Masih dalam edisi merayakan #DenmarkOpen2022. Kali ini membahas rahasia prestasi bulu tangkis Denmark.
Eropa sudah lama mengenal bulu tangkis, tetapi benua ini bukanlah kekuatan utama dunia. Namun, Denmark sebagai salah satu negara Eropa justru konsisten dan terus berkembang sebagai salah satu kekuatan utama bulu tangkis.
Resep mereka sederhana: Klub-klub bulu tangkis lokal. Dimulai dari Skovshoved Idraetsforening 1920-an, berlanjut dengan klub-klub lain, seperti Gentofte atau Helsinge, pada tahun-tahun berikutnya.
Menurut data federasi, terdapat lebih dari 700 klub bulu tangkis Denmark dengan 94 ribu pemain lebih yg terdaftar. Karena hampir semua klub memiliki cabang, jumlahnya bisa saja lebih besar. Jangan lupakan klub lokal lain yang tak terdata dan mungkin saja lebih banyak jumlahnya.
Dari klub-klub itulah para pemain top Denmark berasal. Di sana, setiap anggota dikenalkan dasar-dasar bulu tangkis sejak dini. Mereka benar-benar dilatih dengan sistem yang terstruktur berdasarkan kelompok usia dengan fasilitas2 terbaik.
Salah satu legendar Denmark, Peter Gade, mengakui peran besar klub bulu tangkis di Denmark. Viktor Axelsen, pebulutangkis paling fenomenal saat ini, juga mengakuinya. Dua orang ini memang termasuk produk klub-klub lokal.
"Sistem klub yang baik adalah jantung bulu tangkis Denmark. Ini hal yang unik bila dibandingkan dengan seluruh dunia," kata eks CEO federasi bulu tangkis Denmark, Bo Jensen.
"Kami memiliki pemain dari usia 5 hingga 65 tahun yang berlatih secara teratur sesuai level mereka masing-masing. Mereka juga memiliki kompetisinya. Mereka akan disalurkan ke level lanjutan jika memiliki potensi," ujar Jensen lagi.
Tentu, siapapun bisa bergabung. Tak peduli berapa usiamu sebab masing-masing klub punya kategorisasi usia. Tak peduli pula asal negaramu. Sebab bulu tangkis Denmark punya motto 'badminton is for everyone, the entire life'.
Philip Sutton, eks pebulutangkis Wales, pernah merasakan langsung sistem berlatih di klub Denmark. Ia menceritakan pengalamannya kepada surat kabar lokal yg terbit pada 90-an. Ia bercerita, kala itu ia dilatih langsung oleh Erland Kops, peraih 11 gelar All England untuk Denmark.
Sutton: "Semua laga dijalani seperti event sungguhan. Beberapa hal membuat saya kesulitan. Bagian terbaiknya adalah ketika saya sudah diizinkan mandi dan kemudian menghabiskan setengah jam bersantai di sauna. Fasilitas seperti itu benar-benar menjadi pembeda."
Sutton: "Semua pemain di klub mendapat instruksi langsung dari pelatih. Pemain yang sudah top pun tetap harus mengikuti aturan yang ada. Di sisi lain, mereka menghabiskan banyak waktu mempelajari dan menganalisis permainan satu sama lain. Mereka juga saling membantu."
Hal lain yang berperan penting dalam perkembangan bulu tangkis Denmark adalah relawan serta kompetisi nasional yg sudah bergulir sejak 1930-an. Dua hal tersebut, ditambah peran klub-klub lokal, menjadi padu padan yang pas untuk membawa bulu tangkis Denmark ke jajaran elit dunia.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Terdapat lebih dari satu alasan untuk melewatkan pertandingan Gregoria: Gestur yang buruk, agresivitas yang kurang, footwork yang terlihat malas, stamina yang rentan, mental tanding bermasalah, error di mana2 dan sebagainya.
Ujung dari semua itu cuma satu: Kekalahan demi kekalahan. Celakanya, tak sekali-dua Jorji tersungkur dari para pemain yang levelnya jauh di bawah. Jika yang demikian saja kesulitan, bagaimana saat menghadapi lawan-lawan kuat?
Interview menarik dari Fernando Rivas. Di sini, ia bicara banyak soal sport science, pandangannya tentang negara-negara Asia yang mulai tinggalkan pola latihan tradisional, serta ambisinya membawa Prancis menembus lima besar dunia.
Poin-poin menarik yang kami tangkap:
- Rivas mendasarkan keputusan-keputusan pelatihannya secara ilmiah
- Beberapa negara Asia seperti anggota Commonwealth dan China mulai mengubah pendekatan latihan tradisional mereka
- Target terdekat Rivas adalah membawa Prancis menjadi saingan utama Denmark di Eropa
- Beberapa hal yang menjadi fokus dia: Mencari stabilitas, meningkatkan pendidikan pelatih dan pengembangan pemain ke dalam kategori taktis
Christian Adinata 21 tahun, Kodai Naraoka juga 21 tahun. Tapi perbedaan pengalaman mereka jauh sekali. Christian baru tampil di 2 turnamen S300 tahun ini, sedangkan Kodai malah sudah berlaga di S750.
Menurut Christian, ini yg bikin dia kalah dari Kodai di R16 #AustraliaOpen2022
Christian: "Saya belum terbiasa dengan armosfer turnamen Super 300. Karena itu saya juga jarang bisa ketemu lawan-lawan yang lebih kuat. Sementara Kodai lebih sering bertemu dengan pemain top. Wajar kalau dia punya pengalaman lebih."
[PBSI]
Dari segi teknis, Christian amat bisa mengimbangi Kodai. Bahkan, pada beberapa aspek, dia terlihat lebih baik dari sang lawan. Terbukti Christian bisa unggul cukup jauh pada gim kedua dengan poin 8-3.
Seandainya lapangan bulu tangkis adalah gelas kosong, Kodai Naraoka adalah airnya.
[THREAD]
Jejak sepatunya tersebar di mana-mana, mengisi tiap sudut lapangan, baik area depan maupun belakang, baik dalam posisi bertahan maupun saat menyerang, dan dengan semua itu Kodai menjelma sebagai salah satu pemain paling menjanjikan saat ini.
Di atas lapangan, amat jarang Kodai memeragakan pukulan2 ajaib. Sederet pujian yang datang lebih banyak menyasar keuletannya kala mengejar bola ke sudut sempit. Tepuk tangan yang muncul lebih banyak diberikan pada kegigihannya yg rela jatuh bangun mengejar bola.
Di sela-sela agenda Bright Up minggu lalu, pelatih MS Malaysia, Hendrawan, memberi pandangannya soal dominasi Viktor Axelsen. Dia menilai, Axelsen termasuk ke dalam generasi yang "diuntungkan".
Seperti apa maksudnya?
📒 Indosport
Hendrawan: "Mereka (Lin Dan, LCW, Peter Gade, Taufik) sedang di atas, Viktor saat itu masih muda, tetapi dia sudah mampu bermain melawan mereka. Jadi kalau Viktor sudah seperti itu berarti suatu saat kalau tiga generasi tadi retired, dia yang akan naik."
Lebih jauh, Hendrawan menganggap bahwa kondisi ini adalah siklus yang akan selalu terjadi. Tak cuma di sektor tunggal, tetapi juga ganda. Contohnya era Ricky Subagja/Rexy Mainaky yang tak bisa lepas dari peran era sebelumnya.
Hampir setahun ga ngapa-ngapain, Lin Dan masih sanggup jadi juara dunia
[THREAD]
Lin Dan tak butuh iklim turnamen yang rutin untuk menunjukkan siapa dia sebenarnya. Hanya bermodalkan sebuah wild card kontroversial dari BWF, gelar juara dunia 2013 sudah bisa ia gapai.
Sebelum merengkuh gelar tahun itu, Lin Dan melewatkan banyak sekali turnamen. Aksi terakhirnya adalah saat merobek jersinya sendiri, lalu berlari mengelilingi stadion setelah mengalahkan Lee Chong Wei pada perebutan emas Olimpiade 2012.