gil Profile picture
Dec 1, 2022 86 tweets 15 min read Read on X
MARNIWONGSO #3

~ Legenda Hantu Desa

@bacahorror_id @gudangmistery @IDN_Horor @ceritaht @menghorror Image
Atau yang pengen buru-buru baca kelanjutannya, bisa dukung saya di Karyakarsa, sudah sampai part 5 ya.
3. karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
4. karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
5. https://t.co/PTZf6efBkc
“MARNIWONGSO 3”

Subuh pun menjelang, bersamaan orang2 yg kini berjalan pulang dari rumah Mbah Karso, wajah2nya tampak lesu memikirkan sesuatu, terutama 7 orang yg tempo hari ikut bersama Mbah Karso melakukan penjemputan anak Wagiman di Kali Lanang, kini rautnya tampak gelisah-
-memikirkan kesaksian Surti Mantu Mbah Karso semalam.

“Wah Ciloko tenan iki, nek Marni saiki dadi wani meneh ngganggu ning deso iki”.

(Wah celaka ini, kalau Marni sekarang menjadi berani lagi mengganggu desa ini). Kata Mas Panggih, salah satu dari 7 orang itu-
-sepulang dari rumah Mbah Karso.

“Mugo-mugo wae ora Marni sing meruhi yu Surti mau bengi, Mbah Karso kan dukun, mesti omahe akeh demite!!”.

(Semoga saja bukan Marni yg dilihat Mbak Surti semalam, lagi pula Mbah Karso kan dukun, pasti dirumahnya banyak penunggunya!!). Jawab-
-Ustad Sukar sekedar menenangkan Mas Panggih.

Mentari pagi kian meninggi, Rumah Mbah Karso mulai di datangi oleh para pelayat dari luar desa. Sebagai anak Nyoto terlihat cukup tegar menyalami orang yg turut berbelasungkawa. Ia tampak gigih menjelaskan kronologi meninggalnya-
-ayahnya kepada setiap pelayat yg bertanya.

Hingga terlihatlah di matanya seorang pria tua berpeci miring yang berjalan menggunakan tongkat. Disini pagar Nyoto seakan seketika roboh melihat orang itu.

“Piye kok iso?”.
(Bagaimana bisa?). Ucap pria tua itu dari kejauhan.
Nyoto tak bisa berkata-kata lagi dan langsung berlari memeluk pria itu sambil menangis.

Pria tua itu adalah Mbah Purbo, sahabat Mbah Karso, mereka sama2 veteran saat masa penjajahan. Mbah Purbo sudah seperti ayah ke dua bagi Nyoto karena ia sempat tinggal di-
-rumahnya selama 3 tahun saat SMA.

“Ora iso, Karso kui Bogel!!, ramungkin mati segampang kui”.

(Tidak bisa, Karso itu ‘kebal peluru’, tak mungkin dia mati semudah itu). Kata Mbah Purbo menahan air matanya setelah mendengar penjelasan dari Nyoto.
Mbah Purbo tampak tak bisa menerima kematian sahabatnya itu begitu saja, ia mulai histeris dan tantrum bak anak kecil. Sampai ia terhuyung jatuh karena tak sengaja melepaskan tongkatnya.
Suasana menjadi sedikit ribut sampai akhirnya, Nyoto di bantu oleh beberapa pelayat, membopong Mbah Purbo masuk ke dalam kamar.

Mbah Purbo di baringkan di dalam kamar, dengan posisi setengah duduk ia yg mulai tenang pun segera di beri minum oleh Surti.
Sementara itu Sasongko yang penasaran dengan keributan itu tampak mengintip di ambang pintu, sampai Mbah Purbo yg melihatnya pun memanggilnya.

“Rene nang, aku iki yo Mbahmu”.
(Sini nak, saya ini juga kakekmu). Kata Mbah Purbo memandang Sasongko.
Sasongko tampak takut dan malu-malu hingga akhirnya Nyoto pun sedikit menariknya, meminta anaknya itu untuk masuk dan mendekat.

“Rene Mas, mlebu, salim disik karo Mbah Purbo!!”.

(Sini Mas, Masuk, salim dulu sama Mbah Purbo!!). Ucap Nyoto meminta anaknya itu untuk masuk.
Sasongko pun mendekat dan menjabat tangan Mbah Purbo, disinilah keanehan terjadi, Sasongko menyalami Mbah Purbo dengan tidak wajar, raut wajahnya seketika berubah, dan seperti tak mau melepaskan tangannya dari Mbah Purbo. Ia menatap Mbah Purbo sambil tersenyum aneh. Image
Mbah Purbo sebenarnya merasa tak nyaman, namun ia yang seperti merasakan sesuatu pun tak mau kalah, dengan balik menatap cucu sahabatnya itu sambil tersenyum.

“Oh wani-wanine yo kowe”.

(Oh berani-beraninya ya kamu). Batin Mbah Purbo sambil terus menjabat tangan Sasongko.
Hingga tak lama setelah itu, mendadak Sasongko mengibaskan tangan Mbah Purbo dan berlari keluar dari kamar, membuat Surti dan Nyoto merasa kebingungan dengan tingkah anaknya itu.
“Di ngapunten larene Pak, kawit wau enjang, panci sek nganeh-anehi”.

(Mohon dimaklum Pak, sejak tadi pagi anak itu memang agak aneh). Ucap Nyoto yang tak enak dengan Mbah Purbo.

“Ho.o rapopo, rapopo”.

(Iya tidak apa-apa, tidak apa-apa). Jawab Mbah Purbo saat itu.
Sebenarnya ketika bersalaman tadi, saat tangan mereka bersentuhan, bagi Mbah Purbo, di penglihatan matanya, bukanlah Sasongko yang ia lihat, dan bukan Sasongko pula yang tersenyum sambil menatapnya, melainkan seorang wanita berwajah tua dengan rambut yang acak-acakan. Image
Dan disini kita tahu bahwasanya Mbah Purbo & Mbah Karso mempunyai kesamaan. Yaitu sama2 ‘paham’ tentang dunia lelembut.

Saat itu Mbah Purbo sepertinya tahu, ada sesuatu yg sedang membayangi keluarga almarhum sahabatnya ini.
Dan Beberapa saat setelah Sasongko keluar dari kamar itu, Mbah Purbo langsung berbicara kepada Nyoto dan Surti, kalau saat ini ada entitas gelap yang sedang berkeliaran di sini.
“Wujud’e tiyang estri nggih Pak?”.

(Wujudnya seorang wanita ya Pak?). Tanya Nyoto setelah mendengar penjelasan dari Mbah Purbo.

“Ho’o kowe wes ngerti yo?”.
(Iya, kamu sudah tahu ya?). Tanya Mbah Purbo kini.
Nyoto pun akhirnya bercerita, tentang apa yg dilihat istrinya semalam, yaitu seorang wanita yg duduk di tengkuk Sasongko di halaman belakang dekat sumur.

Meski Nyoto tak melihat sendiri dengan kedua matanya, namun ia percaya & mulai menghubung-hubungkan ini dengan rangkaian
-
-kejadian yg terjadi di desa ini.

“Ojo-ojo niku Marniwongso Mbah, lelembut wadon ingkang manggon wonten wit Trembesi ting nginggili pun Kali Lanang, kolo wingi poro wargo deso mriki sempet wonten masalah.-
-(Jangan-jangan itu Marniwongso Mbah, hantu wanita yang menghuni pohon trembesi di atasnya Kali Lanang, tempo hari warga desa sini sempat ada masalah). Ungkap Nyoto kepada Mbah Purbo.

Bersambung karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
Nyoto juga akhirnya menjelaskan kejadian lalu, tentang sempat hilangnya seorang anak & ibu yg disembunyikan oleh Marniwongso itu. Akibat di pugarnya Kali Lanang.

Pikir Nyoto masalah ini sudah selesai, mengingat renovasi Kali Lanang juga telah rampung & sudah mulai di gunakan.-
-Namun tidak kini menurut pandangan spiritual Mbah Purbo.

“Menurutku sopo iku? ‘Marniwongso’ kui mung wedi karo Karso tamrin, deknen ngluwehke pugaran Kali Lanang iku, mergo wedi di amuk karo bapakmu”.

(Menurut saya, siapa itu? Marniwongso hanya takut dengan ‘Karso tamrin’,-
-dia membiarkan renovasi Kali Lanang itu karena takut di amuk oleh Bapakmu). Pendapat Mbah Purbo perihal Marniwongso.

Mbah Purbo juga mulai yakin, bahwa sosok wanita yg tadi dilihatnya dalam tubuh Sasongko itu adalah Marniwongso, yg kini sudah lepas dari belenggu ketakutannya,-
-karena Mbah Karso, satu2nya orang yg dia takuti sudah meninggal.

Kalau perkiraan Mbah Purbo ini benar, berarti akan ada sesuatu yang akan terjadi pada desa ini lagi. “Celaka ini”. Batin Nyoto saat itu.
“Sopo wae sing nemoni Kuntilanak iku ning kali pas kui?”.

(Siapa saja yg bertemu Kuntilanak itu di kali saat itu?). Tanya Mbah Purbo kepada Nyoto.

“Tiyang 9 Pak, termasuk Bapak kalih kulo, wonten nopo Pak?”.

(9 orang Pak, termasuk saya & Bapak, ada apa Pak?). Jawab Nyoto
“Mengko uwong-uwonge kumpulke, sampekke pesenku mau, nek Kuntilanak kui sakiki wes raono sing nahan”.

(Kumpulkan orang-orang itu nanti, sampaikan ceritaku tadi, kalau Kuntilanak itu sekarang sudah tak ada yg menahan). Kata Mbah Purbo yg seketika membuat Nyoto menjadi kawatir.
“Lajeng, pripun kelanjutane Pak?, kalian cara ngatasine?”.

(Lantas bagaimana kelanjutannya Pak? Dan cara mengatasinya?). Tanya Nyoto kini.

Menanggapi pertanyaan Nyoto, Mbah Purbo memberikan 2 jenis cara,
Cara yang pertama adalah ‘meminta maaf’, cara ini cukup mudah namun ‘hina’ menurut Mbah Purbo, karena akan membuat Lelembut itu jumawa dan ada kemungkinan berulah lagi.
Atau cara yang kedua, yaitu ‘Melawan’, cara ini mungkin akan sulit dilakukan, tapi bila berhasil, akan membuahkan efek yang permanen, lelembut itu akan ‘jinjau’ dan tak berani berulah lagi.
Nyoto pun kembali bertanya dan meminta saran kepada Mbah Purbo, cara mana yang menurut beliau lebih baik. Apakah dengan meminta maaf atau dengan cara melawannya. Dan Mbah Purbo pun dengan tegas menjawab.-
-“Yo jelas nglawan to!! Podo karo carane Karso tamrin!!, buktekke ning deknen, Karso mung mati ragane, ora mati jiwane, men deknen ngerti iseh ono Karso-karso liya ning kene!!”.-
-(Ya jelas nglawan to!!! Sama seperti cara yang ditempuh oleh Karso tamrin!!, buktikan kepada dia, Karso hanya mati raganya, tidak dengan jiwanya!!, agar dia juga tahu, masih ada Karso-Karso lain di sini!!). Ucap Mbah Purbo kepada Nyoto.
“Wes, ojo sumelang!!, senajan mungkin aku ra sekuat Karso, kowe tetep tak rewangi sak nyandakku!!”.

(Sudah, jangan kawatir!!, walaupun mungkin saya tak sekuat Karso, sebisa mungkin saya tetap akan membantu!!). Kata Mbah Purbo lagi.
Berjam-jam berlalu, Mbah Purbo pun pamit pulang dan sempat berujar agar Nyoto main kerumahnya, bila nanti membutuhkan bantuan.

“Wes yo, aku tak mulih disik, kowe-kowe sing tabah yo, suwargo langgeng kanggo Karso tamrin”.
-
-(Sudah ya, aku pamit pulang, kalian-kalian yang tabah ya, kekal di surga untuk Karso tamrin). Kata Mbah Purbo seraya berjalan keluar dan menaiki delman yang sudah mengantar dan menunggunya sedari tadi.
Singkat cerita, malamnya kiriman doa tahlil untuk almarhum Mbah Purbo dihari ke 2 ini pun baru saja selesai.

Meski tak seramai hari kemarin, tapi cukup lah, untuk menegakkan hati keluarga Mbah Karso yang sedang berkabung.
Sementara itu setelah acara doa selesai, Tampak kini 8 orang pilihan Mbah Karso di Kali Lanang waktu itu, tengah berkumpul sesuai arahan Mbah Purbo tadi.

8 orang itu adalah Nyoto, Lik Sukri, Ustad Sukar, Pak Sobari, Mas Panggih, Pak Gugat, Lik Kantong dan Bejo.
Tanpa menunggu lama, Nyoto pun mulai membuka pembicaraan dan menceritakan semuanya, seperti apa yang tadi pagi dijelaskan oleh Mbah Purbo, perihal dugaan kuat tentang lepasnya Marniwongso.
“Demite Kali Lanang ucul kang lan koyone arek gawe ontran-ontran ning desane dewe!!”.

(Dedemit Kali Lanang itu sudah terlepas Kang!!!, dan sepertinya akan membuat kekacauan didesa kita). Ucap Nyoto di dalam perkumpulan itu.
“Sing mau bengi meruhi Yu Surti kae berarti Marniwongso ho’o mas?”.

(Yang semalam dilihat oleh Mbak Surti itu berarti Marniwongso mas?). Kata Pak Sobari menyambut pernyataan itu.
“Ho’o kang, aku yakin kae Marniwongso!!”.

(Iya kang, saya meyakini itu adalah Marniwongso). Jawab Nyoto.

“Wes tak batin! Wes tak batin!, terus awak dewe kudu kepiye iki?”.

(Sudah Kuduga!! Sudah kuduga!, terus kita harus bagaimana ini?). Kata Lik Sukri menyela obrolan itu.
“Nek sarane koncone bapakku mau, awak dewe kudu nglawan, tapi delok wae mengko, nek pancen Marniwongso kui ucul, mesti bakal ono kejadian”.

(Kalau saran kawan Bapakku tadi, kita tetap harus melawan, tapi lihat saja nanti, kalau memang benar Marniwongso terlepas, pasti akan-
-ada kejadian). Ucap Nyoto menanggapi

“Hah!!! Nglawan piye? Podo Mbah Karso? Opo dewe sanggup, dewe ra sewani kui”.

(Hah!! Melawan bagaimana?, seperti apa yang dilakukan Mbah Karso? Apa kita sanggup?, saya merasa kita tak seberani itu). Tanggap Lik Sukri
“Mugo-mugo wae, koncone Bapakku salah, nanging upomo demit Kali Lanang kae bener-bener ucul, aku manut sampean-sampean kabeh, ameh nggowo coro opo”.

(Semoga saja teman Bapakku itu salah, akan tetapi bila memang Marniwongso ini benar-benar terlepas, saya tetap akan kembalikan-
-ke pada kalian-kalian semua, mau dengan cara apa kita mengatasianya). Ucap Nyoto

Bersambung karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
Musyawarah pun terus dibicarakan, tanpa ada mufakat, karena memang pada kenyataannya, mereka belum mempunyai bukti pasti kalau si Marniwongso itu benar-benar sudah keluar dari sarangnya.
Malam semakin larut, para warga yang melekan di bawah tenda depan rumah almarhum Mbah Karso itu pun mulai beranjak pulang, termasuk 7 orang yang tadi berkumpul bersama Nyoto juga sudah kembali ke rumahnya masing-masing.
& pada malam inilah sebenarnya teror dimulai. Kita awali dengan Lik Sukri, tokoh paling penakut di cerita ini.

Lik Sukri yg sudah sampai di depan rumahnya, tampak mengendap2, dengan pelan ia membuka engsel pintu agar tak membangunkan istri & anaknya yg sudah tertidur.
Bukannya langsung masuk kekamar, Lik Sukri malah duduk di ruang tamunya, seraya menyalakan satu lagi lampu semprong untuk menambah penerangan, maklum rumah Lik Sukri memang belum ada listrik.
Wajahnya tampak gelisah, memikirkan sesuatu, ya!!! “Apa lagi kalau bukan dedemit Kali Lanang itu” yg kini tengah berada dalam pikiran Lik Sukri.

Nyatanya pertemuan tadi membuat Lik Sukri kepikiran, ia takut istri & anaknya akan diculik seperti yg dialami anak & istri Wagiman.
“Ah, bisa saja keyakinan Nyoto itu tidak benar!!”. Batin Lik Sukri yang kini berjalan ke dapur untuk membuat segelas kopi.

Namun baru saja ia membuka tirai dan melangkah masuk, Lik Sukri dikejutkan oleh istrinya, yang ternyata sedang ada di dapur.
“Agstafirullah!!!!!!, sampean to buk!!! Ngopo wengi-wengi ning pawon ki!!”.

(Agstafirullah!!!!, kamu to buk!!! Ngapain malam-malam di dapur!!!). Sentak Lik Sukri yang melihat wajah istrinya itu tersinari temaram lampu semprong di pinggir meja makan.
“Aku ngelih Pak, nek ra mangan, susuku ora metu..”.

(Aku lapar Pak, kalau tidak makan, asiku tidak akan keluar). Jawab istri Lik Sukri sambil menyuap talas rebus ke dalam mulutnya.
“Owalah-halah, get-geti wae, tak kiro sampean ki wes turu, yowes aku gawekno kopi sisan!!”.

(Owalah-halah, mengagetkan saja, saya kira kamu itu sudah tidur, ya sudah buatkan aku kopi sekalian!!). Ucap Lik Sukri seraya berbalik dan berjalan lagi menuju ruang depan.
“Owalah, ndak tahu orang lagi takut aja!!”. Batin Lik Sukri yang berjalan.

Namun betapa kagetnya lagi ketika Lik Sukri berjalan & melewati depan kamarnya. Istrinya yg tadi berada di dapur kini terlihat keluar dari kamarnya. Dengan rupa kantuk sang istri bertanya kepada-
-Lik Sukri yg kini langkahnya terhenti.

“Ntes Omong-omongan karo sopo to pak?”.

(Habis ngomong sama siapa to Pak?). Tanya sang istri sambil mengusap-usap matanya yang masih mengantuk.
“Lhoh!!”. Lik Sukri terdiam tak bisa menjawab, sampai akhirnya istrinya yang jengkel mendekat dan sedikit menampar pipinya.

“Plakkk!! Sampean mabuk meneh po!?”.

(Plakk!! Sampean mabuk lagi ya!!?). Kata sang istri sambil mendekati mulut Lik Sukri untuk memeriksa bau nafasnya.
Di sini Lik Sukri seketika sadar, bahwa yang tengah berada di depannya ini adalah benar-benar istrinya, Lantas siapa yang tadi ia temui di dapur?.
Buru-buru Lik Sukri menarik istrinya ke dalam kamar dan menutup pintu serta menguncinya, ia pun langsung meringkuk di atas-
-tempat tidur dan mendekap bayi kecilnya. Sang istri yang masih tak mengerti dengan apa yang terjadi juga ikut panik, sampai ia pun juga ikut melompat ke atas ranjang dan turut memeluk sang bayi yang sekarang berada di tengah-tengah mereka.
“Ono opo to pak!?”.
(Ada apa sih Pak!?). Tanya sang istri yg tampak bingung.

“Ono kowe ning pawon, lagi mangan kimpul, aku mau omong-omongan karo kowe sing ning pawon”.

(Ada kamu di dapur, sedang makan talas, tadi itu aku berbicara dengan kamu di dapur). Bisik Lik Sukri.
“Hah!!! Kapan aku ning pawon!? Seko sampean mau mangkat tahlilan, aku ngeloni ‘Anjar’ terus, durung moro pawon!”.

(Hah!! Kapan saya ke dapur? Dari sampean tadi berangkat tahlilan, aku ngelonin ‘Anjar’ (anak mereka), belum pergi ke dapur!!). Kata istrinya lantang.
“Ssssttt!!!! Makane kui!! sing lagi ning pawon kae terus sopo!?”.

(Sstttt!!! Makanya itu!!! Terus yang di dapur itu siapa!?). Jawab Lik Sukri sambil menyuruh istrinya untuk memelankan suaranya.
Mendengar itu, Istri Lik Sukri terlihat semakin mendekap anaknya. Begitu juga dengan Lik Sukri yang tampak gemetar, ia segera memeriksa pisau cukur yang di selipkan di bawah bantal si kecil Anjar.
Bersamaan dengan itu, terdengarlah di telinga mereka, suara nyanyian gending jawa, dengan nada yang menggumam. Batin Lik Sukri yakin, jelas suara itu bersumber dari arah dapur.

“Sopo kae pak!!”.

(Siapa itu Pak!!). Kata istri Lik Sukri ingin menangis.
Lik Sukri tak menjawab, hanya mengisyaratkan agar istrinya tenang.

“Ssssstttt”. Bisik Lik Sukri kepada istrinya dengan jentik telunjuknya.

Suara itu masih terdengar, dan kini seakan berjalan semakin mendekat ke arah mereka.

“Srekkk...Srekkk..Srekk”. Terdengar juga-
-diantara nyanyian aneh itu, seperti suara seperti langkah yang diseret. Membuat istri Lik Sukri kini mulai menangis ketakutan.

“Agstafirullah!!! Agstafirullah!! Agstafirullah!!”. Ucap istri Lik Sukri yang sudah mulai mengeluarkan air mata.
Dan seiring suara nyanyian yang semakin mendekat itu, pintu kamar yang tadi seingat Lik Sukri sudah di kunci kini tiba-tiba terbuka sendiri dengan perlahan. Dan suasana pun menjadi makin kacau ketika bayi kecil mereka, si ‘Anjar’ terbangun dan kini menangis.
& terdengar dgn jelas kini ditelinga mereka, Suara nyanyian aneh itu yg sekarang saling bertabrakan dgn tangis si Anjar.

Berada di posisi seperti ini, Lik Sukri & istrinya hanya bisa merunduk memejamkan mata, seraya melindungi bayi kecilnya dgn kaki mereka yg saling bersilang.
Entah berapa lama suara itu bertahan, yg jelas gumaman bernada jawa itu hilang bersamaan dengan Anjar yg tiba-tiba berhenti menangis.

Untuk beberapa saat, suasana sempat berubah senyap, namun itu tak bertahan lama, karena beberapa detik kemudian,-
-“Srekkkkk... Srekkkkk... Srekkkk!!”. Suara seperti langkah yg diseret kini terdengar sangat dekat.

Bersambung karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
Lik Sukri tanpa sengaja membuka matanya namun ia langsung memejamkannya kembali, ia melihat sosok yang sudah selangkah masuk ke dalam kamarnya. Image
“MARNIWONGSO!!”. Batin Lik Sukri yang ketakutan. Hawa tak nyaman mulai terasa memenuhi ruangan, menenggelamkan Lik Sukri dan istrinya ke dalam rasa takut yang tak tergambarkan.
Namun satu hal janggal terjadi, ketika kini Anjar mulai mengoceh, bayi kecil itu tertawa-tawa, seakan ada sesuatu yang tengah mengajaknya bercanda.
Mengetahui itu, istri Lik Sukri sejenak lupa akan ketakutannya & dengan spontan ia memeriksa anaknya. Namun baru beberapa detik saja ia membuka matanya, istri Lik Sukri langsung berteriak. Karena tepat di depannya, telah berdiri sosok wanita berbaju putih dan bertubuh besar. Image
Lik Sukri sontak terperanjat dan tentu saja kini ia juga melihat sosok itu. Ya!! Dia adalah Marniwongso, karena wujud sosok itu sama seperti lelembut yang pernah Lik Sukri lihat di Kali Lanang waktu itu.
Lik Sukri segera mengangkat anaknya, dan mendekapnya serta merangkul istrinya. Dengan ketidakwajaran ini ia mencoba untuk menyingkirkan rasa takutnya.

“Arep ngopo kowe!!!”.

(Mau apa kamu!!!). Sentak Lik Sukri seraya mengeratkan tubuhnya dengan anak dan istrinya.
Marniwongso tak bergeming, mata putihnya menatap tajam ke arah Lik Sukri. Hingga beberapa saat kemudian Kuntilanak bertubuh besar itu pun mulai mendesis, mengucap kata-kata yang tak jelas dengan nada membisik. Image
Dan bersamaan dengan itu, Si Anjar yang berada di dalam dekapan Lik Sukri mulai menangis kencang. Berakhir dengan angin yang berhembus menerpa mereka, Sosok itu pun menghilang begitu saja.
Dengan tangan gemetar dan peluh yang bercucuran, Lik Sukri masih mencoba untuk menenangkan anaknya yang menangis, sambil menyenggol-nyenggol istrinya yang sepertinya sudah tak sadarkan diri.
Sungguh tak pernah terpikirkan oleh Lik Sukri, akan melihat Marniwongso sejelas itu. Ia pun memilih terjaga hingga esok hari, dalam keadaan yg sama, yaitu duduk di atas ranjangnya dengan si kecil Anjar dalam dekapannya. Ia sangat takut, jika Marniwongso kembali & membawa anaknya.
Dan Marniwongso #3 selesai disini, sampai jumpa di bagian berikutnya ya,

Buat temen-temen yang buru-buru pengen tahu lanjutannya, bisa dengan mendukung saya di Karyakarsa. Disana sudah sampai Part 5 ya :))

Bagian 4. karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…

Bagian 5. karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with gil

gil Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @AgilRSapoetra

Jan 24
POCONG DARMO (Bab 4)

Mbah Darmo yang meninggal, bangkit meneror, mengetuk, merintih dan menangis, mengelilingi dusun Morotunggo @bacahorror @IDN_Horor @menghorror Image
“POCONG” – Mbah Darmo (Bab 4).

Sebelumnya.. (Bab 3).

Semua orang kini berada di halaman depan, yg beberapa saat kemudian, menyelip di antara bau busuk dan kegaduhan itu, suara tangisan yg cukup keras dan jelas, layaknya orang yang tengah merintih-

karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
Read 50 tweets
Jan 17
POCONG DARMO (Bab 3)

Mbah Darmo yang meninggal, bangkit meneror, mengetuk, merintih dan menangis, mengelilingi dusun Morotunggo

@menghorror @bacahorror @IDN_Horor Image
1. x.com/AgilRSapoetra/…
2. x.com/AgilRSapoetra/…

Mas Panggah dipapah ke atas ranjang, setelah itu istrinya pun keluar, mengunci pintu depan dan mengambil air putih yang segera diberikan kepada Mas Panggah yang kini tampak ling-lung. Kejadian itu terasa seperti mimpi,-
-kedatangan pocong yang ia duga adalah Mbah Darmo di malam ini, lebih ‘Keterlaluan’ dari pada malam-malam sebelumnya. (Sebelumnya bab 2).

*******

POCONG DARMO (Bab 3).

Pagi harinya..

Istri Mas Panggah terbangun dan segera mendapati--
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
Read 72 tweets
Jan 10
POCONG DARMO (Bab 2)

Mbah Darmo yang meninggal, bangkit meneror, mengetuk, merintih dan menangis, mengelilingi dusun Morotunggo

@menghorror @bacahorror @IDN_Horor
karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…Image
Bab 1.

“POCONG DARMO” – (Bab 2).

4 hari berselang, berarti sudah 6 hari sepeninggal Mbah Darmo, suasana dusun Morotunggo ini pun menjadi mencekam, skala teror pocong yg diduga adalah almarhum Mbah Darmo itu kini meluas, merambah ke rumah2 warga.
Terhitung sampai hari ini tak ada yg tahu apa penyebab dari teror itu, Pak Faruq yg tempo hari juga sempat mengecek riwayat mendiang pun menemui jalan buntu, karena catatan keluarga Mbah Darmo diketahui sudah ikut hilang dalam peristiwa kebakaran kantor desa itu 10thn lalu.
Read 69 tweets
Jan 3
POCONG DARMO (Bab 1)

Mbah Darmo yang meninggal, bangkit meneror, mengetuk, merintih dan menangis, mengelilingi dusun..

@menghorror @bacahorror @IDN_Horor Image
Jawa Tengah 1998,

Minggu terakhir di bulan mei, hampir bersamaan dengan berakhirnya pemerintahan orde baru kala itu, ada kisah tak lazim yg berlaku di sebuah dusun kecil, sebut saja Dusun ‘Morotunggo’.

karyakarsa.com/AgilRSapoetra/…
Semua berawal dari meninggalnya seseorang di dusun itu, yakni ‘Mbah Darmo’.

Ia meninggal karena penyakit TBC, cukup wajar, lagi pula umur beliau juga sudah cukup tua. Hanya saja, ada satu fakta yg menyedihkan, yakni Mbah Darmo yg meninggal dalam kesendirian, ia tak mempunyai-
Read 72 tweets
Jun 25, 2024
[HORROR STORY]

PENGHUNI LAMA

~ Jiwa-jiwa yang tertinggal ~

[A THREAD]

#bacahorror #menghorror #IDN_Horror @bacahorror @menghorror @IDN_Horor Image
Temanggung, Jawa Tengah 2007,

Malam itu, Bau asap rokok menyelinap masuk ke kamar Tari, menusuk kuat hingga membangunkannya.

Tari pun melihat kearah jam di dinding kamarnya yg menunjukkan pukul 00.30.

"Oh Mas Doni sudah pulang". Batin Tari yg menyadari bahwa bau rokok ini ada-
-lah Mas Doni (Suaminya) yg sudah pulang dari bekerja & sekarang tengah merokok di ruang tamu.

Dengan kantuknya Tari pun beranjak keluar dari kamarnya, untuk membuatkan kopi bakal sang suamui

"Mas,sudah pulang?". Ucapnya-
Read 204 tweets
Jun 17, 2024
[HORROR STORY]

PASAR SETAN ~ Alas Randu

[A THREAD]

@bacahorror @IDN_Horor @menghorror #bacahorror #menghorror #IDNhoror Image
Hi.. Lama bgt gak bikin thread ya.. :)

Kali ini saya akan menceritakan sebuah pengalaman ganjil sekaligus ngeri dari seorang kerabat, yg bersaksi bahwa ia pernah tersesat di 'Pasar Setan', cerita ini terjadi sudah cukup lampau, yakni kisaran tahun 1994-95, tapi bagi nara-
-sumber, setiap detilnya masih membekas, bahkan menyisakan trauma yg cukup dalam.

*****

Jawa Tengah kisaran tahun 1994-95,

Pada suatu sore..

"Mbok dikirim besok pagi saja to Le". Kata seorang ibu kepada anaknya yg sedang menali 3 ekor kambing di atas mobil baknya. Image
Read 68 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(