Kalau kita perhatikan kembali rencana pemindahan ibu kota ini sangat bias. Banyak sekali jargon "pemerataan pembangunan" "infrastruktur" "konektivitas" yang digunakan untuk mendapat dukungan publik atas rencana pemindahan IKN.
"Perusahaan ekstraktif [misalnya, perusahaan tambang serta ndustri kayu dan olahannya] datang ke Kalimantan dan mengambil sumber daya ... migrasi internal [dari satu daerah ke daerah lain memegang peran penting ... dengan degradasi hutan." - @NewNaratif
Padahal, kalau diperhatikan, kita cuma memindahkan polusi dari satu kota ke kota lain. Setelah pusat pemerintahan dipindah, penduduk akan pindah, bisnis juga ikut pindah.
Lihat nih, udah ada proyeksi kawasan hunian aja. Tanya dong, apakah ada jaminan...
Penduduk akan kehilangan hak atas upah, habis itu akan kehilangan tempat tinggal karena ketidakjelasan nasib proyek lokasi rumah mereka. Bayangin pemuda mau mengadu nasib di IKN tapi tinggalnya ama beton tanpa lingkungan yang semakin parah...
...karena lahan di sekitar rumah mereka dikeruk. Udah jatuh tertimpa tangga si, bukan apes lagi.
Meski ada Kota Terpadu Mandiri (KTM) untuk dukung migrasi, tetep aja bakal ada masalah—penolakan dari masyarakat lokal, konflik antara perusahaan ekstraktif dan penduduk, banyak deh!
Makanya, perlu kesadaran yang tinggi dari rakyat untuk terus kawal isu ini supaya pemindahan IKN tak hanya untungkan elit tetapi juga kita semua!
Pak @WAlaudin juga udah bilang di @tribunkaltim kalo IKN adalah identitas Indonesia, identitas kita semua.
@WAlaudin@tribunkaltim Selain peran pemerintah, kita juga harus peka ke komitmen bisnis ke lingkungan.
Jangan sekadar lakukan praktik greenwashing ya, perusahaan! Meski kita sadar sampah, perusahaan perlu sadar ttg dampak produk mereka. Ya kan, kak @negativisme dan @RAsitak04?
Maka dari itu, teman-teman pecinta #lingkungan dan #lingkunganhidup, kita harus peka terhadap dampak sebuah kebijakan (dari pemerintah dan perusahaan) terhadap lingkungan kita. Karena kesehatan lingkungan adalah awal kesehatan kita.
Harusnya kita prihatin dengan kondisi udara kita yang semakin tercemar. Padahal, kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya biasanya ada Car Free Day.
Menurut @CNNIndonesia, kendaraan bermotor adalah alasan utama kita mudah terserang penyakit bernama polusi udara. Padahal, polusi udara itu mahal untuk kesehatan kita, teman-teman pecinta lingkungan.
Temen-temen pecinta lingkungan, yuk coba baca artikel ini. Ecoton sudah berencana mengunjungi 68 sungai di seluruh Indonesia, 35 di antaranya terkontaminasi mikroplastik. Sungguh miris! #lingkungan#lingkunganhidup#indonesia
Sampai sekarang, pemerintah nasional dan lokal belum menyepakati langkah bersama untuk mengatasi sampah plastik pencemar lingkungan, bahkan isu ini menjadi perhatian ilmuwan internasional, lho!
"6.8 miliar ton sampah platstik pertahun, 10% di antara angka itu masuk ke pendaur ulang. 625 ribu ton sampah plastik mencemari laut pertahun." Angka-angka ini bisa mendukung statistik yang disampaikan @twitkuaing semalam terkait sampah plastik.
"Jangan jadikan lahan subur sebagai kawasan industri, tetapi pakailah lahan tandus agar bisa bermanfaat sebagai kawasan industri"
Selalu suka film-film godokan Watchdoc Documentary, tapi yang paling berkesan tetep Surat Cinta dari Pantura. Bisa dicek di
Surat Cinta dari Pantura menyorot bagaimana warga diberi iming-iming lapangan pekerjaan, tapi nyatanya mereka tetap harus bersusah payah mencari lapangan pekerjaan dengan mengorbankan tanah dan harta.
@watchdoc_ID Masyarakat lokal selalu menjadi pihak yang terabaikan di tengah dampak negatif pembangunan industri dan pabrik. Gaungan pemerintah perihal Revolusi Industri yang diikuti pembangunan infrastruktur justru tidak diikuti dengan penghargaan atas hak warga lokal.