Berdirinya Badan-Badan Perjuangan dan Kelaskaran Serta Angkatan Oemat Islam (AOI) di Kebumen #kebumen#AOI
utasan :
Berita Proklamasi yang disebarluaskan di kota-kota sampai ke pelosok, baik melalui radio maupun koran-koran mendapat tanggapan hangat dari segenap rakyat Indonesia, termasuk di Kebumen. Tanggapan terutama untuk menyebarkan proklamasi yang berbunyi:
“
Hal-hal yang mengenai pemidahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara seksama dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya”.
Di ibu kota kabupaten Kebumen, berkumpul pegawai, pedagang dan buruh. Golongan inilah yang pertama kali menyambut Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dengan rapat umum pada tanggal 28 Agustus 1945.
Pemindahan kekuasaan dari Jepang ke Indonesia dimulai oleh Angkatan Muda yang didirikan oleh buruh-buruh PTT pada Agustus itu. Pengambilalihan milik asing menjadi milik Republik seperti Pabrik Minyak Mexolie di Kebumen, Pabrik Minyak Olvado Karanganyar, Pabrik Tenun di Sruweng,
Pabrik Genteng di Pejagoan dilakukan pada bulan September. Pembiayaan untuk Angkatan Muda dan Barisan Keamanan Rakyat (BKR) diusahakan oleh Komite Nasional Indonesia (KNI), suatu badan formil yang diketuai oleh dr. Goelarso.
Setelah digantinya Gularso oleh Sugeng, dan Bupati M. Said Prawirosastro oleh Prawotosudibjo, Angkatan Muda menjadi sangat berpengaruh di lingkungan KNI.
Rakyat Kebumen yang terdiri dari berbagai golongan lapisan masyarakat, serentak bersatu dan berkelompok membentuk barisan-barisan, organisasi perjuangan dan kelaskaran sebagai berikut:
Kelompok atau Barisan Bekas Prajurit PETA, di Kebumen dipimpin oleh eks Chudancho M. Sarbini didampingi eks Chudancho Soedradjat; di Gombong dipimpin eks Chudancho Kaslan Hoedyono Soekamto didampingi eks Shodancho Soedarsono Bismo dan eks Shodancho Slamet Soebyakto.
Pada waktu pembentukannya eks Chudancho M. Sarbini memberikan pengarahan.
Kelompok atau Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) dipimpin Kyai Masdoeki, Moh. Syafe’i, Soekirno, dan Koencoro.
Kelompok atau Barisan Hizbullah dipimpin Idroes.
Kelompok atau Ikatan Pelajar (IPI) dipimpin Soehendro Hendarsin.
Kelompok Pemuda (Angkatan Muda) dipimpin Sri Darmadji.
Kelompok Guru Badan Pendidikan Anak (BAPA) dipimpin Aboe Chamid Yoedopranoto.
Kelompok Pegawai Negeri dan Karyawan dipimpin Alip Prawirohardjo dengan nama PERBI ( Persatuan Buruh Indonesia).
Klompok Pemuda Putri (PPI) dipimpin Sri Moelyani.
Kelompok Wanita (PERWARI) dipimpin Ibu Goelarso dan Ibu Mangkoe Soemitro.
Kelompok Palang Merah Indonesia (PMI) dipimpin Dokter Goelarso.
Untuk mengimbangi gerakan dari Angkatan Muda yang merekrut kalangan buruh, beberapa badan lain dari lapisan masyarakat pun terbentuk. Pada bulan Oktober 1945 berdiri AOI, Angkatan Muda Guru Indonesia (AMGRI), dan Barisan Banteng (dari Parisan Pelopor).
Pada bulan November 1945 terbentuk Barisan Pemberontak Republik Indonesia (BPRI), Barisan Buruh Indonesia (BBI), PERWANI (kemudian PERWARI) GPII, Hizbullah, Laskar Rakyat, Sarekat Tani Republik Indonesia (SATRIA) kemudian menjadi BTI.
Pada bulan itulah Angkatan Muda berubah menjadi PESINDO. Ada juga golongan tua yang digerakkan oleh dua orang penghulu yakni Kyai Haji Umar Nasir Candi dan Kyai Haji Makmur Tejasari.
Pada bulan Desember 1945 berdiri Pemuda Puteri Indonesia (PPI), PGRI, dan Muslimat. Sementara itu di Kutowinangun berdiri Laskar Merah, dan di Selang Syarekat Rakyat. Pada bulan Januari 1946 berdiri Pemuda Rakyat sedangkan Februari 1946 Partai Nasional Indonesia.
Susunan KNI yang pada bulan Maret 1946 menjadi Badan Perwakilan Rakyat Kabupaten telah meliputi BTI, PNI, AOI, Parkindo, Laskar Rakyat, PPI, BBI, Hizbullah, Partai Sosialis, Perwari, PBI, Parindo (Partai Rakyat Indonesia),
GPII, PRI (Pemuda Republik Indonesia), Masyumi, Muslimat, PKRI (Partai Katolik Republik Indonesia), AOI Puteri, Sabilillah, AMGRI, Pesindo, BBWI (Barisan Buruh Wanita Indonesia).
Dari daftar di atas, terlihat bermacam-macam badan dengan basis sosial sendiri – sendiri. Tampak pula dari masing-masing, ada yang memiliki hubungan vertikal dan nasional serta ada yang hanya lokal.
AOI adalah badan lokal yang merekrut penduduk tani dari desa, selain berdasarkan agama. Potensi AOI terutama dalam menghadapi gerakan militer Belanda pada tahun 1947 terbukti dengan diangkatnya Sudjangi sebagai Wakil Ketua Panitia Pertahanan Rakyat Kebumen,
mendampingi Ketua, Bupati Sudjono pada bulan Agustus 1947.
KNI sendiri mengalami perubahan menjadi BPR (Badan Perwakilan Rakyat) yang dibentuk dan diresmikan pada tanggal 4 April 1946.
Pada tanggal 4 April 1946 BPRK melangsungkan sidangnya yang pertama kali. Anggota BPRK itu terdiri dari 8 orang wakil organisasi, 26 orang wakil partai politik, dan 22 orang wakil dari masing-masing kecamatan (DHC, 115).
Bila dilihat dari anggota KNI maka di Kebumen banyak berdiri organisasi/badan perjuangan/partai. AM dan BKR memegang kendali dari BPRK.
Pada tanggal 28 April 1946 diselenggarakan rapat raksasa di alun-alun Kebumen oleh BPRI. Rapat itu dihadiri oleh wakil BPRI Pusat, yaitu Suteguh dan Wardoyo, dan mendapatkan perhatian yang besar dari rakyat.
Rakyat dari seluruh pelosok Kebumen berbondong-bondong menuju alun-alun Kebumen. Mereka membawa cangkul, bambu runcing, atau senjata lainnya. Pada kesempatan itu Wardoyo mengupas Ramalan Joyoboyo untuk membangkitkan semangat rakyat.
Beberapa hari setelah Rapat Umum, Bung Karno dan Bung Hatta datang ke Kebumen. Seluruh lapisan rakyat bergembira menyambut Presiden dan wakilnya. Kedatangan kedua pemimpin rakyat itu disambut dengan hujan lebat luar biasa.
Padahal waktu itu musim kemarau. Barisan rakyat yang berjejal sepanjang jalan dan lautan manusia di alun-alun rela basah kuyup terguyur hujan. Luar biasa memang. Keajaiban pun terjadi.
Begitu presiden dari pendopo kabupaten hendak menuju alun-alun, mendadak hujan yang luar biasa lebatnya reda. Dalam suasana hujan rintik-rintik rakyat dengan tenang dapat mendengarkan wejangan presiden dan wakilnya.
Selepas solat Maghrib Bung Karno memberikan gemblengannya di serambi Masjid Besar Kebumen (Suara Merdeka, Album Perjuangan Jateng dan DIY, 6 Juli 1987).
Pada bulan September 1945 di seluruh asistenan (kecamatan) di seluruh Kebumen dibentuk Komite Nasional Indonesia (KNI). Selanjutnya bersama-sama dengan pemuda KNI membantu menjalankan roda pemerintahan di asistenan di samping Asistenan Wedono (Pamong Praja).
Jembatan ini disebut jembatan Renville oleh para pejuang kemerdekaan untuk mengabadikan peristiwa perundingan Renville.Peristiwa pelanggaran Belanda pada tanggal 21 Juli 1947 yang secara terang – terangan terhadap persetujuan Linggarjati
dengan melancarkan ekspansinya hingga ke Gombong mengakibatkan TNI mengadakan perlawanan dengan tetap mematuhi perintah Gencatan Senjata.
Inisiatif untuk mendirikan AOI datang dari pemuka – pemuka Islam di kota yakni Moh. Syafe’i, Affandi, dan Saebani yang melihat kegiatan Angkatan Muda sebagai pesaing dalam politik setempat.
Hizbullah hanya terbatas pada penduduk kota. Muhammadiyah (Kebumen) yang sudah berdiri sekitar 1930-an tidak berpengaruh di desa. Muhammadiyah sendiri di Kebumen didirikan oleh Kyai Masduki (asal Cilacap). bumen.
Hizbullah kebanyakan merupakan anggota Muhammadiyah. Satu Kompi Hizbullah Surengpati di bawah Masduki nantinya masuk Batalion Lemah Lanang.
Lokasinya berdekatan dengan Situs Ki Singapatra. Berdasarkan data yang ada Masjid ini dibangun oleh Ki Singapatra dan Ki Ageng (Sunan) Geseng, sebelum masuknya Mataram yang dipimpin oleh Sultan Agung Hanyakrakusuma di Panjer (kini Kabupaten Kebumen).
Pada awalnya selain untuk pendidikan ilmu spiritual keagamaan bangunan ini berfungsi juga untuk pendidikan olah kanuragan.
Dalam peta kolonial terbitan 1900 kompleks masjid yang kini masuk dalam wilayah desa Adikarso Kec. Kebumen ini sudah bisa kita ketahui dimana pada saat itu sudah dilengkapi bangunan pendukung lain yang terletak di sebelah barat. Adapun pintu masuk menuju masjid dari arah timur.
Pada masa lalu, Gesingkeputihan adalah desa tersendiri, yang hingga masa selanjutnya digabung dengan desa Adikarso. Jika dirunut, wilayah ini ternyata memiliki peran sejarah yang penting dimasa lalu, salah satunya sebagai pusat penyebaran agama Islam. #kebumen#adikarso