Sekali lagi, mohon maaf, sekadar mengingatkan #JejakDigital terkait kasus ACT yg telah divonis Januari lalu, di mana dlm waktu 24 hari, bisa berubah. 👇
Sebelumnya. Sesudahnya.
Liputan khusus @republikaonline terkait kasus tersebut, menurutku sangat penting untuk dibaca.
Kalau dari perspektif Kakek Guruku, Syekh Pierre Renouvin, harusnya kita gak cuma cermati "forces profondes"- knp Taliban bisa takeover Pemerintahan, sampai Presidennya kabur, tp juga "les grands hommes", para tokoh, stakeholders yg ada.
Adakah yg tahu informasi bgm posisi & interest para politisi Afghanistan yg memilih tetap tinggal di sana bersama rakyat Afghanistan? Misalnya, mantan Presiden Hamid Karzai, lalu Abdullah Abdullah, dan Gulbaddin Hekmatyar? Bgm peran mereka dlm transisi kekuasaan di Afghanistan?
Taliban krn sempat lama vakum dlm kekuasaan, menurutku dlm Pemerintahan Transisi, pasti melibatkan bbrp faksi politik, agar dapat legitimasi.
Alasannya simple, agar mereka bisa berkuasa lebih lama, krn diterima lbh banyak kelompok.
Di buku ini di hal. 182, Derrida menulis, "Il est toujours possible que des traces s'effacent, mais nul ne peut garantir leur destruction définitive." - Mungkin saja jejak itu dihapus, tapi tak ada yg bisa jamin jejak itu benar hilang.
Penyebar hoax, fitnah, sering lupa ini 🙏🏻
Apalagi jejak digital?
It's like a piece a cake.
Dgn mesin atau kemampuan teknis yg cukup, jejak digital itu bisa ditampilkan lagi ke permukaan, dlm bentuk paling sederhana sekaligus vulgar:
Screenshot!
Oh ya tentu, semua jejak digital bisa diungkap, bukan hanya jejak digital para penyebar hoax & fitnah, tapi jejak digital kita semua!
Ya, termasuk aku, kamu, dan kamu!
Kita semua!
Benar saran guruku, Syekh @na_dirs "Saring sebelum sharing".
Sbg Dosen di Paramadina Graduate School of Diplomacy (PGSD), yg ngajar & neliti ttg diplomasi, cuma kasihan masih ada saja orang ga paham diplomasi, tapi sok tahu ttg diplomasi, terus juxtaposition nyalahin Menteri Agama.
Caper ga gitu juga lah!
Sebenarnya, kalau terbiasa mengolah data terkait diplomasi, keputusan Arab Saudi terima cuma bbrp negara itu sudah bisa diprediksi, jauh sblm diumumkan di
Jadi yg tegas berani mediasi konflik Israel-Palestina di forum multilateral, khususnya di UN scr gagah ya Tiongkok, termasuk berhadapan dgn AS yg selama ini jadi pendukung setia Israel, siapa pun Presidennya.
Cek 👇🏽
Ya Tiongkok, yg negara dan warganya kadang dibenci dgn kebencian rasial, lengkap dgn makian "Aseng" dan sejenisnya, oleh bbrp orang, yg dlm konflik Israel-Palestina, justruerrka memuja & berharap salah satu negara aliansi Pertahanan AS di kawasan jadi "penolong" & "pemimpin". 🙃
Kalau baca behavior negara-negara Aliansi Pertahanan dgn AS di kawasan, polanya selama kurang lebih 40 tahun terakhir, itu tetap sama kok.
Terbanyak ya no militarized action (alias abang-abang lambe), lalu threat to use force (ngancem doang), mentok di display use of force.