Harusnya kita prihatin dengan kondisi udara kita yang semakin tercemar. Padahal, kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya biasanya ada Car Free Day.
Menurut @CNNIndonesia, kendaraan bermotor adalah alasan utama kita mudah terserang penyakit bernama polusi udara. Padahal, polusi udara itu mahal untuk kesehatan kita, teman-teman pecinta lingkungan.
Kalau sesek, kita harus keluar uang lagi buat obat dan perawatan ke dokter. Padahal, polusi udara juga hasil aktivitas sehari-hari kita.
Coba motoran dari Sarinah, lewat Blok M, sampai Lebak Bulus. Habis waktu, bensin, keluar asap.
Apalagi kalau kendaraannya segini. Buset!
Karena kita juga bisa bikin #polusi udara, nah sekarang kita harus pikirkan: gimana cara kita mengurangi polusi udara di #Indonesia?
1️⃣ Menggunakan kendaraan umum
Biasanya kota besar punya opsi kendaraan umum yang memadai. Misalnya, dari Bundaran HI ke Lebak Bulus bisa naik MRT.
2️⃣ Tidak membakar sampah
Eits... apakah di sini ada yang suka bakar sampah tiap minggu? Jangan diteruskan, ya! Karena itu kebiasaan yang tidak baik bagi udara kita. Kita yang bakar, kita juga nanti yang penyakitan dan sesek-sesekan.
Seseknya bisa sampai ke orang lain, pula.
3️⃣ Menanam pohon dan tumbuhan
Pohon dan tumbuhan hijau bisa menyaring udara dan memberikan kita oksigen untuk bernapas. Kota-kota besar saat ini kurang lahan terbuka, tapi aku sangat mengapresiasi langkah @DKIJakarta untuk membuat hutan kota yang bisa didatangi kalau mau nyantai!
Aku ingin mengkritisi IKN sebab proyek ini makan waktu lama dan banyak pohon. Paru-paru dunia akan berkurang drastis.
Di tengah inisiatif pemerintah lokal kurangi #polusiudara, pemerintah pusat mesti punya rencana untuk mengatasi masalah kualitas udara.
Mengapa harus punya rencana? IKN harus bisa menjadi pusat ekonomi dan bisnis yang dapat menjamin warga hidupnya hidup sejahtera, salah satunya dengan buat ibukota yang ramah lingkungan biar #polusiudara#Indonesia bisa dikurangi bersama!
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Kalau kita perhatikan kembali rencana pemindahan ibu kota ini sangat bias. Banyak sekali jargon "pemerataan pembangunan" "infrastruktur" "konektivitas" yang digunakan untuk mendapat dukungan publik atas rencana pemindahan IKN.
"Perusahaan ekstraktif [misalnya, perusahaan tambang serta ndustri kayu dan olahannya] datang ke Kalimantan dan mengambil sumber daya ... migrasi internal [dari satu daerah ke daerah lain memegang peran penting ... dengan degradasi hutan." - @NewNaratif
Temen-temen pecinta lingkungan, yuk coba baca artikel ini. Ecoton sudah berencana mengunjungi 68 sungai di seluruh Indonesia, 35 di antaranya terkontaminasi mikroplastik. Sungguh miris! #lingkungan#lingkunganhidup#indonesia
Sampai sekarang, pemerintah nasional dan lokal belum menyepakati langkah bersama untuk mengatasi sampah plastik pencemar lingkungan, bahkan isu ini menjadi perhatian ilmuwan internasional, lho!
"6.8 miliar ton sampah platstik pertahun, 10% di antara angka itu masuk ke pendaur ulang. 625 ribu ton sampah plastik mencemari laut pertahun." Angka-angka ini bisa mendukung statistik yang disampaikan @twitkuaing semalam terkait sampah plastik.
"Jangan jadikan lahan subur sebagai kawasan industri, tetapi pakailah lahan tandus agar bisa bermanfaat sebagai kawasan industri"
Selalu suka film-film godokan Watchdoc Documentary, tapi yang paling berkesan tetep Surat Cinta dari Pantura. Bisa dicek di
Surat Cinta dari Pantura menyorot bagaimana warga diberi iming-iming lapangan pekerjaan, tapi nyatanya mereka tetap harus bersusah payah mencari lapangan pekerjaan dengan mengorbankan tanah dan harta.
@watchdoc_ID Masyarakat lokal selalu menjadi pihak yang terabaikan di tengah dampak negatif pembangunan industri dan pabrik. Gaungan pemerintah perihal Revolusi Industri yang diikuti pembangunan infrastruktur justru tidak diikuti dengan penghargaan atas hak warga lokal.