ambil semua pelajaran dari semua yang sudah dilalui, jangan terlalu gegabah melakukan pembrontakan dengan sedikit info tentang lawan kita. pelajari semua peta lawan mulai relasi, siapa yang ada dipihak mereka, siapa yang dipihak netral, dan sampai lari kemana jika mereka terdesak
jangan terlalu terpengaruh pihak luar, mereka bisa saja bilang akan ikut berjuang bersama, tapi ketika kita jatuh mereka hanya bisa berkomentar bahkan yang paling miris mereka bisa saja menolak kita berjuang ditempatnya. pahami kekuatan kita, jangan sampai ada korban lagi.
kita berjuang untuk keadilan nawak kita, tapi jangan korbankan lagi keluarga atau orang yang bersama kita. jika memang keadilan itu tidak bisa kita raih mungkin kekuatan terakhir hanya do’a. luangkan waktu menyendiri dan berdo’alah, biasanya berdo’a sendiri itu do’a paling tulus.
mungkin yang harus kita siapkan kedepan adalah membentuk kekuatan baru untuk memutus dominasi tua-tua itu, mereka semua yang membuat kita melemah bahkan sedikit banyak mereka juga ikut andil dalam merawat dualisme dikota ini.
mungkin tidak bisa instan, tapi kota-kota seperti sleman, solo, dan bandung sudah berhasil melakukan itu. ajak semua firm-firm kecil bersatu dalam mode senyap, semoga beberapa tahun kedepan para orang tua kolot itu sudah tidak punya pengaruh lagi dikota ini.