Thread by @RevolusiAkhlaq2

BERAKHIR TRAGIS DITANGAN KOMUNIS BERHATI BENGIS.
Raden Mas Tumenggung Ario Soerjo, akrab disapa dengan nama Gubernur Suryo.
Diculik oleh gerombolan PKI dalam perjalanan di daerah Ngawi, ditelanjangi kemudian diseret menggunakan kuda sejauh 10 KM.

Jika kita membaca secara cermat sejarah pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, maka nama Gubernur Suryo adalah pemimpin Arek-arek Suroboyo saat pertempuran dengan pasukan Inggris itu berkecamuk.
Beliau terlibat langsung dalam proses perundingan maupun pertempuran kala itu.

Saat serdadu Inggris ingin mendarat di Surabaya, Gubernur Suryo menjadi pimpinan delegasi Indonesia dalam perundingan menghadapi Brigjen Mallaby.
Perundingan yg kemudian menyepakati bahwa kehadiran tentara Inggris di Surabaya tidak lain hanya ingin mekucuti senjata pasukan Jepang

Selain itu, tentara Inggris juga mengatakan bahwa mereka diberi mandat untuk membebaskan para tawanan perang yg berasal dari Eropa yg sempat ditawan oleh tentara Jepang.
Inggris juga berjanji akan menghormati kedaulatan rakyat Indonesia di Surabaya.

Sebelumnya, Presiden Soekarno sudah memberikan informasi kepada Gubernur Suryo tentang rencana pendaratan pasukan Inggris di Tanjung Perak.
Soekarno juga mengatakan bahwa delegasi Inggris di Jakarta juga sudah menyepakati bahwa mereka akan menghormati kedaulatan Indonesia.

Setelah mendapatkan garansi dari Soekarno, akhirnya Gubernur Suryo mengizinkan pasukan Inggris untuk mendarat di Tanjung Perak.
Namun Gubernur Suryo memerintahkan kepada seluruh anggota BKR/TKR untuk memantau secara ketat aktifitas tentara Inggris di Surabaya.

Namun kenyataan di lapangan tak sejalan dengan kesepakatan yg telah dicapai oleh kedua belah pihak, dimana pasukan Inggris justru berusaha melucuti senjata milik rakyat Surabaya.
Senjata tsb merupakan hasil rampasan dari gudang senjata milik tentara Jepang.

Sikap tentara Inggris yg melucuti senjata milik anggota BKR/TKR akhirnya memicu insiden pertempuran kecil di beberapa sudut Kota Surabaya, dan kemudian menjalar menjadi pertempuran yg lebih besar.
Kala itu, pasukan rakyat Indonesia berhasil mengepung kedudukan tentara Inggris.

Disaat-saat yg genting tsb, membuat pimpinan tentara Inggris menggelar perundingan lanjutan dengan delegasi Indonesia yg dipimpin oleh Gubernur Suryo.
Perundingan tsb merupakan bagian dari akal bulus Inggris yg pasukannya tengah terdesak, dengan menyodorkan gencatan senjata.

Gubernur Suryo dan Brigjen Mallaby kemudian menuju lokasi pertempuran, mereka menyerukan agar kedua belah pihak untuk menghentikan tembak menembak.
Sesaat kontak senjata berhasil dihentikan, namun beberapa jam kemudian kembali meletus.
Gubernur Suryo marah terhadap Mallaby.

Ternyata kontak senjata itu kembali meletus disebabkan adanya upaya tentara Inggris untuk keluar dari zona yg telah disepakati bersama.
Ditengah pertempuran sengit itu, Gubernur Suryo meminta agar Soekarno sendiri yg menyampaikan soal kesepakatan di Jakarta kepada rakyat Surabaya

Melihat tentara Inggris yg semakin terdesak, kemudian Mallaby menyetujui agar Inggris memfasilitasi keberangkatan Soekarno ke Surabaya guna menenangkan masyarakat.
Gubernur Suryo berharap agar kehadiran Soekarno bisa meredakan amarah masyarakat Surabaya.

Mallaby setuju, lalu menghadirkan Soekarno ke Surabaya. Dengan hadirnya Soekarno, membuat rakyat Surabaya menghentikan pertempuran.
Namun kembali pasukan Inggris mencoba untuk keluar dari zona terbatas yg telah ditentukan.
Manuver tsb memicu kembali pertempuran.

Dalam pertempuran sesi kedua tsb, Brigjen Mallaby tewas ditangan pengawalnya, setelah sebelumnya sempat tertembak oleh pistol seorang anggota BKR/TKR.
Tewasnya Mallaby membuat berang Inggris, pasalnya selama perang di benua Eropa melawan Jerman, belum ada jenderalnya yg tewas.

Bertahun-tahun Inggris bertempur melawan Jerman, tak ada satupun jenderalnya yg tewas dalam pertempuran.
Namun dalam 3 hari pertempuran di Surabaya, seorang jenderal Inggris tewas di tengah peperangan.
Ini tentu membuat Inggris murka, dan kemudian menyiapkan kekuatan yg lbh besar

Inggris kemudian memberikan ultimatum kpd seluruh rakyat Surabaya untuk menyerah tanpa syarat serta menyerahkan senjatanya kepada tentara Inggris.
Dengan tegas Gubernur Suryo menentang ultimatum tersebut.
Gubernur Suryo kemudian memerintahkan seluruh pejuang Indonesia utk melawan

Selain itu, Gubernur Suryo juga memobilisasi pasukan dari luar Surabaya untuk ikut serta melawan tentara Inggris.
Meskipun tak memiliki rekam jejak sebagai anggota militer, namun kepemimpinan Gubernur Suryo dalam pertempuran sangatlah luar biasa.

Dengan didukung oleh kekuatan lasykar Hisbullah dan Sabilillah dari Ponpes, Arek-arek Suroboyo menyambut gempuran dari pasukan Inggris secara sporadis.
Perang kota yg disajikan oleh Arek-arek Suroboyo membuat tentara Inggris + NICA kewalahan.

Kepemimpinan Gubernur Suryo pada pertempuran 10 November 1945, secara sudut pandang militer sangatlah gemilang.
Meskipun tak pernah menyandang 2 bintang di pundaknya, Gubernur Suryo mampu memaksa pasukan Inggris untuk menggunakan beberapa kali 'Broken Arrow' di beberapa sektor.

Gubernur Suryo menggunakan bakat militernya untuk memimpin pejuang Surabaya melawan gempuran serdadu Inggris, bukan untuk menembaki mahasiswa yg berdemonstrasi atau untuk menurunkan baliho FPI. 🙈
Ups, maaf.. Mimin keceplosan ✌😁✌

Palagan Surabaya pun akhirnya berakhir dengan gencatan senjata, kedua belah pihak memilih kembali menempuh negosiasi di meja perundingan.
Kegemilangan perlawanan Arek-arek Suroboyo membuka mata dunia, bahwa semangat Jihad rakyat Surabaya mampu melumat pasukan Inggris.

Kegagalan Inggris dan Belanda untuk menguasai penuh wilayah Surabaya, mencoreng wajah bangsa Eropa dan AS.
Tak dapat dipungkiri, bahwa strategi yg diterapkan oleh para pejuang Indonesia telah menelanjangi kedigdayaan Inggris selaku pemenang Perang Dunia II.

Heroisme Arek-arek Suroboyo, mampu menyeret Belanda dan Inggris untuk kembali ke meja Perundingan dalam kerangka Goverment to Goverment.
Pertempuran 10 November 1945, berhasil menarik perhatian dunia internasional, sehingga eksistensi dan kedaulatan Indonesia diakui oleh dunia.

Namun di tahun 1948, Belanda kembali menginvasi Indonesia melalui Agresi Militer II.
Bagi bangsa Indonesia, pertempuran melawan Belanda bukan hal yg menakutkan.
Justru yg menyakitkan adalah tindakan pengkhianatan yg dilakukan oleh PKI di saat itu.

Ya, PKI dibawah kepemimpinan Musso melancarkan pemberontakan di kala rakyat Indonesia tengah berjibaku melawan Agresi Militer Belanda II.
PKI mengkhianati bangsa Indonesia dengan cara melakukan pembantaian terhadap rakyat dan ulama yg tak mau tunduk kepada PKI.

Ya begitulah watak kaum komunis, mengedepankan aksi pembantaian terhadap lawan politiknya dalam rangka mengobarkan revolusi.
Dan adik dari Gubernur Suryo pun tak luput dari kekejian kaum komunis, dimana kampngnya diserang oleh milisi Musso.
Hartanya dijarah, istrinya diperkosa

Mendengar kejadian tsb,Gubernur Suryo yg tengah berada di Yogyakarta memutuskan utk mampir ke kediaman adiknya yg berdomisili di Madiun.
Sedangkan kehadiran Gubernur Suryo sendiri ke Yogyakarta adlh utk memenuhi panggilan Presiden Soekarno dalam rangka menghadapi serangan Belanda

Setibanya di daerah Ngawi, Gubernur Suryo dan 2 pengawalnya dicegat oleh batalyon FDR/PKI yg dipimpin oleh Maladi Yusuf.
Laju mobilnya dihadang, lantas Gubernur Suryo dan pengawalnya ditawan oleh gerombolan Maladi Yusuf.
Senjata pengawalnya dirampas, lalu ketiganya ditelanjangi.

Setelah membakar mobil dinas Gubernur Suryo, para gerombolan komunis itu mulai menyiksa pengawal Gubernur Suryo.
PKI Berharap bahwa tindakan keji mereka bisa membuat Gubernur Suryo tunduk terhadap keinginan Musso.
Gubernur Suryo dan pengawalnya gigih bertahan dari siksaan PKI.

PKI mulai menelanjangi lalu memukuli ketiganya, ketika caranya tak berhasil merubah pendirian Gubernur Suryo, maka kaum komunis mulai melakukan siksaan yg lebih keji dengan cara mencabuti kuku para pengawal Gubernur Suryo.
Tak hanya itu, para pengawalnya juga di congkel matanya.

Setelah kedua kehilangan penglihatan, para pengawal Gubernur Suryo itu lalu disiram air panas hingga sebagian kulit di punggung dan selangkangannya melepuh.
Tapi sekali lagi ini adalah kisah pemberontakan PKI di Madiun, bukan di #KM50 ya. ✌😁✌

Dalam kondisi lemah, ketiganya lalu diikat dan diseret mengunakan kuda.
Sejauh 5 km, kedua pengawal Gubernur Suryo menjemput kesyahidannya. Sementara Gubernur Suryo masih sanggup bertahan meskipun telah diseret menggunakan kuda sejauh 10km.

Sampai akhirnya komplotan PKI itu kembali mengulangi kekejian serupa dengan yg dilakukan kepada para pengawal Gubernur Suryo.
Dalam kondisi telanjang, Gubernur Suryo mulai disayat anggota tubuhnya.
Kemaluan dan anusnya dibakar, telinganya diiris dan telapak kakinya ditusuk pisau.

Disaat sedang asyik menyiksa gubernur Suryo, komplotan Maladi Yusuf mendapatkan informasi bahwa pasukan Siliwangi sudah mendekati lokasi mereka.
Berita itu membua Maladi Yusuf panik, dan memerintahkan anak buahnya untuk menyembelih Gubernur Suryo secepatnya.

Setelah mengeksekusi Gubernur Suryo, beberapa anggota PKI itu mengencingi jasad Gubernur Suryo.
Kemudian membenamkan jenazahnya di tepi sungai Kakah, untuk menghilangkan jejak.
Setelahnya, mereka pun lari terbirit-birit menghindari pasukan Siliwangi.

Begitulah tabiat komunis yg penuh dengan kekejian, mereka selalu membantai lawan politiknya secara sadis saat mengibarkan revolusi komunisnya.
Namun ketika sudah berkuasa, mereka malah mengobral murah aset dan kekayaan milik negara.
✌😁✌

Dan sebagai penutup, Mimin mengingatkan bahwa sejarah akan tetap berulang. Hanya waktu, tempat dan pelakunya yg berbeda.
Komunisme akan selalu menjadi bahaya laten, yg berpotensi bangkit kembali untuk menghapus Pancasila sebagai ideologi Bangsa Indonesia.