Sejarah kelam PKI, menyerang ponpes NU, memukuli santri dan Kyai.
Membakar mushaf Al-Qur'an, menginjak-injak & merobek kitab2 milik pesantren.
Bukan di Sumedang, tapi di Kediri.
Video lengkap :
Peristiwa ini terjadi di Desa Kanigoro, Kecamatan Kras, sebelah selatan Kota Kediri. Wilayah yang tercatat sebagai basis massa PKI, dan dipilih oleh CC PKI sebagai medan tempur untuk menjajal kekuatan GP Ansor.
Sasaran yang dipilih oleh PKI adalah Ponpes Al-Jauhar, mengambil nama pengasuhnya yakni Kiyai Haji Jauhari. Ponpes tempat berlangsungnya acara Mental Training bagi anggota Pelajar Islam Indonesia (PII).
Dalam acara tersebut, tokoh NU bernama Haji Said menjadi pembicara. Sedangkan untuk penceramah, nama Muhammad Samelan yang dicantumkan. Samelan adalah tokoh NU yang pernah menjadi aktivis Masyumi.
Sebelum penyerangan, PKI sempat menyatakan penolakannya atas penyelenggaraan Mentalnya Training yang melibatkan Samelan. Namun Panitia tetap kekeuh melanjutkan acara itu, dengan alasan bahwa Samelan adalah kader GP Ansor.
Sikap tegas panitia acara, membuat PKI murka. Seluruh kekuatan BTI dan Pemuda Rakyat desa Kanigoro dimobilisasi, mereka menyusun rencana penyerangan terhadap Ponpes Al-Jauhar. Parang, cangkul, arit, golok, dan senjata tajam lainnya dipersiapkan.
Sejatinya, acara Mental Training PII ini sudah mengantongi izin dari stakeholder setempat, termasuk surat Nomor Sek.77/U/28/A.A dari Kantor Kabupaten, serta jaminan dari Camat Kras, Kepala Sektor Polisi, Komando Rayon Militer (Koramil) Kras.
Meskipun begitu, PKI tetap ingin membubarkan acara itu. Jika kalian mengira bahwa tujuan PKI membubarkan acara tersebut merupakan upaya dalam rangka mengincar jabatan menteri atau Komisaris BUMN, kalian salah.
Motif utama pembubaran pengajian dan Mental Training itu adalah test case kekuatan instrumen revolusi PKI di daerah. PKI juga sedang mengukur kekuatan NU bekerja GP Ansor, karena meskipun di Nasakom mereka bersatu, namun berbeda dalam ideologi.
Bagi PKI, tak ada ideologi yang paripurna, terkecuali komunisme. Dan tak ada orang yang bisa dipercaya, kecuali sesama kaum komunis. Semua pihak non-komunis dianggap sebagai rival, bahkan musuh.
Bersamaan dengan lantunan suara adzan Subuh, maka 13 Januari 1965, tepatnya pukul 04:30, PKI menyerang Ponpes Al-Jauhar. Seluruh santri yang sedang mengaji dan Sholat Subuh, diserang oleh gerombolan PKI.
Semua Al-Qur'an dimasukkan ke karung, lantas di bakar di depan pelataran Ponpes Al-Jauhar. 88 orang santri berikut pengurus dan pengasuh Ponpes itu diikat, kemudian dibawa ke kantor polisi.
Mendengar kejadian di Kanigoro, sekitar 9 truk Banser berangkat dari Ponpes Lirboyo menuju Kanigoro. Kelompok Banser tersebut dibawah komando Gus Maksum, Guru Besar Pagar Nusa. Sebuah perguruan silat resmi Nahdlatul Ulama.
Setibanya di TKP, ternyata Ponpes Al-Jauhar sudah sepi, terdengar informasi dari warga sekitar bahwa Kiyai Haji Said bersama santrinya dibawa ke Polsek. Tanpa basa-basi, Banser menghampiri Polsek.
Mendengar kedatangan Banser, gerombolan PKI melarikan diri. Akhirnya Kiyai Haji Said beserta para santri dikembalikan ke Ponpes Al-Jauhar.
Banser saat itu terbentuk dari sekelompok santri dari Ponpes binaan Nahdlatul Ulama. selayaknya Ponpes, santri tak lepas dari pendidikan ilmu bela diri tradisional. Berbeda dengan Pemuda Rakyat, yang proses rekruitmennya terdiri dari preman bromocorah.
Mentalitas Banser dan Pemuda Rakyat kala itu sangat jauh berbeda. Banser terkenal alim, sopan, ramah, takdzim terhadap Ulama dan Kyai. Sementara Pemuda Rakyat gemar judi, mabuk-mabukan, memalak pedagang, nyawer di lokalisasi dan hiburan malam.
Perbedaan kualitas inilah yang menyebabkan GP Ansor dan Banser merupakan primadona bagi gadis di wilayah pedesaan. Jika mendengar nama Ansor atau Banser, seketika terbesit kesan sosok laki-laki sholeh, alim, baik budi serta pandai bela diri.
Berbeda 180° jika mendengar nama PKI atau Pemuda Rakyat, saat itu kesan masyarakat sangat negatif. Nama yang identik dengan kekerasan, perkosaan, mabuk-mabukan dan perampokan hingga pembunuhan.
Jangan lupa like dan subscribe akun YouTube Mimin.
Sertakan #AntiKom dalam ulasan kalian yA. 🙏🙏🙏🙏🙏
Maaf, Mimin gak bisa menguraikan secara lengkap di utas, untuk informasi komplitnya ada di video YouTube, termasuk sesi perencanaan hingga biografi singkat komandan Banser yg memukul balik kekuatan PKI di Kanigoro. 🙏✌
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Pemberontakan G30S/PKI menjadi catatan buruk dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia, menggores luka yang cukup dalam di sanubari kaum Pancasilais.
Hai, sobat Pejantan, apa kabar kalian semua?
Semoga kalian sudah bisa sedikit move-on dari godaan mantan yang ingin kembali setelah pergi usai menyakiti.
Pengkhianatan G30S/PKI tidak lepas dari dorongan hati segelintir orang yang terkontaminasi ideologi komunisme, dalam utas kali ini, Mimin akan mengupas secara mendalam tentang komunisme, yang melatarbelakangi meletusnya G30S/PKI.
Peristiwa kelam G30S/PKI tidak lepas dari berbagai kejadian yg mengawalinya, beberapa gerakan permulaan telah dirancang oleh PKI baik secara politik maupun militer.
Bermula dari isu memburuknya kesehatan Presiden Soekarno, memicu kekhawatiran PKI akan peralihan tampuk pimpinan negara.Kekhawatiran yg menyulut PKI utk mempercepat proses cita2 revolusinya, dimana sebagai penganut ideologi komunisme, PKI sangat antipati trhdp ideologi lainnya.
Bagi PKI, komunisme adalah harga mati, tidak ada ideologi lain yg diakuinya, termasuk Pancasila. Menurut PKI, Pancasila hanyalah alat pemersatu bangsa. Alat yg expired jika persatuan bangsa Indonesia telah tercapai, dan saat itu PKI mengangap bangsa Indonesia telah bersatu.
Begitu gencarnya para loyalis komunis menutupi fakta tentang G30S/PKI, mengaburkan fakta sejarah.
Distorsi sejarah pun terjadi sejak era reformasi, dimana kaum komunis menolak disebut pengkhianat setelah melancarkan kudeta berdarah.
Banyak teori konspirasi mereka sebarkan untuk menutupi fakta kekejaman PKI, dari menuduh Mayjen Soeharto sebagai dalang dibalik G30S/PKI, hingga memfitnah Soekarno sebagai aktor intelektual penggagas G30S/PKI.
Dan secara ngawur memposisikan tokoh2 PKI sebagai pahlawan.
Bermodalkan beberapa buku yg bersumber dari keterangan para mantan tapol/napol serta anak cucu PKI, kaum komunis ingin menempatkan PKI sebagai 'korban', sementara pemerintah beserta Ummat muslim ultranasilonalis sebagai pelaku kejahatan HAM lantaran menumpas pemberontakan PKI.
Terdapat fakta tersembunyi tentang peristiwa G30S/PKI yg hingga kini jarang terpublikasi,terlebih lagi di era reformasi ini.Dimana panggung sejarah kebanyakan diberikan kepada loyalis komunis atau anak cucu PKI.
Pemutarbalikkan sejarah pun terjadi
Saking derasnya informasi dari anak cucu PKI, membuat fakta sejarah tertutupi. Sehingga generasi penerus kita yg tak mengerti, sering tertipu oleh halusinasi yg disebarkan oleh loyalis PKI.
Menjadikan pemberontak sebagai korban, berduyun-duyun ikutan membela para bajingan.
Disini Mimin hadir, meluruskan sejarah yg terombang-ambing. Mengembalikan kedudukan para pemeran sesuai fakta keadaan.
Di utas ini akan Mimin sampaikan, bagian terpenting dalam sejarah, yaitu:
TAWAR MENAWAR DI TENGAH PRAHARA.
Tubuh kekarnya mampu menutupi sorot mata yg sayu, terlihat sangar namun sejatinya mentalnya pengecut.
Bodoh, namun sok pintar.
Tapi mungkin di dunia ini dia satu2nya Letkol yg memiliki wakil berpangkat Brigjen.
Letkol UntungUntung Syamsuri.
Cahaya mentari pagi itu terasa tak terlalu hangat,seperti biasa warga Ibukota bersiap memulai aktivitasnya.
Tepat pukul 07:00 di hari pertama bulan Oktober tahun 1965, RRI menyiarkan 2 berita penting.
Yg pertama adalah pengumuman telah terjadinya sebuah gerakan di internal TNI AD
Gerakan itu menamai dirinya sebagai G30S, sebuah gerakan yg membuat nama Letkol Untung menjadi dikenal oleh masyarakat luas.
Ya, dalam pengumumannya, G30S menegaskan bahwa gerakan tersebut dipimpin oleh Letkol Untung, komandan pasukan Cakrabhirawa.
Namanya senjata 'Chung', tiruan dari SKS Simonov buatan Russia.
Akibat Chou En Lai yg menjanjikan bantuan 100rb pucuk senjata ini, membuat PKI berani mengusulkan pembentukan Angkatan ke-5 yg terdiri atas kaum buruh dan tani yg dipersenjatai.
Konyolnya, stok senjata yg dijanjikan oleh RRC hanya 100rb pucuk, tapi jumlah personel yg diajukan oleh PKI adalah 15 juta orang.
Aidit gak mikir, sisanya sekitar 14,9jt orang mau dikasih senjata apa.
Akhirnya project G30S/PKI gagal total.
Tapi RRC cukup fair dalam berpolitik, dia memberikan hibah senjata dalam kerangka kerjasama dengan pemerintah RI.
Bentuk dukungan ini tidak dicantumkan dalam perjanjian hutang piutang yg harus dibayar oleh Indonesia jika gagal/kalah saat konfrontasi dengan Malaysia.