ENSUN BURUNG Profile picture
Jan 7, 2023 203 tweets >60 min read Read on X
MUSUH DALAM SELIMUT

(Dahsyatnya santet dayak kalimantan)

#kisahnyata #kisahmisteri #ceritahantu #santetkalimantan #kalimantan #omrasth #duniamistis

@IDN_Horor @ceritaht @bacahorror_id

(Gambar ilustrasi) Image
Berawal dari kasus KDRT yang di alami oleh Susan yang membuat semua keluarga sampai ramai berkumpul untuk bermusyawarah dan memperjelas kronologinya, berbagai macam pertanyaan di tujukan pada Wahyu yakni suami dari Susan.
Wahyu hanya terdiam ketika beberapa pihak keluarga mulai menyalahkannya.

Namun ketika saudara ibunya Susan/paman Susan hendak melayangkan tinjunya pada Wahyu, barulah lelaki itu mulai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi.
"Kalian tau bagaimana saya, saya tidak pernah sekalipun menampar Susan sebelumnya. Tapi apa yang sudah dia lakukan dibelakang saya itu, benar2 membuat darah saya mendidih." ujar Wahyu lantang
"Memangnya apa yang sudah dia lakukan??!" tanya paman Susan

"Dulu dia sudah berselingkuh dengan ipar saya, dan asal kalian tau, kesalahannya itu sudah saya maafkan saat dia menangis2 memeluk kaki saya untuk meminta maaf. Saya maafkan dia karena saya berpikir perbuatannya
Itu adalah kesalahan saya yang jarang memperhatikannya, Rumah tangga saudara saya bahkan sampai bercerai karena hal itu. Saya bahkan dijauhi oleh saudara2 saya karena membela dia. Tapi semua itu sepertinya tidak membuatnya benar2 sadar dan insyaf atas kesalahannya,
Karena ternyata dia kembali mengulang kesalahan yang sama, dan kali ini dia sudah berselingkuh bahkan tidur dengan ayah tiri saya!! Dan saya pun sadar kalau ternyata perbuatannya itu bukan karena saya yang jarang memperhatikannya, tapi memang karena sudah sifat nya yang seperti
Anjing! Bayangkan saja, kurang perhatian apalagi saya terhadapnya, semua pekerjaan rumah saya yang kerjakan, mulai dari memasak, mencuci dll. Saya tidak biarkan dia kelelahan, dan setiap hari dia hanya main hp. Saya bebaskan dia berteman dengan siapapun, saya berikan
Dia uang untuk pergi bersama teman2nya. Bahkan makan pun saya yang menyuapi. Tapi balasan nya apa?? Dia malah berulang2 kali berselingkuh dibelakang saya!! Kira2 hati laki2 mana yang bisa sekuat saya???"
Keluarga Susan terdiam, bahkan beberapa pihak yang tadi menyalahkan Wahyu tadi tampak menundukkan kepala.

Plaaaaaakkkkk..... Bunyi tamparan yang sangat keras terdengar ketika semua orang terdiam.
Tangis Susan langsung pecah, ia ditampar oleh pamannya sendiri.

Ibunya tak tinggal diam, wanita itu langsung pasang badan didepan Susan. Wajahnya merah padam menatap saudaranya yang berani menampar Susan tadi.
"Kalau aku jadi kau, akan ku ceraikan perempuan murahan seperti dia ini !! Memalukan!!" Ujar pamannya Susan geram

Perkataan sang paman itu di dukung oleh 6 saudaranya yang lain terkecuali ibunya Susan yang hanya bisa diam sembari menenangkan Susan yang masih menangis
Sesenggukan.

Semenjak malam itu Wahyu pulang ke rumah orang tuanya bersama anaknya yang kala itu berusia 6 tahun.
Dan Imbas dari masalah tersebut Susan dan ibunya kemudian dijauhi oleh pihak keluarga.
-----------

Susan dan Wahyu tak pernah bertemu lagi, hingga akhirnya Wahyu kembali menemui Susan dirumah orang tuanya untuk sekedar menyampaikan bahwa ia akan menceraikan Susan dalam waktu terdekat.
Mendengar niat Wahyu tersebut, Susan histeris dan mengamuk sejadi2nya. Beberapa kali ia bersimpuh dan bersujud dikaki Wahyu untuk meminta maaf dan berjanji, namun pintu hati Wahyu sepertinya sudah tertutup rapat untuk Susan. Ia dengan tegas mengatakan tetap akan menceraikan
Susan apapun yang terjadi.

"Aku tidak mau bercerai ma, aku tidak bisa hidup tanpa wahyu dan anakku." Rengek Susan

"Kesalahan berawal dari dirimu sendiri san. Dan aku sangat setuju dengan keputusan yang di ambil oleh Wahyu itu." Ujar Dinah yang merupakan tantenya Susan
"Semua sudah terjadi, tak sepatutnya kau menyalahkan anakku begitu!" Ujar ibunya Susan jengkel terhadap perkataan adiknya itu

Percekcokan kembali terjadi antara mereka, akibatnya kini tante Dinah pun bahkan ikut memusuhi Susan dan juga ibunya.
Karena rumah yang berdekatan dengan saudara2 yang lainnya, sehingga membuat mereka mengetahui bahwa Susan bersama ibunya mendukuni Wahyu, hingga akhirnya Wahyu pun berhasil dibuat balik lagi bersama Susan.
Tidak lama setelah kembalinya Susan dan Wahyu, Susan dikabarkan hamil. Namun yang menjadi gosip hangat iyalah usia kandungan yang berbeda jauh dengan bersatunya mereka.
Bahkan sampai bidan yang melayani pemeriksaan kandungan Susan itupun ditanya2i oleh orang2 tentang usia kandungan Susan yang sebenarnya.
"Sudah 4 bulan, iya sih mereka belum resmi bercerai. Tapi kata Wahyu waktu itukan, si Susan sudah pernah tidur sama bapak mertuanya. Jangan2 itu anak hasil perselingkuhan?" Ujar salah satu istri pamannya Susan bergosip
Dengan saudara2 yang lainnya

Tante Dinah yang tidak sepenuhnya membenci Susan dan ibunya hanya bisa diam mendengarkan obrolan gosip tersebut.
-------------
Beberapa bulan kemudian,

Karena di desa itu saudara2nya tak lagi memperlakukannya seperti dulu, ibunya Susan kini lebih sering menghabiskan waktunya di kota bersama dengan anak menantu dan juga cucunya yang merupakan kakak dari Susan.
Yang bertahan di desa itu hanyalah Susan bersama suaminya. Mereka dijauhi orang2 bahkan tetangga.

-----------

Hari itu, pihak keluarga di kagetkan dengan tangisan histeris dari tante Dinah dirumahnya.
Bagaimana tidak, sang suami yang pada saat itu hendak berangkat bekerja tiba2 saja muntah darah. Dan tubuhnya langsung lemas seketika.
Para saudara yang rumahnya tidak begitu jauh, langsung berdatangan untuk menolong.

Yang laki2 lantas menelpon ambulance, sementara yang perempuannya berusaha menenangkan tante Dinah yang histeris.
"Ada salah makan kah ini?"

"Tidak ada. Kami makan makanan yang biasa. Bahkan sebelumnya dia masih sehat2 saja." Jawab tante Dinah disela isak tangisnya
(Agar lebih mudah, kita beri panggilan nama satu2 ya. Dimulai dari Usnah yang merupakan saudara tertua. Kemudian Ina saudara kedua. lalu ibunya Susan, beliau ini yang ke 3 namanya Sanah. Lanjut paman Tyo yang ke 4. Paman dimas yang ke 5. Tante Risma yang ke 6. Dan yang terakhir
Tante Dinah.)

Sekitar 5 menitan, ambulance yang di sediakan untuk desa itu akhirnya tiba.

Mereka langsung membantu memasukkan suaminya tante Dinah kedalam ambulance. Disampingnya ada suaminya tante Risma yang ikut menemani.
Sementara tante Dinah di antar menggunakan mobil lain.

Di perjalanan, tante Dinah terus menangis tanpa henti.

"Tenang din, aku yakin suamimu baik2 saja." Ujar tante Risma
"Iya din, aku yakin suamimu hanya salah makan saja." Ujar tante Ina

"Salah makan apa yang muntah darah begitu ka? Kami juga tidak memakan makanan yang aneh2."

Tante Ina dan tante Risma terdiam.
Sesampainya di rumah sakit yang berjarak 50 km dari desa mereka itu, suami tante Dinah langsung ditangani oleh pihak RS. Namun berulang2 kali di lakukan pengecekan, tetap saja hasilnya normal, dan tidak ditemukan penyakit apapun.
Tapi kondisi suaminya Tante Dinah sangat bertolak belakang dengan hasil pemeriksaan tersebut. Sehingga membuat para dokter angkat tangan dan menyarankan agar suami tante Dinah di bawa ke RS yang lebih besar di kabupaten.
Akhirnya mau tak mau mereka pun menuruti saran itu dan langsung membawa suami tante Dinah menuju ke RS besar di kabupaten sebelah.

Dalam perjalanan tersebut suami tante Dinah semakin memburuk.
Dan ketika sampai di RS yang dimaksud, bagian perut dan dadanya sudah mulai membengkak.

Oleh dokter yang menangani suami tante Dinah di diagnosa mengidap penyakit kanker hati dan juga liver.
Namun ketika dilakukan pengecekan ulang setelah melihat perubahan drastis yang terjadi pada suami tante Dinah, dokter disana pun angkat tangan. Karena menurut mereka kalau penyebaran kanker tidak secepat itu yang dalam beberapa jam saja sudah semakin parah.
Walaupun begitu, pihak RS masih berusaha untuk melakukan yang terbaik bagi pasien mereka.

Tetapi Tuhan berkehendak lain, karena keesokan paginya suami tante Dinah dinyatakan meninggal oleh dokter di sana. Dan yang lebih mengejutkan adalah ketika dokter menyampaikan hasil
pemeriksaan terakhir yang mengatakan bahwa organ bagian dalam tubuh suami tante Dinah, seperti hati, jantung dll mengalami kerusakan.
Atau bisa dikatakan membusuk di dalam. Mungkin itulah sebabnya bagian perut hingga ke dada mengalami pembengkakan yang sangat parah.
--------

Penyakit aneh yang berujung pada kematian suami dari tante Dinah itu membuat keluarga mulai bersangka2 pada santet/ilmu hitam.
Apalagi ditambah setelah 40 harian suami tante Dinah, di atap rumah terdengar seperti ada yang melompat2. Dan bau bunga merebak tercium dari
segenap penjuru ruangan.

Belum lagi, di setiap rumah saudara2 tante Dinah sering di temukan serbuk aneh mirip tembakau dan bunga yang ditabur didepan setiap pintu rumah.
Namun mereka yang masih ragu2 dengan santet yang menyerang keluarga mereka itu hanya membuang taburan bunga dan serbuk tembakau yang ditemukan di depan pintu rumah. Tanpa berniat memusnahkannya atau mengambil foto dari benda2 tersebut yang kemungkinan disuatu hari akan berguna.
Dan 2 hari kemudian, tante Usnah jatuh sakit. Tante Usnah yang sudah berusia 50 tahunan itu di temukan pingsan oleh menantunya di dalam kamar mandi saat hendak mengambil wudhu. Tante Usnah yang di anggap hanya jatuh biasa itu tidak segera di bawa berobat. Dan menantunya cuma
Memanggil mantri yang bertugas di desa tersebut untuk memeriksa keadaan tante Usnah.

Akan tetapi, setelah di biarkan, keadaan tante Usnah tidak kunjung siuman. Dan pada malam harinya, menantu tante Usnah yang dikenal memang sebagai orang yang alim dan merupakan
cucu dari kyai itu menyarankan untuk membawa tante Usnah berobat kampung, yakni pada orang yang pandai dalam hal2 berbau mistis.
Karena menurutnya, sakit ibu mertuanya itu tampak aneh. Apalagi di kamar mandi mereka itu bukanlah keramik, dan sama sekali tidak ada dinding2 atau bak mandi yang bisa membuat kepala tante Usnah terbentur dll. Karena kamar mandi tersebut hanya berdinding triplek dan bak mandinya
Pun juga dari ember.

Menurut mantri pun tante Usnah tidak kenapa2, hanya pingsan biasa.

Bahkan tante Usnah juga tidak memiliki riwayat darah tinggi dll.
Oleh karena itu, anaknya tante Usnah pun menyetujui apa yang suaminya katakan.
Dan malam itu juga menantu tante Usnah menjemput seseorang yang dikenal pintar mengobati orang yang mengalami sakit non medis.
Beliau adalah ibu Jumatul, orang dari desa sebelah yang berjarak sekitar 20 km dari desa mereka tersebut.

Beliau manggut2 setelah melihat keadaan tante Usnah.

"Kana kiriman urang jua ai kuitan ikam ni. (Memang kena kiriman orang, ibumu ini.)"
"Tapi kawa ai kalo cil ditamba'i? (Tapi masih bisa di obati kan?)"

"Untung masih hahanyaran, baluman talambat pang lagi amun handak ditamba'i. (Untung masih baru, jadi belum terlambat kalau mau di obati.)"
Malam itu juga bu Jumatul melakukan pengobatan pada tante Usnah. Dan setelah proses terakhir, beliau meminumkan air yang sudah di doakan pada tante Usnah.
Tidak berapa lama, tante Usnah siuman.

Beliau mengeluhkan panas dan sesak di bagian dada, yang langsung ditenangkan oleh bu Jumatulm
"Dasarnya ding ai, ni ilmu bubuhan dayak, inya manyarang bagian dalam awak kita. Jaka lambat tu amun dibiar akan habis jantung segala hati ikam rusak.(memang seperti itu dik, ini ilmu orang dayak, ilmu itu menyerang bagian organ dalam tubuh kita. Kalau terlambat dan dibiarkan,
Hati dan jantungmu bisa rusak.)"

"Tapi kira2 siapa yang mengirimkan santet2 seperti itu pada ibu saya bu? Padahal ibu saya tidak pernah bermasalah dengan orang lain. Apalagi dengan orang dayak."
"Ku rasa ini kiriman berantai, siapa yang lemah bulu/berdarah manis dialah yang kena. Dan aku rasa ini sudah yang kedua kalinya, hanya saja yang pertama itu salah tujuan. Dan kemungkinan setelah ini akan ada lagi orang yang meninggal di dalam putaran keluarga. Jadi berhati2 lah."
Mendengar perkataan bu Jumatul itu, mereka semua mulai ketakutan.
Apalagi bu Jumatul tidak mengatakan pasti korban selanjutnya siapa dan yang mana.

Alhasil seluruh keluarga mulai berlomba2 untuk mencari orang2 yang bisa memagar diri, rumah dari santet dll.
Tapi sampai sejauh ini, karena memang daerah tempat tinggal mereka yang jauh dari desa2 lain, jadi untuk menemukan orang yang benar2 bisa membantu mereka cukup sulit dan butuh waktu.
Apalagi bu Jumatul tidak selalu berada di desanya, karena beliau sering bepergian untuk mengobati orang di luar daerah bahkan luar provinsi.
Terakhir mereka semua diberikan minyak mati oleh orang, dan rumah mereka juga dibersihkan dengan air garam yang di bacakan ayat kursi. Namun itu hanya bertahan sementara saja. Karena seminggu kemudian, tante Ina jatuh sakit. Dan hanya berselang 2 hari, beliau
Meninggal dunia.

Gejala penyakitnya sebelum meninggal pun sama dengan suami tante Dinah.

Semakin di buat ketakutanlah mereka, apalagi setelah kematian tante Ina itu, keluarganya sering dan bahkan hampir setiap malam
Mendengar suara orang melompat2 di atas atap saat tengah malam.

Belum lagi teror bunga dan serbuk tembakau yang selalu ada di setiap pintu rumah.
--------

Malam itu, korban kembali jatuh, yakni paman Tyo. Beliau yang pada saat itu sedang bersiap2 pulang kerja, mendadak jatuh pingsan saat akan menghidupkan motornya.
Akibatnya sebelah kaki paman Tyo tertimpa motor. Orang2 disekitar situ tentu saja membantu dengan cepat. Mereka langsung membawa paman Tyo ke ruang medis khusus karyawan disana.
Namun setelah di cek, dokter hanya mengatakan kalau paman Tyo cuma kelelahan. Dan perlu beristirahat yang cukup.

Tapi anehnya setelah 2 jam berada diruangan itu, beliau tak kunjung siuman.
Akhirnya oleh pihak perusahaan tempat paman Tyo bekerja, beliau di antar pulang dengan menggunakan ambulance.

Tentu saja kedatangan ambulance tersebut membuat hati keluarganya menjadi tidak tenang.
Terlebih lagi begitu mereka tau siapa yang di antar oleh ambulance tersebut.

Histeris suara tangis istri paman Tyo melihat suaminya yang akan di angkat masuk kedalam rumah.
"Tenang bu, pak Tyo tidak apa2. Beliau hanya kelelahan." ujar petugas yang mengantar

Tapi penjelasan petugas itu tidak membuat istri paman Tyo tenang, karena dia tau suaminya seperti itu bukan karena kelelahan.
----

"Tolong aku, tolong jemput bu jumatul untuk mengobati suamiku. Kau tau kan suamiku itu tulang punggung kami, aku tidak tau bagaimana aku bisa menghidupi anak2ku kalau suamiku sampai kenapa2." isak tangis istri paman Tyo meminta bantuan pada menantu tante Usnah
"Saya akan kerumah beliau, tapi saya juga tidak tau beliau ada atau tidak di rumahnya. Karena terakhir kali saya kesana, beliau masih di kab.B dan katanya setengah bulan baru pulang."
Beruntung sekali karena rupanya bu Jumatul sudah pulang dan saat menantu tante Usnah datang, bu Jumatul tengah beristirahat di kamarnya.
"Jadi kalian belum juga mendapatkan orang yang bisa?" tanya bu Jumatul

"Tidak gampang bu, sudah beberapa orang yang kami datangkan, tapi tetap saja gangguan dan kiriman itu ada. Bahkan tante Ina sudah meninggal karenanya."
Bu Jumatul menarik nafas panjang,

"Dukun yang mengirimkan penyakit ini luar biasa tinggi ilmunya. Jika bukan orang yang benar2 tepat, maka akan sangat sulit melawannya. Aku bisa mengobati, tapi itu hanya sementara. Dan setelah si A sembuh, maka si B atau si C akan mati."
Perkataan bu Jumatul itu membuat keluarga merasa semakin putus asa.

"Lalu orang yang tepat itu seperti apa dan dimana kami bisa menemukannya bu?"
Bu Jumatul terdiam untuk beberapa saat. Kemudian beliau berkata,

"Aku tau jenis ilmu yang seperti ini hanya orang dayak yang punya. Jadi ku rasa kalian harus mencari orang dayak juga untuk mengobatinya."
"Apa santet yang menyerang keluarga kami ini parangmaya?"

Bu Jumatul menggeleng,

"Bukan, parangmaya tidak seperti ini. Tapi dari tingkatan ilmunya ku rasa hampir sama dengan kehebatan parangmaya dan parangmaya itu sendiri korbannya langsung mati dalam beberapa jam saja.
Tidak seperti ini, yang korbannya di buat sangat tersiksa diujung kematiannya."

"Kemana kami mencari dukun orang dayak bu? Sementara kami saja bukan asli orang kalimantan ini. Bagaimana mungkin kami tau di daerah mana ada dukun2 dayak itu berada?"
"Aku punya kenalan orang kalimantan tengah, tepatnya di purukcahu. Tapi dia ini bukan dukun. Tetapi ku rasa sedikit banyaknya dia tau tentang beberapa dukun yang ada di daerahnya.
Kalau kalian mau, aku masih menyimpan kontaknya."ujar bu Jumatul seraya mengeluarkan hp nokia jangkrik keluaran lama dari dalam tas bekas hadiah emas
"Nah kau cari saja. Namanya si anu." ujar bu Jumatul menyerahkan hp nya

Namun sayang sekali, nomor orang yang di maksud oleh bu Jumatul itu sedang tidak aktif.
"Disana memang kadang2 tidak ada sinyal, coba besok kalian telpon lagi. Aku hanya bisa membantu sedikit, karena sejujurnya untuk melawan sipengirim itu aku tidak sanggup."
Dan malam itu juga, paman Tyo akhirnya siuman setelah diobati oleh bu Jumatul.

"Sebaiknya kalian cepat2 cari orang lain yang bisa mengakhiri santet berantai itu, karena setelah ini akan ada yang meninggal lagi di antara kalian."
Pesan bu Jumatul sebelum pulang.

"Siapa kira2 orang yang tega pada keluarga kita?" tanya tante Dinah

Semuanya terdiam, mereka tak ada yang tau,
"Apa mungkin kalau si Sanah?" tanya istri paman Dimas

Mendengar nama itu, mereka seketika saling berpandangan.

"Tapi aku rasa itu tidak mungkin. Karena aku tau Sanah tidak akan setega itu pada kita yang masih saudara2nya."
Ujar tante Dinah membela Sanah

"Bisa saja, karena pada waktu itu, si Tyo menampar Susan kan? Kalian sendiri melihat bagaimana raut wajah Sanah menatap Tyo waktu itu. Dan setelah kejadian tersebut, kita semua memusuhinya." ujar istri tante Dimas
"Tidak mungkin, saudara mana di dunia ini yang tega terhadap saudaranya sendiri. Bahkan binatang pun tidak seperti itu." ujar tante Dinah tetap bersikukuh membela Sanah
"Dan satu yang kau lupa, tentang sifat manusia yang bisa lebih buruk daripada binatang. Apalagi bila itu menyangkut harga diri anaknya." kecam istri paman Dimas

Perdebatan mereka malam itu memanas.
"Kau rasa begitu? Karena mungkin sifatmu yang seperti itu!" tuding Tante Dinah marah

"Sudah2! Kalian ini kenapa sih? Bukannya sama2 mencari jalan keluar, malah berdebat tidak karuan." bentak paman Dimas
Malam semakin larut, sebagian dari mereka sudah pada pulang ke rumah masing2.

Tinggal lah tante Dinah yang menemani istri paman Tyo pada saat itu.
Hampir semalaman ia memikirkan perkataan dari istri Dimas,

Ia ragu, mungkinkah dugaan itu benar atau??
------

Keesokan harinya, paman Dimas kembali ke rumah paman Tyo dan mengatakan kalau orang yang di maksud oleh bu Jumatul sudah berbicara dengannya pagi tadi ditelpon.
Orang itu setuju membantu menunjukkan kepada mereka dukun yang terkenal hebat di daerahnya sana.

Dan rencananya, paman Dimas akan segera berangkat ke kalteng menemui orang itu secepatnya.
(Mohon maaf sebelumnya om rasth numpang ngiklan dulu🙏.. Barangkali ponakan2 ada yang berminat dengan akar kejantanan, stok masih ready. Selain untuk kejantanan juga bisa untuk pencegahan tulang keropos, prostat dan sakit pinggang. ImageImageImage
Ada juga akar kuning khusus untuk mengobati penyakit Liver. Atau bajakah yang berkhasiat untuk mengobati kanker, tumor, stroke, kista dan masih banyak lagi manfaatnya untuk kesehatan.
Atau mungkin ponakan2 ada yang sedang putus cinta, atau bermasalah dengan mertua, bos, dan pasangan. Om punya solusinya.
Dan om juga ada berbagai macam minyak kalimantan dengan berbagai macam ragam khasiat. Mulai dari penglaris, pagar diri/usaha/rumah. Pemikat lawan jenis
Penunduk lawan bicara, pembuka aura biar di senangi orang2 di sekitar. Untuk kewibawaan(bagus buat ponakan yang selalu di remehkan oleh bos ataupun bawahan) dan minyak Arjuna yang membuat kita akan mudah bergaul/mudah diterima oleh orang2 yang kalian inginkan. Image
Om juga melayani pemikat jarak jauh(khusus buat yang benar2 serius/siap nikah) kalau berminat dan Tanya2 silahkan hubungi om Rasth melalui DM atau WA di - 0856 5403 7262
"Tapi yang jadi kendala sekarang, uangku tidak cukup." ujar paman Dimas

"Kalau untuk uang, aku masih ada simpanan." ujar tante Dinah
"Ya, kami pun sama." kata istri paman Tyo menimpali

"Tapi kau kan.."

"Jangan pikirkan masalah ekonomiku, nyawa kita semua jauh lebih penting dibandingkan uang." ujar tante Dinah
Dan dihari itu juga tante Dinah memberikan uang tabungannya untuk paman Dimas.

Sore harinya, paman Dimas berangkat ditemani tante Risma.
Perjalanan 3 hari 3 malam itu mereka lewati dengan hati yang was2. Apalagi disepanjang perjalanan sinyal tidak terlalu bagus untuk sekedar menghubungi keluarga didesa.

Dan singkatnya malam itu mereka pun sampai di rumah orang yang akan mengantar mereka berobat.
Disana mereka di sambut dengan baik oleh orang itu dan keluarganya.

Kita sebut saja nama orang itu Mardi.

"Setelah makan, kalian langsung beristirahat saja. Karena besok pagi aku akan mengantar kalian ke rumah dukun itu." ujar Mardi pada paman Dimas dan Tante Risma
Meski berbaring hanya beralaskan lampit, namun begitu kepala mereka menyentuh bantal, mereka berdua pun langsung tertidur dengan pulasnya.

(Ilustrasi lampit yang di ambil dari google) Image
Sampai2 mereka tak sadar jika pagi telah menjelang.

Paman Dimas dan Tante Risma dibangunkan oleh istrinya Mardi, rupanya mereka berdua sudah di tunggu oleh Mardi di ruangan dapur untuk sarapan bersama.
Sarapan pagi itu mereka diberikan sepiring nasi panas, ikan asin dan sambal bawang. Paduan yang sangat cocok untuk dinikmati pada pagi hari.

Selesai makan dan mengobrol2 sebentar, mereka pun diajak pergi ke rumah dukun yang di maksud oleh Mardi.
"Dukun yang kita mau datangi ini namanya Ama Putat, beliau itu orang non muslim, beragama hindu kaharingan. Aku beritahu lebih dulu agar kalian bisa menyesuaikan diri nanti jika disana. Karena kami disini toleransi antar umat beragama sangat tinggi, jadi kuharap
Kalian jangan sampai menyinggung beliau." pesan Mardi

Paman Dimas dan tante Risma mengangguk, mereka sebenarnya tak ada masalah dengan hal itu.

Sesampainya di rumah yang memiliki ciri khas orang2 dayak itu, Mardi langsung naik ke rahan/pelataran rumah.
Ia memanggil2 si tuan rumah..

Tidak berapa lama, keluarlah seorang perempuan paruh baya yang mengenakan baju tidur lengan pendek,

"Ama nya ada?" tanya Mardi
"Ama mu menurih di seberang sana." jawab istri ama Putat

Gigi2nya tampak menghitam karena keseringan menyimpa/menyirih.
"Tunggu saja di dalam rumah, sebentar lagi juga pulang dia."

Mardi memperkenalkan paman Dimas dan tante Risma pada istri ama Putat. Raut wajah istri ama Putat sangat cuek, dan bahkan terkesan seperti
Ketidaksukaan pada tamu2nya.

Padahal nyatanya tidak seperti itu. Beliau cukup ramah, hanya saja beliau tidak terlalu pandai berbahasa indonesia. Dan hanya paham 2 bahasa saja yakni bahasa siang murung dan bakumpai (bahasa dayak disana)
Sehingga membuat paman Dimas dan tante Risma hanya bisa terdiam ketika mendengar percakapan antara Mardi dan istri ama Putat.

Sekitar setengah jam kemudian, seorang laki2 dengan pakaian dipenuhi bekas2 getah yang sudah menempel permanen datang di temani 3 ekor anjing
Yang tampak beringas.

Lelaki itu melepaskan topi lusuh dan juga pakaian tilasan(pakaian yang selalu digunakan untuk menurih) yang ia kenakan,
Hingga menyisakan celana pendek sebatas lutut.

Terlihatlah betapa kekarnya tubuh lelaki itu, walau usianya sudah tua, rambutnya pun sudah botak sebagian.
Warna rambut dan jenggotnya saja sudah memutih semua.

Tidak berapa lama beliau masuk kedalam rumah dengan sudah mengenakan pakaian.

Beliau menyapa ramah pada tamu2nya, dan saat menatap tante Risma, alis ama Putat mengkerut, seperti sedang melihat sesuatu yang aneh
Pada diri tante Risma.

"Buhen ma? (Kenapa paman?)" tanya Mardi pada ama Putat

"Yaku piji mite iye tuh huang nupikuh. (Aku pernah melihat dia ini di dalam mimpiku.)" jawab ama Putat dalam bahasa dayak bakumpai yang merupakan bahasa asli Mardi
Mardi tampak kaget, lalu ikutan menatap wajah tante Risma yang langsung ketakutan karena ia sama sekali tidak paham dengan bahasa tersebut.

"Ke-kenapa??" tanya tante Risma

"Kata ama ini, beliau pernah melihatmu dalam mimpinya." ujar Mardi
"Mikoh are noh.. (Takut dia itu.)" tegur istri ama Putat pada suaminya yang terus saja menatap tante Risma

"Dalam mimpiku, kau memakai baju berwarna putih dan sedang dikejar2 oleh seekor anjing hitam besar yang di mulutnya terdapat sebuah pedang panjang. Lalu kau berlari
Dan mendatangiku yang pada saat itu sedang berada di sebuah sungai, oleh anjing2ku, anjing yang mengejarmu itu dihajar hingga mati. Dan pedangnya kulempar kemudian menghilang. Setelahnya kau kusuruh menyelam kedalam sungai lalu warna bajumu langsung berubah."cerita ama Putat
"Artinya ma?" tanya paman Dimas

"Anjing hitam berarti penyakit. Dan pedang dimulutnya itu menandakan bahwa penyakit itu adalah santet."
"Benar ma, keluarga saya sekarang memang sedang tidak baik2 saja. Satu persatu saudara kami meninggal dunia. Kata orang yang mengobati kami, ini sejenis santet berantai yang dimiliki orang dayak. Dan santet itu bisa membunuh habis keluarga kami, karena kalau diobati satu,
Maka akan ada 1 lagi yang meninggal. Begitu seterusnya."

"Ya. Tapi santet seperti itu bukan berasal dari kalimantan tengah. Karena aku tau pasti jenis2 santet yang ada di daerahku ini. Ku rasa yang seperti itu kalau tidak dari kaltim, bisa jadi dari kalbar."ujar ama Putat
"Entah dari mana asalnya saya juga tidak tau ma. Tapi kemungkinan kami bisa terlepas dari santet itu ada kan ma??" tanya paman Dimas

"Kalau penyakitnya ada, berarti obatnya juga ada."
Paman Dimas menghela nafas lega,

"Apa ama bisa melihat bagaimana keadaan saudara2 kami di rumah?" tanya tante Risma
"Mereka baik2 saja. Yang laki2 sudah mulai membaik. Tapi..." ama Putat terdiam

"Tapi apa ma?" tanya tante Risma

"Kau yang akan terkena selanjutnya. Jadi sebaiknya kalian berdua malam ini tidur disini saja. Agar aku bisa segera bertindak jika sesuatu terjadi padamu." ujar ama
Putat

Tante Risma dan paman Dimas mengangguk tanpa berpikir dua kali lagi.

"Tapi, selama disini kamu harus memasak sendiri ya. Karena kami tidak akan menyediakan makanan untuk tamu yang islam, tapi kami punya alat2 masak dan alat2 makan khusus untuk tamu2 yang beragama islam."
"Wah ma, kami jadi tidak enak. Kami sungguh tidak membeda2kan agama ma. Kami bisa makan apa saja dan dimana saja. Diterima disini saja kami sudah sangat bersyukur." ujar paman Dimas bergetar, takut kalau2 ada perkataannya tadi yang menyinggung ama Putat
"Tidak bisa begitu. Agama kalian punya aturannya sendiri, Agama kami pun punya aturannya sendiri. Dan kami harus menghormati itu. Begitupun juga sebaliknya."

Paman Dimas dan tante Risma terdiam, tak tau harus berkata apa lagi.
-----
Saat Mardi pulang, paman Dimas ikut bersamanya untuk mengambil barang2 yang mereka tinggal di rumah keluarga Mardi.
Sementara tante Risma menunggu di rumah ama Putat.
"Kami hanya tinggal berdua di rumah ini, karena anak2 kami sudah menikah semua. Bahkan ada yang sudah hampir 2 tahun tidak pulang kemari." cerita ama Putat

"Jauh2 mungkin ya ma tempat tinggalnya."
"Ya. Anak kedua ku itu di LH, cukup jauh dari sini. Tapi jarak tidak jadi masalah, dulu mereka sering kemari, cuma sekarang anakku itu kerja ikut perusahaan dan cucu2ku sudah mulai bersekolah. Jadi pasti sulit untuk bepergian."
Tante Risma mengangguk, matanya masih menatap anjing2 milik ama Putat yang sedang tiduran di tanah.

Suasana disana memang sangat berbeda, karena terasa lebih tenang dan asri. Namun juga pasti menyeramkan bila dimalam hari.
Karena di sekitar rumah itu banyak terdapat pepohonan.

"Ma. Maaf sebelumnya. Tapi menurut ama apakah keluarga saya ada harapan untuk terlepas dari teror santet itu?" tanya Tante Risma
"Kita akan usahakan agar kamu dan keluargamu terbebas dari santet itu."

Tante Risma mengangguk. Dan setelah sekian jam menunggu, akhirnya paman Dimas datang.
Paman Dimas membawa beberapa kresek berisi belanjaan yang berupa bahan makanan dll.

Sementara ama Putat tadi berpamitan untuk pergi, katanya ingin mencari sesuatu.
Entah apa yang akan beliau cari.

Saat akan memasak makanan, tante Risma sedikit kesulitan karena dirumah itu masih memakai kayu api untuk memasak.
Sesekali istri ama Putat membantunya mengatur kayu2 yang jadi bahan bakar agar api tetap menyala.

"Di kota sudah tidak adalagi yang pakai dapur kayu begini kan? Kalau kami malah takut memakai kompor di banding kayu begini." ujar istri ama Putat
Tante Risma hanya tersenyum menanggapi, karena ia takut kalau2 nanti salah bicara dan memyinggung perasaan tuan rumah.
Kira2 sekitar pukul 3 sorean, ama Putat pulang. Beliau membawa beberapa macam kayu yang salah satunya berwarna kuning keemasan.

-------

"Taruh ini di bawah bantalmu." ujar ama Putat memberikan 2 gunting pada Tante Risma dan paman Dimas

"Kapan kiranya pengobatannya
dilakukan ma?" tanya paman Dimas

"Aku masih butuh persiapan, karena yang akan kulawan bukanlah dukun sembarangan." ujar ama Putat

Malam itu mereka tidur dirumah ama Putat. Suasana malam dirumah itu sangat jauh berbeda dengan suasana di rumah Mardi.
Meski disekitar rumah banyak rerumputan dan pepohonan, namun entah kenapa sejak matahari terbenam sampai menjelang tengah malam, mereka sama sekali tidak mendengar suara2 binatang malam.
Hanya suara lolongan panjang anjing yang tiba2 terdengar dari luar rumah diikuti angin yang berusaha menerbangkan atap, membuat penghuni rumah terbangun karena suara berisik tersebut.
Ama Putat keluar rumah, sementara paman Dimas dan tante Risma hanya saling tatap dengan perasaan yang tak bisa dijelaskan.

Tidak berapa lama, angin dan suara lolongan anjing tadi mereda.
Ama Putat masuk kedalam rumah dengan raut wajah penuh kekesalan.

"Ada apa mang?" tanya paman Dimas memberanikan diri

"Tidak ada apa2. Lanjutkan saja tidur kalian." jawab ama Putat
"Ada apa ya kira2?" bisik tante Risma

Paman Dimas mengangkat bahunya, lalu kembali berbaring untuk melanjutkan tidurnya. Meskipun sebenarnya kantuknya sudah hilang.
Keesokan harinya, ama Putat mengajak mereka berdua mengobrol setelah selesai makan.

"Tadi malam, ada kiriman yang datang. Hanya saja tidak berhasil masuk. Karena penjagaku lebih dulu menghalanginya." cerita ama Putat
Paman Dimas dan tante Risma menghela nafas lega.

"Tapi bagaimana dengan keluarga kami di sana ma?"

"Aku tidak bisa memastikan keadaan mereka, hanya saja aku akan memulai pengobatan malam ini."
"Apa yang ama butuhkan untuk pengobatannya?" tanya paman Dimas

"Pinduduk nanti disiapkan oleh istriku, jadi kau gantikan dengan uang. Agar tajam. Dan tidak mengenaiku" ujar ama Putat
Paman Dimas mengangguk, setelahnya beliau berpamitan pergi. Dan sekitar pukul 9an, ama Putat kembali membawa segulungan bambu kuning.
Bambu itu di belah2 dan di jadikan seperti kurungan ayam dengan ukuran yang lumayan besar.

Setelah itu, kurungan tersebut di lilitkan dengan kain hitam hingga tertutup seluruhnya.
Kurungan itu kemudian di letakkan ditengah2 rumah. Disekelilingnya juga disusun berbagai macam benda tajam seperti parang, belayung, mata tombak, langge, sumpit dan beberapa lembar daun sawang merah.
Di dapur, istri ama Putat rupanya juga sedang menyiapkan berbagai macam makanan yang kemungkinan adalah makanan untuk ritual.
Sekitar pukul 2 siang, Mardi datang dengan membawa seekor monyet yang sudah mati.

Ama Putat mengambil monyet tersebut lalu memasukkan nya kedalam wadah,
"Are ampin persiapay ma? (Sepertinya banyak sekali yang disiapkan ma?)"

"Iyuh, are kia ji ngahau malem tuh.(iya, karena banyak juga yang akan dipanggil malam ini.)" jawab ama Putat
Sepulangnya Mardi, ama Putat mengambil monyet tadi, dan memenggal kepalanya. Kepala monyet itu ditancapkan pada kayu ulin yang lancip di bagian ujungnya.

Dan usus monyet tersebut di lilitkan pada kayu yang sudah ditancapkan kepala monyet itu.
Bahkan tante Risma dibuat muntah karena menyaksikan apa yang di lakukan ama Putat.

Menjelang maghrib, Mardi kembali datang membawakan beras ketan hitam.
Ama Putat sudah berganti pakaian dan saat beliau sudah duduk, beliau langsung menyuruh tante Risma dan paman Dimas untuk ikut duduk didekatnya.

"Apa kalian ada mencurigai seseorang?"
Paman Dimas dan tante Risma saling pandang lalu kemudian menggeleng.

"Tidak ada yang kami curigai ma."

"Pelakunya adalah orang yang sangat dekat dengan kalian. Bahkan kalian masih memiliki keterikatan darah dengannya."
"Siapa itu ma?" tanya tante Risma gemetar

"Kalian sebelumnya pernah terlibat masalah dengannya. Coba kalian ingat2. Jujur aku baru kali ini membantu yang seperti ini. Ini benar2 musuh dalam selimut."
Deg...

"Orang terakhir yang bermasalah dengan kita, cuma Sanah kan??" ujar tante Risma

Paman Dimas mengangguk, namun ia sendiri masih tidak percaya, karena antara mereka dan Sanah itu adalah saudara kandung.
Mana mungkin saudara kandung bisa setega itu.

"Bujur paharin awen kah ma? (Apa benar saudara mereka ma?)" tanya Mardi yang juga jadi penasaran
"Iyuh, paharin awen. Bahali yaku mamikir e, ida tame siakal kuh. Buhen tau kakate kapuruye. (Iya, saudara mereka. Sulit ku memikirkannya, tidak masuk akal ku. Kenapa bisa begitu tega.)" ujar ama Putat
Mardi terdiam. Ia pun ikut bingung. Terlebih lagi paman Dimas dan tante Risma yang tidak paham dengan bahasa mereka.

"Apa kata ama?" tanya paman Dimas
"Kalau ku katakan, takutnya kalian tidak percaya. Karena ini memang benar2 diluar dugaan. Aku saja seumur2 belum pernah mendengar kasus seperti ini." ujar Mardi
"Apakah memang benar saudara kami ma? Karena kami hanya memiliki masalah sama dia. Dan kalau benar begitu, apa tidak ada jalan untuk diobati?" tanya tante Risma memastikan
Ama Putat menarik nafas panjang,

"Sebenarnya bisa. Tapi harus dikembalikan pada pengirimnya."

Semua orang yang berada di sana terdiam,
"Kembalikan saja jika hanya itu caranya." ujar paman Dimas kemudian

Tante Risma terbelalak menatap paman Dimas.

"Kau?!"

"Apa? Tidak ada cara lain kan? Mengobati hanya membuang2 waktu dan uang saja, sama sekali tidak menghentikan teror itu. Lagi pula kita hanya
Mengembalikan apa yang sudah dia kirim, yang memulainya duluan dia, bukan kita. Dan apa kau mau jadi korban selanjutnya??"

Tante Risma terdiam, yang di katakan paman Dimas memang ada benarnya.
"Kembalikan saja ma, aku siap menanggung segala resikonya." ujar paman Dimas

Ama Putat menarik nafas panjang, baru kali ini ia terlibat perang santet bersaudara.
"Baiklah, sekarang aku minta tolong, tinggalkan aku sendirian disini. Karena aku akan segera memulai pekerjaanku." kata ama Putat pada mereka bertiga

Tanpa disuruh dua kali, ketiganya lantas beranjak pergi.
Mereka menunggu hasilnya dengan cemas, terlebih lagi tante Risma.

Mardi mengeluarkan sepucuk rokoknya dan mulai menyulut rokok tersebut. Tubuhnya menyender pada dinding rumah.

Sementara paman Dimas dan tante Risma hanya terdiam dengan wajah menunduk.
Bau rokok yang dihisap oleh Mardi memenuhi ruangan. Namun tiba2 tercium bau yang lebih menyengat dari asap rokok, bau itu mirip seperti bau rambut yang terbakar.

Suasana yang sebelumnya sepi kini mendadak ramai oleh gonggongan anjing milik ama Putat.
"Ad..."

"Sssttttt... Jangan bertanya apa2." potong Mardi cepat

Bau rambut terbakar yang menyengat itu kini memudar dan langsung berganti bau kencur.
Tante Risma menutup mulutnya agar tak menegur bau2an itu. Karena bau2an yang entah darimana datangnya itu silih berganti tercium oleh mereka bertiga.
Suara gonggongan anjing masih terdengar bersahut2an. Dan tiba2 saja rumah terasa bergoyang diikuti suara seperti ada yang melompat2 di atap rumah. Membuat tante Risma langsung merapatkan tubuhnya pada paman Dimas yang sedang mengedarkan pandangannya ke arah langit2 rumah.
"Apa pekerjaanmu di sana?" tanya Mardi berbasa basi memulai percakapan

"Aku bekerja di perusahaan yang gajinya tidak seberapa, dan malah sering terlambat mereka bayarkan." ujar paman Dimas

Mardi tersenyum,
"Itulah kenapa aku malas hendak bekerja diperusahaan dan lebih memilih bekerja serabutan yang hasil uangnya pasti." ujar Mardi
"Kulihat disepanjang jalan menuju kemari, banyak perusahaan batubara. Tentu gajinya besar."

"Ya, tapi sebanyak apapun perusahaan didaerah kalteng ini, aku tetap tak akan bisa masuk begitu saja. Sebab aku tidak mempunyai ijazah. Yang aku punya hanya skill.
Tapi skill saja tak ada artinya bagi perusahaan. Karena yang mereka cari adalah orang2 pintar yang memiliki ijazah lulusan sekolah tinggi."ujar Mardi

Kreeyyyoooott.... Braaaakkk...
Mardi menempelkan jari telunjuk pada bibirnya, mengisyaratkan kedua kakak beradik itu agar diam dan tidak bertanya apa2 tentang asal usul suara tersebut.
Tidak lama, suara itu menghilang diiringi dengan berhentinya suara gonggongan anjing milik ama Putat.

"Kurasa aku akan menginap disini malam ini." ujar Mardi kembali membuka percakapan
"Ya, sebaiknya memang begitu." jawab paman Dimas

3 jam lamanya mereka menunggu, dan tanpa mengetahui apa yang sedang ama Putat lakukan.

"Mardi.. Suruh mereka berdua kemari." ujar suara ama Putat
"Kalian dengar?"

Paman Dimas dan tante Risma mengangguk.

Mereka bertiga lantas bergegas menghampiri ama Putat.

Lelaki itu duduk sambil membetulkan benda2 yang berada di hadapannya.
"Masuklah ke dalam pagar bambu berkain hitam itu."

"Pagar? Tapi ini lebih mirip kurungan ayam dibandingkan dengan pagar." batin paman Dimas
Tanpa banyak bertanya tante Risma langsung mendahului paman Dimas untuk masuk kedalam kurungan tersebut. Didalam sana gelap dan pengap. Mereka berdua duduk saling berhadapan dan berdesak2an.
"Mardi, tolong ambilkan ayam kampung yang ada didapur." suruh ama Putat

Terdengar suara langkah yang meninggalkan ruangan itu, tentu saja itu langkah kaki Mardi.
Namun mereka dibuat terkejut kala mendengar suara orang lain yang tengah berbicara dengan ama Putat. Dan mereka yakin pemilik suara itu bukanlah Mardi.
Ketika Mardi datang membawa ayam yang terus mengeok, suara lawan bicara ama Putat tadi menghilang seketika.

Paman Dimas menatap tante Risma dalam kegelapan tersebut.
Yang mereka berdua rasakan adalah suasana disana semakin anehnya saja.

Keringat dingin mulai membanjiri keduanya, oksigen pun mulai terasa menipis.
Entah apa yang dilakukan ama Putat, tapi yang pasti ayam tadi mengeluarkan suara seperti kesakitan.

Benda2 tajam yang mengelilingi kurungan itu, kini menimbulkan suara mirip seperti digesek2kan pada lantai.
Ama Putat mendekat, dan entah apa yang ia katakan saat mengelilingi kurungan tersebut, namun yang pasti kepala keduanya mulai terasa pusing.
Langkah kaki ama Putat terasa semakin cepat, dan semakin recap.
Malah mereka berdua merasa kalau langkah kaki itu tidak hanya dari satu orang, melainkan dari beberapa orang yang kadang2 menghilang dan muncul tiba2 mengikuti gerakan ama Putat.
Tidak lama kemudian, ama Putat berhenti dan seperti ada sesuatu yang cair ia siramkan ke atas kurungan tersebut.

"Keluarlah." ujarnya
"Apa itu tadi ma? Yang ama siramkan?" tanya paman Dimas

"Hanya air biasa." jawab ama Putat terlihat kurang senang di tanyai seperti itu
"Bagaimana ma?" tanya paman Dimas tanpa mempedulikan raut wajah ama Putat

"Sudah selesai, aku melakukan seperti apa yang kau pilih tadi."
"Berarti santet itu sudah tidak lagi berlaku pada kami kan?"

Ama Putat mengangguk.

"Hanya saja kuminta pada kalian, jangan pernah menyesal dengan pilihan yang sudah kalian pilih itu." ujar ama Putat
Malam itu mereka berdua baru bisa tidur lewat dari tengah malam, sementara Mardi sudah mendengkur.

Keesokan harinya, paman Dimas dan tante Risma berpamitan untuk pulang, mereka juga diberikan seekor anak monyet oleh Mardi.
"Itu anak monyet yang kemarin ku buru, dia memeluk erat induknya yang sudah mati, membuatku tidak tega untuk menyerahkannya pada ama Putat. Tolong rawat dia ya. Karena induknya mati digunakan sebagai pelengkap ritual kalian." ujar Mardi
Tante Risma menatap sendu anak monyet itu, ia memeluknya dengan erat.

"Jangan khawatir, aku pasti akan merawat dan menjaga anak monyet ini."

------

Sesampainya mereka didesa asal mereka.

Keduanya tersenyum puas begitu melihat, saudara2 mereka tampak sehat dan baik2 saja.
Dan 2 hari setelah kepulangan mereka kedesa, mereka mendapat kabar bahwa Sanah meninggal dunia.
Paman Dimas dan tante Risma tak menceritakan tentang siapa sipengirim santet itu, mereka berniat merahasiakan hal itu, agar mendiang Sanah tidak menjadi bahan pembicaraan lagi. Terutama bagi keluarga yang sudah menjadi korban santetnya.
Saudara yang lain mengira bahwa Sanah juga merupakan korban terakhir dari teror santet tersebut, karena setelah kematian Sanah, keluarga mereka kembali aman dan tentram.
Bahkan kini Susan mendapat full kasih sayang dari paman dan tante2nya. Terkecuali paman Dimas dan tante Risma.

----SELESAI----
Buat ponakan2 yang mau berdonasi bisa melalui pulsa ya ponakan, ini no hp om rasth - 0856 5403 7262

Terima kasih banyak untuk dukungan kalian🙏🙏

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with ENSUN BURUNG

ENSUN BURUNG Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @rasth140217

Aug 16
NONIK
(Si WANITA MALANG, KORBAN LAKI-LAKI MOKONDO)

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar Hanya Ilustrasi) Image
“Capati pang ma.. Ulun kada sabaran lagi nah.. (Ayo cepat ma.. Aku sudah tidak sabar lagi..)” ujar seorang anak laki laki berusia 10 tahunan seraya menarik tangan ibunya

Ya, hari itu keluarga kecil yang terdiri dari 4 orang tersebut akan pindah rumah, ke rumah baru mereka.
4 orang dalam keluarga itu terdiri dari ayah, ibu dan 2 anaknya. Kita panggil saja nama si ayah pak Fahri, kisaran usia 35 tahunan. Si ibu bernama Desi, kisaran usia 30 tahunan. Anak pertama mereka sebut saja namanya Vendra usia 10 tahun. Dan anak kedua mereka bernama Salsa yang
Read 185 tweets
Aug 3
Liburan Di Desa Kakek Di Pedalaman Kalimantan
(Pengalaman horor yang tidak akan pernah terlupakan)

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

Malam minggu ini kita cerita yang ringan2 dulu ya..

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Hari yang ditunggu-tunggu pun sudah tiba, libur panjang sekolah itu akan mereka isi dengan berbagai macam hal-hal menyenangkan di desa kakek, desa yang sudah lama tidak pernah keluarga anggi kunjungi lagi.
Kurang lebih sekitar 10 tahun anggi tidak pernah ke desa kakeknya. Terakhir ke desa saat ia masih berusia 7 tahun, dan sekarang usia anggi sudah menginjak 17 tahun.
Read 96 tweets
Jul 23
ANTHONY VAN DIEMEN

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

Nama tokoh utama dalam cerita kali ini tidak di sensor, tentunya sudah dengan persetujuan yang bersangkutan.

(Gambar hanya ilustrasi) Image
"Hay om, namaku Elina.." kata gadis itu diawal perkenalan pada om rasth

______

2004, saat itu elina baru berusia 17 tahun. Dan tepat di usia ke 17 nya itu. Ekonomi keluarganya juga sedang berada di puncak kejayaan.
Usaha orang tuanya berjalan sangat lancar dan jauh lebih berkembang dari sebelumnya.

Dan pada saat itulah, satu persatu semua keinginan mereka mulai di wujudkan.
Read 213 tweets
Jun 24
PESUGIHAN LUDAH POCONG

Begitu di upload langsung selesai. Tidak bersambung. Jadi mohon supportnya ya.. Retweet banyak2😁..

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Cerita ini diceritakan oleh salah satu ponakan disini yang pernah bekerja di rumah makan tersebut.

Nama tokoh dalam cerita ini sudah disamarkan.
_____

2018..
Kalimantan selatan.

Sebut saja namanya Hatni, saat itu dia baru saja lulus sekolah Menengah Atas. Namun karena orang tuanya tidak punya biaya, akhirnya hatni memutuskan untuk tidak melanjutkan pendidikannya kebangku kuliah.
Read 181 tweets
May 27
PENGAGUM RAHASIA

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Namanya Esah. Dia adalah seorang gadis yang baru saja naik kelas 6 SD. Dia termasuk anak yang paling pintar di kelasnya. Diawal tahun pelajaran baru itu, ada murid pindahan dari sekolah lain yang masuk dikelas tersebut.
Perawakannya tinggi, lebih tinggi dari anak2 laki2 lain di kelas itu. Wajahnya juga tampan dan memiliki kulit putih namun terkesan pucat.

Matanya sayu, dan lebih sering menyendiri ketimbang berbaur dengan teman2 dikelasnya.
Read 157 tweets
May 3
GANTUNG JODOH

Cerita ini merupakan salah satu kiriman dari ponakan om rasth. Untuk nama dan tempat sudah disamarkan.

@IDN_Horor
@ceritaht
@bacahorror
#ceritaseram
#basedontruestory
#threadhorror
#bacahorror
#omrasth

(Gambar hanya ilustrasi) Image
Namanya Silvia, usianya saat ini sekitar 40 tahunan, usia yang sangat matang untuk berumah tangga. Namun sampai cerita om tulis, silvia belum juga mendapatkan jodoh.

Padahal sejak jaman kuliah dulu, silvia ini bisa dibilang merupakan cewek populer.
Dan bahkan ia pernah menjalin hubungan diam2 dengan dosennya. Tapi hubungan itu tidak berlangsung lama karena silvia yang merupakan cewek2 populer itu merasa bosan dengan si dosen.
Read 80 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(