Lagi ramai film #DearDavid tentang anak SMA yang menulis kisah erotisnya di blog pribadi, sebenarnya tulisan itu disimpan di draft, tapi ada orang yang sengaja publish tulisannya.
Sebenarnya, apa hukum menulis cerita erotis untuk dijadikan konten?
(1/5)
Bisa jadi apa yang kita posting mempengaruhi prilaku seseorang atau bahkan menginspirasinya.
(2/5)
Ada yang harus disembunyikan dan boleh diceritakan, harus tau ke siapa dan dalam keadaan apa menceritakan hal-hal seputar seksual.
(3/5)
Apa yang diharamkan untuk diucapkan, haram juga untuk dituliskan.
(4/5)
Mari lebih bijak dalam membedakan antara edukasi seksual dengan sekedar menceritakan seputar seksualitas.
(5/5)
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Imam Ghazali dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin menyebutkan doa-doa yang dianjurkan saat melakukan hubungan intim.
Doa sebelum foreplay:
اللهم اجعلها ذرية طيبة إن كنت قدرت أن تخرج ذلك من صلبي
Allahumma ij’alha dzurriyyatan thayyibatan in kunta qadarta an takhruj dzalika min shulbi.
Ya Allah, jadikanlah calon janin yang ada di rahim istriku jadi keturunan yang baik jika Engkau menghendakinya jadi seorang bayi yang tercipta dari tulang rusukku.
Ketika orang tua meninggal dunia, ada rasa penyesalan yang muncul dalam diri anak, terutama yang pernah mengeluarkan kata-kata menyakitkan yang diucapkan saat mereka masih hidup.
Pertama, mendoakan orang tua.
“Seorang anak yang orang tuanya wafat sementara dia pernah durhaka, lalu dia berdoa kepada Allah sepeninggal orang tuanya, niscaya Allah mencatatnya sebagai anak yang berbakti.” (Al-Bujairimi dalam kitab Tuhfatul Habib alal Khatib)
Kedua, bersedekah.
“Jika kalian sedekah karena Allah dan pahala sedekahnya diniatkan untuk orang tua, maka pahala sedekahnya milik orang tua dan dia dapat pahala seperti orang tuanya tanpa mengurangi sedikit pun pahala mereka.” (Syekh Zainuddin Al-Malibari dalam kitab Irsyadul ‘Ibad)
Syekh Muhammad bin Muhammad al-Husaini al-Murtadha al-Zabidi dalam kitab Ithaf al-Sadah al-Muttaqin, mengutip ungkapan Syekh Abu Bakar al-Kattani tentang tiga tiang agama yang menguatkan Islam.
Pertama, kebenaran.
Dalam menjalankan aturan-aturan agama harus selaras dengan sunah Nabi. Ketika menjalankan kewajiban yang telah ditetapkan, tapi tidak mengikuti sunah Nabi, maka amal yang dikerjakan sia-sia.
Kedua, keadilan.
Hati harus lurus, sesuai dengan keilmuan yang dimiliki. Keadilan tidak memandang status sosial atau kedekatan kerabat. Kalau orang yang disayang melakukan kesalahan, maka tidak boleh pilih kasih atau memihak.