Gusti Gina Profile picture
Jun 1 108 tweets 13 min read Twitter logo Read on Twitter
THREAD HOROR 👻
Berdasarkan Kisah Nyata

“Pendakian Horor Gunung Pangrango”

PART 2 (END)

“Keadaan semakin tidak kondusif. Pendaki dan sosok nenek misterius selalu mengikuti kami turun gunung”

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor Image
Hai yeorobun ... Selamat libur panjang weekend ini hehe. Semoga kamu selalu bahagia 😄

Ngomong-ngomong seperti biasa malam Jum'at aku akan kasih kalian asupan thread horor.
Ini lanjutan cerita dari narsumku, namanya Iyan ya. Yang belum baca PART 1. Silakan dibaca dulu di sini.

Sambil santuy silakan menikmati cerita Pendakian Horor Gunung Pangrango.

Wes sewes sewes nyoosss~
PART 2

Konon di mana banyak air dan pohon di sana banyak penghuni putih-putih alias mbak kunti. Perjalanan menuju kandang badak jam dini hari mau tidak mau harus Iyan dan rekan-rekannya lewati dengan tantangan mistis.
Suhu saat itu juga sangat dingin. Saking dinginnya terasa seperti membuat tulang ngilu. Mereka harus lanjut bergerak karena jika diam hawa dingin akan makin terasa.
Tidak terasa hampir terbit fajar. Dan itu artinya tidak jauh lagi akan segera tiba di Kandang Badak. Sadar akan segera sampai maka kembalilah semangat mereka.
Di tengah-tengah perjalanan tiba-tiba Dimas sakit perut. Rupanya dia kebelet hendak buang air besar. Namanya hajat harus ditunaikan maka rekan-rekannya menunggu dia untuk buang hajat dan saat itu juga mereka memutuskan untuk istirahat sejenak.
Kali ini adalah pendakian perdana mereka di gunung Pangrango, jadi Dimas harus hati-hati membuang hajat di sana. Untuk menghindari mengganggu jalur pendakian maka dia harus masuk ke hutan menggali lubang buang hajat.
Selagi rombongan Iyan berhenti di sana, mereka menyempatkan untuk memasak air untuk menghangatkan badan dan minum air yang mereka bawa dengan botol besar dari Kandang Batu.
Setelah selesai beristirahat mereka langsung melanjutkan perjalanan menuju Kandang Badak yang diyakini tidak jauh lagi. Kondisi jalan ke Kandang Badak tidak ada tantangan yang berarti, perjalanan mereka lancar.
Hingga akhirnya pukul 6 pagi tiba lah mereka di tempat yang ramai sekali dengan rombongan pendaki. Saking ramainya hampir memenuhi segala spot di sana.
Tempat itu tidak salah lagi adalah Kandang Badak. Iyan dan rekan-rekannya berusaha mencari spot yang kosong untuk mereka beristirahat sebelum lanjut ke puncak. Akhirnya mereka mendapatkan satu tempat.
Di sana mereka istirahat dahulu, mengisi air di pos Kandang Badak dan ke toilet. Setelah itu mereka langsung lanjut mendaki menuju puncak gunung Pangrango.
Pendakian ke puncak gunung Pangrango ternyata sungguh diluar dugaan Iyan dan rekan-rekannya. Bagaimana tidak setelah melewati perjalanan yang panjang sebelum ke Kandang Badak.
Jalur ke puncak Pangrango jauh lebih ekstrim. Jalur-jalur yang tidak teratur membuat mereka harus siap siaga seperti ninja.
Kadang kala mereka harus melewati pohon tumbang dengan merayap, melewati pohon tumbang tipis dengan melompat dan bahkan ada juga yang harus membuat mereka bergelantungan. Tentu hal itu membuat mereka cepat lelah.
Di tengah perjalan ketinggian sekian meter, rombongan Iyan bertemu dengan rombongan pendaki lain yang berjumlah 6 orang. Di sana rombongan mereka sempat saling sapa.
"Udahlah santai aja, puncak gak kemana di sana-sana aja. Tujuan kita mendaki bukan puncak tapi pulang dengan selamat," Ucap Bombom salah satu rekan yang berjumlah 6 orang.
Iyan dan kawan-kawannya menyahut setuju dengan ucapan Bombom.
"Iya bang, bener. Jangan kaya pendaki yang lain tuh, egois banget gara-gara ngejar puncak temannya tega ditinggalin di bawah," Sahut Iyan teringat pendaki yang mereka temui sendirian di Kandang Batu.
Rupanya ada rombongan lain yang menguping celetukan Iyan. Dan salah satu rombongan itu mulai bertanya.
"Ciri-cirinya gimana bang? Dia pakai carrier warna hitam ya?," Ujar pendaki dari rombongan lain yang tiba-tiba bertanya.
Iyan mengiyakan dan menyebutkan nama pendaki yang mereka temui sendirian.
"Namanya kalo gak salah Mando," Ucap Iyan sedikit ragu.
Kemudian pendaki yang bertanya itu membenarkan,
"Wondo bang," Balas pendaki itu.
Karena heran mengapa dia bisa tahu nama pendaki yang sendiri itu, Iyan dan rekan-rekannya akhirnya mengobrol dengan rombongan yang berjumlah 9 orang itu.
Setelah diusut ternyata mereka adalah teman-teman dari si Wondo. Mengetahui hal itu maka dimaki-makilah oleh rombongan Iyan.
"Lu, jangan begitu, masa teman tega ditinggalin sendirian dengan logistik seadanya dan tanpa alat masak," Maki Dimas sambil menegur.
"Itu orang, nyawa manusia. Lu kok pada tega ninggalin dia sendirian," Tambah Iyan yang sama-sama geram ke rombongan itu.
"Ya, soalnya dia disuruh cepat malah jalan lambat banget. Dan kami logistik terbatas jadi tinggalin segitu," Jawab salah satu rombongan Wondo.
Di sana Iyan dan rekan-rekannya makin geram mendengar jawaban mereka yang kurang masuk akal. Hanya karena keegoisan mereka tidak menjunjung solidaritas.
"Lu tau gak, kaki temen lu tuh luka berdarah. Pokoknya nanti turun lu pada harus jemput dan temui dia," Balas Iyan dengan nada menegur dan setengah marah.
Setelah melewati jalan yang panjang akhirnya Iyan beserta rekan-rekannya sampai di puncak Pangrango. Rasa lelah mereka tidak sia-sia, pemandangan dari puncak membayarkan lelah mereka.
Dari atas puncak terlihat pemandangan gunung Gede, di sana Iyan dan rekan-rekannya foto-foto. Kemudian di puncak itu rombongan Iyan dan rombongan Bombom mencari alun-alun Mandalawangi untuk beristirahat.
Alun-alun itu terhampar luas dengan pemandangan bunga edelweis yang memanjakan mata. Sedangkan rombongan rekan-rekan Wondo hendak ke alun-alun Suryakencana yang ada di gunung Gede.
Sebelum mereka ke sana, Iyan sempat menasehati mereka agar menjemput teman mereka yang ditinggal di Kandang Batu.
"Jemput teman kalian Wondo di Kandang Batu, dekat saja dari Kandang Badak ke Kandang Batu. Apalagi kalian turun bukan mendaki," Nasehat Iyan pada rombongan Wondo. Rekan-rekan Wondo hanya mengangguk. Kemudian mereka berlalu menuju alun-alun di gunung Gede.
Rombongan Bombom beristirahat di alun-alun Mandalawangi, puncak gunung Pangrango. Saat di sana mereka baru menyadari telah tertinggal perbekalan logistik di Kandang Badak.
Akhirnya terpaksalah mereka yang kelaparan meminta ke rombongan Iyan. Tentu saja rombongan Iyan bersedia berbagi walaupun akhirnya perbekalan mereka juga tidak cukup untuk 10 orang.
Di alun-alun Mandalawangi kebetulan ada air jernih, jadi mereka memanfaatkan air di sana untuk menghilangkan dahaga mereka semua.
Setelah beberapa lama dan dirasa cukup di puncak gunung Pangrango, rombongan Iyan dan Bombom memutuskan untuk kembali ke bawah alias pulang ke camp mereka.
Sebelum itu kedua rombongan itu sempat berdiskusi untuk turun bersama.
"Bang lu ngecamp di mana? Mending kita bareng aja, gue di Kandang Batu" Ujar Iyan pada Bombom.
"oh, Iya bisa! Gue ngecamp di Kandang Badak. Bisa aja kita turun bareng setelah itu nyusul ke Kandang Batu," Jawab Bombom setuju.
Rombongan Iyan turun bersama rombongan Bombom menuju camp mereka masing-masing. Setelah sampai di Kandang Badak berhentilah rombongan Bombom di camp mereka.
Sedangkan Iyan dan rekan-rekannya masih melanjutkan ke bawah menuju camp mereka di Kandang Batu.
Sesampainya Iyan dan rekannya di Kandang Batu di sana masih ada Wondo.
Rupanya Rekan-rekan Wondo hanya menjemput logistik lalu meninggalkan Wondo dan bahkan tidak mengembalikan handphone miliknya. Akhirnya Wondo dibantu Iyan dan rekannya.
Sebelum pulang di sana mereka makan perbekalan yang masih, tidak lama setelahnya rombongan Bombom datang. Karena makanan rombongan Iyan masih banyak, dia menawarkan ke rombongan Bombom.
"Bang, makan dulu nih," Tawar Iyan pada rombongan Bombom yang baru saja datang.
Selesai makan dan packing mereka langsung melanjutkan perjalanan. Wadah-wadah makan yang kotor sengaja tidak dicuci karena mereka akan mencuci di air panas.
Wondo tampak malu-malu dan tidak enak karena rombongan Iyan mau membantunya. Kini rombongan Iyan ada 6 orang bergabung dengan rombongan Bombom yang juga 6 orang. Jadi total mereka ada 12 orang.
Rombongan Iyan dan Bombom turun bersama-sama saat sore hari. Tanpa mereka sangka apesnya saat itu, mereka masih di perjalanan hingga masuk waktu magrib.
Mereka semua tahu pasti akan ada gangguan lebih banyak jika malam hari. Karena mereka jumlahnya banyak, jadi mereka jalan berbaris memanjang. Saat memasuki jalur air panas hari sudah gelap.
Di sana mereka yang jumlahnya belasan orang berhati-hati melewati batu yang licin. Saat itu ada salah satu rekan mereka yang tanpa sengaja melihat seorang pendaki wanita di sisi lain jalur air panas.
Dia merasa heran dan ingin celetuk dan memberitahu rekan-rekannya yang lain namun dia ingat perjanjian dan peraturan mereka tidak boleh membahas apapun yang dilihat janggal.
Ternyata tidak hanya satu orang yang melihat sosok pendaki wanita misterius membawa carrier warna merah muda. Ada beberapa rekan yang juga melihat.
Anehnya saat yang melihat wanita itu menanyakan rekan yang lain apakah juga melihat seorang wanita justru tidak tahu, artinya wanita yang membawa carrier merah muda itu bukan orang tetapi jin.
Setelah melewati jalur air panas, mereka berhitung untuk memastikan tidak ada yang tertinggal. Sambil terus berjalan dengan baris panjang semuanya berhitung mulai dari yang paling depan.
Mereka satu persatu bergantian menyebutkan angka sesuai baris mereka.
“1 !” Teriak yang paling depan.
“2! 3! 4! 5! 6! 7! 8! 9! 10! 11! 12!” Teriakan hitungan mereka menggema di lebatnya hutan dan hari yang mulai gelap.
Namun ada hal yang membuat mereka semua terkejut saat baris terakhir alias setelah salah satu rekan menyebut 12.
"13 …." Terdengar suara yang halus menyahut angka tersebut.
Semua sempat terhenti dan saat itu merindinglah mereka, karena mereka hanya ada 12 orang. Siapa yang menyahut dengan angka 13 itu. Ketakutan menggerogoti perasaan mereka, karena jelas sudah itu bukan dari rombongan. Suara tadi tidak lazim.
Dengan mencoba tetap tenang mereka melanjutkan perjalanan. Peraturan yang mereka buat tidak boleh membahas hal janggal yang mereka temui selama masih di tempat itu.
Sehingga tidak ada satupun yang berani celetuk soal siapa yang menyahut angka setelah 12 alias yang menyebut angka 13. Suara lirih Ketiga belas itu masih membayangi langkah kaki mereka menuju ke bawah.
Setelah melewati jalur air panas tidak terasa mereka sampai di sebuah pos. Di sana memutuskan untuk untuk istirahat sejenak. Hari semakin gelap, dan mereka tidak ada yang tahu jam berapa saat itu kecuali melihat jam di handphone mereka.
Waktu di pos itu mereka kembali berhitung, untungnya tidak ada sahutan misterius yang menyahut angka 13. Salah satu rekan dari rombongan Bombom yakni Dimas tiba-tiba bercanda,
"Eh, kita kan tadi bertiga belas, lah satunya mana?," Ujar Dimas bercanda.
Iyan dan rekan yang lain hanya sumringah mendengar candaan Dimas.
Dalam batin Iyan, "Yakan jangan dibahas," Celetuk batin Iyan setengah gemas dengan candaan rekan mereka.
Fadli begitu penasaran dengan sekitar mereka. Saat yang lain duduk istirahat, dia justru melihat sekitar dengan cahaya senter. Ada satu titik dimana dia terhenti seolah-olah badannya membeku.
Dan rupanya ada sesuatu yang telah tersorot oleh senter yang dia pegang. Dengan badan yang kaku dia memanggil Iyan untuk datang menghampirinya.
"Yan, sini Yan," Panggil Fadli dengan suara bergetar dan nafas tak beraturan.
Iyan segera menghampiri Fadli yang tengah mematung memegang senter ke salah satu arah.
"Kenapa?," Tanya Iyan yang merasa dipanggil oleh Fadli.
"Lu coba lihat di sana, Yan," Ucap Fadli sambil memberi kode untuk melihat arah senter yang dia pegang.
Iyan menoleh ke arah senter Fadli dan siapa sangka ternyata tampak sosok nenek-nenek yang awal mereka mendaki lihat. Iyan yang juga kaget langsung mengalihkan arah senter yang dipegang Fadli dengan tangannya.
"Arah sini aja senternya," Ucap Iyan sembari mengalihkan arah senter.
Iyan dan Fadli sama-sama merinding, kemudian mereka komat-kamit membaca doa. Setelah mereka membaca doa barulah sosok nenek hilang. Tubuh mereka belum selesai dibuat kaget, lemas dan bergetar.
Di pos itu rupanya Firman juga memantau sekeliling dengan senter. Saat dia memantau dia melihat seekor kunang-kunang melintas di depan matanya. Dan hal itu menarik perhatian dia yang tidak pernah melihat kunang-kunang secara langsung.
Karena penasaran dia kemudian menyorot kunang-kunang itu, dengan fokus dia menyenter binatang itu. Saat dia mengalihkan arah senter, tiba-tiba ada sepasang mata besar dan merah di hadapannya.
Sontak dia terkejut dan lari ke arah Iyan. Dengan wajah pucat karena ketakutan dia memberitahu pada Iyan bahwa dia melihat sebuah penampakan.
"Lu kenapa, Mi?" Tanya Iyan pada Fahmi yang tiba-tiba menghampirinya.
"Tadi, gue liat ada penampakan mata besar, merah bang," Ujar Fahmi menjelaskan.
"Yah lu lagi mantau pakai senter? Udah tahu kita lagi irit senter, lu malah pakai di tempat begini lagi," Ujar Iyan pada Fahmi.
"Yah, gue tadi liat kunang-kunang. Makanya penasaran," Balas Firman membela diri.
"Ah, sudahlah. Jangan dibahas disini," Kata Iyan. Iyan tidak ingin suasana semakin seram, dia memilih menenangkan yang lain walau dia juga masih menata perasaan.
Lalu mereka melanjutkan perjalanan. Lagi-lagi mereka harus berjalan berbaris panjang karena jumlah mereka banyak dan jalan di hutan itu sempit. Selama perjalan Iyan membuka aplikasi al-quran di handphone-nya.
Kemudian aplikasinya memutar suara adzan. Rekan-rekannya mengira itu adalah suara adzan magrib. Padahal sebenarnya waktu magrib telah berlalu. Saat itu pula salah satu rekannya menginstruksi untuk berhenti sejenak untuk mendengarkan adzan.
"Stop, adzan magrib nih," Ujar salah satu rekan meminta berhenti untuk menghargai adzan.
Saat itu Iyan ada di barisan yang kedelapan. Adzan di handphone-nya masih berkumandang. Siapa sangka saat adzan itu ada suara misterius dari sebelah sisi kanan Iyan.
Yang mendengar adalah Iyan dan rekan-rekandi belakangnya.
"AAAHHH …," Suara itu terdengar halus.
"Kalian pada dengar juga?," refleks tanya Iyan pada rekan-rekannya yang di belakang.
"Iya, bang. Kami dengar juga," Ujar mereka yang dibelakang Iyan.
Saat mendengar itu mereka merinding apalagi rekan yang paling belakang. Namun lagi-lagi mental mereka diuji, harus mencoba tenang dan melanjutkan perjalanan.
Sebelumnya mereka melakukan diskusi di pos. Bahwa peraturannya tidak ada yang boleh membahas apapun kejadian janggal yang mereka temui. Jangan ada yang menengok ke arah lain. Dan tidak akan istirahat di pos jika tidak ada rombongan pendaki lain.
"Habis ini kita bakal ke pos persimpangan. Jadi kalau di sana sepi nggak ada rombongan pendaki lain kita lanjut aja jangka break," Instruksi Iyan pada rekan-rekannya.
Alasannya karena mereka sudah banyak mendapat gangguan.
Jadi untuk menghindari hal-hal mistis mereka harus segera melewati perjalanan di hutan tersebut.
Perjalanan menuju pos persimpangan hampir sampai. Dari kejauhan terdengar ramai seperti suara orang.
Siapa sangka rupanya pos persimpangan hari itu ramai dengan pedagang dan ada rombongan lain. Diluar rencana, akhirnya mereka memutuskan untuk istirahat di sana.
Tidak lama kemudian para pedagang bersiap untuk balik. Dan diikuti oleh rombongan pendaki lain. Setelah itu disusul oleh rombongan Iyan ikut balik.
Kali ini mereka akan melewati Rawa Gayonggong. Rawa yang bersusun kayu-kayu itu harus mereka lewati dengan hati-hati. Di tengah perjalanan saat melewati rawa itu ada gangguan yang dialami salah satu rekan di baris belakang.
Kaki Dimas seolah-olah ada yang menarik dari bawah rawa. Dia kaget dan langsung berusaha mempertahankan dirinya agar tidak jatuh,
"Astagfirullahaladzim!," Ujar Dimas yang kaget saat ada yang menarik kakinya.
Rekan-rekannya paham pasti ada sesuatu tengah terjadi. Namun mereka tidak mau membahas termasuk Dimas sendiri. Untungnya dia tidak terjatuh ke rawa itu. Walau sebenarnya dia begitu terkejut.
Dimas tetap berusaha fokus dengan perjalanan tapi tiba-tiba dia teralihkan dengan spot untuk berfoto di bawah jembatan, di sana tampak wanita berbusana gaun khas zaman dahulu, rambutnya ikal seperti ciri fisik noni Belanda.
Dimas segera mengalihkan perhatiannya sambil menahan mulutnya yang ingin berteriak. Saat itu juga terasa jembatan kayu-kayu rawa itu bergoyang yang seolah-olah ada yang menggoyang-goyangkan dari sisi kiri dan kanan jembatan itu.
Mereka semua memaksa diri tenang walau sebenarnya sangat ketakutan. Disisi lain beberapa rekan mendengar seperti suara langkah kaki orang berlarian di jembatan itu. Padahal saat itu jelas-jelas hanya ada mereka berjalan dan tidak ada yang berlari.
Setelah turun dari jembatan Rawa Gayonggong, entah mengapa suasana sangat sepi. Padahal mereka kira masih ada pedagang dan rombongan pendaki lain yang baru saja mereka ikuti. Entah mungkin mereka berjalan cepat atau lari sehingga hanya tertinggal Iyan dan rombongannya.
Jalur yang akan mereka lewati berikutnya adalah Telaga Biru. Jalur ini terkenal dengan keangkerannya. Waktu telah menunjukan pukul 8 malam lewat. Perasaan gugup Iyan dan teman-temannya terus mencoba tenang melewati setiap jalur.
Mereka berusaha tetap fokus dengan jalan di depan tanpa menoleh kemanapun. Tetapi diantara 12 rombongan Iyan ada yang melanggar aturan mereka, dia justru melihat ke atas.
Dan benar saja di sana dia melihat ada penampakan makhluk yang sangat besar, badan makhluk itu berbulu jika menurut ciri-cirinya itu adalah sosok genderuwo. Rekan yang melihat penampakan itu sempat terdiam kaku, mulutnya tidak dapat berkata apa-apa saking takutnya.
Tubuhnya bergetar dan tak bisa bergerak. Lalu rekan yang lain membantu dia untuk berjalan dan menenangkan dia yang ketakutan
"Udah, udah tenang. Baca doa," Ujar rekan yang lain menenangkan teman mereka yang tampak sangat kaget dan ketakutan.
Setelah mendapat gangguan di Rawa Gayonggong, rupanya lagi-lagi Dimas mendapat gangguan di Telaga Biru. Dia ada di barisan ke 5 dari depan. Di tengah-tengah perjalanan ada yang memegang pundak Dimas dan arah tangan itu datang dari hutan sebelah kiri badannya.
Karena terkejut dengan sosok tangan yang menyentuh pundaknya dia sempat menyamping ke kanan. Iyan yang ada di baris ke 8 melihat tingkah Dimas yang seperti aneh dan keluar dari jalur baris. Lalu dia meminta rekannya itu untuk merapikan barisan.
"Dim, tolong jangan terlalu ke kanan ke kiri," Tegur Iyan pada Dimas.
Sebenarnya Dimas sedang menghindari tarikan tangan dari hutan dan dia sedang ketakutan.
"Bang, gue perlu back up nih, lu bisa back up gue gak bang sebelah kiri," Ujar Dimas membalas teguran Iyan.
Mendengar itu Iyan langsung mengerti bahwa Dimas pasti mendapat gangguan. Lalu Iyan maju ke depan samping kiri baris Dimas. Di sana perasaan Dimas mulai agak tenang karena merasa ada yang melindunginya dari samping.
Bombom yang ada di baris paling belakang melihat kejanggalan pada barisan rombongannya kemudian menegur Iyan,
"Iyan, tolong masuk barisan," Ucap Bombom melihat Iyan tengah berjalan sejajar dengan Dimas.
Bombom tidak tahu alasan mengapa 2 rekannya berjalan sejajar, padahal itu karena permintaan Dimas untuk ditemani karena baru saja diganggu.
"Bang , Iyan nge back up si Dimas bang," Sahut rekan yang lain.
"Oh, oke," Balas Bombom.
Tidak hanya gangguan pada Dimas, rupanya banyak rekan-rekan yang lain mendapat gangguan mistis. Hanya saja mereka memilih bertindak tenang seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Mereka hampir keluar dari Telaga Biru, sepanjang perjalan ada saja gangguan-gangguan yang mereka alami.
Tanpa disadari ternyata sosok nenek yang mereka temui masih mengikuti mereka. Saat itu Dimas yang menyadari ada sosok nenek yang turun dari pohon dengan merayap lalu merangkak cepat.
Dimas begitu ketakutan bahkan dia terdiam di tempat saat melihat penampak nenek misterius. Teman-temannya belum menyadari bahwa nenek-nenek misterius ada di pohon. Barisan mereka sempat hancur dan berhamburan karena Dimas diam tidak bergerak.
"Dim, ayo jalan," Ujar Iyan.
Setelah itu Iyan juga melihat sosok nenek-nenek yang membuat Dimas kesulitan berjalan saking takutnya. Saat itu hanya Iyan, Dimas dan Fahmi yang melihat sosok nenek-nenek yang mengikuti mereka.
Dimas dibantu Iyan dan Fahmi untuk jalan, dia masih lemas dan kaku karena ketakutan melihat sosok nenek-nenek. Akhirnya mereka keluar dari jalur pendakian dan sampai di pos utama.
Pengalaman mereka malam itu memberikan pelajaran dan kenangan yang tidak mau mereka ulang lagi. Mereka kapok mendaki malam hari hanya karena penasaran dan coba-coba.
Mereka sampai di pos utama sekitar pukul setengah 9 malam.
Untungnya di sana keadaan ramai dengan banyak rombongan pendaki lain. Karena rombongan Iyan dan Bombom berbeda jadi mereka harus berpisah di pos itu, begitu pula dengan Wondo yang harus kembali ke basecamp bersama rekan-rekannya.
Sebelum kembali ke basecamp masing-masing Iyan bertukar nomor kontak dengan Bombom. Lalu keduanya membuat grup chat. Rencana mereka akan berbagi cerita di sana.
Setelah berpisah dan grup chat sudah dibuat mereka semua pulang dengan rombongan masing-masing. Di grup chat ramai sekali, mereka berbagi kisah-kisah yang ternyata hampir kedua belas dari mereka mendapat gangguan saat mendaki,
namun karena tidak ada yang boleh menceritakan saat di jalur pendakian, jadi tidak ada yang tahu sebelumnya gangguan apa saja yang masing-masing mereka dapati. Misal ada yang melihat pendaki wanita misterius di jalur air panas,
ada yang mendengar suara-suara aneh dan bahkan melihat wanita seperti noni Belanda saat di rawa gayonggong. Akhirnya banyaklah terungkap pengalaman gangguan mistis yang takutnya mereka tahan selama mendaki.
Setelah mereka saling bercerita maka perasaan mereka lebih lega dan mereka saling menasehati agar tidak lagi sembarangan memilih waktu mendaki. Apalagi nekat mendaki malam hari.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with Gusti Gina

Gusti Gina Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @GustiGina

May 27
THREAD HOROR 👻
Berdasarkan Kisah Nyata

“Pendakian Horor Gunung Pangrango”

PART 1

“Rombongan kita ada 12 orang, tapi saat berhitung jadi 13 orang. Siapa orang ke-13 itu?”

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor Image
Hai, yeorobun... Aduh berasa lama banget aku gak nyapa kalian, asli kangen huhu🥺

Anyway bagaimana kabar kalian, seperti biasa aku harap baik ya.
Malam ini kita ada cerita baru niih 👻🏄‍♀️

Ini cerita salah satu narsum aku yg awal awal banget. Ceritanya waktu dia naik gunung pangrango pas pandemi kemaren
Read 133 tweets
May 19
THREAD HOROR 👻
Berdasarkan Kisah Nyata

“Teman Kami yang Meninggal Akibat Kebakaran Mall Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, Meneror Satu Kampung dan Meminta Warga Carikan Bola Mata nya yang Hilang”

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor Image
Btw malam ini ada cerita baru yap. Karna masih bulan mei, sekalian aku angkat aja cerita dari narsumku yg kebetulan kisahnya ini berkaitan dgn kerusuhan tahun 98 lalu 😥
Campur aduk banget perasaan waktu denger dia cerita, apalagi pas temannya yg meninggal itu gentayangan di kampung minta carikan bola mata.
Read 216 tweets
May 16
THREAD HOROR 👻
Berdasarkan Kisah Nyata

“Azab Mesum Di Kolam Air”

PART 2 (END)

“Feny jatuh sakit setelah tersesat di Hutan. Orang tuanya berupaya mencari penyembuhan alternatif karena di rumah sakit tidak menemukan keanehan pada sakitnya!”

@IDN_Horor Image
Halo yeorobun.. akhirnya aku menyapa kalian lagi di Selasa malam ini.

Gimana kabar kalian yeorobun. Seperti yang aku harap selalu happy kiyowo ya😁
Untuk kamu yang belum baca part 1, boleh baca dulu ya thread nya baru lanjut di sini.

Read 139 tweets
May 9
THREAD HOROR 👻
Berdasarkan Kisah Nyata

“Azab Mesum Di Kolam Air”

PART 1

“Tahun 2017 adalah liburan yang berujung petaka. Semua bermula dari perbuatan terlarang 2 teman kami”

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor @bagihorror Image
Malam yeorobun ! Gila ya twitter lagi rame banget. 😂 kasus selingkuh keknya ga abis abis deh. Ada ajaaa huhuhu.

Rehat sejenak lah ya dari drama twitter yang ga abis abis, aku kasih kamu asupan horor aja gimana ? 👻👻 hawww~
Ini cerita baru ya a.k.a new thread horror. Ini cerita dari narsumku pas dia liburan eh malah berujung petaka. Serem aslii !!

Dari yg awalnya fun, eeeh ada aja yang kelakuannya aneh-aneh di grup. Yaudah deh kena batu. Langsung cus aja, siapin camilanmu dan matiin lampunya…. 🤐
Read 174 tweets
Apr 24
THREAD HOROR 👻
Berdasarkan Kisah Nyata

“Kontrakan Berhantu 25 Ribu”
PART 5

Versi : Billy

“Konon tempat angker itu ada penyebabnya. Itulah yang membuat kami berpikir, apakah kehororan kontrakan Kamil itu ada asal-usulnya?”

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor Image
Helo, helo yeorobun..!! Selamat senin dengan suasana lebaran ya..

Ngomong-ngomong udah hampir hari kerja aja ya..., hmm pasti sudah ada yang balik dari mudik nih😉
Sudah.. gak usah galau-galau, mending pantengin kelanjutan cerita horor minggu kemarin.

Malam ini cerita "kontrakan 25 ribu" kita lanjut versi Billy, ya yeorobun..
Gak pake lama, let's go yeorobun!!!
Read 124 tweets
Apr 20
THREAD HOROR 👻
Berdasarkan Kisah Nyata

“Kontrakan Berhantu 25 Ribu”
PART 4

Versi : Reyhan

“Teror di kontrakan murah itu kian gila, rumor tentang kehororannya justru memancing anak-anak kampung untuk uji nyali di sana”

@ceritaht @bacahorror @IDN_Horor Image
Selamat malam Jum'at yeorobun. Apa kabar kalian? Udah pada pulkam nih pasti.. atau justru gak pulkam 😁

Btw, malam ini aku bakal lanjut part 4 cerita kemarin kontrakan berhantu 25 ribu.

Udah kepo gimana lanjutannya? Let's go.. yeorobun!!
Bau tersebut mirip seperti kimia, boraks dan obat-obatan di rumah sakit. Saat itu ada Reyhan dan kawan-kawan yang lain. Semua menyadari perubahan aroma ruangan namun mereka tidak mengucapkan alias semua sadar dalam diam dan tatap-tatapan saat bau aneh itu muncul.
Read 41 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(