kalong Profile picture
Mar 6, 2024 70 tweets 9 min read Read on X
-POCONG CULI-

Sekitaran Demangan - Gejayan

"Tok...tok...tok...." pas di buka pintunya, ada pocong ngomong "...Culi"

a thread

#bacahorror #asupanhorror @asupanhororrr @IDN_Horor @merapi_uncover Image
Bagi teman-teman yang sudah lama tinggal di jogja, khususnya di daerah Demangan, pasti gak asing sama cerita pocong culi.

Menurut beberapa sumber, dulu di tahun 2000an, masyarakat sekitar Demangan di gegerkan sama teror pocong culi.
Ngerinya, pocong culi ini meneror warga sekitar dengan mengetuk pintu dan berteriak “culi...culi...” yang di artikan kalau pocong itu meminta untuk di lepaskan tali pocongnya.
Ada yang bilang, kalau cerita itu berasal dari makam Bethesda. Salah satu arwah penasaran dari seorang warga yang waktu dikebumikan, tali pocongnya lupa belum di lepas.
Sebenarnya cerita ini ada beberapa versi yang beredar. Dan di sini saya ada sedikit cerita tentang pocong culi. Mungkin ini adalah salah satunya.

********
Suasana duka tampak menyelimuti di sebuah rumah sederhana. sedangkan di ruang tamu, di lantai beralaskan tikar memanjang, terbujur tiga jasad di atasnya. Tubuh pucat tak bernyawa, tertutupi kain-kain jarik batik, adalah milik satu keluarga yang meninggal beberapa jam yang lalu.
Sementara di kanan dan di kiri jasad itu, terdengar suara lantunan ayat-ayat suci al-quran, tengah dibaca oleh beberapa orang yang datang. Sedangkan di belakang rumah, Sarjo dan Mardi tampak sedang berbicara serius, bersama mbah Supri.
“Sebenernya, mereka meninggal karena apa, mbah?” tanya Sarjo.

“Mereka ngalamin kecelakaan, Sar. Di tabrak mobil.” Jawab mbah Supri.

“Namanya juga takdir, Sar. Ndak ada yang tahu to.” Sahut Mardi.
Malam itu seperti yang di lakukan dikampung-kampung pada umumnya, begadang sampai pagi.

Tepat jam satu siang, prosesi mensucikan tiga jenazah selesai. Penggalian liang lahat yang letaknya tak berjauhan, juga sudah selesai.
kemudian iring-iringan para pelayat juga sudah tiba di pemakaman.

Suara adzan sebentar berkumandang, setelah penutup tiga keranda di buka. Terlihat tiga bujur tubuh kaku berbalut kain mori. Wajahnya pucat, dengan beberapa kapas menempel pada bagian-bagian tertentu.
Juga beberapa tali masih terikat mengikat dari ujung kaki hingga atas kepala.

Waktu itu, Sarjo dan Mardi mendapat tugas untuk menurunkan jenazah yang terakhir. Setelah dirasa Sarjo sudah beres, barulah tanah-tanah galian di urukkan kembali hingga membentuk gundukan bernisan kayu
Tak lama setelah doa, para pelayat meninggalkan area makam. Namun tidak untuk Sarjo, ia berhenti sejenak, sambil memikirkan sesuatu. Seperti ada sesuatu yang mengganjal pikirannya. Melihat itu, Mardi pun ikut berhenti dan heran ketika melihat Sarjo seperti orang kebingungan.
“Ada apa, Sar?” tanya Mardi sambil menepuk pundak Sarjo.

Awalnya Sarjo tak menanggapi, tapi ketika pundaknya di tepuk untuk kedua kalinya, barulah ia terkejut dan menatap Mardi dengan wajah khawatir.
Sarjo ingat, kalau dia baru saja melakukan kesalahan, ia lupa tidak melepas salah satu ikat tali pocong. Itu dikarenakan ketika Sarjo tak sengaja melihat wajah si mayat dalam kondisi mengenaskan. Sontak hal itu mengejutkan Sarjo dan buru-buru minta uluran tangan untuk naik.
“Heh, kenopo, Sar?” tanya Mardi lagi.

Sarjo menggeleng dan buru-buru berjalan cepat meninggalkan area makam dan di ikuti Mardi yang masih merasa heran dengan tingkah Sarjo.
Hari terus bergulir, suasana kampung Demangan juga terlihat masih ayem. Tapi memasuki malam ketujuh setelah pemakaman, barulah muncul kejadian mengerikan yang membuat kampung Demangan heboh.
Malam itu hujan baru saja reda, membuat suasana kampung Demangan menjadi begitu dingin. Sarjo yang baru saja pulang dari ronda, memutuskan untuk segera pergi tidur. Tapi baru saja keluar dari kamar mandi, Sarjo di kejutkan dengan suara ketukan pintu depan.
Awalnya Sarjo berpikir, mungkin itu Mardi, salah satu tetangganya yang saat itu bilang kalau mau mampir ke rumah untuk meminjam pompa sepeda.

Sarjo berjalan ke arah pintu. Sebelum di buka, Sarjo berniat memastikan, ia mengintip dari celah gorden jendela yg ada di samping pintu.
Tapi setelah pandangannya menyapu ke sekeliling halaman, tak ada siapa pun di sana.

“Apa aku salah denger, ya?” guman Sarjo sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Baru saja Sarjo berjalan selangkah untuk kembali, tetiba saja ketukan pintu itu kembali terdengar.
Namun kali ini ada yang beda. Bersamaan dengan ketukan itu, di barengi dengan suara yang aneh.

“Dok..dok..dok...culi.”

Sarjo terjingkat, ia lalu diam sejenak, memastikan. Tak lama setelah itu, ketukan pintu di barengi suara kembali terdengar untuk kedua kalinya.
Awalnya Sarjo masih berpikir positif. Mungkin, itu Mardi yang lagi iseng.

Sarjo lalu berbalik dan buru-buru membuka pintu. Saat itu juga Sarjo terkejut, matanya langsung melotot, mendapati sosok pocong sedang berdiri dengan tali di kepalanya yang masih terikat.
Sepersekian detik Sarjo saling bersitatap sebelum akhirnya tumbang setelah pocong itu berucap ‘culi’ dengan suara nyaring.

“Culi....”

******
Sementara di dalam sebuah kamar, seorang wanita terbangun dari tidurnya, ia sedikit heran. Manakala ketika tangannya meraba kasur, tak mendapati suaminya ada di sana. Ia lalu melirik jam dinding. Jarum pendek sudah menunjukkan angka tiga.
Ia lalu buru-buru bangkit dan berniat untuk pergi ke kamar mandi. Pikirnya, sekalian mencari suaminya, siapa tahu tidur di ruang tamu.

Namun, baru saja keluar kamar, tepat ketika pandangannya mengarah ke pintu depan, Supini terlonjak kaget.
Di sana, ia melihat tubuh suaminya sudah dalam kondisi terkapar di lantai jobin rumahnya.

Sedikit panik Supini ketika tubuh Sarjo tak merespon atas guncangan-guncangan yang dia lakukan. Hal itu membuat Supini berlari keluar untuk meminta bantuan.
Setibanya di rumahnya lagi, dua lelaki yang baru saja Supini mintai tolong, segera mengangkat tubuh Sarjo untuk di bawa masuk ke dalam kamar. Dan tak lama setelah itu, Sarjo tersadar setelah Supini mengoles-oleskan minyak kayu putih di hidungnya.
“Kenapa, Mas? Kok sampean bisa pingsan gituu?” tanya Hasan salah satu dari dua orang tadi.

Sarjo yang saat itu masih setengah sadar, sedikit gelagapan. Manakala ketika ia membuka matanya, sudah mendapati beberapa orang ada di kamarnya.
“Tenang, mas. Ini di minum dulu.” Ujar Supini sembari memberikan segelas teh panas.

Sarjo meminumnya. Kemudian menceritakan kejadian yang baru beberapa jam yang lalu ia alami.
Awalnya mereka yang ada di dalam kamar itu sempat tak percaya, tapi setelah Sarjo menjelaskan dengan peristiwa dirinya sampai pingsan, menandakan jika Sarjo benar-benar tak berbohong.
Menjelang siang, kabar tentang Sarjo yang di datangi pocong culi makin kian ramai di bicarakan warga. Beberapa dari mereka ada yang menganggap kalau Sarjo berbohong. Masalahnya, Sarjo dikampung itu terkenal dengan orang paling KECU se-Demangan.
Makanya banyak warga yang kurang percaya. Tapi itu hanya bertahan sebentar saja. Manakala tepat di malam ke dua ini, tak hanya rumah Sarjo yang di datangi pocong culi, melainkan hampir separuhnya, mendapatkan giliran masing-masing.
Sore itu, Sarjo berjalan lebih cepat, agar bisa segera sampai rumah sebelum gelap. Ia benar-benar masih syok dengan kejadian semalam. Bagaimana bentuk dan warna wajahnya, Sarjo benar-benar masih mengingatnya dengan jelas.
Memasuki jam sembilan malam, suasana di kampung Demangan masih ramai seperti biasanya. Hal itu setidaknya bisa membuat Sarjo sedikit tenang. Tapi ketika jarum pendek sudah menunjukkan di angka dua belas, Sarjo sudah terlihat meringkuk di balik selimut bersama istrinya.
Meskipun sudah larut malam, kampung Demangan masih terbilang cukup ramai, itu dikarenakan lokasinya yang berada di pusat kota dan berdekatan dengan Jalan Solo dan Gejayan.
Namun berbeda dengan rumah Sarjo, malam itu Supini terbangun dari tidurnya. Sejenak duduk di tepian ranjang sebelum akhirnya beranjak menuju kamar mandi untuk buang hajat. Setelah menyelesaikan hajatnya, Supini segera menuju kamar.
Namun baru saja tangannya menyibak gorden pembatas antara kamar dan ruang tamu, dirinya di kejutkan oleh suara ketukan pintu depan.

Awalnya Supini ingin mengabaikan, tapi tetiba saja terdengar suara seorang perempuan dari luar.
“Mbak Pini, iki aku Sari. Bukake lawange, mbak. Aku meh titip duit arisan.” (Mbak Pini, ini aku Sari. Bukain pintunya, mbak. Aku mau titip uang arisan)

Setelah mendengar suara tetangganya yang mau menitipkan uang arisan, Supini urung untuk masuk kamar.
Ia lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya. Supini heran, ketika ia membuka pintu, tak ada seorang pun ada di sana. Ia lalu berjalan ke arah teras rumah untuk memastikan. Tapi sama saja, tak ada siapa pun di sana.
Supini mendadak terdiam sejenak, ia teringat dengan cerita suaminya. Buru-buru ia melangkah masuk ke dalam rumah dan segera menutup pintu. Tapi lagi-lagi langkah Supini harus tertahan ketika suara yang ia anggap adalah Sari kembali memanggilnya.
“Welah, kok malah mlebu to, mbak. Iki lho aku wis neng ngarepan.” (Welah, kok malah masuk to, mbak. Ini lho aku sudah di depan)
Belum ada kecurigaan saat itu, Supini kemudian berbalik, dan bersamaan dengan Supini membuka pintu, suara ‘culi’ dari sosok pocong yang berdiri di depan pintu, mengagetkannya. Supini pun terkejut dan reflek berteriak keras sebelum akhirnya pingsan.
Hal itu membuat Sarjo terbangun dan gelagapan. Ia kemudian keluar kamar setelah melihat istrinya tak ada di sampingnya. Di luar kamar, Sarjo yang melihat istrinya sudah terbaring di lantai, buru-buru menutup pintu dan membopongnya untuk masuk ke dalam kamar.
Hingga siang menjelang, Supini terlihat masih terbaring di kasur. Karena khawatir, Sarjo pun memanggil seorang mantri yang ada di desa, untuk mengecek kondisi istrinya.
“Bojomu ndak papa kok ini, Sar. Dia cuman demam biasa. Nanti di minumin ini ajaa.” ucap Ponirah, perempuan lebih tua dari Sarjo, seorang mantri, sembari memberikan bungkusan plastik transparan berisi obat-obatan. Sarjo mengangguk dan menerimanya.
Tak lama setelah itu, Ponirah pamit.
Beberapa warga yang melihat Ponirah keluar dari rumah Sarjo, mengundang rasa penasaran, terkhusus bagi tiga ibu-ibu yang sedang berbincang di pertigaan depan rumah Sarjo. Tanpa basa-basi, mereka pun menyambangi rumah Sarjo untuk mencari tahu.
Karena Supini sudah sadar, ia lalu menceritakan kejadian malam itu pada suami dan ketiga ibu-ibu itu. Sontak hal itu membuat ketiga tamunya terkejut dan memutuskan untuk segera pulang dan memberitahukan kepada suaminya masing-masing.
Begitu pun dengan Sarjo, ia juga tampak terkejut, ternyata tidak hanya dia yang di ganggu tapi istrinya juga. Sarjo bingung harus berbuat apa saat itu, intinya mau ngomong apa enggak, Sarjo tetep serba salah.
Menjelang malam, tepat pukul 12, tampak rumah-rumah penduduk kampung Demangan sudah sepi. Mardi dan beberapa warga yang lain sedang berkeliling kampung.
Baru saja mereka jalan beberapa meter dari pos ronda, mereka mendengar suara teriakan kencang menyebut nama pocong, dari salah satu rumah warga. Buru-buru Mardi dan yang lain menghampiri ke sumber suara.
Sesampainya di depan rumah warga, tampak seorang lelaki seumuran, sedang berdiri dengan gemetar ketakutan. Mardi lalu menghampiri lelaki itu, berniat menanyakan sesuatu.

“Mas, mas... sampean kenapa?” tanya Mardi.
“Po-pocong, Mar. Pocong! Ono Pocong culi, Mar!” jawab lelaki itu sambil bergetar.

Sementara warga yang bersama Mardi, mulai bergidik ngeri. Mereka saling menghubung-hubungkan kejadian ini dengan kejadian yang di alami Sarjo dan Supini.
“Pocong culi opo to, Mas?” tanya Mardi sekali lagi.

“Mbuh, Mar. Angel le njelaske. Pokoke Iki mau ono le ndodok lawang omahku. Pas tak bukak, ono pocong muni culi..culi, ngono.”
(Gak tahu, Mar. Susah jelasinnya. Pokoknya tadi ada yang ngetuk pintu rumahku. Pas tak buka, ada pocong bilang culi, culi gituu)

Tak lama setelah lelaki itu bercerita, terdengar lagi suara teriakan perempuan tak jauh dari rumah itu.
Teriakan itu sama persis seperti yang ucapkan lelaki yang di hadapannya.

“Pocoooooooong! Tolooooong ono pocooooooong!”

“Mbak Laras!” seru salah satu lelaki yang ada di situ.

Seketika empat lelaki termasuk Mardi, menoleh ke arah sumber suara.
Dan tanpa basa-basi, mereka langsung berlari menghampiri rumah yang di duga rumah mbak Laras. Sesampainya di sana, apa yang di ceritakan oleh mbak Laras, sama persis seperti yang di alami warga lain. Mereka di datangi pocong culi.
Tak sampai di situ saja, hampir separuh warga kampung Demangan, pintunya di ketok dan di datangsi sosok pocong culi. Dan malam itu, menjadi malam paling mencekam dan mengerikan terkhusus untuk kampung Demangan dan sekitarnya.
Hal itu membuat di malam-malam berikutnya, setelah adzan isya berkumandang, rumah-rumah penduduk sudah tertutup dan sepi, membuat kampung Demangan seolah menjadi kampung mati.

Sementara itu, di dalam rumah, tampak Mardi tengah menikmati hisapan rokok bersama segelas kopi.
“Wuuus....”

Terkejut Mardi. Ketika sekelebat bayangan berlalu cepat di depan rumahnya, persis di depan kaca jendela. Buru-buru ia bangkit dan membuka pintu, mengedarkan pandangannya, memutari sekitaran rumah.
Tubuh Mardi seketika dingin, mendapati sosok putih tengah berdiri membelakangi di samping pohon mangga depan rumahnya. Wajah Mardi seketika pucat ketika sosok itu berbalik dan melayang ke arah Mardi yang tengah berdiri.
Tak sampai di situ saja, tubuh Mardi semakin gemetar ketakutan ketika melihat dengan jelas wajah dari pocong itu yang sudah menghitam. Mardi benar-benar masih mengingatnya dengan jelas.
Sepesekian detik Mardi terpaku di tempatnya. Sampai sosok pocong itu semakin mendekat dan mengeluarkan kata-kata yang membuat Mardi semakin lemas.

“Toloong Mar, tolooong....culi.”
“Toloong Mar, tolooong....culi.”
Jiwa Mardi benar-benar di uji malam itu. Baru saja Mardi berhasil menggerakkan tubuhnya dan berhasil berbalik, pocong itu lebih dulu menghadangnya.
Tubuh Mardi gemetar, jantungnya serasa berhenti berdetak, melihat sosok pocong itu mendekatkan wajahnya, menatapnya tajam, dengan dua bola mata putih rata sambil berucap nyaring.

“Toloong Mar, tolooong....culi.”
Tak ada lagi yang bisa Mardi lakukan, sebab semua doa yang sudah ia baca, namun tak berpengaruh sama sekali terhadap pocong culi itu. Tubuh Mardi makin dingin, lutunya lemas ketika mendengar rintihan dari sosok itu.
Tak lama, kepalanya terasa berat, nafasnya tersengal serta pandangannya berubah gelap gulita. Mengakhiri semua kengerian malam itu.

Pagi harinya, tampak suasana berbeda terlihat di kampung Demangan. Di mana, puluhan orang terlihat sedang berkumpul di rumah Mardi termasuk Sarjo.
Dari wajah mereka tampak menyembul ketakutan, setelah mendengar cerita dari Mardi.

“Terus gimanaa ini, mbah?” tanya Sarjo sambil menundukkan kepalanya.

“Ya mau gimanaa lagi, Sar. kita harus membongkar makamnya dan melepas talinya.” Jawab mbah Surip pasrah.
Tanpa berlama-lama, akhirnya semua warga berbondong-bondong menuju ke pemakaman untuk membongkar salah satu makam. Setelah di tunjuk Sarjo, akhirnya makam itu di bongkar dan ternyata benar, jika ikatan tali pocong ada satu yang belum di lepas.
Setelah semua beres, makam di uruk kembali seperti sedia kala.

Tak butuh waktu lama, kehebohan berita pocong culi itu menggemparkan seluruh penduduk kampung bahkan sampai menyebar hingga ke beberapa desa tetangga.
Membuat kampung Demangan hari itu ramai di kunjungi puluhan bahkan ratusan orang.

Banyak asumsi seketika beredar dari mulut ke mulut, tentang teror pocong culi. Ada yang bilang, kalau teror pocong culi itu benar-benar ada.
Dan ada yang bilang kalau itu hanya isu untuk ditujukan pada salah satu instansi terkait. Semua itu berdasarkan “JARENE” atau “KATANYA” entah yang benar yang mana, saya hanya ingin membagikan cerita saja. semoga terhibur.

Sekian dan terimakasih.

• • •

Missing some Tweet in this thread? You can try to force a refresh
 

Keep Current with kalong

kalong Profile picture

Stay in touch and get notified when new unrolls are available from this author!

Read all threads

This Thread may be Removed Anytime!

PDF

Twitter may remove this content at anytime! Save it as PDF for later use!

Try unrolling a thread yourself!

how to unroll video
  1. Follow @ThreadReaderApp to mention us!

  2. From a Twitter thread mention us with a keyword "unroll"
@threadreaderapp unroll

Practice here first or read more on our help page!

More from @cerita_setann

Feb 16
"Separo badannya dari kepala sampe perut masuk ke mesin ketel, sementara separonya lagi masih diluar pintu mesin ketel. Dulu kalo kata pegawai yang lama, berita itu sampe masuk koran."

gambarannya kayak gini 👇

a thread
DARAH MANIS PABRIK GULA

#bacahorror Image
Image
Image
Disclaimer : semua nama dalam cerita sudah di samarkan. Dan cerita ini dibagikan untuk di ambil hikmahnya saja dan tidak bermaksud untuk menjatuhkan suatu tempat yang menjadi lokasi kejadian. jadi kalo ada yang tau ttg kejadian ini mohon di simpan untuk diri sendiri aja.
“Di pabrik gula ini ada cerita terkenal, Mas. Tentang mandor pak Tarjo (samaran). Klo sampai ditampakin, terus di ajak kerja bareng mandor itu, udah pasti di ajak mati!” kata mas Rusdi (samaran) salah satu mantan karyawan pabrik.
Read 57 tweets
Jan 15
ANAK JAHANAM

"Lahir tanpa detak jantung, ia diselamatkan dengan ritual ghaib yang dilakukan ibunya."

a thread

#bacahorror #anakjahanam #bocilkematian Image
Biasanya, kelahiran seorang anak itu jadi rejeki untuk orang tuanya. Tapi gimana ceritanya, kalo kelahiran seorang anak itu malah jadi teror yang mengerikan? Bahkan gak cuman di dalam keluarganya aja, tapi seluruh warga desa pun juga ikut kena dampaknya.

Kalo kata Mbah Supri, seseorang yang dulu pernah kerja jadi sopir di keluarga tersebut berucap, “Anak jahanam! bocah pembawa kematian!”
Semua itu bermula ketika Mbah Supri mengantarkan mbak Gina ke sebuah tempat. Tempat di mana awal mula teror mengerikan dan sinting terjadi. Mbak Gina adalah istri dari mas Gani. Mereka sudah menikah lama, dan sudah 2x hamil namun keguguran dengan kasus yang sama. Yaitu setiap menginjak usia enam bulan, pasti keguguran.

Dan ini adalah kehamilan yang ketiganya. Mbak Gina tak ingin jika harus kehilangan lagi. Hingga saat itu tiba, mbak Gina bertemu dengan seseorang yang mbak Gina sendiri gak kenal.
Read 13 tweets
Jan 5
Ada yg bilang, kalo PULUNG GANTUNG PATI NGENDAT (bunuh diri) itu NULAR. Terus ada DM bilang kalo beliau punya temen yg pernah liat Pulung Gantung. Penasaran, kita lgsg ke tempat yg pernah kejadian pulung gantung.

#bacahorror #PulungGantung #PulungGantungPatiNgendat Image
Image
Nah jadi beberapa waktu yang lalu, ada yang ngechat saya lewat DM. namanya sebuat aja mas Sugeng dari Gunung Kidul. Inti dari chat ini mas Sugeng ngasih saya informasi terkait Pulung Gantung atau Pati Ngendat (bunuh diri) yang ada di Gunung Kidul.
Mas Sugeng bilang, kalau dia punya kenalan yang katanya pernah lihat bola api atau semacam banaspati yang di duga Pulung Gantung yang jatuh ke rumah salah satu tetangganya sebelum akhirnya besoknya meninggal gantung diri.
Read 56 tweets
Nov 25, 2024
"ASTAGA BUK! KOK JARINYA DI POTONG KENAPA?"

Pernah gak? Kalian nyewa rumah tapi pemilik rumahnya itu juga tinggal di rumah yang kalian sewa?

Sebelumnya, Ini bukan soal cerita tentang kontrakan berhantu atau pun angker. Tapi lebih ke ibu pemilik kontrakannya yang ANJ*NG BANGET!! Dasarnya emang JANDA SESAT.

#bacahorror @IDN_Horor @asupanhororrr #bacahororImage
Image
Kenalin aku Arin. Aku mau cerita tentang kejadian yang menyebabkan ibu meninggal dan bapak sakit-sakitan gara-gara si ibu pemilik kontrakan. Sebut saja si ibu pemilik kontrakan itu bu Ajeng. Umurnya kisaran 40-50an. Tapi mukanya boros. Keliatan banget tuanya.
Sebelumnya aku jelasin dulu rumah kontrakan ini. rumah ini punya 2 lantai memanjang ke belakang dengan luas muka sekitar 10 meter. Lantai 1 & 2 hampir sama, mulai dari penempatan barang2 sama furniturnya. Cuman yang bedain lantai 2 gak ada garasinya.
Read 48 tweets
Nov 10, 2024
-KENANG-KENANGAN SEUMUR HIDUP!!-

SELAMAT DARI TUMBAL PESUGIHANNYA BAPAK “TERCINTA”

Kronologi singkat:

“Aku lagi naik motor sama temenku. Ceritanya mau liburan ke Pantai Gunungkidul. Gak tau kenapa, tbtb pandanganku gelap beberapa detik, kayak ada yang nutupin mataku. Pas normal lagi, di depanku udah ada BAK TRUK. “BRAK!” Aku nabrak, aku lgsg jatuh ke tengah jalan. Kejadiannya cepet banget. Mobil dari belakang nelindes kakiku. Aku koma 12 hari.”

a thread
#bacahoror #bacahorror @IDN_HororImage
Gak cuman warga sekitar yang menyimpan kecurigaan. Saya rasa, hampir semua orang di desa ini menyimpan pertanyaan yang sama. Bagaimana bisa, keluarga yang awalnya begitu melarat, menjadi super kaya dalam hitungan minggu. Sebuah pola lama yang terus terjadi. Cerita lama yang tak akan habis dicertikan sepanjang keturunan.
Semua itu bermula ketika Arum masih kecil. Dulu Pak Seno, bapaknya Arum ini kerja diperusahaan besar di jogja dan ekonomi keluarga mereka bisa dibilang cukuplah.
Read 133 tweets
Nov 2, 2024
kisah nyata
"NIAT MERANTAU MAU KERJA, MALAH SETOR NYAWA"

Menurut cerita dari warga, dulu, di rumah itu pernah ada tragedi pembunuhan yang dilakukan oleh beberapa orang dan di dalangi oleh adik kandung yang punya rumah. lalu dia berhasil di habisi dengan cara di sembelih tepat jam 12 malam di dalam kamar . Tapi sebelum dia meninggal, dia sempet bersumpah....

a thread horror
#bacahorror #asupanhorror @IDN_HororImage
Mereka menghabisi nyawa si pemilik rumah karena sudah gak tahan sama kelakuan dan kejahatan yang di lakukan pada warga sekitar. Termasuk sama keluarganya sendiri.

Lalu si pemilik rumah berhasil di habisi setelah di rencanakan lama. Karena si pemilik rumah itu punya banyak ilmu, makanya yang ikut terlibat itu gak cuman 1 atau 2 orang aja, tapi banyak orang.
Dan setelah menentukan waktu yang tepat, berdasarkan anjuran dari orang2 yang tau ilmu kebatinan, di malam kelahirannya , jadi malam tragisnya.
Read 49 tweets

Did Thread Reader help you today?

Support us! We are indie developers!


This site is made by just two indie developers on a laptop doing marketing, support and development! Read more about the story.

Become a Premium Member ($3/month or $30/year) and get exclusive features!

Become Premium

Don't want to be a Premium member but still want to support us?

Make a small donation by buying us coffee ($5) or help with server cost ($10)

Donate via Paypal

Or Donate anonymously using crypto!

Ethereum

0xfe58350B80634f60Fa6Dc149a72b4DFbc17D341E copy

Bitcoin

3ATGMxNzCUFzxpMCHL5sWSt4DVtS8UqXpi copy

Thank you for your support!

Follow Us!

:(