TUHAN: SEBUAH KOMEDI KOSMIS
Konon kabarnya, tuhan ada. Jika benar, bakatnya dalam seni tentu sangat luar biasa . Miliaran curhat, jeritan hati emak2 yg ditinggal selingkuhannya (eh, anaknya maksudnya), sampai keluh kesah netizen soal sinyal
Wi-Fi yg lemot, semuanya di terima.
Tapi yg paling wow, sepanjang sejarah galaksi, dia adalah satu2nya sesuatu (bukan mahluk) yg "paling susah dihubungi". Kalah sama customer service provider kartu kredit atau app kredit.
Kalian terlalu sibuk merapal mantra memohon harapan. Air mata duka mengalir bagai air bah hanya untuk minta belas kasihannya. Sementara itu, pemungut cukainya (baca: alim ulama) mengobral tiket surga, bahkan discount sampai 70% .
Apa yg kamu mohon2 itu bereaksi?
Oh, tentu tidak. Yg disebut ‘beliau’ itu konsiten sekonsisten-konsistennya: silent mode!
Tanpa notifikasi, apalagi centang biru.
tuhan seperti seniman abstrak, yg menorehkan kuas2 penderitaan di atas kanvas luka.
tuhan itu pelukis agung yg menjadikan kematian sbg komposisi & membingkai keputusasaan dalam bingkai keabadian.
Semakin abstrak, semakin dipuja.
Semakin diam, semakin nyaring budaknya membela.
Semakin ...
Semakin tdk menghiraukan, makin heboh fans ultras membelanya:
"Ini cuma prank dari tuhan!",
"dia lagi meeting penting!",
atau "Otak kamu yg cetek, nggak bakal bisa ngeh sama plot twist-Nya!"
Taktik marketing yg brilian: hadir tanpa perlu mempertanggungjawabkan kehadirannya.
Doa: Curhat Colongan & Pantulan Diri Dari Kolam Kosmik
Menurut psikolog, doa bukan video call 2 arah sama ‘yang di atas sana’, tapi lebih ke story yg tidak ada view-nya. Doa itu cuma menenangkan diri, atau meninabobokkan kesedihan. Tepatnya masturbasi atau onani berjamaah.
Banyak penelitian membuktikan, efek relaksasi dari berdoa itu bukan karena pesannya sampai, tapi karena otak memproses self-deception berupa kontrol rasa & memalsukan harapan pas lagi low batt.
Mas Dab, Jesse Bering dalam bukunya, "The Belief Instinct"? mengatakan, Otak manusia memang punya default setting buat nyari "dalang" di balik setiap kejadian, apalagi pas lagi ngerasa futus-asa.
jadi...
Jadi, doa itu bukan surat cinta buat tuhan, tapi mekanisme adaptasi biar kita nggak langsung uninstalldiri dari hidup (game over). Singkatnya, doa itu semacam candu yang bikin kita tetap memainkan game.
Sedikit beda dg kata sosiolog, justru karena tuhan nggak pernah nongol buat kasih testimoni, maka ketidakhadirannya malah jadi alat kekuasaan yg powerful.
Karena tuhan itu maha ghosting, jadilah manusia (terutama influencer rohani ) maju sebagai official spokesperson.
Doa pun jadi ritual wajib, bukan buat solusi, tapi buat mind control & membuat kamu nurut bin manut.
kalau berdoa nggak sesuai template (nggak satu versi gurun), auto dicap kapir, imannya kurang.
Yang doanya gak pakai bahasa terkenthu, ostomastis doanya masuk recycle bin.
Lha kalau yg doanya sesuai tapi nggak dijawab,?
katanya sedang diuji, padahal di-ghosting... eh!
tuhan memang hening, tapi pendengung-nya paling berisik, apalagi toanya, sering bikin budeg telinga.
Atas namanya sering digunakan juga untuk membenarkan kejahatan kemanusiaan!
Dulu di Auschwitz, jutaan umat mention tuhan, sampai jadi trending bertahun tahun.
Pas bocah bocah di gaza mati, seluruh pendukung hamas DM langit minta tolong.
Tapi ya gitu deh, tuhan tetap no comment.
Nggak ada gempa yg auto-pause hanya karena kita meneriakkan namanya.
Zonk: tuhan Menghilang, Mak Cling!
Sepanjang sejarah peradaban, bolos abadinya tuhan itu konsisten banget. Nggak pernah ada doa yg bisa cancel perang, nggak ada mukjizat yg bisa delete pandemi, nggak ada tangan gaib yg muncul pas lagi ada bencana alam.
Tapi...
Tapi justru karena ‘beliau’ hobi ngilang inilah, maka jadi mitos paling fleksibel:
bisa dipuji pas lagi happy, bisa dibela pas lagi sad boy. Soalnya, kalau nggak ada bukti intervensi, imajinasi manusia jadi liar bebas menambal semua kebisuan dg tafsir & keyakinan.
Mbah Voltaire, ngendiko: "tuhan menciptakan manusia menurut gambarnya sendiri & manusia membalasnya dg melakukan hal yang sama."
Jadi, tuhan itu ada sesuai versimu, tergantung mood dan kebutuhanmu saja.
Mungkin kalau seperti pepatah jawa: tuhan itu "alon-alon asal kelakon". Diam2 menghanyutkan...
atau jangan malah nggak menghanyutkan 😂
Atau "nrimo ing pandum", menerima segala yg terjadi. Kalau nggak dikabulkan ya... mungkin memang bukan "pandum"-nya kita?
Nah, sampai di sini, menjadi ‘manungso’ itu adalah bagaimana bisa saling menjaga kerukunan, "guyub rukun"
Jangan berantem gara2 interpretasi "kode" yg katanya jatuh dari atas & yg nggak pernah jelas kebenarannya. Mari menikmati komedi kosmis ini sambil tak🍻& ngemil babih!
Tak🍻
@threadreaderapp unroll
• • •
Missing some Tweet in this thread? You can try to
force a refresh
KONFLIK TAK BERKESUDAHAN
Korban Budaya & Agama
"Orang yang tidak belajar dari sejarahnya akan terus mengulang kesalahan yang sama." Ali bin Abi Thalib:
Sampai hari ini masyarakat Timur Tengah terus menerus menjadi korban budaya (agama + Kesukuan) mereka sendiri.
🧵
Kesetiaan buta kepada agama, kelompok & siklus balas dendam, sukses menghambat perdamaian dan pembangunan di kawasan itu.
Selama budaya kehormatan dijadikan prinsip utama dlm hubungan sosial politik, maka jangan harap adanya stabilitas & perdamaian.
Agama & tuhan dewa allah yg konon rahmatan lil alamin, tidak kompeten lagi dipakai sebagai solusi, apalagi cuma diplomasi & perjajian perdamian.
Yg diperlukan lebih dari sekadar perubahan pola pikir masyarakat yg mendasar.
MENUDUH?
ATAU MEMANG BEGITU?
(sebuah pertanyaan kritis pada al-quran)
sebagai kitab suci & sbg teks, benarkah al-quran mengandung ujaran kebencian?
Pertanyaan ini didasarkan pada interpretasi ayat2 yg merendahkan, martabat orang2 kafir, non-Muslim & menyerukan kekerasan thd mrk.
Berikut beberapa ayat dan keterangannya;
'... Mereka adalah seburuk-buruknya makhluk."
(Al-Bayyinah:6)
'... Perangilah orang2 yg tidak beriman kepada Allah hingga mereka membayar jizya & ditundukkan."
( At-Taubah: 29)
masih ada beberapa lagi...
"Bunuhlah mereka di mana saja kamu temukan mereka." (Al-Baqarah; 191)
Mereka seperti binatang ternak, bahkan lebih sesat lagi."
(Al-A'raf: 179)
DARI PREMAN MENJELMA NABI
(Asal Mula Kepercayaan dan Kekuasaan)
Pasti kamu pernah dengar kisah, ada sebuah tindakan kejahatan yang kemudian dibenarkan dengan dalih “demi kebaikan yang lebih besar”!
Contoh, Zeus dan Prometeus
Contoh lain, Musa.
Prometeus mencuri api keterampilan & kebijaksanaan Athena, lalu memberikannya pd manusia ciptaanya agar bisa bertahan hidup. Zeus menghukum dg mengikatnya di gunung. Tindakan Prometeus ini dianggap sebagai "kebaikan yang lebih besar" karena memberikan manusia pengetahuan.
Contoh lain, Musa. Tindakan Musa yang membunuh juga ‘dibenarkan’ atas nama ‘kebaikan’ dan tujuan kebenaran yang lebih besar.
Dalam sejarah, dongeng agama digunakan sebagai alat melegitimasi kekuasaan dan tindakan2 yg sulit diterima moral.
#tuhantidakbermoral
KETIKA TUHAN KURANG SUBSIDI
Bayangkan jika kamu pegang remote control. Jika tidak suka dg satu chanel pasti pindah chanel lain, jika merasa tidak ada lagi chanel yang menarik, kamu tinggal menggantiny ke mode film berlangganan atau karaoke-an di youtube.
Nah, sekarang, bayangkan jika kamu memegang remote control alam semesta. Bisa bikin angin puting beliung buat memporak porandakan jemuran tetangga yg menurutmu cerewat & ngeselin. Atau,
atau, kamu bikin gunung meletus, dg daya rusak lokal, di tempat tentanggaamu yg lagi bikin pesta.
Sekarang, tantangannya adalah: bayangkan jika remote control itu cuma punya dua tombol: "marah" dan "marah parah."
Yup, Apa yg kau bayangkan itulah kira2 deskripsi tuhan zaman dulu
#tuhantidakbermoral
tuhan Suka Berkelahi
- Dunia Zaman Api-
Dulu, ketika malam hanya diterangi nyala api yg malu2 sedangkan siang penuh dengan ancaman alam liar, manusia hidup dalam ketidakpastian & ketakutan yg mengintai setiap nafasnya.
Bayangkan..
bayangkan jika setiap suara di malam hari adalah pertanda bahwa beberapa tubuh akan direngut & dilenyapkan hewan liar.
Bayangkan kilat yg menyambar dari langit bisa menjadi pertanda amarah dewa yg butuh anger management.
Bertanyalah manusia... apa penjelasannya?
Api, teman sekaligus musuh, menjadi simbol paling top pada masa itu. Di satu sisi, api menjaga mereka tetap hangat dan memberikan penerangan. Di sisi lain, api bisa mengamuk kapan saja, seperti tuan rumah yg murka karena kedatangan tamu yg tak diundang.
MORAL DI REFUCKBLIK MUNAFIK
Kamu sudah tahu, kan! Kalau kata "moral" itu asalnya dari bahasa Latin, "moralis", yg artinya "kebiasaan".
Kalau belum tahun, sila baca diberbagai referensi.
atau baca di mari:
Maksud orang Romawi, dulu...
nggak mikirin moral yg tinggi2 atau yg muluk2 seperti kamu hari ini. Buat orang romawi, yg penting masyarakat rukun, nggak saling tikam, ngaak saling mengambil yg bukan haknya. Simpel, kan?
tapi.... kenapa pas masuk negeri ini jadi...
Tapi, pas masuk di negara ini, moral jadi berubah makna. Sama tukang ceramah, moral diubah jadi "patokan hidup suci" yg "harus" diikuti. Sekali ngelanggar, langsung dicap "pengkhianat bangsa" atau "musuh tuhan". nyawanya dibenarkan unt dilenyapkan!