Dari lima lapis kain kafan yang membungkus gumpalan hitam. Kakak setiap malam menarik rambut panjangnya hingga mengelupas dari kulit kepala..
Mengeluarkan darah yang tidak sedikit..
Namun tanpa suara teriakan kesakitan yang terlontar..
“A THREAD”
*Disclaimer; nama, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan cerita sudah disamarkan. Penulis hanya menceritakan kembali, sebuah kejadian ‘Mengerikan’ diluar akal dan nalar manusia. Namun ini terjadi!
Setiap malam, suasana mencekam menguasai sebuah rumah. Dari dalam salah satu kamar, terdengar suara gemuruh seperti deritan rambut yang tercabut dengan kasar. Bayangan kegelapan merayap keluar,
menyelimuti kamar yang terasa semakin angker sejak di isi oleh perempuan bernama lengkap Ismi Ismayanti.
Di sudut gelap kamar, Ismi tengah terjerat dalam kebiasaan mengerikan. Rambutnya ditarik sendiri dengan ganas, meluncur dari kulit kepala hingga jatuh berserakan di lantai.
Tetesan darah memercik, menciptakan jejak merah darah yang mewarnai lantai.
“Sudah kamu lihat kakak kamu itu Rud?”
Suara seorang Ibu dua anak yang sudah tidak memiliki suami itu, membuyarkan lamunan Rudi yang sedang melihat ke arah layar handphone.
“Ini mau Bu, bagaimana Bu? Apa sudah ada solusi untuk Kak Ismi ini sudah hampir satu minggu ia bertingkah aneh, sudah bosan Rudi menyapu rambut dan mengelap darah di kepalanya,” ucap Rudi sambil mengambil sapu.
“Ya hanya itu untuk sementara, setiap pagi Ibu mandikan -
- dengan kembang tujuh rupa. Seperti yang kita tahu, medis sudah kita lakukan dan kamu tahu sendiri jawabanya apa Rud? hanya rumah sakit jiwa yang dapat menerima Ismi,” keluh Ibu Kartika.
Rudi tidak lagi mengburis keluh Ibunya, ia segera melangkahkan kaki
sambil membawa kunci kamar dimana Ismi dikurung. Keputusannya mengurung Ismi bukan tanpa alassan, karena baru malam kemarin hampir saja ia mengikatkan tambang yang diambilnya dari dapur untuk di ikatkan ke lehernya,
atau pisau, gunting serta benda tajam lain yang ia gunakan untuk memotong rambutnya sendiri.
Rudi baru saja membuka pintu dengan perlahan, ia harus terpaksa menanggung tugas; menyapu dan membersihkan setiap jejak kegilaan di kamar yang hanya terdapat kasur saja
tanpa ada satupun benda.
“Maaf Kak, Rudi sapukan dulu yah ini sudah malam..” ucap Rudi.
Perempuan yang sebenarnya memiliki wajah cantik jelita baru menginjak usia kepala dua itu baru satu minggu lamanya bertingkah aneh.
Ismi hanya memperhatikan Rudi yang sedang menyapu bekas rambut yang ia cabut dengan kasar, berserakan dilantai.
Tangan Ismi beberapa kali memainkan rambut panjangnya tanpa henti, sesekali tersenyum ke arah Rudi.
“Ru – Rud..”
Rudi langsung menengok kaget ke arah Ismi yang sedang berdiri mematung dipojokan kamar, dengan mengenakan daster motif bunga.
“Tumben Kakak bicara memanggil namaku,” bisik hati Rudi sambil detak jantungnya sudah tidak tenang lagi.
“Rud..”
“Rudi..”
“Iyah Kak?” tanya Rudi sambil melihat ke arah Ismi.
“Sa – sakit ini,” ucap Ismi, mengelus rambutnya.
Rudi memperhatikan dengan heran, tanganya masih memegang sapu.
“Apa yang sakit Kak? Sini Rudi bantu,” ucap Rudi perlahan mendekat.
Rambut yang sudah hampir tidak terawat itu terus saja Ismi mainkan berkali-kali, kedua bola mata Ismi yang sayu itu menatap Rudi dipojokan kamar.
“Rud cepat nanti Kakak kamu malah keluar kamar!” tegas Ibu Kartika.
“Ba – baik Bu!” jawab Rudi kaget.
Rudi melihat Ismi meneteskan air mata, kedua kakinya mengingjak-injak perlahan lantai keramik di pojokan kamar.
KREKKK!!!
Satu tarikan tangan Ismi tiba-tiba mencabut rambutnya dengan kasar.
HA-HA-HA
“RUDI CEPAT!!!” teriak Ibu Kartika.
Ismi dengan cepat berlari ke arah Rudi.
“TUTUP!!!” teriak Ibu Kartika.
Dengan cepat Rudi menutup dan mengunci pintu.
DUK! DUK!
“BUKAAAAAAA!!! AKU INGIN MATI!!!”
“Bu! Kak Ismi harus segera disembuhkan Bu!” ucap Rudi sambil mengatur nafasnya.
Ibu Kartika hanya mengangguk pelan. Seperti sedang memikirkan sesuatu.
“Sejak Joni tak pernah lagi datang ke rumah ini menemui Ismi kakak kamu, kamu ingat Rud?” ucap Ibu Kartika.
“Terakhir dua minggu lalu.. aku masih ingat Bu! Kak Ismi dan Joni sepertinya bertengkar dan aku ingat semua kejadian-kejadian aneh selanjutnya Bu!” jawab Rudi perlahan,
sedang mengingat satu bulan hingga dua minggu terakhir keadaan kakak perempuan satu-satunya yang seketika berubah.
***
Dua minggu kebelakang...
Laju kendaraan roda dua melesat diatas jalan aspal, kendaraan tua yang sedang dikemudi laki-laki yang tidak akan lama lagi menghadapi ujian nasional sekolah menengah atas. Dan akan segera menyusul sang Kakak melanjutkan ke jengjang perkulihan.
“Mo – motor Kak Joni! Dan itu Kak Ismi tidak salah lagi!” ucap Rudi, semakin memutar gas agar menyalip. Karena sudah dekat dengan rumah.
Suara klakson yang berasal dari motor Rudi langsung membuyarkan pasangan muda yang sedang dimabuk asmara itu,
pelukan tangan Ismi seketika lepas dari pinggang Joni.
“DULUAN!” teriak Rudi.
Ismi dan Joni hanya tersenyum. Teruntuk Ismi, Rudi merupakan penerus Bapak yang sudah meninggalkan mereka berdua sejak kecil.
Sehingga Ibu Kartika yang berusaha sebagai pembuat kue dapat membiayai mereka berdua.
Langit sore yang akan menyambut malam tiba itu menghiasi canda tawa Ismi dan Joni yang sedang duduk didepan rumah, sementara Rudi dan Ibu Kartika sibuk di dapur.
Hingga nanti malam gantian Ismi dan Rudi yang akan mengantarkan pesanan kue hari ini, setelah Joni pamit pulang.
“Antarkan sana minumnya ke depan, kasian Joni.” Ucap Ibu Kartika, setelah menyiapkan satu teko berisikan air teh hangat.
Rudi langsung berjalan membawa tampah, dengan dua gelas ke arah depan rumah.
“JONI! BAJINGAN KAMU YAH!”
“ISMI DENGAR DULU!!!”
Rudi langsung mendengar suara bentakan yang keluar dari mulut Ismi dan Joni, hingga ia sengaja memperlambat langkah kakinya.
“JELASKAN JON!!!” teriak suara Ismi semakin kencang.
“Ma – maaf ini Kak, minum nya..” ucap Rudi.
Joni langsung berusaha menunjukan raut wajah seperti tidak terjadi apapun, sementara tetesan air mata sudah Rudi lihat dari wajah Ismi.
Tidak lama Rudi mentap ke arah wajah Joni, tangung jawab sebagai anak lelaki satu-satunya di rumah seketika hadir. Namun ia masih kebingungan harus berbuat apa, hingga ia melangkah masuk dan berlari ke arah Ibu Kartika.
“Bertengkar yah Rud?” tanya Ibu Kartika.
“Iyah Bu, untung tidak main tangan, kalau main tangan aku hajar itu Si Joni.” Tegas Rudi masih menahan emosi.
“Eh jangan! Namanya juga orang pacaran biarkan saja!” tegas Ibu Kartika.
BRUK!
Suara pintu tertutup dari kamar Ismi, membuyarkan pembicaraan Ibu Kartika dan Rudi.
...
Sudah dua hari lamanya Ismi tidak pergi ke kampus, Ibu Kartika dan Rudi masih membiarkan tanpa berani bertanya apa yang sedang terjadi. Hingga pada suatu malam Rudi yang sedang melihat televisi mendengar suara jendela terbuka cukup kencang.
“Ma – maling tidak mungkin!” tegas Rudi
langsung bangun memastikan keadaan.
Namun tiba-tiba terdengar Ismi menangis kencang dari kamarnya, membuat Ibu Kartika langsung mengetuk pintu dan Rudi mendapati seseorang berlari memanjat kamar.
“BUKA!” teriak Rudi didepan kamar Ismi.
“Biarkan dulu saja, -
- nanti buka yah Ismi Ibu mau bicara,” ucap Ibu Kartika kencang.
Malam itu Rudi sedang melihat pertandingan sepak bola, setelah tidak ada lagi suara tangisan Ismi dan Ibu Kartika sudah dapat masuk ke kamarnya membuat Rudi tenang.
Namun saat ia hendak akan mengambil air minum ke arah dapur, ia menicum bau minyak yang biasa dikenakan kepada jenazah.
“Menyengat sekali!” tegas Rudi.
Ibu Kartika baru saja keluar dari kamar Ismi, namun Rudi seperti mendapati hal janggal didalam kamar Ismi, seperti ada bayangan hitam namun bukan bayangan tubuh Ibu Kartika atau Ismi yang berdiri.
***
“Itu Pak Haji yang saya lihat dua minggu yang lalu..”
“Sebatas itu dan penasaran pada suara jendela terbuka sepertinya di kamar Kak Ismi,” ucap Rudi setelah selesai bercerita.
Pak Haji baru saja tiba itu telah mendengar cerita kesaksian Rudi, ditemani anaknya perempuan Pak Haji
yang menjadi langganan pembeli kue Ibu Kartika segera berdiri.
“Maaf Ibu apapun yang terjadi, setelah semalam dan pagi hingga sore ini pintu kamar tidak dibuka, ibu harus siap yah,” ucap Pak Haji.
Ibu Kartika yang dipegang tanganya oleh anak perempuan Pak Haji itu
hanya mengangguk pasrah.
“Ini sudah waktunya! Sebentar lagi magrib, kekuatan gaib yang ada dalam tubuh Ismi akan meningkat, kamu siap Rudi nanti pegang tubuh kakak kamu sekuat mungkin..” ucap Pak Haji.
“Ba – baik,” jawab Rudi sudah gemetar seluruh tubuhnya.
CEKLEK!!!
KREKETT!!!
Pintu kamar Rudi buka perlahan, Pak Haji dan Rudi masuk menyisakan Ibu Kartika dan anak perempuan Pak Haji yang diam didekat pintu.
“Pasti seperti ini! Yakin!” tegas Pak Haji.
Ismi hanya duduk memeluk lutunya, rambut sudah berserakan diatas lantai keramik,
sementara tanganya terus saja menarik paksa setiap rambut yang ia jambak, namun tanpa mengeluarkan suara kesakitan.
“CEPAT RUD!” bisik Pak Haji.
Rudi langsung memeluk tubuh Ismi yang diam di pojokan itu. Tiba-tiba mata Ismi berubah menjadi merah menatap Rudi.
ARRRRGGGHHH!!!
Belum sempat Rudi memeluk tubuh Ismi, tubuhnya langsung terbating kencang hingga tertahan tembok.
Pak Haji dengan cepat mengeluar tasbih yang langsung ia tempelkan ke arah wajah Ismi.
AAAAA!!!
Suara teriakan kencang kesakitan Ismi terdengar, sambil Rudi terus berjalan mendekat membantu Pak Haji.
Pak Haji terus mengucapkan ayat-ayat suci yang keluar dari mulutnya, namun Rudi merasa bahwa tubuh Ismi tidak mau berpindah.
“Bismillahi tawakkaltu 'alallahi wa la haula wa la quwwata illa billahil 'aliyyil 'adzim..”
Dengan sekuat tenaga Rudi dan Pak Haji menarik tubuh Ismi, hingga terjatuh dan kepalanya membentur lantai.
“TARIK! BAWA KELUAR!” tegas Pak Haji.
Dengan dibantu Ibu Kartika dan anak perempuan Pak Haji, Ismi diseret keluar kamar.
“Bawa palu atau apapun benda keras Rud, cepat waktunya tidak lama!” tegas Pak Haji.
Rudi dengan cepat melangkah ke arah dapur, sebuah palu besi menjadi pilihannya.
Ia melewati Ismi yang sudah terlelpa dengan luka di kulit kepalanya terus mengeluarkan titik darah.
Pak Haji sudah berdiri di pojokan kamar, menatap satu lantai paling pojok.
“In – ini Pak Haji, maaf..” ucap Rudi.
BRUKK! BRUKKK! BRUKK!
Tiga kali pukulan menghantam lantai kramik,
hingga membuat hancur berserta semennya.
“APA ITU!” tegas Rudi.
Pak Haji dengan cepat mengambil kain putih yang sudah lusuh.
“Ini yang membuat Ismi kakak kamu bertingkah aneh dan bisa saja mengakhiri hidupnya di kamar ini -
- dan tepatnya diatas lima lapis kain kafan jenazah perawan..” ucap Pak Haji.
Dihadapan Ibu Kartika, Rudi dan anak perempuan Pak Haji, lima lapis kain kafan yang membungkus sesuatu itu segera Pak Haji buka perlahan.
Gumpalan rambut hitam dengan bau busuk langsung tercium, ketika tangan Pak Haji membuka gumpalan rambut itu seketika terlihat foto Ismi yang dibalut kembali dengan kain kafan bersih namun terdapat bercak darah.
“Pengirim pelet kain kafan ini ingin Ismi tunduk, -
-mengkuti kemaunnya dan kalau saja telat kita selamatkan! pengirim ingin Ismi mati tanpa rambut! Dan merasakan rasa sakit hingga bertahun-tahun lamanya,” ucap Pak Haji.
“Siapa yang kirim ini semua Pak Haji?” tanya Rudi emosi.
“Tidak penting! Yang terpenting kakak kamu selamat.. -
- dan saya tidak bisa mengatakannya, mungkin pengirim hilap..” ucap Pak Haji.
Malam itu juga Ismi sadar, namun Rudi dan Ibu Kartika diberikan syarat oleh Pak Haji agar tidak membahasnya kembali semua kejadian dengan Ismi
dan melupakan semuanya dengan memaapkan kepada pengirim pelet kain kafan tersebut.
...
Sejak keadaan Ismi berangsur membaik dan seluruh bagian rumah sudah ‘dibersihkan’ Pak Haji, termasuk kramik dipojok kamar sudah diganti.
Pak Haji dan anak perempuanya masih sering datang untuk menjenguk Ismi.
“Didepan pagar rumah itu ada orang sepertinya kurang,” ucap Pak Haji.
Rudi langsung melihat ke arah jendela.
“Biasanya tidak ada Pak Haji,” jawab Rudi.
“Coba kamu suruh pergi orang gila itu Rud, atau kasih makan kalau tidak minum saja, kasihan..” sahut Ibu Kartika.
Dengan membawa satu botol air minum Rudi berjalan mendekat ke arah pagar rumah, seorang lelaki sedang duduk tertunduk memeluk lututnya.
“Botak!” bisik hati Rudi.
Lelaki itu terus menerus menjambak bagian kulit kepala dengan penuh luka.
“Minum ini,” ucap Rudi terus memperhatikan.
Seketika wajahnya melihat ke arah Rudi sambil tersenyum aneh, layaknya orang gila.
“Jo – Joni!” ucap Rudi.
Tiba-tiba lelaki botak yang Rudi kenali wajahnya sudah penuh dengan luka itu berlari girang, sambil terus berteriak tidak jelas. Terus mengaruk bagian kepala botaknya.
“Pelet kain kafan itu mungkin sudah kembali pada pengirimnya..” bisik Rudi dalam hati.
–Tamat–
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
Janji suci yang diucapkan bukan untuk kebahagiaan, melainkan untuk sebuah kematian, penebusan dan keturunan yang tak pernah usai.
[Bagian Ketujuh]
@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht
#bacahorror
Hallo! Kita akan melanjutkan cerita Punggel Ireng yang sudah memasuki bagian 'terpenting' dalam cerita ini. Segala kebiadaban perlahan terungkap dan sampai di kedua bola mata Iman.
Cerita ini sudah selesai sampai Bagian Kedelapan, untuk teman-teman yang ingin download eBooknya silahkan klik link. Sebagai bentuk memberikan dukungan atau support yah.
Mereka yang ‘Terikat’ menemui ajal dimalam satu suro, dijemput oleh Buto Sengkolo.
a thread
#sengkolo #malamsatusuro #satusuro #pemandimayat
Beberapa kendaraan roda dua sudah terparkir sesak didepan sebuah apotek tua, tempat yang dipercayai dan mempunyai harapan dapat membawa kesembuhan itu sudah di selimuti banyak orang. Suara batuk dan erangan menahan rasa sakit ikut menyertai antrian yang tak beraturan,
tak jarang beberapa saling dorong terjadi karena tinggal beberapa menit lagi apotek akan tutup.
“Jangan saling dorong nya mas, antri loh!”
“Nggeh Bu maaf yang dorong itu di belakang bukan saya,”
Janji suci yang diucapkan bukan untuk kebahagiaan, melainkan untuk sebuah kematian, penebusan dan keturunan yang tak pernah usai.
[Bagian Kelima]
@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht
#bacahorror
@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht Hallo berjumpa lagi di hari kamis malam, kita akan melanjutkan cerita Punggel Ireng dengan segala misteri yang menghampiri Iman, ketika mencari siapa Bapak kandung yang sebenarnya.
Untuk yang belum baca part sebelumnya silahkan klik link dibawah, bantu untuk tinggalkan REPOST, QOUTE dan LIKE agar yang lain ikut baca juga.
Janji suci yang diucapkan bukan untuk kebahagiaan, melainkan untuk sebuah kematian, penebusan dan keturunan yang tak pernah usai.
[Bagian Keempat]
@bacahorror @IDN_Horor @ceritaht
#bacahorror
Hallo berjumpa lagi di hari kamis malam, yang artinya kita akan melanjutkan cerita Punggel Ireng dengan segala misteri penampakan sosok Ibu Sari Puspa yang terus menghantui anak semata wayangnya.
Untuk yang belum baca part sebelumnya silahkan klik link dibawah, bantu untuk tinggalkan REPOST, QOUTE dan LIKE agar yang lain ikut baca juga.
Janji suci yang diucapkan bukan untuk kebahagiaan, melainkan untuk sebuah kematian, penebusan dan keturunan yang tak pernah usai.
[Bagian Ketiga]
@bacahorror @IDN_Horor
#bacahorror
Halo teman-teman, akhirnya kita berjumpa lagi di hari kamis malam berarti cerita ini akan berlanjut dan memasuki part (3), segala misteri dan marabahaya yang menimpa Iman akan perlahan kita ketahui bersama-sama.
Untuk yang belum baca part sebelumnya silahkan klik link dibawah, bantu untuk tinggalkan REPOST, QOUTE, dan LIKES agar teman - teman yang lain ikut baca juga.