Fakta di atas terjadi berurutan, tapi belum terbukti sebagai sebab-akibat.
Investigasi Tempo simpulkan Lambang dibunuh dgn cara dipuntir lehernya, tapi polisi nyatakan ia meninggal kecelakaan tunggal. Karena itu kematiannya tak pernah dibawa ke pengadilan.
TL;DR kasus yang diduga sebabkan Lambang dibunuh.
Pada 2007 staf Museum Radya Pustaka Solo mendapati koleksi arca batu era Buddha di sana palsu. Arca asli rupanya dijual kerabat Keraton bernama Heru Suryanto ke art dealer bernama Hugo Kreijger. Arca dijual Kreijger ke Hashim.
Hashim tahunya arca itu legal karena ada dokumennya. Kasus ini dilaporkan Balai Purbakala Jateng ke polisi. Hashim lalu serahkan arca tsb, Lambang yg jemput barangnya ke rumah ybs. di Jakarta.
Selain kasus arca batu yg sudah dipolisikan, puluhan arca perunggu Radya Pustaka ternyata juga palsu. Tapi belum diketahui yang asli ke mana dan siapa pencurinya. Estimasi kerugian 1 T.
Ini yg sedang diselidiki mandiri oleh Lambang sebelum meninggal.
Oh ya, Lambang Babar Purnomo arkeolog di Badan Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Jateng. Ia ketua Pokja Perlindungan BP3 yang usut laporan hilangnya arca batu.
Ia meninggal pada 9-2-2008 di usia 57 tahun. Ini fotonya semasa hidup.
Aneh sekali. Media menulis Komisi Fatwa @MUIPusat siap haramkan @NetflixID. Tapi yang bersangkutan mengaku nggak pernah menyatakan akan memfatwa haram Netflix.
Jadi dari mana informasi MUI akan haramkan Netflix?
@MUIPusat@NetflixID@kompascom Berita ini mengemuka sejak pagi tadi. Saya sendiri baca dari Tempo. Sumbernya perkataan Ketua Komisi Fatwa MUI Hasanuddin A.F.
Tirto juga sebuah organisasi—organisasi kerja. Ia punya hierarki, tapi bukan berarti kontestasi ide dan kepentingan bisa dimusnahkan sama sekali. Contoh paling gamblang bisa Anda lihat ketika artikel aktivis tolak tambang asal Banyuwangi Budi Pego “menghilang” dari web Tirto...
... dan tak lama kemudian, muncul foto surat pernyataan bertanda tangan (saya lihat di Twitter @lord_kobra) karyawan-karyawan Tirto yang menolak “penghilangan” artikel itu.
Surat itu, bagi yang mengikuti dinamika organisasi Tirto, adalah indikasi penting bahwa media ini selumrah organisasi pada umumnya. Surat itu menunjukkan bahwa jika saja Pak Tirto, ikon media ini, adalah sesosok manusia, ia manusia dengan banyak kemauan (dan ketidakmauan).