Di tahun 2023, Perusahaan brand Indomie (ICBP) meraup keuntungan 19 Triliun lebih. Gokil!
Dibalik omset triliunan itu, tau ga kalo brand Indomie ini adalah hasil "KUDETA".
Mari kita baca drama nya dengan seksama.
Baris dulu yang rapi~
Pada mulanya, ICBP ini memang produsen untuk tepung terigu merk bogasari. Pasti tau kan?
Mereka memulai produksi tepung ini sejak tahun 1960an, yang kemudian melahirkan mie instant bernama Sarimi.
Produk sarimi ini lahir, berkat kebolehan Salim Group dalam membaca krisis supply beras. Pada saat itu Indonesia memang mengalami krisis sehingga harus menganggarkan uang US$600 jt untuk impor beras.
Tapi ternyata ujungnya malah blunder, hehe
Disinilah dramanya dimulai~
Ternyata di th 1984, pemerintah berhasil menerapkan program swasembada beras. Padahal, Bogasari sdh terlanjur teken kontrak jangka panjang pembelian gandum.
Blunder sama keputusannya, akhirnya bogasari mengintensifkan produknya jd mie instant supaya bisa bertahan jangka panjang.
Tapi masalah lain muncul, ternyata kapasitas sarimi ga cukup buat memproduksi semua supply yg dipunya sama bogasari.
Udah gitu mungkin, pangsa pasarnya belum sebesar Indomie dan Supermi yang udah lebih dulu memproduksi mie instant dan udah punya pasar di Indonesia.
Nah karena Bogasari gatau kudu gimana lagi, akhirnya Salim Group ngehubungin Indomie buat kerjasama.
Emang sih, sebelumnya Indomie udah kerjasama sama bogasari. Tapi ga banyak gitu skalanya, makanya Salim group nawarin buat jd supplier tetap dgn skala yg lebih besar.
Tapi...
Ditolak hehe
Indomie be lyke :
Kesel ditolak sama Indomie, akhirnya Salim group mepet kompetitornya, Supermi, buat kerjasama.
Salim group abis-abisan disana.
Mereka memasang iklan secara agresif, merilis produk pada harga yang lebih murah dari Indomie, dan dalam setahun meraih 40% pangsa pasar.
Ngerasa keputusannya salah, Djajadi Djaja (Pemilik Indomie sebelumnya) itu mikir-mikir ulang sama keputusannya.
Dan pada akhirnya, Djajadi djaja mutusin buat kerjasama dengan Salim Group.
Dua tahun kerjasama, Djajadi Djaja X Salim Group ini adalah duo kombinasi yang keren banget. Langsung bisa menguasai pangsa pasar mie instant.
Bahkan ngebuat Supermie yang raja nya mie instant pada saat itu, akhirnya juga nyerah, dan menjual brand nya ke Indomie.
Tapi ironisnya, Djajadi djaja pemilik asli Indomie ini juga kian menepi.
Pelan tapi pasti, porsi saham mereka di Indofood Interna mengecil. Puncak dari terisisihnya Djajadi terjadi pada 1992, ketika Grup Salim selaku pengendali merek memutuskan untuk mengganti distributor.
Tepatnya dari Wicaksana Overseas International milik Djajadi menjadi Indomarco milik Salim sendiri.
Djajadi sebenarnya sempat beberapa kali merasa dicurangi.
Dalam sebuah wawancara dgn Bussiness Week, Salim Group mampu memperbesar kepemilikannnya karena bisnis kongsi itu terus menarik pinjaman yang pelunasannya tak mampu diimbangi Djajadi.
Minkop kutip sedikit hasil wawancaranya :
“Mereka [kubu Djajadi] memiliki kesulitannya sendiri dan akhirnya kami memiliki saham mayoritas. Mereka mengirim lima-enam orang dalam kerja sama ini tapi tidak bisa membaur, bolanya berantakan, jadi kami mengambil puing-puingnya,” ujar Anthoni.
“Mereka meminjam, dan meminjam, dan meminjam, dan pop! Terjadi masalah untuk perusahaan, lalu mereka berkata ‘aku akan mengatasinya’ [dengan menginjeksi modal dan memperbesar porsi kepemilikan].”
Setelah Orde Baru tumbang, dia juga sempat beberapa kali mengajukan gugatan terhadap Salim Group karena merasa dicurangi.
Namun, mereka tak pernah keluar sebagai pemenang. Indofood Interna kemudian direstrukturisasi besar-besaran oleh Salim Group.
Dan sekarang ICBP punya berbagai macam mie instant yg terkenal, seperti Indomie, Sarimi, dan Supermi.
Kalian suka Indomie rasa apa ges? Indomie rasa kudeta? Jiakh~
Jangan lupa follow @warungkopikita ya, kita bakalan update thread 2-3x seminggu, buat bahas apa pun soal keuangan. See you~
Lagi scrolling timeline IG, minkop nemu pertanyaan menarik dan "berbahaya" di akun instagram overheardkeuangan
Isinya : NYICIL RUMAH BARENG PACAR.
Bahaya ga si?
Mari kita bahasss~~
Fenomena nabung bareng pacar tuh emang memicu pro dan kontra.
Banyak yang berhasil, sampe tujuan keuangan mereka tercapai, mostly sih tujuan keuangannya menikah.
Banyak juga yang gagal, bukan cuma hubungannya yang kandas, uangnya juga amblas~
Kita bahas dulu dari segi manfaatnya,
biar para kaum jomblo yg punya trust issue terhadap uang dan pasangan, punya POV yg positif dikit soal fenomena nabung bareng pacar ini (meski keknya ga ngaruh).
87 % anak-anak yang terlahir di keluarga miskin akan tetap menjadi miskin pada saat mereka dewasa.
Minkop mau bahas sebab dan faktor-faktornya secara ringkas dibawah,
Mari kita diskusi~
Lembaga riset SMERU Institute mengeluarkan hasil yang menunjukkan bahwa anak2 yg terlahir di keluarga miskin akan tetap miskin pada saat mereka dewasa.
Pada mula nya, riset ini di teliti secara kuantitatif, yang menunjukan hasil :
87% Anak2 yg terlahir di keluarga miskin memiliki pendapatan lebih rendah, ketimbang anak2 yang lahir di keluarga yang tidak miskin.
Reksadana pasar uang, biasanya cenderung lebih stabil dan minim resiko. Transaksinya jg lumayan gampang, banyak yg udah nyediain. Secara liquiditas (Kemudahan pencairan) juga termasuk gampang, cuma perlu 2-7 hari.
2/ Deposito
Ini jg instrumen investasi yg cocok buat jaga nilai mata uang. Bunganya sudah pasti diatas BI Rate, cuma kekurangannya tidak liquid. Ga bisa cairin sewaktu-waktu, kalo cairin diluar jatuh tempo bakalan kena denda.
Mau bisnis bareng pasangan?
Coba pikir ulang deh, kalo gak mau ribet dan pecah kongsi kaya ayam goreng Suharti.
Utas~
Yogyakarta, selain kota penuh kenangan juga kota yang banyak melahirkan makanan nusantara yang penuh dengan cita rasa.
Salah satunya Ayam Goreng Suharti.
1/ Awal mula berdiri
Warga tau ayam mbok berek? Ternyata Mbok Berek ini merupakan saudara dari Nyonya Suharti.
Pada tahun 1962, Nyonya Suharti dan suaminya melihat peluang bisnis ayam goreng yg cukup menjanjikan. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk berbisnis.