a bestfriend story; angst; sebuah surat milik Kenma yang akhirnya mendapat izin dari yang mahakuasa untuk sampai di tangan Tetsurou, sahabatnya.
—
"Hai, Tetsurou."
Tetsurou melafal salam pembuka itu dalam hati. Bukan kebiasaan Kenma menyapanya dengan salam itu,
Tetsuro tahu betul. Selama tujuh belas tahun saling mengenal, Kenma lebih sering menyapanya dengan sebutan aneh seperti: hoi, siluman ayam! atau paling sederhana, Kenma hanya akan memanggilnya 'Tetsu.'
Dan seolah ada yang membisikinya, bahwa panggilan 'Tetsurou' itu bisa berarti
buruk.
"Kamu udah makan?"
Tetsuro pindah ke baris selanjutnya.
"Aku nggak nyangka bahwa pada akhirnya surat ini beneran bakal sampai di tangan kamu. Aku udah nulis surat ini sejak lima bulan yang lalu, sambil berharap-harap cemas semoga aku masih bisa panjang umur. Tapi kalau
nyatanya surat ini sudah ada di tangan kamu, artinya..."
Tetsurou tidak ingat sejak kapan ia berhenti menghela napas dan tangannya mulai gemetar, namun matanya tetap bergerak seolah sedang berkejaran dengan rentetan huruf dalam surat yang sedang ia baca.
"...artinya aku gagal
panjang umur."
"Maaf, karena yang tersisa dari aku mungkin cuma surat ini. Di masa depan, ingatan kamu tentang aku mungkin bakal menghilang. Kamu bakalan lupa suaraku, wajahku, dan yang tersisa mungkin cuma surat ini."
Tetsurou terlalu terkejut, mendadak tak dapat memahami
bahasa apa yang sedang ia baca. Kenma bicara apa? Pasti ia sedang bercanda, kan? Ah, Kenma memang kadang suka keterlaluan memilih topik guyonan.
"Tapi, Tetsurou, seandainya orang mati masih bisa mengingat semua yang pernah ia miliki di dunia, aku pasti bakal terus ingat kamu.
Rasanya aku pengen ingat kamu terus ketimbang mengingat diriku sendiri. Kamu ingatan terbaik yang pernah aku punya selama aku ada di dunia ataupun setelah aku nggak ada di dunia."
Telinga Tetsurou berdenging hebat. Ia berkeringat dingin dan mual.
Apa maksudnya ini?
"Meskipun begitu, aku mau bilang terima kasih, karena kamu udah temenin aku sejak saat aku merasa paling mengenal diri sendiri sampai saat aku udah nggak kenal diri ini lagi. Kamu tau, kehilangan diri sendiri itu bencana buat aku. Buat semua orang. Tapi dengan sabarnya kamu
masih jadi orang nomor satu yang paham tentang aku melebihi aku paham diriku sendiri. Dan aku bersyukur karena itu. Aku berterima kasih karena kamu adalah penerjemah emosiku. Entah sejak kapan aku lupa gimana rasanya marah, gimana rasanya takut, gimana rasanya senang, tapi kamu
merangkai emosi-emosi itu menjadi kalimat sederhana yang perlahan bisa aku mengerti. Kamu jadi juru bicara di saat aku nggak bisa menemukan kata yang pas untuk bicara. Kamu jadi otakku saat kepalaku udah nggak berguna lagi. Rasanya, yang jalani hidup ini mewakili aku adalah kamu,
Tetsurou. Kamu satu-satunya orang yang membuat sampah ini jadi berfungsi sebagaimana manusia.
Tetsurou, aku bisa bilang aku
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh