Apakah Ada Pesta Gerwani di Lubang Buaya?
(A Thread)
"Mereka melakukan pelecehan seksual terhadap para tahanan, bahkan mengebiri kemaluannya, mencungkil matanya, dan menyiksanya hingga mati. Hal ini sama sekali tidak masuk akal, tapi cerita ini masih dipercaya hingga sekarang"
Mitos ini dilekatkan pada anggota Gerwani sbg kampanye propaganda tentara yang mengubah bentrokan antar tentara (dengan campur tangan politik) menjadi genosida mengerikan, ketika orang-orang PKI dan sayap kiri secara umumnya menjadi korban ketidakmanusiawian.
Para jenderal yang dilemparkan ke sumur di lapangan pelatihan terbang Lubang Buaya dibunuh oleh tentara. Namun, segera setelah penguburan korban, cerita diedarkan melalui media yang dikendalikan oleh tentara dan radio bahwa pada malam itu terjadi pesta seks.
Penggambaran yang menakutkan tentang perempuan-perempuan tersebut melekat di dalam pikiran masyarakat. Namun, seorang kurator museum di lokasi itu, M. Yutharyani, menjelaskan bahwa tidak ada kekerasan seksual yang terjadi dan tidak ada para perempuan menari telanjang di sana.
Saskia Wieringa melakukan penelitian tentang sejarah Gerwani dan mewawancari beberapa penyintas yang pada malam itu hadir di lapangan pelatihan. Pada 1983, muncul kesaksian dari salah seorang perempuan yang waktu itu hadir di Lubang Buaya, setelah ia keluar dari penjara:
“Waktu itu saya berumur 16 tahun dan anggota Pemuda Rakyat … Saya menyaksikan para prajurit membunuh jenderal dan berlari pulang. Saya ditangkap jam 09.00 pagi hari dan di penjara selama dua minggu."
"Saya dipukul dan diinterogasi. Mereka menelanjangi saya dan memaksa untuk menari telanjang di depan mereka lalu difoto. Kemudian saya dibebaskan.”
Wanita muda ini menghabiskan waktu di penjara selama 17 tahun dan tidak pernah dibawa ke pengadilan.
Surat kabar juga menulis hasil “wawancara” berdasakan “pengakuan” anggota Gerwani yang ditangkap. Kadang “pengakuan” ini didasarkan pada kasus identitas yang salah. Misalnya, Emy dan Atikah adalah dua anggota Gerwani yang ada di Lubang Buaya.
Mereka melarikan diri ketika mengerti apa yang sudah dituduhkan kepadanya. Tidak ada yang ditangkap. Namun, sebagai gantinya, nama perempuan yang sama dengan mereka ditangkap, salah satunya ialah seorang PSK bernama Emy. Padahal ia tidak tahu apa itu Gerwani.
Tidak satu pun dari gadis-gadis dan perempuan yang hadir di Lubang Buaya mendapatkan keadilan. Tampaknya pihak militer tidak bisa mengungkapkan kisah mereka yang nyata.
Dikutip dari buku "Propaganda & Genosida di Indonesia: Sejarah Rekayasa Hantu 1965"
Jangan berhenti hanya sampai di tweet, berikut ini 3 buku yang menuliskan tentang peristiwa genosida 1965-1966.
Sebuah variasi perihal tesis adanya provokasi dalam gerakan adalah teori bahwa aksi 1 Oktober 1965 merupakan produk rahasia yang direncanakan oleh badan-badan intelijen asing, khususnya CIA dan MI6.
[A thread]
Badan intelijen yang bekerja sama dengan sekutu Indonesia itu telah menyusun rencana untuk memberikan dalih bagi pasukan-pasukan antikomunis. Kekuatan inilah yang digunakan untuk menumpas PKI dan menurunkan Sukarno dari kekuasaannya.
Tak pelak lagi bahwa klaim keterlibatan Amerika Serikat telah menjadi perdebatan panas. Di satu sisi, para pejabat pemerintah AS membantah keras bahwa Amerika Serikat terlibat dugaan kudeta dalam bentuk apa pun.
Seniman adalah bagian yang tidak terpisahkan sejak awal pergerakan nasional dan peran mereka semakin kentara pada masa revolusi. Ismail Marzuki adalah salahsatunya.
Pernyataan tersebut disampaikan Sukarno pada peringatan hari kemerdekaan 1960 saat ia memberikan piagam penghargaan kepada Ismail Marzuki.
Ia lahir pada 11 Mei 1914 dari keluarga Betawi di Kwitang.
Pada 1931, saat usianya baru 17 tahun, ia bukan saja telah memperlihatkan bakat musik, tetapi juga ideologi kerakyatannya melalui lagu “Oh Sarinah”.
Bacaan untuk menemani perjalanan pulang KawanKobam semuanya.
Awal Batavia Kota Markas Dagang.
Di tengah-tengah hutan kawasan dunia timur, orang Belanda membangun jalan-jalan dan kanal-kanal yang sama seperti di negerinya, tidak gentar meskipun kadang kala buaya-buaya menelusuri kanal hingga ke tengah kota.
Struktur pertama yang mereka dirikan adalah benteng yang pada mulanya dibangun menjorok ke laut di muara Ciliwung, tapi tidak lama kemudian dikelilingi daratan karena garis pantai bertambah jauh ke utara.
Asal mula masalah anti Cina dan Cina sebagai “asing”, seperti banyak hal di Indonesia modern, berakar pada zaman kolonial. Hindia Belanda membagi masyarakat ke dalam tiga golongan rasial: Eropa, Timur Asing (Cina, Arab, dan lain-lain) dan pribumi.
Sampai kira-kira tahun 1910, setiap golongan ras ditetapkan tinggal di masing-masing kampung sehingga ada kampung Cina, Arab, Bugis, Melayu dan lain-lain.
Pembatasan terhadap mobilitas badaniah itu, bagi golongan Timur Asing seperti Cina dipertegas dengan keharusan memiliki pas jalan bagi perjalanan dari satu kampung Cina ke yang lain.
Menjelang perayaan Hari Raya Imlek, mimin mau bagikan catatan sejarah dari Ong Hok Ham mengenai etnis Tionghoa/Cina di Indonesia.
Kedatangan Cina di Indonesia.
Masyarakat Tionghoa di Jawa sudah datang jauh sebelum Belanda datang ke Indonesia. Akan tetapi, segala sesuatu tentang masyarakat Cina di Indonesia,
khususnya di Jawa dan juga di beberapa daerah lain yang kita kenal sekarang ini, bentuk perilaku dan seterusnya, berasal dari zaman kolonial, dari zaman Hindia Belanda.
Ibnu Sutowo, Pertamina dan Kapitalisme Nasional
Richard Robinson
Secara formal, fungsi Pertamina ialah mengatur sumber daya minyak Indonesia melalui alokasi konsesi pengeboran,
melakukan administrasi kontrak kerja dan kontrak kemitraan produksi serta melakukan koordinasi industri minyak secara menyeluruh.
Investasi sebenarnya dalam produksi hanya merupakan bagian kecil dari kegiatan Pertamina. Sekalipun demikian, Pertamina berkembang menjadi suatu pusat kekuatan ekonomi Indonesia paling besar,