Digigit kucing liar, seorang pria terinfeksi bakteri misterius yang belum pernah didokumentasikan
Pria asal Inggris ini mengeluhkan tangannya mulai membengkak 8 jam setelah digigit
Sudah disuntik tetanus & diberi antibiotik, namun jarinya makin bengkak & kedua lengannya memerah
Sehari setelah suntik tetanus, kondisinya tak kunjung membaik sehingga dokter memutuskan untuk membedah agar jaringan yang rusak di sekitar area gigitan dapat diangkat
Setelah pembedahan, dokter memberi 3 antibiotik intravena dan antibiotik oral
Bagaimana kondisinya saat ini?
Berkat prosedur pembedahan beserta antibiotik yang diberikan, kondisi pria tersebut jauh lebih baik dibanding saat sebelum operasi
Dokter pun berusaha menemukan hal apa yang ada di gigitan kucing tersebut hingga tangan pasiennya bengkak
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa di luka gigitan kucing itu terdapat organisme mirip Streptococcus
Streptococcus merupakan bakteri gram positif yang ditemukan saat seseorang mengidap radang paru, meningitis, dan penyakit lainnya
Yang membuat peneliti heran, saat mikroorganisme di luka itu diteliti dan diurutkan genom bakterinya, tidak ada yang cocok dengan strain manapun
Hal ini menandakan bahwa bakteri dari gigitan kucing liar tersebut belum pernah didokumentasikan dan diduga adalah bakteri jenis baru
Ditambah lagi, bakteri misterius itu punya genus lain, yakni Globicatella, meski urutan genom bakterinya berbeda dengan strain lainnya
Walaupun sulit diobati lantaran kerap resisten dengan antibiotik, beberapa antibiotik baru di Inggris bisa menangani bakteri Globicatella
Dengan adanya peristiwa seperti ini, dokter menyarankan agar masyarakat lebih waspada saat bermain dengan kucing liar
Pastikan harus mencuci tangan dengan sabun setelah bermain dengan kucing liar agar hal serupa tidak terjadi
https://t.co/cRjsh3SI61kumparan.com/kumparansains/…
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
MK kembali gelar sidang soal syarat batasan usia lowongan kerja
Sidang gugatan tersebut kembali digelar karena syarat usia dalam lowongan kerja yang dianggap sebagai penyebab pengangguran di Indonesia. Sebelumnya, sidang yang sama dilakukan pada Juli lalu, tetapi ditolak oleh MK
Pemohon, Leonardo Olefins Hamonangan melihat syarat usia sebagai bentuk diskriminasi dan memberikan dampak negatif terhadap pencari kerja.
Ia berargumen bahwa frasa pemberi kerja “dapat merekrut sendiri tenaga kerja yang dibutuhkan” dalam Pasal 35 ayat (1) UU Ketenagakerjaan tidak jelas dan memperbesar celah praktik ageism.
Frasa tersebut juga dianggap telah memunculkan lowongan kerja diskriminatif, tak hanya batas umur, tetapi berpenampilan menarik.
Pemohon menyatakan bahwa frasa tersebut telah menimbulkan masalah sosial yang lebih luas. Mereka meyakini, perlu adanya penegasan tafsiran dalam pasal tersebut.
Lahir dan besar di Sleman, Yogyakarta, Sri Wahyuningsih (55) hampir tak pernah mengalami krisis air. Namun saat melihat berita kekeringan, ia merasa ada yang salah.
Kita sudah biasa menerima sedekah air dari langit. Kenapa tidak dimanfaatkan ya?
Latar belakang pendidikan yang tak sejalur tak menghalanginya untuk menggali manfaat serta sistem pengelolaan air hujan. Dibacanya buku-buku dan jurnal-jurnal terkait.
Ia juga kerap berdiskusi dengan para pakar dan tokoh yang telah lebih dulu melakukan penelitian tentang air hujan, salah satunya Agus Prasetyo, dosen teknik kimia UGM.
Masa air hujan diminum?
Awalnya, tak banyak masyarakat yang berminat. Mereka ragu untuk minum air hujan. Namun, Sri pantang menyerah. Setiap hari ia selalu menyediakan air hujan yang telah diolah.
Siapa pun boleh ambil. Segelas atau segalon, Sri tidak pernah memungut bayaran.