mistynim Profile picture
Aug 17 100 tweets 11 min read Twitter logo Read on Twitter
Petaka Dalang Kondang
[Part 5]

- Culik Raga -

Izin tag & bantu rt :
@bacahorror @horrorstoriesid @IDN_Horor @SpesialHoror @Penikmathorror @C_P_Mistis @bagihorror @benbela @loopdreamer @creepylogy_ @FaktaSejarah Image
“Gerombolan orang akan datang kemari untuk menggagalkan rencana aki, begitu juga si Dana… Dia dibawa pergi salah satu dari mereka menggunakan mobil bak,” lanjut Toro menjelaskan.
“Aku ndak peduli mau sebanyak apa orang yang berusaha menggagalkan rencana ku, yang aku mau sekarang bawa anak itu kembali! Mereka pasti belum jauh dari sini.”
Toro hanya menganggukan kepala mengiyakan perintah Jiwo, namun hatinya tak bisa berbohong bahwa ia khawatir dengan keselamatannya sendiri. Genderuwo besar yang menghadangnya itu tidak mungkin melepaskannya begitu saja.
Jiwo menyadari ketakutan Toro melalui wajahnya yang gelisah, ia lalu melangkah mendekat ke arah Toro yang sedari tadi hanya menunduk tak berani menatapnya. Ia mulai menggosok cicin batu akik yang sudah melekat pada jari manisnya, perlahan ia mengusap kepala Toro.
“ARGHHHH” Toro menjerit begitu kencangnya.

“Stttttt! Wes meneng,”
(Sttttt! Sudah diam) ucap Jiwo sembari melakukan hal itu terus menerus kepada Toro.
Dengan kesaktiannya ia membuat demit Alas Mayit merasuk dalam tubuh Toro, mengendalikan tubuhnya untuk menuruti perintah yang Jiwo berikan. Jiwo hanya tersenyum menatap Toro yang hanya terdiam di hadapannya,
perlahan ia mengambil keris yang ada di balik stagennya lalu memberikannya kepada Toro.

“Ro, aku sudah percaya padamu, bawa anak itu dengan selamat, tapi… Habisi saja orang yang membawanya!”

“Baik ki…”
Sambil membalikkan badan lalu berjalan menjauh dari panggung pertunjukkan. Golok selalu ia genggam sementara keris yang sudah diberikan ia selipkan pada balik bajunya.
Tatapannya kosong, tubuhnya sudah sepenuhnya dikendalikan oleh demit Alas Mayit. Toro berjalan melewati celah-celah rumah warga untuk mengejar laju nya mobil bak yang dikendarai Pak Hadi.

...
Mobil bak yang dikendarai Pak Hadi melaju menjauh dari Desa Ranawara. Gelapnya malam beserta suara katak bersahut-sahutan menemaninya dalam kesunyian malam.

“Haduh, kok belum bangun yaa anak ini,” sembari menyetir Pak Hadi menutupi tubuh Dana dengan jaket tebal yang ia kenakan.
Ia tersenyum melihat Dana, mengingatkannya pada putra kesayangannya yang telah lama meninggal. Tak terasa air mata menetes membasahi pipinya. Namun, di tengah kesedihannya ia mendapati seorang lelaki berdiri di tengah jalan yang akan ia lalui.
Melihat hal itu sontak ia menginjak pedal rem agar mobil bak itu berhenti.

“Malam-malam gini ngapain berdiri di tengah jalan,” gumam Pak Hadi sembari turun dari mobil bak nya.
Namun, baru beberapa langkah mendekat kepada lelaki tersebut Pak Hadi malah dibuat ragu, manakala ia melihat sebuah golok panjang tersorot lampu mobil bak nya. Jantungnya berdegup kencang, lalu ia tergesa-gesa untuk kembali masuk ke dalam mobil.
Berulang kali mobil itu ia paksa untuk berjalan, tapi mendadak mobil itu mogok di saat yang tidak tepat. Pak Hadi yang sudah ketakutan hanya berdiam di dalam mobil sambil berusaha mengunci pintu mobilnya dari dalam.
Wajahnya sudah dibanjiri keringat dingin karena takut ia di habisi oleh lelaki yang ada di hadapannya.

“Ayo, ayolah bisa…” tubuhnya sudah gemetar ketakutan sambil berusaha membenarkan mobilnya.
Berulang kali ia memastikan lelaki yang ada di hadapannya tak bergerak sedikit pun. Namun, setelah beberapa saat lelaki itu berjalan perlahan mendekat ke arah mobil bak yang ia kendarai.
Ketakutannya semakin memuncak manakala golok yang ia lihat di acungkan persisi di depan mobil bak nya.

BRAKKK BRAKKK BRAKKK

Lelaki berbadan gagah itu memaksa membuka pintu mobil tersebut.
Dengan tatapan tajamnya yang terus mengarah kepada Pak Hadi yang sedari tadi ketakutan.

“Apa yang diinginkan lelaki itu,” bisik Pak Hadi dalam hati.
Mobil yang ia kendarai masih dipaksa terbuka oleh lelaki gagah tersebut. Sambil membenarkan posisinya, ia mengambil besi yang ada di bawah kursinya sambil bersiap saat pintu itu berhasil dibuka.
BRAKKKKKK

Pintu mobil bak itu berhasil di buka paksa, lelaki gagah tersebut mengarahkan golok panjangnya tepat di depan wajah Pak Hadi. Sontak membuat Pak Hadi ketakutan setengah mati, tubuhnya bergetar hebat.
“Ap-apa yang kamu cari, saya cuma ingin pulang,” tanya Pak Hadi dengan bibir gemetar.

Lelaki berbadan gagah itu tak langsung menjawab pertanyaannya, malah ia menarik paksa Pak Hadi agar keluar dari mobilnya.
“Jangan bawa mobil saya, itu satu-satunya mata pencaharian saya…” ucap Pak Hadi memohon kepada lelaki tersebut yang tak lain adalah Toro.

BRUGGGG
Tubuh tua Pak Hadi di dorong kuat oleh Toro hingga tersungkur ke aspal. Lelaki itu mulai masuk ke dalam mobil lalu keluar menggendong anak lelaki bernama Dana yang ia cari.
“Jangann anak itu jugaaa, saya mohon…”

Ucapan Pak Hadi tak dihiraukannya, Toro yang sudah menggendong anak yang ia cari langsung membawa anak itu pergi meninggalkan Pak Hadi yang masih berusaha mengejarnya sambil merangkak.
“Jangann tolong jangan, kasihan anak itu…”

“AHHHHH BERISIK!”

SREEEETTTTT

Golok panjang nan tajamnya diangkat lalu digoreskan tepat pada leher Pak Hadi hingga darah memancar kuat dari sayatan tersebut.
Dengan sisa energinya Pak Hadi tetap berusaha mengejar langkah Toro yang semakin jauh darinya. Sayatan di lehernya semakin terasa nyeri dengan darah yang keluar semakin banyak membasahi baju putih yang dikenakannya.
Sambil berlari ia melepas baju yang ia kenakan untuk menutup luka agar darah yang keluar tak semakin banyak. Namun, itu tak membuatnya bertahan manakala tubuhnya mulai terasa lemas dengan pandangannya yang mulai kabur.
Ia tak kuasa menahan berat tubuhnya hingga jatuh tersungkur di atas aspal.

Sementara itu Toro terus berjalan membawa anak lelaki itu kembali ke Desa Ranawara. Golok yang ia genggam berlumuran darah menetes ke aspal meninggalkan jejak darah merah segar.
Selang beberapa saat setelah Pak Hadi tak sadarkan diri, dari kejauhan terlihat dua pemuda yang sedang mengendarai motor melewati mobil baknya. Dua pemuda tersebut di buat keheranan manakala melihat pintu mobil bak tersebut sudah rusak parah dengan kaca nya yang hampir pecah.
“Kenapa yaa jo kok pintu mobilnya terbuka tapi tidak ada orang?” tanya Roni kepada Tejo.

Tejo yang menyadari ucapan Roni langsung memperlambat laju motornya melewati mobil bak tersebut.
“Jangan-jangan ke begal?”
“Ah nggak mungkin, kalo ke begal kenapa mobilnya nggak di bawa pergi?”

“Astaghfirullah Jo lihat itu!” teriak Roni melihat seorang lelaki tua terkapar di atas aspal.
Sontak keduanya turun dari motor lalu berlari menghampiri lelaki tua tersebut. Semakin dekat langkah keduanya, tapi Roni dibuat keheranan saat melihat tubuh lelaki tua tersebut seperti ia kenali. Tanpa berpikir panjang Roni mendekat untuk memastikan lelaki tua tersebut.
“Kok telanjang dada yaah, coba balik badan nya Ron,” perintah Tejo kepada Roni, tangannya menyentuh tubuh gempal lelaki tersebut yang tak tertutup kain.
“Astaghfirullah Jo! Pak Hadi ini,” seru Roni manakala lelaki tua yang ia temukan adalah Pak Hadi, orang yang berasal dari desa yang sama dengan mereka yaitu Desa Salangkarangan.

“Hahh! Pak Hadi, angkat cepat Ron bawa ke mobilnya.”
Keduanya lalu mengangkat tubuh gempal Pak Hadi lalu di letakkannya ke dalam mobil bak miliknya, tapi Roni baru menyadari luka di leher yang sudah terikat kain saat darah tersebut menetes ke baju yang Roni kenakan.
“Bajingan! Siapa yang ngelakuin ini Jo, lihat lehernya Pak Hadi ternyata luka!”

“Tapi masih bernafas Ron, cepat kita bawa saja ke rumah sakit terdekat, kamu bawa mobilnya biar aku naik motor.”
Peristiwa naas yang menimpa Pak Hadi itu mengejutkan keduanya, kedatangan Roni dan Tejo yang berawal ingin menyaksikan pagelaran wayang malah berpapasan dengan Pak Hadi yang sudah tak sadarkan diri.

...
“Kek… Itu Arya!” ucap Panji kepada Ki Sangki.

Dari kejauhan sudah terlihat perpawakan manusia Arya tengah bersandar di pohon yang terletak di ujung jalan.

“Kenapa dia?”

“Entahlah, ayo hampiri saja siapa tahu dia bawa petunjuk.”
Mereka semua bergegas menghampiri Arya yang sudah menunggu di ujung jalanan desa, wajahnya tampak kesal entah apa yang sudah terjadi padanya.

“Hey Ar! Kenapa diem aja di sini,” tanya Panji sembari menepuk pundak Arya.
Arya membenarkan posisi kakinya lalu melipat lengannya sehingga terlihat otot kekar yang ia miliki, “Nih, gara-gara wewe gombel sialan,” kesal Arya sambil menunjukkan luka di lengannya akibat tergores kayu.

“Terus gimana orang yang kamu bilang?” tanya Sukma.
“Kabur, entahlah kemana dia pergi..”

“Sudah itu luka biar abah obatin dulu sini,” sahut Pakde Dodo menghampiri Arya sambil membawa kotak p3k untuk mengobatinya.

“Aghhhh… Sakit!” teriak Arya.

“Sttt diem, ini biar cepet sembuh.”
Setelah mengobati Arya, mereka semua kembali melanjutkan perjalanannya menuju lapangan pagelaran, tak lama lagi langkah mereka akan sampai pada sesuatu yang akan menyambut kedatangan mereka malam itu.
Sementara itu Toro berhasil membawa Dana kembali kepada Jiwo sebagai bagian dari ritualnya, sambil menunggu kedatangan mereka Jiwo pun menyiapkan beberapa sesajen untuk persembahan besar yang akan membawa banyak korban,
termasuk nyawa Panji dan lainnya yang sudah Jiwo persembahkan untuk Nyi Gede Alas Mayit.

“Anak itu sudah kamu ikat di gubuk Ro?” tanya Jiwo sembari membersihkan kerisnya yang sudah berlumuran darah.
“Sudah ki, sudah aku tutup juga mulutnya biar ndak teriak,” jawab Toro yang sedang memperhatikan golok tajam yang ada di genggaman nya.

“Bawa sajen itu, letakan di balik panggung, sebentar lagi mereka sampai..”
Toro bergegas membawa beberapa mangkuk sesajen untuk di letakkan di balik panggung pertunjukan. Semua sesajen sudah tertata rapi bersama dengan kemenyan hitam yang sudah Toro bakar, bau semerbak kemenyan hitam terbawa oleh hembusan angin memenuhi panggung pertunjukan.
Kini Jiwo kembali melangkah ke atas panggung pertunjukan sembari menyelipkan keris saktinya di balik stagen yang ia kenakan. Ia tersenyum penuh semangat, rencana nya malam ini akan berjalan lancar.
Terlebih kedatangan Panji dan lainnya sudah ia persiapkan sebagai persembahan besar termasuk juga Dana.

Gamelan mulai dipukul kembali mengiringi setiap gerak tangan Jiwo yang sedang memainkan wayang.
Sedangkan Toro berjaga di balik panggung pertunjukan untuk menanti kedatangan Panji dan lainnya.

“Kalian dengar itu?” tanya Kinanthi.

“Iyah kami dengar, sebentar lagi kita sampai..” jawab Ki Sangki sembari mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong celana nya.
“Itu apa kek?” tanya Panji keheranan.

“Kemenyan hitam Pan, bawa ini untuk berjaga,” jawab Ki Sangki sembari memberikan bungkusan berisi kemenyan hitam tersebut kepada Panji.
Panji yang masih keheranan itu hanya mengangguk lalu menerima bungkusan tersebut, entah apa fungsi dari kemenyan itu tapi dapat dipastikan itu akan membantunya. Segera lah dia menerima bungkusan tersebut lalu memasukkan nya ke dalam kantong celana nya.
“Tunggu!” teriak Arya membuyarkan lamunan mereka.

“Ada apa Ar?” tanya Sukma.

“Kalian jalan lewat depan, biar aku dan Panji jalan lewat belakang,” perintah Arya kepada mereka.
“Kenapa memang nya? Bukannya lebih baik Kinanthi sama kamu, gimana kalau dia ketahuan?” tanya Sukma keheranan dengan apa yang Arya perintahkan.

“Sudah menurut saja, Kinanthi jangan sampai melepas tudung itu ingat!” lanjut Arya sembari menarik tangan Panji untuk ikut dengannya.
Keduanya mulai berjalan melewati hutan agar sampai tepat di belakang panggung pertunjukan. Sedangkan Ki Sangki dan Pakde Dodo mengajak Sukma dan Kinanthi untuk melewati jalan semula agar sampai lebih cepat.
Panji dan Arya mulai berlari sekuat tenaga menerabas ilalang tinggi yang mulai menyulitkan langkah mereka, tapi hal itu tak dihiraukan nya.
“Sebenarnya kenapa kamu ngajak aku lewat sini sih Ar? Bukan nya lebih cepat lewat jalan tadi yah..” tanya Panji yang mulai kewalahan menyusul langkah Arya yang sudah jauh di hadapannya.
“Lihat saja nanti Pan, nggak mungkin mereka membiarkan kita datang begitu saja, pasti mereka sudah mempersiapkan sesuatu..”

“Berhenti di sini! Panggil Reksa sekarang, cepat!”
lanjut Arya lalu menghentikan langkahnya untuk bersembunyi di sebuah pohon besar yang menutupi tubuh mereka.

Dari tempat mereka nya berdiri sudah terlihat panggung pertunjukan yang berdiri megah di sebuah lapangan luas.
Yang membuat mereka sedikit tercengang adalah banyak nya penonton yang hadir memenuhi seisi lapangan tersebut, tak seperti pagelaran wayang pada umumnya.
Tetapi hal itu tak dihiraukan nya, anpa berpikir panjang segeralah Panji duduk bersila sembari memjamkan mata. Tangan nya sudah terlipat di depan dada nya sambil membaca sebuah mantra pemanggil ular penjaga nya.
“Nagararaja Jagadya Reksa…”

BRUKKKK

Suara seperti benda terjatuh terdengar tepat di balik badan nya, dia membuka mata lalu beranjak dari duduknya karena menyadari kedatangan Reksa.
“Reksa!” seru Panji kepada Reksa yang ada di hadapannya.

“Baik prabu…” jawab Reksa, ia langsung bergerak menuju tempat pagelaran wayang, seperti mengerti apa yang harus dilakukan tanpa Panji perintah.
“Biar Reksa saja yang berjaga di sana, kita tunggu kakek dan lainnya sampai..” ucap Panji.

“Giliran aku,” sahut Arya yang masih asik bergelantungan di atas pohon.
Panji yang melihat tingkah Arya hanya menggelengkan kepala berkali-kali seperti sudah terbiasa melihat tingkah aneh Arya.

“Sudahlah turun, kamu ini genderuwo bukan monyet,” ledek Panji, seketika dia tertawa melihat Arya yang tampak kesal mendengar ucapannya.
“Kamu ini sama saja dengan Sukma..”

“Sama dari mana nya?”

“Sama sama menyebalkan..”

Jawaban Arya sontak membuat Panji tertawa hebat, terlebih saat Arya memasang wajah masam nya kepadanya.
“Hah… Sudah, kamu ini mau berubah nggak?” tanya Panji sembari mengusap air mata nya yang mengalir karena tertawa.

“Nggak…” jawab Arya yang masih memasang wajah masam kepada Panji.
“Ah iyaah maaf Ar nggak ku ulangi hehe, sudah ayo jalan lagi pasti kakek sudah sampai,” ajak Panji sembari beranjak dari duduknya lalu berjalan menuju lapangan pagelaran wayang.

Kedua nya kembali berjalan menyusuri jalanan setapak yang mengarah ke tempat lapangan pagelaran.
Namun, tanpa mereka sadari rencana dan niat nya sudah terdengar oleh Nyi Gede Alas Mayit yang sedari tadi menguntit mereka sejak kedatangannya ke Desa Ranawara.
SREEKK SREKKK SREKKKK

Semak-semak bergerak, mengeluarkan suara gesekan yang terdengar jelas dari arah hutan yang berada tak jauh dari tempat ia berdiri.
Dengan cahaya yang terbatas ia mencoba mendekat memastikan suara tersebut, sembari berjaga mengambil golok panjangnya yang sudah ia selipkan di balik bajunya.
SREEKKKK

Suara itu lagi-lagi terdengar tepat di hadapannya, tanpa berpikir panjang ia langsung berlari sambil menebaskan golok panjangnya ke semak-semak yang ada, tapi ia tak mendapati siapapun yang sedang bersembunyi di balik semak tersebut.
“Hah… Musang paling yaa, bikin kaget aja,” ucap Toro, karena tak mendapati apapun ia langsung berbalik lalu berjalan kembali menuju panggung pertunjukan.

BRUGGGGG
“AGHHHHH” teriak Toro yang merintih kesakitan, tanpa ia sadari satu pukulan kencang mendarat tepat di punggungnya yang membuat darah sedikit keluar dari mulutnya.

“Stttt diam!” bisik Arya tegas sembari menutup mulut Toro dengan kuat menggunakan tangan.
Tubuh Toro yang besar dan gagah itu di seret paksa dengan mudahnya oleh Arya. Dia membawa Toro menuju sebuah gubuk yang cukup jauh dari tempat pagelaran.
Toro seketika terbelalak karena terkejut Arya membawa nya menuju sebuah gubuk tempat menyembunyikan Santo dan juga Dana. Tapi ia tak bisa berbuat apapun,
bahkan ia sudah tidak bisa merasakan tangannya karena di genggam kuat oleh Arya, sedangkan mulutnya mulai terasa perih sedari tadi di tutup paksa dengan tangan kekar Arya.
BRAAAKKK

Pintu kayu gubuk tersebut di dobrak oleh Arya hingga terbuka, seketika terdengar suara rintihan manusia meminta pertolongan dari dalam gubuk yang gelap gulita.
Suara tersebut sontak membuat Arya terkejut, dia langsung membanting tubuh Toro hingga tersungkur di atas tanah lalu menutup pintu kayu tersebut.

Dia mengambil korek kayu yang ada di saku celana nya sambil berjalan mencari lampu teplok yang menempel di dinding ruangan tersebut.
Lampu teplok sudah menyala membuat ruangan tersebut mulai terlihat walau hanya dengan bantuan dari api remang-remang.

“Astaghfirullah!” Arya terkejut manakala melihat seseorang yang sudah di ikat dengan rantai bersandar di sebuah cagak (tiang kayu).
“Ampun… Ampun… bukan saya yang melakukan ini,” ucap Toro yang sudah tersungkur tak berdaya.

“AGHHHHHH!”

Arya berjalan perlahan lalu menginjak tangan Toro dengan kuat hingga membuat ia berteriak kesakitan. Lalu dia mengambil golok panjang yang ada di balik baju Toro.
SREETTTTT

“AGHHHHHHH AMPUN TUAN!”

Satu sayatan panjang mendarat tepat di lengan Toro hingga darah merah segar mengalir deras, membuat ia tak bisa memberi perlawanan.
Perlahan Arya membuka penutup mulut yang terpasang kuat pada mulut seseorang yang terikat rantai tersebut.

“Katakan siapa namamu!” tanya Arya dengan tegas.

“sa-santo..” jawab seseorang tersebut ternyata adalah Santo.
“Menyedihkan! Siapa yang melakukan ini?” tanya Arya sambil menatap tajam ke arahnya.

Santo hanya melirik ke arah Toro yang masih terkapar sembari merintih kesakitan. Tatapan Santo memberikan jawaban atas pertanyaan yang Arya lontarkan.
“Oh, dia orangnya?”

“Bu-bukan tuan, ta-tapi Jiwo..”

DEGGGG!

Jawaban Santo membuat Arya sangat terkejut, tatapan iba Arya berikan manakala melihat tubuh Santo yang sangat menjijikan.
Seluruh tubuhnya tak tertutup kulit tampak merah seperti gumpalan otot yang basah, beberapa lalat mengerubungi tubuhnya membuat Santo hanya bisa menahan gatal yang ia rasakan.
Dari balik tubuh Arya, Toro sudah bersiap memegang balok kayu yang akan ia pukulkan kepada Arya. Namun satu pukulan yang ia lakukan meleset, balok kayu yang ia genggam di tangkis oleh Arya.
“Macem-macem awakmu!”
(Macam-macam kamu!)

BRUGGGG BRUGGG!

SRETTTTTT
Arya kembali mendaratkan pukulannya berulang kali tepat pada wajah dan dada Toro, begitu juga golok yang sudah berlumuran darah kembali dia sayatkan pada betis dan leher Toro-
-sehingga membuatnya tidak dapat bergerak sedikit pun karena merasakan perih dari sayatan yang Arya berikan.
“Diam disini, sekarang biar kamu merasakan apa yang Santo rasakan dasar bajingan!” ucap Arya sambil mengikat tangan dan kaki Toro menggunakan rantai.
“Nah sudah, biar dalang itu terkejut melihat monyet terikat di gubuk nya hahaha,” lanjut Arya setelah menutup mulut Toro menggunakan kain.
Dia kembali berjalan melihat seluruh isi ruangan gubuk tersebut, namun mata nya kembali tertuju pada hal janggal yang ada di balik sebuah tumpukan karung di ujung ruangan tersebut.
DEGGGG!

Anak lelaki yang Pak Hadi bawa dia temukan berada di dalam ruangan tersebut, membuat amarahnya menyulut. Entah apa yang sudah terjadi kepada Pak Hadi hingga membuat anak itu kembali lagi ke tempat tersebut.
“Aku tahu ini ulah siapa..”

SREEETTT

Golok yang dia genggam kembali menyayat kulit Toro semakin dalam, amarah yang membara dalam hatinya membuat dia tak segan menghabisi Toro malam itu juga.
“Aku akan kembali menghabisi kamu dan membuang mayatmu nanti, biar ku pastikan dulu keadaan Pak Hadi!”

Arya keluar dari gubuk tersebut membawa dua nyawa manusia yang hampir menjadi tumbal saat itu.
Dia segera membawa Santo dan juga Dana ke tempat kediaman Santo untuk bersembunyi di sana. Sementara itu Panji dan Reksa sedang berjaga sembari menunggu kembali nya Arya.

...
Entah apa yang akan terjadi selanjutnya dengan Pak Hadi, akan kah ia selamat atau malah menjadi korban selanjutnya dari kekejaman Jiwo?
(Bersambung...)
Terima kasih semuanya yang sudah meluangkan waktunya untuk membaca karya saya, mohon maaf apabila masih banyak kekurangan dari tulisan saya.

Kita bertemu lagi di part selanjutnya minggu depan yaa! Jangan lupa berikan dukungan dengan cara rt/like/qrt!

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with mistynim

mistynim Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @mistynim

Aug 10
Petaka Dalang Kondang
[Part 4]

aku menepati janji ku lima tahun lalu Kinan

Izin tag & bantu rt :
@bacahorror @IDN_Horor @C_P_Mistis @SpesialHoror @bagihorror @Penikmathorror @creepylogy_ @benbela @loopdreamer Image
“Ini apa paklek? Tumben kok ada berkatan, biasanya tidak ada..” tanya Dana, ia merasa heran lalu menoleh ke kanan dan kirinya memperhatikan penonton lain yang ada di sekitarnya.

“Iyaa ini dari paklek buat Dana,” jawab Toro meyakinkan.
“Sudah sudah, dimakan saja ya Dan…” lanjut Toro.

Dana mengangguk mengiyakan ucapan Toro sembari menerima uluran bakul yang Toro berikan.
Read 100 tweets
Jul 28
Petaka Dalang Kondang
[Part 3]

“Tak lelo…lelo lelo ledung…”

Izin tag & bantu rt :
@IDN_Horor @bacahorror @Penikmathorror @SpesialHoror @bagihorror @C_P_Mistis @loopdreamer @benbela Image
Selamat malam semuanya! Mohon maaf minggu ini sedang banyak acara jadi saya upload ini terlambat, malam ini saya upload part 3 tapi hanya setengah, setengahnya lagi saya lanjut besok yaa!
Yang belum follow bisa follow terlebih dahulu yaa, jangan lupa bunyikan notifikasinya biar ngga ketinggalan setiap update😁
Read 87 tweets
Jul 20
Petaka Dalang Kondang
[Part 2]

“Kok kowe tega Ji…aku koncomu Ji…”

Izin tag & bantu rt :
@bacahorror @IDN_Horor @horrorstoriesid @Penikmathorror @bagihorror @SpesialHoror @C_P_Mistis @creepylogy_ @benbela @karyakarsa_id Image
Jiwo tak berfikir panjang dan langsung memasukkan cicin batu akik tersebut ke dalam saku celananya, lalu berjalan bersama Santo yang ada disebelahnya.
“Hihihi, Celaka bocah kui…” ucap Ki Suro dengan senyum menyeringai, memandang keduanya yang berjalan semakin jauh darinya.

...
Read 100 tweets
Jul 19
Memolo

Sebuah aturan yang tidak boleh dilanggar.

Izin tag dan bantu rt :
@bacahorror @IDN_Horor @bagihorror @SpesialHoror @C_P_Mistis @benbela @loopdreamer @nasura2101 @netrasandekala Image
Selamat malam semuanya!
Mohon maaf menunggu lama untuk cerita petaka dalang kondang, sebagai gantinya malam ini ditemani cerpen dulu yaahh😁.
Fajar baru saja datang membawa sinarnya masuk melalui celah-celah ventilasi udara kamarku. Mata yang masih terpejam kupaksakan untuk terbuka karena suara alarm yang sedari tadi sudah berbunyi di sampingku.
Read 76 tweets
Jul 10
Petaka Dalang Kondang

A Thread

Siapapun yang masuk tak bisa lepas dari jeratannya.

Izin tag & bantu rt :
@bacahorror @IDN_Horor @bagihorror @C_P_Mistis @menghorror @SpesialHoror @Penikmathorror @benbela @loopdreamer @nasura2101 @netrasandekala Image
Beberapa pintu rumah sudah di buka, menyambut datangnya pagi yang cerah nan indah di desa tersebut. Suara celotehan anak-anak mulai terdengar menghiasi pagi yang indah itu.
Desa yang dipenuhi kehangatan dan ketentraman di kala pagi, namun siapa sangka dibalik keindahan pagi desa tersebut berangsur hilang ketika malam tiba.
Read 96 tweets
Jun 27
Bagaimana kalau ternyata kamu tinggal bersama mereka yang lebih lama menempati rumah yang kamu tempati sekarang?

Dia yang datang di kala malam

A thread Image
Halo semuanya! For your information ini sebuah cerpen yaah yang akan aku up di twitter malam nanti sembari menunggu kelanjutan Angkara Loka👍🏻
Cerita ini dialami langsung oleh teman terdekat ku yaitu Reza, disinilah untuk yang pertama kalinya dia merasakan gangguan langsung dari para penunggu kediamannya selama 2 tahun.
Read 41 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us on Twitter!

:(