Satu dari empat balita di Indonesia mengalami stunting. Tentunya pemerintah tidak tinggal diam, salah satunya membuat strategi untuk menurunkan angka stunting menjadi 14% di tahun 2024.
Lalu, strategi dan rencana apa yang dimiliki pemerintah untuk memastikan terpenuhinya gizi seimbang bagi masyarakat di Indonesia? dan, apa saja tantangan yang perlu dihadapi pemerintah dalam memenuhi gizi seimbang di Indonesia?
Di perayaan #HariGiziNasional ini, CIPS mengundang para pakar dari bidangnya untuk turut berdiskusi terkait permasalahan gizi yang kini sedang dialami di Indonesia!
Yuk, ikuti diskusi Hari Gizi bersama Dr. Andriko Noto Susanto, Aditya Alta, dan yang lainnya!
Sebelum bahas lebih lanjut, pertanyaannya mengapa Indonesia mengimpor bawang putih?
Ini karena Indonesia hanya bisa menanam 5-10% dari kebutuhan yang mencapai 540 ribu ton. Sebab, faktor iklim dan geografi yang tidak sesuai dengan kebutuhan penanaman bawang putih.
#impor bawang putih sendiri membutuhkan Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH) yang dikeluarkan oleh @kementan. Dokumen ini didapatkan jika importir telah menanam 5% dari kebutuhan impor mereka. Dari situ, baru mengurus Surat Persetujuan Impor (SPI) dari @Kemendag.
Pasti udah pada tau kan, bahwa mengkonsumsi alkohol secara tidak bertanggung jawab bisa sangat berbahaya?
WHO pernah melaporkan di tahun 2018, konsumsi minuman beralkohol (minol) secara tidak bertanggung jawab menyebabkan lebih dari 3 juta kematian di tingkat global.
Di Indonesia, kebanyakan dari kasus kematian akibat alkohol disebabkan oleh minuman beralkohol ilegal alias minol oplosan.
Udah kandungannya gak jelas, ilegal, dan bisa berbahaya buat tubuh. Kamu udah tau belum soal minol oplosan? Yuk, cek pengetahuanmu dengan ikutin kuis ini!
Alkohol jenis apa yang boleh dikonsumsi dengan kadar tertentu?
Beberapa waktu lalu, CIPS bersama @kotakitaorg dan PemKab Wonosobo bekerjasama untuk memberikan pelatihan peningkatan kapasitas untuk para perempuan pemilik usaha di #Wonosobo. Simak selengkapnya! [A thread]
Peran perempuan dalam sektor UMKM Indonesia memang sangat besar. Sebagai contoh, sekitar 50,6% usaha kecil daan 52,9% usaha mikro di Indonesia dijalankan oleh perempuan. Namun, hanya 34% dari usaha menengah atau berskala lebih besar yang dijalankan perempuan.
Selain itu, pandemi COVID-19 benar-benar memberikan dampak serius terhadap jalannya usaha mereka. Seperti turunnya pendapatan, permintaan, dan lain-lain. Belum lagi, era digitalisasi menuntut mereka untuk bisa lebih piawai memasarkan usahanya melalui berbagai platform.
Nasi jadi makanan sehari-hari mayoritas orang Indonesia. Akibatnya, konsumsi beras kita tinggi. Namun, tingkat produktivitas beras belum memadai, hingga menyebabkan harganya di Indonesia 2x lipat lebih mahal dari harga di pasar internasional.
Belum lagi, ketersediaan lahan yang semakin terbatas membuat peningkatan produksi menjadi sulit. Lalu, apa solusinya?
Tentu, penggunaannya harus bersinergi dengan sektor swasta, pemerintah, serta petani. Apabila Indonesia bisa meningkatkan produktivitas beras, maka petani Indonesia juga bisa hidup lebih sejahtera.