India adalah 1 negara yg banyak SDM potensialnya berkarir hebat di AS & Eropa (ilmuwan2 di universitas2 top dunia & CEO di perusahaan2 teknologi). Tp kok transportasi publiknya spt ini? Ini krn mereka TAK membangun EKOSISTEM MAJU DI NEGERINYA. Kita jgn begini
Orang2 muda potensial Indonesia yg belajar di luar negeri harus pulang u/ jadi organisator & pembangun ekosistem ilmiah masyarakat negaranya di SEMUA LEVEL. Kecerdasan individu orang Indonesia (APAPUN ilmunya) harus berdampak pd kecerdasan kolektif Indonesia
Pd skala yg lebih kecil, ini terjadi juga dgn beberapa kampus top Indonesia (tak perlu saya sebut) yg gagal membangun ekosistem kemajuan kotanya. Kampus sbg tempat pemikiran bebas & ilmiah tak berdampak pd kotanya yg malah keukeuh konservatif (kolot).
Membangun kantung2 kecerdasan di sebuah bangsa atau kota itu relatif mudah (ini soal teknis), membangun ekosistem kemajuan lingkungannya itu yg susah (ini soal budaya)
Seorang mahasiswa yg mendalami informasi kuantum atau bioteknologi juga harus belajar sosiologi & antropologi (bukan utk membuat mereka jd pakar sosiologi atau antropologi tp u/ membuat mereka peka secara sosial & budaya)
1 lulusan kampus luar negeri dlm ilmu robotik saat pulang ke Indonesia & mau buat bisnis, dia harus ajak rekannya yg sosiolog & antropolog (bukan cuma ajak ahli marketing & keuangan). CSR jgn dimaknai bagi2 duit tp PENDAMPINGAN KOMUNITAS di sekeliling kantor
Di tiap negara (apalagi negara berkembang yg mau jd negara maju), tiap pemimpin, pebisnis, ilmuwan, budayawan dsb harus jd PEMBANGUN EKOSISTEM (jejaring sosial, pemberdaya rakyat & pembawa paradigma berpikir baru)
Selain belajar mechanical & quantum computer engineering, generasi muda Indonesia harus juga belajar SOCIAL ENGINEERING.
Bukan utk jadi ahli tapi utk menjadi peka...
Kalau lembaga2 sosial buatan manusia (baik negara atau swasta) tak lakukan social engineering, nanti social engineering dilakukan AI (#KecerdasanBuatan) lho..Dan itu gak lama lagi (paling telat 25 tahun lagi). Bukan mau nakut2in tapi ya..ngeri2 sedap memang
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Buku ini akhirnya diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Buku ini berpengaruh dlm dunia filsafat & sains teknologi karena pendekatannya lintas ilmu (fisika kuantum, komputer, biologi evolusioner & filsafat pengetahuan) walau basisnya tetap Fisika Kuantum.
Putriku di imigrasi sehingga hari ini tak mengikuti lanjutan latihan mengerjakan problem2 Olimpiade Fisika Asia. Setelah ini mau mengulangi belajar mengamati partikel dlm sebaran gelombang kuantum (finite square well, scattering states). Belajar otodidak, baru paham 55%
Karena selama ini putriku belajar Mekanika Kuantum secara otodidak lewat video2, pemahamannya masih berkisar 45% sampai 60%.
Sudah butuh mentor khusus u/ membimbingnya berdiskusi
Sbg orang yg ingin tahu banyak hal, aku nitip juga aspirasiku ke putriku, "Tolong bantu ayah mengintip hal2 superkecil di bawah sana, di alam kuantum. Kata Richard Feynman, di bawah sana banyak ruang. Selama ini ayah cuma bisa lihat yg emergent (brojolan)"
| "Puti td malam sdh sampai mana belajar Quantum Mechanics-nya & paham berapa %?" | "Sampai Free Particles Wave Packets & Dirac Delta Function..Yang Free Particles paham 60%, yang Dirac Delta Function baru paham 45%, ayah" | "Dirac Delta Function diulang ya"
Sambil kutambahi pesan: "Puti pernah belajar tentang Gelombang Elektromagnetik kan? Tokoh penemu persamaannya adalah James Clark Maxwell. Dia bukan cuma paham persamaan2 matematika fisika. Dia juga menulis puisi lho utk menajamkan emosinya. Baca ya.."
Usai belajar Quantum Mechanics u/ mengenalin putriku pd dunia skala atom yg serba tak pasti, mau kukenalin dia pd problem Fisika & Filsafat, Quantum Cosmology, ttg alam raya yg tak pasti bentuknya jika tak ada manusia yg melihatnya
"Berapa % Puti sdh paham quantum harmonic oscillators ini?", kutanya putriku. "Kira2 60%, ayah" | "Bagus utk anak 16 thn sudah bisa 60% paham tema2 energi dlm fungsi gelombang mekanika kuantum. Ayah aja baru paham gara2 kamu berminat mendalaminya"
Memang kukompori putriku u/ kuasai mekanika & informasi kuantum yg memungkinkan #LubangHitam abadi krn menampung informasi tak terhingga spt sistem kompleks komputer kuantum.
ALAM akan abadi jika berperilaku spt ALAT komputasi kuantum quantamagazine.org/in-new-paradox…
Ide dr Leonard Susskind (fisikawan @Stanford) bahwa #LubangHitam akan lolos dr kematian panas karena menghindari entropi (keacakan) yg meningkat spt yg dialami sistem alam lain & cara kerjanya konsisten dgn hukum kompleksitas kuantum
Saat Arab Saudi & Iran berjabat tangan..dampaknya bukan cuma u/ umat Islam tapi juga u/ perdamaian kawasan & dunia keseluruhan.
China berperan & diikuti karena: 1. punya nuklir 2. kekuatan ekonomi 3. kekuatan teknologi 4. maunya dagang & investasi
AS juga; 1. punya nuklir 2. kekuatan ekonomi 3. kekuatan teknologi 4. maunya dagang & investasi 5. menyebar ideologi Amerikanisme (liberalisme & neokonservatisme)
Yg terakhir ini yg sering bikin jengah (bahkan sahabat2nya sendiri yg beda gaya hidupnya)
Rusia juga: 1. punya nuklir 2. kekuatan teknologi 3. dagang & investasi lebih sebagai diplomasi politik & budaya (karena punya Sumber Daya Manusia & Sumber Daya Alam yg sangat kaya yg membuatnya tak tergantung pd dunia)
Ku-WA putriku tadi: "Semalam belajar mandiri Quantum Mechanics-nya sampai mana?" | "Stationary solutions to the Schrödinger equation" |
"Paham kah?" | "Lumayan iya"
(berbahagialah generasi muda yg bisa belajar apapun yg mereka suka..kesulitan cuma persepsi)
Saat bersamaku, putriku bercita2 jd fisikawan teori/ matematikawan tp setelah ikut training beasiswa & praktik teknologi, jd condong ke terapan, teknis & komputasional.
Dulu buku2 yg kubelikan utk dia baca adalah text books spt "A Project to Find The Fundamental Theory of Physics" by @stephen_wolfram & "Dancing with Qubits" by Robert Sutor..