Kisah tentang pendaki tersesat mungkin sudah sering kita dengar. Namun bagaimana jika pendaki itu ditemukan dalam kondisi termutilasi?
Anehnya lagi, mengapa di momen terakhirnya, mereka malah banyak memotret kegelapan hutan?
(Utas)
Liburan habis lulus!
Kris Kremers (21) & Lisanne Froon (22) baru saja menamatkan studi sarjana mereka pada 2014.
Sebagai perayaan, mereka sudah menabung berbulan-bulan demi merealisasikan rencana pergi ke Panama selama 6 minggu untuk belajar Bahasa Spanyol & menjadi relawan.
Kedua sahabat ini pun tiba di Panama pada 15 Maret 2014. Mereka memulai pendakian pada 1 April jam 11 pagi dari Boquete.
Tak hanya berdua, mereka membawa seekor anjing.
Siapa sangka, jika anjing inilah yang akan memberi petunjuk bahwa hal buruk telah terjadi.
Kejanggalan mulai terjadi saat anjing itu kembali dari hutan pada malam harinya, tanpa para pendaki. Ditambah lagi, malam itu orang tua Kris & Lisanne berhenti di-SMS, padahal kedua gadis itu rutin mengirim SMS.
Sampai besok paginya, kabar Kris & Lisanne tak kunjung datang..
Lima hari kemudian, orang tua Kris & Lisanne tiba di Panama dari tanah air mereka, Belanda. Mereka pun membawa Kepolisian Belanda untuk mengerahkan pencarian putri mereka di Boquete.
Sayangnya, pencarian di area pendakian nihil. Lisanne & Kris masih hilang.
14 Juni, hampir 2 minggu kemudian, akhirnya ada petunjuk!
Seseorang menemukan ransel Lisanne di tepi sungai dekat Provinsi Bocas del Toro, sekitar 200 km dari titik awal pendakian Lisanne & Kris.
Isi ransel itu: 2 kacamata hitam, uang $83, paspor Lisanne, botol air, kamera Lisanne, 2 bra, serta ponsel Kris & Lisanne, semuanya dalam kondisi baik-baik saja.
Meski begitu, hanyutnya ransel tanpa orang memperkuat spekulasi kalau Kris & Lisanne mungkin sudah mati...
Rupanya, di hari mereka hilang, iPhone 4 milik Kris berusaha menelepon nomor darurat pukul 16.39. Samsung Galaxy S III milik Lisanne juga memiliki riwayat yang sama pada pukul 16.51. Panggilan-panggilan itu tidak tersambung karena tidak ada sinyal.
Tak hanya sekali, riwayat panggilan darurat di ponsel mereka tercatat berkali-kali, namun tetap tak pernah terhubung.
Meski begitu, kedua ponsel inilah yang akan membuka banyak keanehan bagi penyidik kasus ini.
Ponsel Lisanne habis baterai pada 4 April, menyisakan iPhone Kris.
Pada 5, 6, & 11 April, ponsel itu dinyalakan namun tanpa memasukkan PIN pada lockscreen.
Apakah ini berarti Kris & Lisanne hanya menggunakan fitur panggilan darurat… atau PIN yang dimasukkan salah? Namun jika begitu, siapa yang berusaha membuka ponselnya hingga salah PIN?
Keanehan semakin bertambah saat penyidik melihat isi kamera Lisanne.
1 April, terlihat foto-foto yang menunjukkan kedua pendaki itu masuk ke hutan, tidak mengikuti jalur pendakian yang sudah ditetapkan. Foto-foto ini diambil berjam-jam sebelum usaha telepon darurat pertama.
8 April, 90 foto dengan flash diambil dari jam 1 sampai 4 pagi.
Foto-foto yang diambil menunjukkan mereka di tengah hutan yang gelap gulita. Ada beberapa foto yang menunjukkan mereka ada di dekat sungai atau jurang, foto kantong-kantong plastik, serta foto belakang kepala Kris.
Beberapa waktu kemudian, petunjuk lain ditemukan dekat area penemuan ransel Lisanne.
Pertama, celana pendek Kris. Kedua, beberapa bulan kemudian, sebuah sepatu dengan potongan kaki masih ada di dalamnya & sepotong tulang pinggul. Terakhir, ditemukan 33 potong tulang di area itu.
Hasil tes DNA pun membuktikan tulang-tulang itu milik Kris & Lisanne.
Pencarian pun berakhir. Kedua sahabat ini resmi ditemukan tewas.
Namun, penyelidikan akan penyebab kematian mereka masih berlanjut karena keanehan kondisi tulang mereka.
Pasalnya, tulang Lisanne ditemukan dalam kondisi pembusukan alami. Namun, tulang Kris putih terang, seperti di-bleach.
Menyeramkannya lagi, tulang Kris tak mengalami goresan dari pergesekan pembusukan alami di alam liar. Di bawah mikroskop pun, tulangnya mulus...
Lalu, potongan tulang pinggul Kris juga aneh. Pembusukan alami pada orang muda tidak akan menyebabkan terbelahnya tulang dalam waktu sependek itu. Ada bagian sendinya yang hilang, padahal seharusnya tetap ada apabila membusuk alami bahkan bertahun-tahun pun...
Kepolisian Belanda pun mengkritik habis-habisan kepolisian Panama karena menurut mereka, penyelidikan negara itu tidak lengkap & bahkan seperti ada yang ditutup-tutupi...
Apakah Kris & Lisanne tersesat lalu jatuh ke jurang, yang berarti mereka mati karena kecelakaan?
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Warga Somerton Park, Adelaide, Australia, dikejutkan oleh penemuan mayat pria misterius di pantai mereka.
Entah bunuh diri atau dibunuh. Hingga kini, penyebab kematiannya saja tidak diketahui, apalagi identitasnya...
(Utas)
Somerton Park, Adelaide, Australia Selatan.
1 Desember 1948, pukul 6.30 pagi.
Tidak ada angin tidak ada hujan, kepolisian setempat tiba-tiba ditelepon untuk menerima laporan panik warga bahwa mayat seorang pria ditemukan di tepi pantai!
Saat ditelepon, polisi mengira itu hanyalah mayat yang hanyut terbawa laut. Namun, saat tiba, situasi kematian pria itu janggal.
Kepalanya menyender di tembok laut, berbaring berselonjor dengan kedua telapak kaki menyilang.
Cinta mereka terbukti jauh lebih kuat dibandingkan loyalitas mereka pada Majapahit. Pangeran Samudra & Dewi Roro melarikan diri dari rumah agar bisa bersatu.
Mereka memutuskan Gunung Kemukus di sekitar Sragen sebagai rumah baru mereka. Nahas, cinta mereka tidak berumur lama.
Pasukan yang dikirim ayah Pangeran Samudra mengikuti jejak mereka & menemukan pasangan itu di suatu gubuk Gunung Kemukus, sedang bercinta.
Tertangkap basah sedang melakukan pengkhianatan, prajurit Majapahit pun mengekskusi keduanya & mereka dikubur di gunung itu.
Legenda ini, di mana dua orang saling mencintai dibunuh saat bercinta, menjadi cikal bakal praktik ritual seks Gunung Kemukus.
Konon, jiwa Pangeran Samudra yang bergairah sebagaimana ia dermawan bisa membantu aliran rejeki mereka yang berdoa kepadanya.