu Dewi, Ibu, Teteh maaf kelakuan istri saya” sahut Kang Ito sambil memaksa Alda untuk berjalan.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Suasana di meja makan menjadi tegang, apalagi melihat wajah Alda terlihat sangat menyeramkan, beberapa kali terus menatap ke arah Dewi, membuat Dewi memegang tanganku dengan erat sambil berjalan ke arah depan rumah, mengikuti langkah Alda dan Kang Ito.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Biar Gama yang bereskan nanti meja makannya Bu...” ucapku perlahan, langsung dijawab anggukan kepala Ibu Mulyani dan Teh Anggit.
Anehnya kucing hitam yang masih dalam posisi yang sama itu, langsung berdiri ketika melihat Alda dan Kang Ito keluar
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id setelah membawa tas Dewi yang terdapat di atas sopa, beruntungnya gelas berisikan lendir tidak disadari siapapun kecuali aku.
“Itu bisa Kang, apa perlu saya antar” ucapku, karena tidak tega melihat Kang Ito memegang tubuh Alda sendirian.
“Tidak apa-apa Pak Gama sudah biasa ini -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - maaf yah Bu Dewi, Pak Gama, mudah-mudahan tujuan Alda dan saya datang kesini, bisa di sampaikan kepada Pak Gama” ucap Kang Ito, sambil berjalan ke arah mobil, beruntungnya Mang Tahrim sangat paham dengan pekerjaanya dan langsung membuka pintu gerbang.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Ucapan Kang Ito membuatku semakin kebingungan dengan kejadian sangat cepat barusan, apalagi segala kejanggalan sudah aku lihat langsung dari tubuh Alda yang memang benar seperti Mang Ade katakan sebelumnya tentang Alda,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id bahkan sangat wajar keadaanya barusan memang sangat menyeramkan.
...

Terdengar suara nafas Dewi yang tidak tenang, apalagi cengkraman tangannya semakin erat memegang tanganku saat ini, melepas kepergian mobil mewah itu secara perlahan keluar dari halaman parkir
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id dan melewati gerbang begitu saja.
“Tadi Alda lagi makan tiba-tiba tidak memakai sendok Gam, lima jarinya itu langsung di gunakan untuk mengambil nasi dan opor ayam di piring anehnya tiba-tiba dan sangat rakus sekali, seperti kelaparan, itu semejak kamu datang...” ucap Dewi,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id melihat ke arah kucing yang sudah berjalan terpincang-pincang ke arah belakang, lalu Dewi berjalan masuk ke dalam rumah.
“Sudah-sudah buat Ibu dan Teh Anggit tenang dulu sana di kamar Ibu tuh... biar aku beresin gelas dan semuanya” jawabku.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Dewi langsung berjalan ke arah kamar Ibu Mulyani berada, namun aku langsung di suguhkan sesuatu di luar nalar aku sebagai manusia, lendir yang awalnya berwarna putih di dalam gelas itu, kini sudah berubah menjadi hitam bahkan mengeluarkan bau yang sangat menjijikan,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id membuat aku langsung membawa semua gelas ke arah dapur, sambil membereskan pecahan piring, walaupun cukup aneh terjatuhnya piring dengan pecahanya untuk ukuran seorang perempuan seperti Alda, sangat tidak masuk akal.
“Bukan lendir biasa, kalau memang itu bekas Alda -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - ada yang sedang tidak baik-baik saja kedatanganya ke rumah ini... apa ini jawaban dari semua kejanggalan sejak siang tadi” ucapku perlahan sambil berusaha menenangkan diriku, terus mencoba peka dan mengingat semua gerak dan gestur tubuh Alda,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id walaupun aku perlu penjelasan dari Dewi terkait ucapan Kang Ito barusan.
“Gama...” ucap Ibu Mulyani dengan wajah cemasnya mendekat ke arahku.
“Bu, gimana” jawabku.
“Bukan ada kaitanya lagikan dengan kejadian itu...” ucap Bu Mulyani perlahan.
“Seharusnya bukan Bu, -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - yang sudah terjadi biarkanlah, keluarga kita baru saja melewati cobaan itukan, sudah Ibu tenang yah, mungkin memang barusan penyakit Alda saja...” jawabku berusaha menenangkan dan tidak mengarahkan pikirannya pada kejadian yang sudah dilalui Ibu Mulyani cukup berat,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id apalagi harus kehilangan suaminya.
“Ibu hanya takut saja...” jawab Bu Mulyani.
Beruntungnya adzan isya baru saja terdengar berkumandang, membuat aku memberi saran pada Ibu Mulyani agar segera melaksanakan ibadah dan meminta ketenangan seperti yang sudah lama Ibu Mulyani lakukan,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id di ikuti oleh langkah Dewi dan Teh Anggit.
“Nanti ada hal penting yang mau aku bicarakan Gam” bisik Dewi perlahan.
“Setelah semuanya tidur saja Wi, buat Ibu dan Teh Anggit tenang dulu” jawabku.
Dewi langsung menyusul Ibu Mulyani dan Teh Anggit kakaknya itu berjalan ke mushola,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id setelah memahami apa yang aku sarankan, walaupun aku yakin pikiran Dewi lebih berkecamuk dari pada aku.
...

Beberapa kali aku melihat ke arah bekas gudang di tengah rumah yang sekarang aku jadikan ruangan kerja dan menyimpan semua berkas-berkas sekolah, tidak ada pertanda bahwa
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id kejadian barusan Alda berkaitan dengan tempat itu dan kuburan yang berada tepat di seberang jendela kamar, yang masih terdapat pohon besar.
“Bukan dari sana... semuanya sudah Ki Duduy bereskan...” ucapku perlahan, membuatku semakin yakin kejadian di rumah sakit,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id rumah Ki Duduy dan barusan bukan tanpa sebab datang kepadaku.
Satu-satunya jalan yang bisa aku ambil untuk membuatku tenang adalah berserah kepadanya, setelah dengan cepat mandi dan mengelar sejadah di sebuah ruangan kerja yang dulunya gudang,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id aku melaksakan ibadah isya dan duduk bersila setelah dua kali salam.
“Gam...” suara Dewi terdengar dari balik pintu, karena terbiasa Dewi, Bu Mulyani dan Teh Anggit tidak pernah masuk ke ruangan kerja sekaligus biasa aku gunakan untuk beribadah ini, tanpa izin dan sepengetahuanku
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Masuk Wi” jawabku, sambil berbalik badan.
“Pakain besok buat ke sekolah sudah aku siapkan di kamar, aku tunggu di kamar ada hal penting” ucap Dewi, terlihat dari raut wajahnya penuh kecemasan.
“Tunggu sekarang saja Wi, ayo” jawabku, sambil berdiri dari sila.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Buat besok ke sekolah emangnya sudah kamu siapkan Gam” ucap Dewi.
“Bisa pagi setelah subuh” jawabku, sambil menarik perlahan tangan Dewi agar berjalan ke kamarnya yang berdekatan bekas kamar Teh Lasmi.
Setelah pintu kamar aku tutup dan melihat kamar Ibu Mulyani masih terbuka
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id dan biasanya di temani oleh Teh Anggit membuatku sedikit tenang, walaupun perempuan yang sudah menjadi istriku sejak beberapa tahun kebelakang itu sedang duduk di atas kasur, sambil menunduk lesu dengan wajah yang terlihat lemas.
“Soal Alda dan suaminya itu Gam, maaf aku bingung-
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - harus mulai bicaranya dari mana dan pasti hal ini berlawan dengan prinsip kamu, aku tahu betul kamu seperti apa, apalagi...” ucap Dewi perlahan.
“Apalagi kamu tahukan aku seperti apa, pelan-pelan saja... aku akan coba dengarkan, setelah kejadian aneh barusan Wi, -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - tapi sebelumnya aku mau tanya Alda duduk di sebelah mana ketika di ruang tamu depan” jawabku, sambil duduk bersila di bawah Dewi yang duduk di atas kasur.
“Alda di tengah Gam, bersebelahan denganku, suaminya di dekat Alda kenapa memangnya?” tanya Dewi heran.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Apa gelas itu juga yang di telpon jatuh?” tanyaku, semakin membuatku yakin bahwa gelas penuh dengan lendir yang berubah warnanya itu di minum Alda.
“Iyah Alda saja katanya tidak sadar kenapa bisa jatuh gelasnya, ketika aku bicara sama kamu Gam, -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - tapi Gam ada hal yang lebih penting dari pada itu” ucap Dewi.
“Awalnya hal penting itu dari suara bisikan Wi” jawabku dalam hati, mencoba memahami Dewi terlebih dahulu.
Dewi malah melihat ke arah handphone yang baru saja berbunyi dering panggilan masuk,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id lalu diperlihatkan ke arahku, sebuah nama “Alda” nama dari panggilan itu.
“Angkat saja...” ucapku.
Dewi hanya mengelengkan kepalanya saja, kemudian mengaktifkan mode silent, lalu menyimpannya tepat di sebelah handphone aku, walaupun layarnya kembali menyala
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id pertanda panggilan masuk itu berulang dari “Alda”.
“Wi takutnya kenapa-kenapa apalagi barusan begitu Alda kasihan” ucapku mulai cemas, karena merasakan sesuatu yang tidak baik pada Alda dan suaminya.
Dewi tidak menjawab lagi ucapanku, tatapannya terlihat bingung sekali.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Oke sudah biarkan, aku mendengarkan kamu bicara, tenang jangan jadi beban, karena ada hal lain juga yang ingin aku bicarakan terkait kedatangan Alda dan apa saja yang sudah aku bicarakan dengan Ki Duduy” ucapku perlahan, sambil berdiri dan duduk di sebelah Dewi, di atas kasur.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Aku kira itu Alda Gam, yang beberapa hari terakhir bertanya kabar lewat berbalas pesan, setelah memang cukup lama, bahkan aku sempat bertanya juga kepada Rina, sama Rina juga komunikasi sama Alda, tapi yang mengirim pesan itu ternyata Kang Ito suaminya...” jawab Dewi perlahan
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sambil melihat ke arah mataku, sebuah tatapan kecemasan yang tergambar dari dua bola matanya itu.
“Lalu Wi, aku belum paham” jawabku, terasa sekali tangan Dewi yang aku pegang sekarang perlahan menjadi panas.
“Lalu, tadi Kang Ito minta tolong, sudah bawa Alda kemana-mana -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - dari mulai medis, kontrol kejiwaan sampai pakai cara lain, namun selalu gagal pada penyakitnya yang seperti barusan kamu lihat Gam, satu sisi aku merasa kasihan, satu sisinya lagi kita juga tidak tahu apa-apa” ucap Dewi.
“Dari mana suami Alda tahu hal itu dan kenapa -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - datang pada kita Wi” tanyaku semakin penasaran.
“Dua tahun yang lalu setelah masalah keluarga kita selesai, Rina dan Alda salah satu teman cerita aku dan mereka juga tahu bahwa yang menyelsaikannya itu kamu Gam” jawab Dewi.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Aku langsung terdiam mendengarkan alasan yang Dewi katakan, bahkan cukup masuk akal sekali, namun sulit sekali untuk aku menerima kenyataan malam ini, setelah berusaha hidup senyaman dan seaman mungkin tanpa ingin berurusan lagi dengan masalah seperti ini.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Gam, Kang Ito bilang akhir-akhir ini setiap malam selalu melihat dengan mata kepalanya itu di atas ranjang Alda seperti sedang di setubuhi, bahkan sampai mengeluarkan banyak keringat berbau binatang, Kang Ito khawatir akan hal itu... -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - apalagi sejak Bapaknya meninggal tiga tahun yang lalu, karena aku juga tahu betul rasanya ditinggalkan Bapak makanya aku balas pesan itu dan aku terima kedatangan Alda ke rumah Gama, kamu pasti pahamkan” ucap Dewi sambil memegang tanganku dengan erat.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Kali ini benar-benar kaget aku mendengar ucapan yang keluar dari mulut Dewi, seolah apa yang pernah Mang Ade cium baunya di toko dan kejadian barusan membenarkan semuanya yang menjadi ketakutan juga kecemasan aku.
“Wi serius sampai segitunya, bukannya seingat aku orang tua Alda -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - orang sangat berada yah” tanyaku semakin penasaran.
“Banget Gama, usaha semua peninggalan Bapaknya yang hampir bangkrut itu sekarang dikelola Ibunya Alda, jaman kuliah aku termasuk dekat dengan Ibu Rohma itu, peternakan kambing dan sapi juga kebun pisangnya, -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - bahkan segala jenis sayuran melesat sekali di kampungnya itu, barusan Kang Ito yang cerita... bahkan sekarang mempunyai lahan perkebunan dari arah rumah pemberian Teh Lasmi itu ke atas lagi...” ucap Dewi menjelaskan, sambil terlihat mengingat masa-masa itu.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Sulit Wi, aku tidak ingin kejadian membahayakan nyawa terulang lagi” ucapku perlahan.
“Wi... Dewi...” tiba-tiba terdengar suara Teh Anggit di depan kamar, membuat Dewi langsung berdiri.
“Aku tidak memaksa Gam, sama halnya ketika kamu berangkat untuk menolong Arya teman kamu itu-
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - aku hanya ingin kamu tahu alasan kecemasan aku sejak siang dan tidak membuat kamu berpikiran aneh saja” ucap Dewi.
Bahkan Teh Anggit harus menemani Ibu Mulyani malam ini tidur di kamarnya setelah bicara pada Dewi, karena aku paham betul keadaan Ibu Mulyani
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id yang pasti langsung terbayang hal buruk setelah kedatangan Alda.
“Bukan begitu Wi, ketika Arya semuanya tidak sengaja” ucapku, ketika Dewi sudah duduk kembali.
“Apa kedatangan Alda dan usaha suaminya itu di sengaja, mereka sudah kesulitan Gam, bukannya kamu pernah bilang, -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - menolong itu tidak boleh pandang bulu, segala cobaan itu bisa jadi adalah rezeki yang kuasa berikan, agar selalu berpikiran baik, andai Alda adalah titipan dari garis takdir hidup kamu dan aku gimana, apa iyah hati kamu tega...” jawab Dewi seolah memukul hati nuraniku
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id dengan sangat keras.
Hatiku langsung tersentuh dalam keadaannya yang sedari tadi menolak untuk ikut campur pada masalah Alda, bahkan aku merasa malu di ingatkan oleh ucapanku sendiri, melalui Dewi istriku.
“Walaupun kamu tidak mau membantu, antarkan saja nanti -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - aku datang ke rumah Alda, anggap saja untuk membalas kedatangan dan niat baiknya kepada kita” jawab Dewi, sambil perlahan membaringkan badannya di atas kasur, sementara aku masih saja duduk dan mencoba menenangkan hati akan masalah yang sangat pelan sekali dengan mulus
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id datang begitu saja.
“Untuk hal itu aku setuju, dimana rumahnya Alda memangnya” ucapku sambil melihat ke arah Dewi.
“Kampung Sakalananggor, tiga sampai empat jam dari sini Gam, aku masih ingat jalannya juga...” jawab Dewi.
“Wi!!! Serius!!!” bentaku tiba-tiba
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id karena kaget mendengar nama kampung tersebut.
“Heh kaget aku ini keras sekali Gam, iyah serius Kampung itu, masa aku bercanda sih dari tadi juga serius” jawab Dewi sedikit kesal.
Jantungku seolah ingin lepas dari tempatnya, nafasku yang sekarang normal seolah ingin berhenti,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id ketika mendengar nama sebuah kampung yang Ki Duduy sebelumnya ceritakan.
“Tidak mungkin dan jangan sampai cerita bangkai kambing itu dari keluarga Alda atau ibunya” ucapku dalam hati, merasakan sebuah kecemasan dan ketakutan menjadi satu memberikan jawaban kepadaku malam ini.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Gam kamu baik-baik sajakan, sudah ayo tidur, nanti saja ke rumah Alda akhir pekan jangan ganggu waktu mengajar kamu” ucap Dewi.
“Iyah Wi baik-baik saja ini, ayo tidur, besok kamu juga harus ke toko...” jawabku, membaringkan badan di sebelah Dewi,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id melihat jam sudah hampir pukul 21.00.
Mata Dewi sudah perlahan terpejam sementara aku masih tidak percaya, kenapa bisa Alda berasal dari nama kampung yang sama, sebuah kampung yang membuat Ki Duduy cemas.
“Harusnya tidak, jangan berprasangka buruk Gama!” ucapku berbicara
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sendiri pada diriku, sambil memejamkan mata, perlahan mengingat semua ucapan Dewi dan merasa benar bahwa kedatangan Alda dan segala permasalahannya itu pasti bukan tanpa sebab sampai ke telingaku malam ini.
Besar sekali dorongan untuk aku melakukan shalat yang biasa aku lakukan
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id ketika dini hari, membuat aku menyiapkan niat dan ingin berdoa di waktu orang-orang sedang tertidur lelap, meminta petunjuk darinya, agar langkahku selanjutnya tidak salah.
“Harus secepatnya Ki Duduy tahu, bahkan Budi harus mencari tahu kebenaran semua ini” ucapku dalam hati,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id semakin aku menolak ikut dalam masalah Alda perkataan itu malah semakin keluar dengan lancar dari hatiku.

***

Mataku baru saja perlahan terbuka, pemandangan wajah cantik Halimun Dewi yang pertama aku lihat, bahkan aku langsung mengecup keningnya sebagai tanda syukur,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id setelah banyak masalah yang di lalui bersamanya dan keluarganya ini, banyak kebahagian yang aku rasakan tanpa di sadari datang begitu saja, aku melihat jam sudah pukul 01.10 dini hari, membuat aku perlahan bangun dari atas kasur, bahkan karena kemunculan kucing hitam,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id membuat aku membuka lemari dan melihat gelang gengge pemberian Ki Duduy turun temurun dari Ki Langsamana buyut aku, yang aku simpan di tempat paling aman, walaupun cukup kaget karena posisinya bergeser, namun bertungnya tidak mengeluarkan suaranya yang biasanya membawa pertanda
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id keadaan semakin buruk.
“Tidak apa-apa Wi, terkadang ikhlas tidak perlu alasan, jangan cemas...” ucapku perlahan, sambil membenarkan posisi rambutnya, karena aku paham betul setelah obrolan di luar nalar sebelum Dewi tidur setidaknya akan menjadi beban dalam pikirannya itu.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Aku keluar kamar perlahan meninggalkan Dewi yang tertidur lelap, memastikan seluruh ruangan sudah terkunci termasuk kamar Bu Mulyani dan melihat dari jendela ke pos yang biasa Mang Tahrim gunakan untuk beristirahat.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Aman...” ucapku sambil berjalan melewati dapur untuk ke arah mushola belakang, yang biasa aku gunakan untuk shalat malam, bahkan tidak menyangka dari pohon besar yang terdapat kuburan bayi itu, semuanya berawal sampai aku hidup di titik sekarang.
...
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Setelah mengambil wudhu terasa sekali angin malam ini sangat dingin tidak seperti biasanya juga bulan dengan cahayanya bisa aku lihat jelas, namun tetap saja pikiran tentang Alda dan nama kampung itu masih diam dan nyaman ada di dalam pikiranku saat ini,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id hal itulah yang membawa aku untuk meminta pertolongan kepada pencipta kehidupan dan isinya. Dalam setiap gerakan dan bacaan shalat malam ini, perlahan aku merasakan bukan berada di dalam mushola belakang rumah, namun sampai selesai shalat semuanya bisa aku atasi
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id dengan berusaha menenangkan diriku.
Bulatan tasbih dengan perlahan terus tersentuh oleh jari-jariku, sambil hatiku terus mengucapkan dzikir yang sebelumnya di berikan Ki Duduy kepadaku lalu aku amalkan, dengan yakin terus aku membacanya, sambil terus meminta petunjuk,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id walaupun sekarang yang aku rasakan seperti bukan berada di dalam mushola seperti biasanya, karena angin di luar malah mengeluarkan suara gesekan bambu-bambu seperti berada di sebuah leweung (hutan), seharusnya sebuah ketenangan kini malah sebuah ketakutan yang aku rasakan,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id apalagi tidak terasa keringat sudah mengalir di tubuhku begitu saja, dalam keadaan udara yang dingin malam ini.
“Leuweung (hutan) Awikolot” ucapku sambil perlahan membuka mata, mengingat sebuah tempat yang Ki Duduy katakan, membuat aku semakin merasa ketakutan
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id datang bertubi-tubi padaku, bahkan sekarang aku mendengar suara langkah kaki yang semakin mendekat.
“Gam! Gama!!!”
Aku langsung berbalik badan, Teh Anggit tiba-tiba sudah berdiri, berada di belakangku.
“Teh kenapa tumben bangun” tanyaku.
“Dewi yang aneh makan jam segini, -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - tapi nggak menjawab ketika aku tanya, makannya rakus sekali Gam, matanya merah!” jawab Teh Anggit sangat panik.
Membuat aku langsung berdiri dan mengikuti langkah Teh Anggit, namun aku sangat kaget karena dari pojokan mushola melihat kucing hitam
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sedang tertidur pulas begitu saja.
“Jangan sampai...” ucapku dalam hati semakin panik, sama halnya dengan langkah Teh Anggit yang semakin cepat.
Dewi sudah duduk di tempat yang sebelumnya ditempati oleh Alda, anehnya Dewi sedang memakan opor ayam tanpa menggunakan sendok,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sama persis dengan kejadian Alda, karena ingat betul makanan itu masih tersisa di dapur.
“Jangan bangunkan Ibu kasihan Teh” ucapku perlahan mendekat ke arah Dewi, yang sedang menatap tajam ke arahku, sambil mengunyah makanan kemudian dimuntahkan secara perlahan, mengenai bajunya.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Badanku sudah terasa panas, apalagi kini Dewi tersenyum menakutkan dengan mata yang semakin memerah, tanpa berlama-lama, aku usap wajahnya walaupun tanpa ada perlawanan dari Dewi, hanya mulutnya saja yang bergerak seperti ingin mengatakan sesuatu.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Sosok yang sama dengan Alda...” ucapku dalam hati, apalagi aku melihat kucing hitam sudah berdiri lurus dengan posisi Dewi di dekat dapur.
“Gam gimana ini” tanya Teh Anggit sangat panik.
“Aaaaaa, sakit!!!” teriak Dewi sangat kencang sekali dengan hembusan nafasnya yang kencang,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sambil tangannya berusaha menyingkirkan tanganku yang berada di kepalanya, seperti bukan suara Dewi melainkan suara perempuan lain.
“Gama ada apa!” sahut Ibu Mulyani yang keluar dari kamarnya dan berjalan terburu-buru ke arah meja makan.
“Tanduk...” ucapku dalam hati.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Terus saja aku membacakan sebuah doa sambil meminta pertolongan, anehnya malah bayangan Alda yang aku lihat berada di sebuah hutan dan suara bambu-bambu bergesekan terdengar jelas oleh telingaku untuk kedua kalinya.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Tiba-tiba terdengar suara ketukan sangat keras dari arah pintu depan rumah, berbarengan dengan nafas Dewi yang semakin perlahan kembali normal, lalu badanya tiba-tiba lemas.
“Teh maaf pegang dulu, biar Gama yang buka saja Bu” ucapku sambil berlari ke arah pintu depan.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Tok! Tok! Gama! Gam!”
“Sebentar” jawabku, sangat kenal dengan suara ini, membuka pintu secara perlahan.
“Kakek!!!” ucapku sangat kaget, Ki Duduy sudah berdiri didepan pintu dengan Budi tepat berdiri di belakang Ki Duduy dengan menundukan kepala,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id anehnya ketika melihat ke arah gerbang rumah, pintunya masih tertutup.
“Dewi mana, kasihan...” jawab Ki Duduy sambil masuk tergesa-gesa ke dalam rumah.
“Bud! Katakan” ucapku panik.
“Mungkin tamu sore itu datang membawa segalanya Gam, -
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - mengancam siapa saja yang mengganggu garis tali nyawa yang sudah mengikatnya, harus menanggung resiko, ini baru permulaan...” jawab Budi perlahan, sambil berjalan masuk begitu saja.
Terdengar di dalam suara teriakan Dewi semakin kencang, apalagi terlihat Ki Duduy sudah berada
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id di depan Dewi yang masih berada dalam pelukan Teh Anggit dan di pegang oleh Ibu Mulyani.
Budi langsung berjalan mendekat di samping Ki Duduy, namun tatapannya malah bukan ke arah Dewi, melainkan ke arah kursi sofa ruangan depan.
“Astagfirullah!” ucapku dalam hati,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sosok perempuan dengan rambut panjang yang menutupi wajahnya itu sudah duduk di tempat yang sebelumnya Alda berdiam ketika bertamu, membuatku hanya bisa diam, apalagi suasana rumah semakin mencekam.
“Ada seseorang yang telah membangunkan apa yang sudah lama mati di talaga mayit,-
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - kita harus kesana Gama, ke kampung Sakalananggor...” bisik Ki Duduy, sambil mengajak aku berjalan ke arah sosok perempuan itu, meninggalkan Budi yang sedang mengatasi Dewi.
“Tapi, Kek...” jawabku semakin panik.
“Itu baru hal kecilnya saja, ada napak tilas bekas Ki Langsamana,-
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id - semoga bukan ulah tamu yang datang sore tadi...” ucap Ki Duduy perlahan.
“Sakit!!!!” teriak Dewi jauh lebih kencang dari sebelumnya.
Sementara sosok perempuan yang sedang duduk di sofa itu malah tertawa cekikikan sangat keras, bahkan membuat telingaku merasakan kesakitan.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id “Tidak ada pilihan, Ki Langsamana berasal dari sana, ini ada kaitanya dengan orang yang sudah melakukan akad jiwa! Sebelum petaka lebih besar datang pada keluarga besar kita, taruhannya nyawa Gama ini tidak main-main!” ucap Ki Duduy dengan tegas,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id sambil berjalan semakin mendekat ke arah sosok perempuan yang semakin tertawa kencang.

(Bersambung...)
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Marabahaya kini kembali menghampiri Gama, apalagi kecemasan Ki Duduy sore itu pada sebuah Talaga Cindek dan Rawa Tilas mendapatkan jawaban langsung, karena kedatangan sahabat Dewi istri Gama, berasal dari sebuah kampung yang Ki Duduy cemaskan.
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Apakah Gama akan kembali menjalani sebuah perjalanan panjang, untuk menebus apa yang sedang Dewi rasakan saat ini? dan menuntaskan rasa ingin tahunya pada sang buyut, Ki Langsamana berasal.
...

Walaupun awalnya hidup Gama ingin aman dan nyaman menjalani hidup,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id namun takdir dalam hidup menyeret paksa Gama pada keadaan seperti ini tanpa memberikan sedikitpun pilihan, siapakah Alda sebenarnya dan mengapa semua itu bisa terjadi? Apakah dalang dari kecemasan Ki Duduy keluarga Alda termasuk Ibunya,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id atau ada cerita lain dari Ki Langsamana kala itu.

Part 2 sudah bisa teman-teman baca dan download eBook seperti biasa sambil memberikan dukungannya.

[klik link Part 2]

karyakarsa.com/qwertyping/aka…
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id Kita akan berjumpa kembali dan menjadi saksi perjalanan seorang Digajaya Adiguna Gama, misteri dan segala yang menghampiri Gama dan keluarganya bukan tanpa sebab, setelah apa yang di lalui oleh Ki Langsamana dan Gama dalam perjalanan hidupnya,
@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id kembali berdampingan dengan sebuah resiko yang sangat berbahaya.

[klik link Part 3]

karyakarsa.com/qwertyping/aka…

[klik link Part 4]

karyakarsa.com/qwertyping/aka…

Typing to give you a horror thread, thanks for supporting me.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Teguh Faluvie

Teguh Faluvie Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @qwertyping

Oct 31, 2024
KAMPUNG KASARUNG

Diatas tanah kampung Jayamati, semua dipertaruhkan. Terdapat harga setimpal untuk kesepakatan, sekalipun itu kesesatan dan kematian.

"A THREAD"

[ Part 7 Tamat ]

@bacahorror @IDN_Horor
#bacahoror Image
Selamat datang kembali di Kampung Kasarung bagian akhir, berarti sudah menunggu cerita baru yang akan segera hadir. Mohon doa agar semua lancar.

Untuk teman-teman yang belum baca part sebelumnya dari cerita Kampung Kasarung ini, silahkan klik tautan di bawah.
Read 26 tweets
Oct 24, 2024
KAMPUNG KASARUNG

Diatas tanah kampung Jayamati, semua dipertaruhkan. Terdapat harga setimpal untuk kesepakatan, sekalipun itu kesesatan dan kematian.

"A THREAD"

[ Part 6 ]

@bacahorror @IDN_Horor
#bacahoror Image
Hallo selamat datang kembali di Kampung Kasarung, mohon maaf sebelumnya cerita ini baru kembali berlanjut, karena ada satu kesibukan dan mohon doanya agar semua berjalan lancar.
Untuk teman-teman yang belum baca part sebelumnya, silahkan klik tautan.

Part 1
x.com/qwertyping/sta…

Part 2
x.com/qwertyping/sta…

Part 3
x.com/qwertyping/sta…

Part 4
x.com/qwertyping/sta…

Part 5
x.com/qwertyping/sta…
Read 28 tweets
Oct 4, 2024
Permainan yang nggak pernah bakal gw ulang seumur hidup! Sampai gw trauma kalau denger ANAK-ANAK HITUNG 1.. 2.. 3.. SAMPAI 10, saat mereka main PETAK UMPET!

Gw masih ingat di kasih makan dalam wadah batok kelapa, yang ternyata itu cacing hidup!

"A THREAD"

#bacahoror Image
Image
Cerita ini adalah kiriman sender melalui DM, dia dapat teror setelah melanggar sesuatu ketika main petak umpet, ‘DIPIARA’ istri guru ngaji berhari-hari dan ‘TEROR’ yang ngeri! Bayangin dia dikasih makan cacing! bagian paling bikin gw mual!
Yuk langsung aja. Saya disini hanya membagikan cerita yang sudah dirapikan sedikit, atas kesepakatan dengan sender, agar lebih nyaman dibaca.
---------
Read 62 tweets
Sep 18, 2024
KAMPUNG KASARUNG

Diatas tanah kampung Jayamati, semua dipertaruhkan. Terdapat harga setimpal untuk kesepakatan, sekalipun itu kesesatan dan kematian.

"A THREAD"

[ Part 5 ]

@bacahorror @IDN_Horor
#bacahoror Image
Selamat datang kembali teman-teman di Kampung Kasarung, kita akan memasuki Part 5. Tapi sebelum itu ada informasi penting yang harus teman-teman ketahui, pre order buku Kampung Jabang Mayit, diperpanjang!
Teman-teman yang belum ikut memesan Buku Kampung Jabang Mayit , kini bisa ikut kembali dari tanggal 16-20 September 2023. Kolaborasi dengan @djomuhammad di terbitkan oleh @bukune berikut tautan pre order, bisa langsung klik!

🛒 linktr.ee/kampungjabangm…Image
Read 32 tweets
Sep 5, 2024
KAMPUNG KASARUNG

Diatas tanah kampung Jayamati, semua dipertaruhkan. Terdapat harga setimpal untuk kesepakatan, sekalipun itu kesesatan dan kematian.

"A THREAD"

[ Part 4 ]

@bacahorror @IDN_Horor
#bacahoror Image
Selamat datang kembali teman-teman di Kampung Kasarung, mohon maaf beberapa minggu kebelakang harus absen karena ada beberapa kesibukan yang tidak bisa dilewatkan, serta kesehatan yang sedikit terganggu. Semoga upload kali ini seperti biasa dapat menemani kamis malam kalian.
Kini kita akan memasuki Part 4. Tapi sebelum itu ada informasi penting dulu yang harus teman-teman ketahui. Tepat tanggal ini, mulai tanggal 3-9 September, Buku Kampung Jabang Mayit sedang dalam Pre Order.
Read 38 tweets
Jul 4, 2024
KAMPUNG KASARUNG

Diatas tanah kampung Jayamati, semua dipertaruhkan. Terdapat harga setimpal untuk kesepakatan, sekalipun itu kesesatan dan kematian.

"A THREAD"

@bacahorror @IDN_Horor
#bacahoror Image
[PROLOG]

Diatas tanah kampung yang mempunyai nama Jayamati dengan segala campur tangan sang pencipta sedang menampakan keberkahan luar biasa. Hasil bumi yang melimpah, ladang peternakan, hingga perkebunan telah menyelimuti kampung itu setidaknya dalam kurun 10 tahun kebelakang.
Hal itu terjadi setelah dapat mengusir monyet-monyet yang kerap turun dari bukit Jayamati yang selalu memakan hasil bumi adalah awal tombak kesejahteraan tertancap, dimana para petani dan orang-orang luar kampung bahkan tidak jarang menaruhkan nasib pada tanah kampung Jayamati.
Read 130 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(