Jika diajak mengenang kembali pengalaman waktu itu, tentu saja aku masih bisa dg jelas mengingatnya.
Karena selain sangat menyeramkan, sejak adanya pengalaman tersebut, hingga saat ini, aku tetap memegang teguh budaya adat yg ada dipulau kalimantan maupun yang ada dipulau jawa.
Hal itu tentu saja bukanlah tanpa alasan, karena asal kalian tau, cerita yang ku alami dalam kurun waktu kurang lebih selama 5 tahun tersebut, akhirnya benar-benar merubah perilaku dan kebiasaan hidupku hingga saat ini.
Dan benar sekali,
Tidak hanya perilaku, kini akupun juga sangat percaya, bahwasanya jin, setan dan semacamnya, ternyata benar-benar ada dan benar-benar sangat nyata.
....
Bismillahirrohmanirrohim
( Semua nama, tempat dan waktu dalam cerita ini disamarkan. Mohon maaf jika ada kesamaan ).
"RUMAH TUSUK SATE"
Tanah Borneo
.....
Maret, 1996
"Tok.tok.tok.tok...Sukma gak usah pindah ya, disini saja. Kamu sudah bagian dari rumah ini. Aku suka kamu " ucap sosok wanita tersebut dengan berjarak hanya sekitar 50 cm didepanku
dengan bentuk wajahnya yang juga terlihat sudah hancur lebur berantakan.
Mengetahui hal itu, jangankan berlari, bergerak saja rasanya aku sudah tidak bisa lagi.
Hidup dan mati, waktu itu aku benar-benar sudah tidak lagi bisa membedakannya.
Dan tidak berhenti disitu saja, bunga melati yang terlihat sudah semakin berceceran ditambah daun sirih yang masih saja ku kunyah keenakan, sudah menjadi bukti, jika waktu itu sebenarnya aku bisa dikatakan sudah menjadi bagian dari mereka.
Makhluk tak kasat mata.
April 1991.
Aku yang sebelumnya hidup dan besar disalah satu kota yang ada di pulau jawa, waktu itu harus pergi dan pindah ke pulau kalimantan karena tuntutan pekerjaan dari suamiku yang harus dijalankan.
Awalnya, aku memang merasa sangat keberatan dengan kepindahan tersebut, karena selain harus meninggalkan orang tua, hidup meninggalkan kampung halaman, waktu itu seolah juga menjadi sebuah beban tersendiri yang tentu saja harus terus kutahan.
Singkat cerita, setelah melakukan obrolan yang cukup panjang, akupun akhirnya bersedia mengikuti ajakan suamiku dengan besar harapan, jika suatu saat nanti aku bisa segera membahagiakan orang tuaku dan orang-orang yang ada disekitarku.
"Gimana, kamu mau ikut aku kan dek,disana kita enak kok, gajiku naik 2 kali lipat loh.Sama prusahaan,kita sudah dijamin juga. Nanti maksimal 5 tahun lah,kalau kontrakku sdah habis, kita langsung pulang kesini lagi dan kupastikan kita akan bawa bnyak uang. Sdah bismillah saja ya.
Nurut sama aku, aku kan suamimu, nanti kalau pulang, kita langsung bisa bahagiakan orang tua loh. Ingat, semua ini demi masa depan kita dek" ucap suamiku malam itu sambil terus meyakinkanku agar aku bersedia ikut dengannya.
"Iya mas, tapi nanti kita tinggalnya dimana.?. Katamu kita nanti tinggalnya ditengah hutan ?" Sahutku pelan.
"Ya namanya aku kerja di pertambangan, ya memang harus jauh dari keramaian dong dek. Gimana sih kamu ini" jawab suamiku sambil tersenyum pelan.
Mendengar hal itu, tentu saja akupun kembali terdiam dengan terus memikirkan dan membayangkan bagaimana nanti kehidupanku setelah sampai ditempat tersebut.
"Sudah dek, kamu tenang saja, nanti ada mess perusahaan kok, disana juga gak sepi, kan banyak juga karyawan lain. Dan tenang saja, kalau kamu gak mau tinggal di mess. Nanti disana kamu kubelikan rumah, kata temanku rumah disana juga murah banget.
Ya tapi bentuknya sederhana. Gak papa kan ya,kita harus berjuang dulu biar nantinya bisa hidup enak. Gimana ?"Terang suamiku menambahkan
Dan puncaknya,setelah obrolan malam itu,akupun akhirnya bersedia pergi dengan tidak lagi memikirkan hal-hal yang tidak perlu difikirkan lagi.
Singkat cerita, setelah hari yang disepakati telah tiba, waktu itu akupun akhirnya pergi meninggalkan kampung halamanku dan menuju ke salah satu daerah yang ada di pulau kalimantan.
Selama perjalanan, tentu saja aku cukup keheranan karena asal kalian tau, jarak daerah yang ku tuju tersebut benar-benar sangat jauh dari pusat kota.
Bahkan, akupun juga masih ingat, dari kota terakhir, untuk menuju daerah yang kutuju tersebut, masih memakan waktu 9 sampai 10 jam perjalanan.
Jadi sangat tidak salah, jika saat itu daerah yang kutuju tersebut berada ditengah-tengah hutan belantara.
Dan puncaknya, setelah menempuh perjalanan yang sangat melelahkan, akhirnya akupun sampai di daerah yang ku tuju tersebut.
Pertama kali aku menginjakkan kaki didaerah tersebut, tentu saja aku bisa dikatakan kembali terkejut.
Karena selain berada ditengah hutan, rumah-rumah yang ada di daerah tersebut benar-benar bisa dihitung menggunakan jari.
Dan tidak hanya itu, jarak antar rumah yang terlihat berjauhan ditambah tidak adanya lampu penerangan yang terlihat dipinggir jalan, sudah cukup melengkapi perasaanku waktu itu yang sudah semakin tidak karu-karuan.
"Kita nanti tinggal dimana mas, di daerah ini?" Ucapku memulai obrolan dengan seketika aku duduk sembari menunggu datangnya jemputan dari perusahaan tempat suamiku bekerja.
"Iya dek, eh tapi tenang saja, aku tadi dapat info dari rekan kerjaku, katanya ada rumah dijual murah banget didaerah sini. Nanti langsung kita beli wes ya..biar kamu gak tinggal di mess, sepertinya messnya banyak dihuni laki-laki. Yang bawa istri cuma sedikit
Daripada aku khawatir kamu di mess sendiri. Mending kita langsung bayar rumah yang ditawarkan rekanku tadi saja ya. Gimana" ucap suamiku.
Dan tanpa menjawab perkataan suamiku, waktu itu aku hanya diam sambil mengangguk
dg tatapanku yang terus kuarahkan kekanan dan kekiri dgn perasaan yg sedikit kebingungan karena waktu itu, aku sama sekali tidak melihat adanya orang yg berjalan berseliweran.
"Orang2 yang tinggal dikampung ini kemana ya mas. Kok sepi banget?" Tanyaku mengalihkan pembicaraan.
"Kalau siang gini ya pada kerja dek, semua yang tinggal disini, kebanyakan para pekerja pendatang seperti kita. Jadi kalau siang mereka pada kerja" jawab suamiku jelas.
"Bentar deh, lihat deh rumah-rumah yang ada disini, kok gak ada yang terawat ya mas, rumputnya tinggi-tinggi, bangunannya pada kotor" imbuhku.
"Iya sih, sepertinya mereka gak sempat merawat dek, kan kerjanya seminggu hanya pulang 2 kali" sahut suamiku jelas.
"Hah, seminggu pulang hanya 2 kali ?. Nanti kamu juga gitu ?. Terus aku dirumah sendirian?" Ucapku kaget.
"Iya dek mau gimana lagi, aku malah gak tenang kalau kamu tinggal di mess, semua laki-laki loh lingkungannya
Nanti aku khawatir. Sudah, kamu tak carikan tempat tinggal didaerah sini saja ya. Kalau kamu kesepian nanti biar kucarikan pembantu biar kamu ada temannya. Gak boleh ngeluh. Ini perjuangan kita" jawab suamiku jelas.
Dan sayangnya, belum selesai aku mengobrol dengan suamiku, waktu itu aku tiba-tiba melihat kendaraan yang ternyata, kendaraan tsbt adalah kendaraan perusahaan tempat suamiku bekerja yang sepertinya, kendaraan tersebut datang memang sengaja untuk menjemputku dan menjemput suamiku
Dan singkat cerita, setelah urusan kedatangan suamiku diperusahaannya telah selesai, aku diajak suamiku dan beberapa rekannya kembali pergi untuk mencari rumah yang rencananya akan kutempati selama aku tinggal didaerah tersebut.
"Perkenalkan bu, nama saya Wijaya, saya satu kantor sama pak Hendry suami ibu ini, saya juga asli jawa kok bu heheh,,,Saya asli Surabaya" ucap pak Wijaya memperkenalkan diri.
Hingga akhirnya, setelah sekitar 1 jam perjalanan. Akupun sampai disebuah perkampungan yang bisa dikatakan lebih sepi dari perkampungan yang kulihat sebelumnya.
Disitu, pak Wijayapun mulai menceritakan jika didaerah tersebut adalah daerah paling aman jika digunakan untuk tinggal.
"Nah kita sampai pak, daerah ini paling amanlah daripada yang lain. Kalau yang lain masih rawan kriminal,
disini, hampir tidak ada kasus-kasus kriminal seperti pencurian dan sebagainya. Ya meski dikampung ini lebih sepi dan lebih jarang adanya rumah, tapi yang tinggal dikampung ini, 90% pekerja di perusahaan kita pak.
Nah, itu rumah yang saya bicarakan, pemiliknya namanya pak Andreas, beliau enginering di perusahaan kita. Setelah istrinya meninggal, pak Andreas memilih tinggal di mess perusahaan pak, jadi rumah itu kosong sudah lama.
Nah kalau itu, ada rumah yang terlihat agak jauh itu,, itu rumah pak Rusdi, istrinya selalu ada dirumah kok. Jadi, nanti bu Sukma gak sendirian. Ya meski jauh kan masih ada tetangganya yang sama-sama perempuannya hehehe"
terang pak Wijaya dengan menunjuk kearah rumah yang akan kutempati dan rumah pak Rusdi yang berada cukup jauh dari tempatku berdiri tersebut.
Mendengar hal itu, akupun hanya diam sambil terus memandangi rumah yang memang rencananya akan kutempati tersebut.
Bentuk rumah tersebut, bisa dikatakan sangat berbeda dengan rumah yang pernah kulihat sebelumnya.
Jika biasanya rumah terbuat dari batu bata ataupun anyaman bambu. Waktu itu seluruh bagian rumah yang kulihat tersebut benar-benar terbuat dari kayu dengan pondasi tinggi seperti rumah panggung.
"Hehehe heran ya bu,. Bentuk rumah didaerah ini memang seperti ini bu, soalnya hanya rumah singgah. Kalau dijawa rumahnya dari bambu atau batu bata. Kalau disini sepenuhnya terbuat dari papan kayu bu.
Tapi tenang saja, kayunya kuat dan rapat kok bu. Tuh lihat rumah lain juga, bentuknya gak jauh berbeda kan hehehe" terang pak Wijaya menjelaskan karena sepertinya beliau tau, jika waktu itu aku masih keheranan dengan rumah yang kulihat waktu itu.
"Pohon besar yang ada tepat disamping rumah itu aman kan pak, kok kelihatannya sudah tua dan miring banget kearah rumah gitu. Kalau roboh, apa gak bahaya?"
Tanya suamiku karena saat itu, akupun juga mengetahui tepat disamping rumah yang akan kutempati saat itu, ada sebuah pohon besar tua yang memang sudah terlihat miring kearah rumah.
"Aman pak, saya dulu pertama kali tinggal didaerah ini, sudah lihat pohon itu bentuknya sudah miring seperti itu.
Oh ya, lagian rumah ini satu-satunya rumah didaerah ini yang dijual loh pak.. yang lainnya sudah habis, semua pekerja pendatang tahun ini memang pada berebut rumah sih pak" ucap pak Wijaya.
"Lampu, air, kamar mandi gimana pak ?. Sepertinya aku gak lihat semua itu ada deh" ucapku dengan kami yang mulai berjalan mendekati rumah tersebut.
"Didaerah sini, listrik memang tidak ada bu, tapi kalau ibu setuju dengan rumah ini, nanti ibu dapat gratis genset. Gensetnya nanti naruhnya dibawah pohon samping rumah. Dan bisa dinyalakan mulai jam 18.00 sore sampai jam 23.00 malam saja.
Kalau mandi, ada sumber air letaknya didekat rumah pak Rusdi bu. Nanti setelah mandi ibu bisa bawa air untuk keperluan memasak. Oh iya, Kamar dirumah ini cuma ada 2 ya.harap maklum rumahnya memang sederhana, berdoa saja,
semoga pak Hendry segera naik jabatan biar segera mutasi pindah lagi ke jawa. Iya kan pak hehehe" ucap pak Wijaya sambil tersenyum pelan.
Dan puncaknya, setelah puas melihat semuanya, akhirnya aku dan suamikupun setuju untuk membeli rumah tersebut dan tanpa lama-lama lagi, mulai hari itu juga, aku seketika menempati rumah tersebut.
Di minggu-minggu pertama aku menempati rumah itu, semuanya memang nampak biasa saja, Setiap hari, aku harus berjalan cukup jauh hanya untuk mandi dan membersihkan diri.
Dan setiap malam, aku harus menyalakan genset agar aku bisa mendapatkan cahaya dan tidak lupa, setiap pukul 23.00 malam, aku juga harus segera mematikannya agar bahan bakar tidak habis secara sia-sia.
Dan dengan semua keadaan itu, akupun rela melakukan semuanya dengan besar harapan nantinya aku bisa hidup lebih mapan.
Hal itulah yang akhirnya memaksaku harus berdamai dengan keadaan dan mencoba lebih berteman dengan kesepian.
Namun sayangnya, semuanya tidak semudah yang aku kira.
Masih beberapa bulan aku tinggal dirumah tersebut, waktu itu aku mulai mendapatkan sebuah terror yang akhirnya, menjadi awal cerita ini bisa kuceritakan kepada kalian.
Masih sangat teringat jelas dikepalaku,
Pagi itu, seperti biasanya setelah suamiku berangkat ke tempat kerjanya, aku kembali melanjutkan aktifitasku yaitu membersihkan rumahku.
Namun anehnya, belum selesai aku membersihkan semuanya, tiba-tiba pandanganku teralihkan dengan suara panggilan yang sepertinya ditujukan kearahku.
"Mbak.." teriaknya.
Mendengar hal itu, aku yang sebelumnya masih sibuk membersihkan area rumahku, waktu itu seketika menolehkan kepalaku kearah sumber suara panggilan yang ternyata, waktu itu ada seorang perempuan paruh baya yang terlihat berdiri tidak jauh dari tempatku berdiri saat itu.
Mengetahui hal itu, akupun seketika tersenyum sopan dengan menjawab panggilannya.
"O iya bu.." sahutku sopan.
"Mbak nya penghuni baru rumah ini ya" imbuh Ibu-ibu tersebut sembari berjalan mendekatiku.
"Iya bu, salam kenal ya, nama saya Sukma" ucapku sembari menjulurkan tanganku seraya memberi tanda, jika waktu itu aku hendak mengajaknya berkenalan.
Namun anehnya, bukannya menyambut jabatan tanganku, waktu itu ibu-ibu tersebut malah memperingatkanku dengan tidak sedikitpun memberitahukan namanya.
"Mbak kok mau beli rumah ini sih mbak, rumah ini sudah lama kosong." ucap ibu-ibu tersebut sembari pandangannya yang terlihat sesekali melihat kearah dalam rumahku.
"Iya bu, la mau gimana lagi, habis rumahnya murah sih heheh" sahutku sopan.
"Mbaknya dari jawa ?" Ucap ibu-ibu tersebut menambahkan.
"Iya bu" jawabku singkat.
"Jawanya mana ?" Tegas ibu-ibu tersebut.
Hingga akhirnya, setelah obrolan panjangku bersama ibu-ibu tersebut, akhirnya akupun menjadi tau, jika nama ibu-ibu tersebut adalah bu Wiji.
Bu Wiji, adalah salah satu warga yang memang tinggal dirumah yang terletak tidak terlalu jauh dari rumahku yang sepertinya, bu Wiji inilah istri dari pak Rusdi sesuai cerita dari pak Wijaya sebelumnya.
Dan tidak hanya itu, Bu Wiji lah yang akhirnya menjadi orang yang pertama aku kenali di daerah tersebut yang ternyata, bu Wiji juga pendatang dari pulau jawa sama seperti halnya dengan diriku.
Setelah saat itu, akhirnya akupun sedikit lebih tenang karena selain mendapatkan teman, aku perlahan mulai betah tinggal ditempat tersebut.
Tapi anehnya, beberapa hari setelah aku berkenalan dengan bu Wiji, semua keanehan dirumah itu perlahan akhirnya mulai terjadi
Semua ini diawali dengan disetiap pagi, aku selalu mendapati benda dirumahku selalu ada saja yang kutemukan dalam keadaan pecah entah kenapa.
Mulai dari piring, gelas, perabotan, pernak-pernik hingga yang lainnya. Waktu itu selalu kutemukan dalam keadaan pecah meskipun akupun bisa mengingatnya, jika sebelumnya, semua barang-barang tersebut sudah kusimpan ditempat yang bisa dikatakan sangat aman.
Dan tidak berhenti disitu saja,
Hawa panas didalam rumah ditambah nasi yang selalu basi, sudah membuktikan jika sepertinya ada hal tidak beres yang sepertinya sedang terjadi.
Namun karena aku mencoba terus bersikap biasa-biasa saja, akupun akhirnya mencoba tidak memperdulikannya dan tidak sekalipun menghubungkan semua itu dengan keberadaan makhluk tak kasat mata.
....
Hingga akhirnya, semuanya malah semakin nyata ketika malam itu tiba.
Benar sekali,
Malam itu, adalah malam dimana aku mulai menyadari, benar kata bu Wiji, jika aku tidak seharusnya tinggal dirumah ini.
Masih sangat teringat jelas dikepalaku,
Malam itu, aku kembali tidur seorang diri mengingat suamiku yang bekerja dan pulang masih beberapa hari lagi.
Mengetahui hal itu, setelah aku mematikan genset yang menjadi sumber tenaga lampuku, akhirnya akupun kembali berjalan masuk kedalam kamar tidurku dengan ditemani lentera kecil yang selalu ada dirumahku.
Sesampainya dikamar, tentu saja akupun seketika memejamkan mata karena akupun juga tidak bisa memungkiri, jika seluruh tubuhku waktu itu juga tiba-tiba terasa sakit entah kenapa.
Tapi sayangnya, belum lama aku memejamkan mata, malam itu untuk pertama kalinya, aku mendengarkan suara aneh yang sepertinya berasal dari dalam rumah ini.
Benar sekali,
malam itu, dengan telingaku sendiri, aku tiba-tiba mendengar suara langkah kaki seseorang yang setelah kudengar lebih teliti lagi, langkah kaki tersebut seperti langkah kaki orang pincang yang sedang berjalan wara-wiri didalam rumahku ini
"Plek,... plek......, plek,..... plek"
Mendengar hal itu, akupun seketika terkejut bukan main dengan telingaku yang mulai kuarahkan lebih dekat lagi agar aku bisa lebih jelas mendengarkan suara langkah kaki tersebut.
Namun sayangnya, setelah aku berhasil mendengar lebih jelas, jantungkupun tiba-tiba berdetak hebat karena saat itu, bukan hanya suara langkah kaki, tapi malam itu aku juga mendengar suara burung yang terdengar dengan sangat keras dan jelas seperti berasal dari atas rumahku .
"Kreeeek...kreeeeekkk....kreeeeekk ".
Merasakan semua itu, tubuhku seketika bergetar tidak karuan ditambah hawa didalam rumahku yang sebelumnya dingin karena cuaca malam, waktu itu tiba-tiba seketika berubah menjadi sangat panas tidak karuan.
Dan tanpa menunggu lebih lama lagi, akhirnya akupun segera mematikan lenteraku dan mulai masuk kedalam selimutku dengan rasa takut yang rasanya sudah semakin tidak bisa aku tahan.
"Ya allah, ada suara orang jalan..mending aku diam saja disini, nanti kalau maling gimana, aku dirumah sendiri" rintihku pelan.
Dan puncaknya, dengan terus menahan semua itu, akupun akhirnya berhasil bertahan meski akupun tidak memungkiri, jika waktu itu, semalam suntuk aku tidak bisa tidur sama sekali.
Dan singkat cerita, pagi pun tiba.
Pagi harinya, ketika aku keluar dari kamarku, akupun kembali terkejut karena waktu itu, dilantai rumahku, aku melihat banyak sekali ceceran lumpur dan pecahan kaca yang terlihat tercecer disemua lantai rumahku.
Dan tidak hanya itu, dinding2 rumahku waktu itu juga terlihat kotor dengan adanya lumpur basah yang sepertinya juga sengaja dilemparkan kesana.
Mengetahui hal itu, akupun seketika lemas dengan rasa takut yang sepertinya sudah tidak lagi bisa jika harus diceritakan lebih dalam.
"Semalam sepertinya memang ada orang didalam rumah ini deh" fikirku dalam hati sambil tatapan mataku yang terus kuarahkan kekanan dan kekiri untuk melihat keadaan rumahku yang waktu itu cukup kotor dan tidak layak huni.
(Pertama kali aku merasakan gangguan itu, di suatu pagi, aku melihat rumahku sudah kotor penuh dengan lumpur basah mas. Di lantai, dinding, meja, kursi, semuanya penuh lumpur dan banyak pecahan kaca.
Bahkan, di foto-fotoku yang kupajang di dinding, semuanya bnr2 sengaja ditutupi oleh lumpur basah. Tapi aku juga ingat, malam sebelum kejadian itu, aku memang sempat dengar ada suara langkah kaki orang pincang di iringi suara burung gagak yg terdengar berisik). Ucap narasumber.
Gara gara lupa lepas tali pocong, 2 daerah di kabupaten malang ini di terror pocong keliling.
Ngeri !
Cong culi den
A Thread
Cong culi den, cong culi den,
Pocong uculi moden.
(Lepaskan tali pocong ku pak Mudin )
Bagi warga kota Batu, kota Malang hingga kabupaten Malang,mungkin kalian sudah tidak asing dengan terror pocong yang saat itu pernah menggemparkan warga desa
Tidak sekedar mengganggu, sosok pocong tersebut benar-benar mendatangi rumah warga satu persatu dengan cara mengetuk pintunya sembari berkata
"Cong culi den" yang jika diartikan, (saya pocong dan tolong lepaskan tali pocong saya wahai pak mudin ).
Minimal baca ini biar tau kalau suku osing memang terkenal sakti sudah dari dulu
Sebuah utas
#lakonstory
Ya kalau ngomongin banyuwangi, pasti seketika fikiran kita akan mengarah ke sebuah kota yang ada di ujung pulau jawa.
Selain terkenal dengan keindahan alamnya, Banyuwangi juga dijuluki sebagai kota santet loh, kok bisa sih,
Ini penjelasannya.
Sejak dulu, Banyuwangi ini memang kental dengan budaya Mistisnya, bahkan disana, juga ada perkumpulan dukun, perkumpulan ahli spiritual ataupun semacamnya.