Sudah lama gak kultwit, ada waktu sedikit di perjalanan. Sudah dua hari tweet koreksi saya di bawah tidak ditanggapi @neohistoria_id. Awalnya saya berprasangka baik, mungkin salah paham. Tapi karena dicuekin, saya rasa perlu pelurusan.
Singkat saja, thread tersebut membahas orang-orang yang ditangkap oleh rezim Demokrasi Terpimpin karena terlibat PRRI/Permesta. Di antara tokoh-tokoh tersebut ada #BuyaHamka, diselipkan terakhir.
Pencantuman nama #BuyaHamka di situ adalah sebuah kesalahan fatal, karena beliau memang tak pernah terlibat PRRI, apalagi Permesta. Di bagian pendahuluan di Tafsir Al-Azhar, beliau cerita bahwa beliau sedang di Mesir ketika mendengar berita Sumatra dibombardir.
Ngapain di Mesir? Sebelumnya beliau ceramah di sana, kemudian pergi ke Saudi untuk umrah. Di Saudi, dapat kabar dari Mesir bahwa Univ. Al-Azhar berkenan memberi gelar doktor kehormatan atas ceramah brilian beliau sebelumnya. Maka beliaupun balik ke Mesir.
Saat itu, sedang ada gegap gempita penyatuan Mesir dan Suriah. Karena itu, pemberian gelar doktor kehormatan tertunda. Ketika menunggu kepastian jadwal itulah #BuyaHamka mendengar kabar Sumatra dibombardir, dalam rangka penumpasan PRRI.
Di antara tokoh-tokoh Masyumi yang terlibat PRRI adalah Natsir, Syafruddin Prawiranegara, dan Burhanuddin Harahap. Sejarawan UI, Prof. R.Z. Leirissa kukuh menyatakan bahwa PRRI adalah gerakan protes, bukan pemberontakan. Tapi Jakarta berpendapat lain.
Komentar George McTurnan Kahin dalam artikel yang ditulisnya untuk mengenang Natsir lebih menarik. Menurutnya, justru kehadiran para politisi Masyumi-lah yang mencegah PRRI menjadi sebuah pemberontakan.
Itu intermezzo aja soal PRRI. Kembali ke soal #BuyaHamka, nggak ada satupun sejarawan atau sumber sejarah yang menyebut beliau terlibat dalam PRRI. Karena memang tidak pernah terlibat. Beres di Mesir, beliau pulang ke Jakarta, kembali menjadi Imam Masjid Agung Kebayoran Baru.
Buat yang belum tahu, Masjid Agung Kebayoran Baru itulah yang sekarang bernama Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta. Atau sering juga disebut Al-Azhar pusat!
Dalam tulisannya untuk buku "Kenang-kenangan Hidup 70 Tahun #BuyaHamka", Natsir bercerita tentang pertukaran sajak di antara keduanya. Ketika Natsir sedang di salah satu stasiun radio PRRI, beliau mendengar pidato Hamka di Konstituante. Jadi jelas, Hamka tidak ikut PRRI.
Pertukaran sajak tersebut pernah saya kupas, presentasikan di INSISTS dan saya uraikan dalam sebuah artikel yang dimuat di @republikaonline (waktu masih surat kabar cetak). Di situ terlihat jelas 'perbedaan jalan' di antara Pak Natsir dan #BuyaHamka. academia.edu/50928492/Memak…
Pada 1964, #BuyaHamka ditangkap, tak pernah diadili, dan baru bebas 2 tahun kemudian, ketika Demokrasi Terpimpin runtuh. Pak Natsir dan tokoh-tokoh Masyumi lainnya sudah ditangkap sejak sejak 1960-61. Hamka terakhir, karena memang susah mencari 'celahnya'.
Bahkan yang menangkap #BuyaHamka pun tak menyebut-nyebut soal PRRI sebagai alasan penangkapannya. Tuduhan yang dialamatkan kepada beliau adalah merencanakan makar dan pembunuhan Sukarno dengan berkonspirasi bersama Malaysia.
Saat itu memang Sukarno sedang gencar-gencarnya menolak penyatuan Federasi Malaya, Sabah, Serawak, Brunei dan Singapura menjadi sebuah negara besar bernama Malaysia. Alasan sejatinya masih diperdebatkan oleh para ahli.
#BuyaHamka, yang memandang masalah Malaysia tidak dari sisi politik, memang posisinya rentan. Beliau justru melempar gagasan penyatuan Indonesia, Malaysia dan Filipina sekalian untuk menjadi sebuah negara Melayu raksasa. Simpati pada Malaysia ini 'celah' yang dimanfaatkan musuh.
Akhirnya, saya tegaskan kembali bahwa tak ada alasan untuk menuduh #BuyaHamka terlibat PRRI. Sejarawan boleh salah, tapi haram berbohong. @neohistoria_id perlu menyadari penting dan mulianya peranan sejarawan bagi sebuah peradaban. Melalui sejarah, sebuah bangsa mengenal dirinya.
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Bulan Ramadhan bukan hanya bulannya shaum dan Al-Qur'an, tapi juga bulannya doa. Di antara ayat-ayat tentang Ramadhan, terselip ayat tentang doa (QS. 2: 186). Maka siapkan daftar permintaan, kencengin doa. Berikut rekomendasi doa dari saya.
Pertama, ini jenis doa yang menurut pengalaman saya gak pernah ditolak sama Allah SWT, yaitu doa minta ketaatan, minta jadi hamba yang shalih. Sebutkan kelemahanmu, minta bantuan Allah mengatasinya. Allah ingin kamu shalih, maka pasti Allah ridha dengan doa ini.
Jangan minta duit, tapi minta dilapangkan jalan untuk berzakat, bersedekah, berqurban, Haji dan umrah. Jangan minta rumah dan mobil, tapi minta agar bisa memenuhi hak-hak keluarga dengan baik. Semua itu butuh duit, tapi bukan duit yang dituju.
Agama ini mengajari manusia caranya menjadi manusia yang sebenarnya, karena seringkali manusia itu lupa, termasuk lupa dengan jati dirinya sendiri.
Karena tujuan agama yang demikian, maka agama ini sejalan dengan fitrah. Dengan kata lain, agama ini membantu kita memenuhi kebutuhan kita sendiri. Di sisi lain, ada kewajiban yang mengiringinya.
Misalnya, fitrah manusia butuh makan. Tapi ada ajaran agama untuk hanya makan yang halal dan thayyib, jangan berlebihan dsb. Aturan-aturan ini perlu jaga. Kalau tidak, manusia sendiri yang rugi. Misalnya kebanyakan minum minuman manis, jadinya diabetes.
Dalam rangka menyegarkan pemikiran, mari kita ngobrol-ngobrol santai lagi. Kali ini tentang cuitan salah satu akun paling kontroversial di jagad twitter Tanah Air belakangan ini, yaitu @NatNatalie___. Wait, akunnya dah ilang ya? 😅 Kita mulai dari cuitan yang ini ya...
Ungkapan seperti ini bisa diperkirakan bersumber dari premis bahwa setiap manusia bekerja dengan memanfaatkan tubuhnya, tidak terkecuali lonte. Therefore, menurut orang semacam ini, ngelonte itu sama saja dengan pekerjaan lain.
Btw, saya sangat mengapresiasi penggunaan kata "lonte" ya, karena tidak ada makna positif dari kata ini. Nggak seperti PSK yang mengandung kata "pekerja", seolah-olah ngelonte adalah pekerjaan yang sah. Sesuatu yang buruk jangan dibagus-bagusin. 😉